Saat malam turun ke dunia, di sepanjang Jalan Chester yang dipenuhi barisan bangunan bergaya klasik Inggris, membludak penggemar yang hