Cuaca Inggris benar-benar sangat buruk!
Langit seolah selamanya tertutup kabut kelabu yang menyelimuti, membuat orang tak bisa melihat sinar matahari, selalu memberikan perasaan bahwa hujan bisa turun kapan saja di mana saja, sangat menekan, persis seperti suasana sebelum kompetisi besar ini.
Inter Milan berangkat dari Milan pada pagi hari tanggal 22 dan tiba di Manchester pada sore harinya.
Kali ini, Yang Chengzhuo akhirnya menyaksikan kefanatikan wartawan Inggris. Konon koran-koran bahkan mengerahkan segerombol besar wartawan yang mengikuti Inter Milan ke mana pun tim itu pergi, seolah-olah sangat ingin menggali setiap gerak-gerik Inter Milan, namun mereka tetap profesional tanpa mengganggu latihan dan persiapan tim.
Namun di bawah pengawasan ketat begitu banyak wartawan, Yang Chengzhuo merasa tidak perlu mengembangkan taktik alur normal.
Oleh karena itu, selain meminta para pemain melakukan latihan konvensional untuk mempertahankan kondisi fisik dan menyesuaikan kebugaran, di waktu lain dia lebih banyak berdiam di hotel bersama para pemain.
"Koran Inggris jauh lebih profesional daripada koran Italia!" Paulus Bayer memegang koran terbuka dengan kedua tangan sambil berkata.
Yang Chengzhuo yang sedang mengawasi anggota-anggota ini bermain catur, menoleh. "Maksudmu?"
"Guardian memberikan 5 strategi untuk Ferguson dari Manchester United. Ya ampun, jika mereka benar-benar menjalankan saran ini, perjalanan kita ke Manchester akan sangat berbahaya!" Paulus Bayer terkekeh.
"Pertama, serangan preemptive. Kekalahan 0:2 di kandang lawan mengharuskan MU mengerahkan seluruh tenaga untuk mencetak gol di kandang sendiri. Mereka harus melancarkan serangan habis-habisan sejak awal pertandingan, menunjukkan performa kompetisi yang prima, dan menguasai irama permainan."
Mendengar ini, Benitez di sampingnya menggelengkan kepala singkat. "Omong kosong, sama saja tidak mengatakan apa-apa!"
Semua orang seketika tertawa terbahak-bahak.
“Poin kedua, bekukan kombinasi lini tengah Pirlo + Deco! Untuk mengalahkan Inter Milan, kita harus membatasi pergerakan menyusup depan-belakang dan hubungan kedua pemain ini. Karena mereka selalu bisa menciptakan peluang kapan saja di mana saja selama pertandingan. Harus dibatasi, kalau tidak begitu mesin dual-core ini beroperasi, siapa yang sanggup menangkis!”
“Masih basa-basi!” Tim Hank menggelengkan kepala sambil tersenyum getir.
Paulus Bayer tertawa, “Tunggu saya selesai baru dikomentari, dong! Hormati sedikit saya!”
“Baik, baik, silakan lanjut!” Semua orang tertawa kecut.
“Poin ketiga, bikin Nedvěd tidak bisa berlari. Nedvěd yang aktif berlari adalah tank penghancur di lini tengah-depan dengan ancaman maha besar. Poin keempat, pertahankan konsentrasi setiap saat, terutama di garis pertahanan. Poin kelima, hadang kombinasi striker ganda Ronaldo dan Van Nistelrooy.”
Mendengar ini, semua yang hadir spontan tertawa terbahak-bahak.
“Ternyata koran Inggris juga suka omong kosong tanpa isi seperti ini ya!” Yang Cheng geleng-geleng kepala.
Saran-saran ini terlihat tidak ada masalah, tapi sebenarnya penuh celah di mana-mana.
Dijelaskan secara sederhana, bagaimana cara menghentikan Ronaldo dan Van Nistelrooy?
Pertahanan Manchester United terbukti tidak efektif menghadapi striker cepat, hal ini sudah ditemukan Yang Chengzhuo sejak pertandingan pertama. Pergerakan trisula Inter Milan di lini tengah-depan benar-benar membuat kesulitan besar bagi pertahanan MU, terutama bek tengah mereka.
Roy Keane memang luar biasa, tapi itu tidak berarti dia bisa menutupi celah di garis pertahanan. Bahkan jika diberinya dua kaki tambahan, tetap tidak akan cukup untuk mengisi ruang sebesar itu di lapangan.
Lantas, bagaimana cara membekukan Ronaldo dan Van Nistelrooy?
Berbicara, semua orang bisa! Tapi masalahnya adalah bagaimana merealisasikannya!
"Kalah di pertandingan pertama, Manchester United akan sangat pasif dalam laga ini. Ferguson pasti akan langsung menekan sejak awal untuk mencetak gol secepat mungkin. Pertempuran di Giuseppe Meazza membuat MU menyadari kelemahan mereka. Mereka tidak akan membiarkan kita terus mengendalikan permainan. Mereka akan melancarkan serangan mendadak di awal pertandingan. Hanya dari aspek ini saja, sudah sulit bagi mereka untuk menang!"
Yang Chengzhuo tersenyum sambil menebak pemikiran Ferguson.
Pertahanan-balik seharusnya menjadi pelajaran wajib bagi tim Serie A. Yang Chengzhuo khusus mempersiapkan taktik penargetan untuk pertandingan ini. Kedatangannya ke kandang lawan bukan sekadar untuk memastikan kelulusan atau mempertahankan total skor 2-0. Dia ingin menang.
Banyak orang mungkin menganggap Yang Chengzhuo gila. Namun sebenarnya, dia sama sekali tidak gila - justru sangat waras!
……
……
Begitu peluit pertandingan berbunyi, Manchester United langsung menerapkan taktik ofensif aktif mereka.
Ferguson, demi memenangkan pertandingan ini, nyaris seperti orang gila dengan menekan Inter Milan di separuh lapangan mereka sejak menit pertama. Dia mendorong lini tengah sedekat mungkin ke area Inter Milan.
Gary Neville aktif maju ke depan, lebih mirip gelandang sayap. Beckham yang baru-baru ini terus mengirim SMS ambigu dengan Real Madrid dan menggoda di pasar transfer, ditempatkan Ferguson di bangku cadangan. Solskjær yang bermain lebih seperti striker menggantikan posisinya, meski pemain Denmark ini sebenarnya lebih cocok sebagai penyerang.
Taktik MU terlihat seperti formasi 4411, tapi sebenarnya lebih mendekati 352. Gary Neville dan Solskjær aktif maju mengganggu sayap kiri Inter Milan, berhasil meredam serangan mematikan yang pernah menghancurkan mereka di laga pertama.
Yang Chengzhuo melakukan penjadwalan yang sangat ditargetkan dengan menempatkan Cordoba menggantikan Zanetti sebagai starter, mempertahankan kompaknya tiga garis utama, dan membentuk sistem pertahanan efektif di wilayah sendiri - bahkan sampai mengorbankan kendali atas pertandingan - demi memancing MU melakukan serangan besar-besaran.
Taktik Yang Chengzhuo bisa dibilang sangat berani, tapi dia punya modal keberanian: pertahanan kelas dunia terbaik yang dimilikinya.
Karena itu ketika MU membombardir Inter Milan habis-habisan di awal pertandingan, Yang Chengzhuo tetap dingin. Meskipun MU menciptakan beberapa peluang, pelatih ini hanya melihat satu fakta krusial: mereka belum menghasilkan tembakan benar-benar mengancam.
Dengan tenang ia menunggu, sembari terus memompa semangat pemainnya: "Pertahankan kesabaran!"
Tunggu satu kesempatan emas!
Di menit ke-17, saat serangan MU masuk ke wilayah terlarang Inter, trio Emerson-Deco-Lúcio mengepung Giggs-Scholes. Berhasil merebut bola di depan kotak penalti, mereka langsung mengoper ke Pirlo yang berada di dekatnya.
Pemain Italia mengirimkan umpan presisi yang mendarat di kaki Nedvěd.
Di belakang pemain asal Ceko itu ada Keane, tetapi Nedvěd memilih untuk tidak mencoba sendiri melainkan mengoper.
Dengan kaki kirinya, dia menghasilkan umpan terobosan berkualitas setara kaki kanannya, menusuk celah di belakang Ferdinand yang ditarik keluar dari garis pertahanan oleh Van Nistelrooy.
Ronaldo menerobos diagonal ke belakang Ferdinand, menyambar bola lebih cepat dari semua bek MU sebelum melesat solo ke depan.
Di kotak penalti, menghadapi kiper Barthez yang keluar, Ronaldo dengan santai menendang rendah ke sudut dekat. Barthez yang bersiap menutup sudut jauh hanya bisa menonton alien itu merayakan golnya sendiri.
Yang menarik, seluruh proses ini Inter Milan selesaikan dengan satu operan tanpa jeda, sangat indah dan cepat.
Setelah kebobolan, tekanan serangan Manchester United langsung mengendur. Terutama karena takut akan pertahanan-balik Inter Milan, Ferguson mulai mengingatkan garis belakang untuk tidak terlalu maju. Sementara itu, Yang Chengzhuo memanfaatkan momentum dengan meminta pemainnya perlahan maju, menggerogoti area yang sebelumnya dikuasai MU, secara bertahap mengambil alih kendali pertandingan.
Total skor menjadi 3-0. Semua orang tahu MU dalam bahaya. Dalam situasi seperti ini, mereka harus mencetak setidaknya 4 gol untuk mengalahkan lawan. Tapi mungkinkah?
Setelah unggul, Yang Cheng mulai menuntut pemainnya lebih banyak bersabar, mengendalikan, dan bermain teknik. Dia sengaja memperlambat irama pertandingan, tidak memberi kesempatan MU menarik tempo permainan. Taktiknya jelas: mengikis semangat tajam MU perlahan-lahan.
Tak diragukan lagi, taktik Yang Cheng terbukti benar.
Menjelang akhir babak pertama, seluruh anggota Manchester United terlihat jelas mengalami ketergesaan, sementara Inter Milan dengan kokoh menunggu kesalahan mereka, lalu memberikan pukulan berakibat fatal sesuai celah yang muncul.
Mulai menit ke-36 hingga akhir babak pertama, Inter Milan melancarkan satu gelombang serangan intensif dengan total 5 tembakan. Terutama di area belakang Ferdinand dan Wes Brown, Inter terus-menerus mengirimkan umpan terobosan, memanfaatkan gerakan anti-offside Ronaldo dan Van Nistelrooy untuk menciptakan kesempatan.
Gawang Manchester United terus-menerus mengalami situasi berbahaya, memberikan peringatan jelas kepada Ferguson bahwa lebih baik bermain lebih bijak daripada merencanakan strategi berisiko.
Di babak kedua, Ferguson memang melakukan beberapa penyesuaian. Karena takut terhadap tekanan serangan kuat Inter, mereka memilih pendekatan stabil di awal. Namun seiring berjalannya waktu dengan perlahan, akhirnya Ferguson tidak tahan lagi dan memutuskan untuk menyerang.
Menit ke-53, tendangan gawang Inter Milan dioper pendek ke sayap kiri. Zambrotta melakukan dribel cantik di sisi kiri, berkoordinasi tembok satu-dua dengan Nedvěd di wilayah tersebut. Pemain asal Ceko itu menguasai bola di sudut kiri kotak penalti, lalu menyodorkan umpan terobosan ke dalam kotak.
Ronaldo menyelinap di belakang Brown, menguasai bola namun tidak langsung menendang. Alih-alih, ia memberikan operan rendah ke kanan dimana Van Nistelrooy sudah menyambut, kemudian melepaskan tendangan keras yang membobol gawang, 2-0!
Gol ini secara resmi mengumumkan hukuman mati bagi Manchester United!
Dengan agregat tertinggal 4-0, MU harus mencetak 5 gol untuk mengeliminasi Inter Milan - sebuah tugas yang mustahil.
Namun gol ini justru membakar amarah Setan Merah. Fans MU yang dipicu oleh tackling agresif Roy Keane terhadap Nedvěd hingga terjatuh, mulai melancarkan serangan balik.
Selanjutnya, Setan Merah yang saat ini berada di Stadion Old Trafford ini melancarkan serangan balik dengan pose hampir gila terhadap Inter Milan. Terutama setelah Ferguson menggantikan Wes Brown dengan David Beckham, Manchester United bahkan benar-benar meniupkan terompet perlawanan untuk membela harga diri.
Yang Chengzhuo duduk tenang bagai pemancing yang sabar. Setelah meraih keunggulan mutlak, dia mulai menghindari tajamnya serangan lawan dengan menggantikan Van Nistelrooy dan Deco menggunakan Van Bommel dan Perrotta, lalu semakin tegas menerapkan taktik pertahanan-balik.
Namun meski begitu, Manchester United tetap berhasil menaklukkan gawang Buffon di menit ke-79 melalui tendangan bebas langsung David Beckham. Ini adalah tendangan yang mengarah ke titik buta absolut, mustahil dihentikan Buffon.
Setelah itu, MU menyerang dengan gila-gilaan. Tapi Inter Milan bertahan tanpa celah sedikit pun. Waktu terus berlalu setiap detiknya.
……
……
Ketika wasit membunyikan peluit tanda berakhirnya pertandingan, siulan penuh ketidakpuasan bergema di seluruh Stadion Old Trafford.
Kekalahan ini tak terbantahkan, bahkan sama sekali tidak mengejutkan. Kekalahan di pertandingan pertama telah membuat Manchester United terjebak dalam posisi pasif di laga kedua. Mereka punya sejuta alasan untuk tidak menerima hasil pertandingan ini, tapi apa daya - nyatanya mereka memang kalah.
Setelah merayakan kemenangan bersama para asisten, Yang Chengzhuo berjalan menghampiri Ferguson.
Orang tua Skotlandia itu menyematkan pandangan licik yang membuat bulu kuduk merinding.
"Selamat, Sir, aku sudah meringankan bebanmu!" Ucap Yang Chengzhuo seolah sedang menawarkan bantuan.
Ferguson mendengus keras, langsung tak memberikan ekspresi ramah pada anggota ini, berbalik dan pergi. "Jangan harap bisa keluar dari Stadion Old Trafford malam ini!" Ancaman yang ia lontarkan sebelum pergi.
Yang Chengzhuo tersenyum pahit. Rupanya sang veteran juga termasuk tipe yang tidak bisa menerima kekalahan!
Ia sendiri lupa, bukankah dirinya juga bersikap sama di musim lalu?
Saat Yang Chengzhuo menoleh, Verón baru saja bertemu dengan Van Nistelrooy, Lúcio dan lainnya, lalu tersenyum menghampiri Yang Chengzhuo.
"Selamat, Bos!" kata Verón sambil tersenyum.
"Terima kasih, Juan!" balas Yang Chengzhuo dengan sopan.
Keduanya tetap formal. Verón masih menghormati Yang Chengzhuo, namun entah mengapa keakraban seperti era Kaiserslautern dulu sudah tidak ada lagi.
Mungkin sejak keinginan Verón pindah ke Manchester United dulu, hubungan mereka sudah ditakdirkan takkan bisa kembali seperti semula. Seperti cermin yang sudah pecah, mustahil untuk disatukan kembali.
Mereka berdiri tatap muka, bingung harus berkata apa, terasa canggung.
Akhirnya Verón yang memulai pembicaraan, "Semoga kami bisa bertemu lagi di Old Trafford!"
Maknanya jelas: Berharap Yang Chengzhuo bisa membawa Inter Milan lolos ke final.
"Pasti!" jawab Yang Chengzhuo dengan senyum percaya diri.
Verón dan Yang Chengzhuo berpelukan sebentar, lalu berbalik dan pergi.
Di saluran pemain, dia bertemu dengan Deco. Pemain yang dulu menjadi penggantinya ini sekarang telah meraih status sangat tinggi di dunia sepakbola, dengan pencapaian yang sama sekali tidak kalah. Hal ini membuat Verón merasa sedikit menyesal.
Seandainya dulu yang mengikuti Yang Chengzhuo ke Inter Milan adalah dirinya, maka yang sekarang merayakan kemenangan dan tercatat dalam sejarah Serie A seharusnya dia, bukan Deco yang ada di hadapannya ini!
Tapi dunia ini memang seperti ini, tidak pernah ada obat penyesalan yang bisa dimakan!
……
……
Konferensi pers pasca-pertandingan bagi Yang Chengzhuo dan Ferguson hanyalah formalitas. Mereka saling menjilat, saling mengagung-agungkan, dan saling memuji, hanya saja perang air liur sebelumnya sudah tidak ada lagi.
Pertandingan telah berakhir, hubungan permusuhan mereka pun berakhir, digantikan oleh janji di antara mereka.
Yang Chengzhuo sengaja kembali ke ruang ganti untuk mengambil anggur merah yang sudah dipersiapkannya dengan matang. Saat berjalan menuju kantor Ferguson di Stadion Old Trafford, beberapa staf yang dilewatinya mengangguk memberi isyarat - mereka sudah agak terbiasa menyaksikan Yang Chengzhuo masuk ke kantor pelatih Manchester United itu.
Ketika Yang Cheng mengetuk pintu dan masuk, Ferguson ternyata sudah lebih dulu mulai menikmati minumannya.
"Kamu tidak adil!" Geram Yang Cheng sambil meletakkan botol anggurnya dengan mantap di meja kerja sang rival.
Dari balik jendela, terlihat para petugas kebersihan yang sibuk membereskan sampah tak berguna di tribun Stadion Old Trafford yang sudah sepi.
Konon usai pertandingan di Stadion Santiago Bernabéu milik Real Madrid, tribun penonton akan menjadi yang paling bersih di dunia karena fans mereka tidak pernah melemparkan barang-barang - entah ini patut dipuji atau justru disayangkan.
Keduanya berdiri dalam keheningan, memandang sekian lama. Ferguson memalingkan wajah dan melihat Yang Chengzhuo, tiba-tiba bertanya: "Pernahkah terpikir untuk melatih Manchester United?"
Yang Chengzhuo terkejut, reaksinya jelas terpancar dari ekspresinya.
"Apa kamu bercanda?" balas Yang sambil mengerutkan kening, raut wajahnya serius.
Ferguson menggelengkan kepala, "Aku juga berharap ini hanya lelucon!"
Setelah terdiam sejenak, dia kembali menoleh ke kejauhan - area favoritnya di Stadion Old Trafford, bangku pelatih tim tuan rumah yang telah menjadi wilayah kekuasaannya selama puluhan tahun. Cukup lama!
"Terkadang aku tak kuasa meragukan," ujar Ferguson dengan senyum pahit, "Apakah aku mulai tertinggal zaman? Banyak hal yang kutak sukai justru menjadi norma sosial. Semua orang menerimanya begitu saja. Apakah masyarakat semakin bobrok? Atau aku yang menjadi kolot dan keras kepala?"
“Yang Chengzhuo tahu pasti ada sesuatu yang terjadi, jadi dia tidak berbicara, hanya mendengarkan dengan diam.”
“David dan saya bertengkar hebat hanya karena saya terus-menerus mengingatkannya untuk lebih fokus pada sepakbola. Jika dia mau mendengarkan, dia akan jadi pemain terhebat di dunia ini - sama sekali tak perlu mengandalkan hype atau catwalk! Dia pasti sangat sukses. Tapi dia malah mengira saya membencinya?”
Ferguson menoleh ke Yang Chengzhuo, bertanya dengan senyum pahit: “Saya memperlakukannya seperti anak sendiri. Bagaimana mungkin saya membencinya? Adakah Ayah di dunia ini yang membenci anaknya sendiri?”
“Setelah konferensi pers, di ruang ganti saya dengar mereka berbisik-bisik tentang taktik pertandingan ini. Roy Keane menyalahkan kesalahan pengaturan formasi saya. Tapi saat melihat saya, mereka semua diam dan pergi. Saya benar-benar tak menyangka - kapan hubungan kami menjadi seperti ini?”
"Mereka semua adalah hasil binaan tanganku sendiri, kusemai dan kudidik langsung. Inikah imbalan yang mereka berikan padaku?"
Ferguson terlihat frustasi. Pertama, gagal lagi dari Liga Champions. Kedua, ia dicurigai oleh murid-murid andalannya. Ketiga - dan yang paling parah - akhirnya ia menyaksikan retakan hubungan dengan para muridnya.
Yang Cheng selalu meyakini satu hal: semakin lama bergaul, semakin banyak kontradiksi yang muncul.
Itulah mengapa bahkan terhadap veteran seperti Van Nistelrooy, Nedvěd, dan Lúcio, Yang Cheng sangat memperhatikan cara bergaul. Mungkin karena latar belakang psikologinya, ia lebih paham cara membaca kondisi mental pemain.
"Aku benar-benar lelah. Seperti kata orang, jadi pelatih kepala adalah pekerjaan paling sialan di dunia!" Ferguson terkekeh pahit.
Di lubuk hati, Yang Cheng merasakan kepedihan untuknya. Menyaksikan murid-murid andalannya satu per satu menjauh, perasaan ini sungguh menyakitkan.
Tapi dia bisa memahami alasan di balik ini.
Sejujurnya, siapa yang bisa disalahkan?
Ferguson sudah tua, energinya jauh berkurang dibanding dulu. Ia tak mungkin lagi mengurus semua hal sendiri seperti sebelumnya, jadi ia mendelegasikan pelatihan dan sebagian kekuasaannya kepada Carlos Queiroz dan anggota lain tim pelatih. Queiroz yang baru datang, setelah mendapat kekuasaan, demi membangun kharisma dan mengkonsolidasi statusnya, pasti akan melanggar kepentingan David Beckham, Roy Keane, dan para pemain senior lainnya.
Ketegangan antara kedua pihak membuat Ferguson terjepit di tengah. Ditambah kedekatannya sehari-hari dengan Queiroz dkk, serta fakta bahwa orang Portugal ini adalah orang kepercayaannya yang diangkat langsung, hal ini tanpa disadari memberi kesan ilusi pada para pemain bahwa sikap Ferguson terhadap mereka telah berubah.
Awalnya mungkin hanya kesalahpahaman kecil, tapi akumulasi bertahun-tahun akhirnya berubah menjadi retakan yang tak bisa ditebus.
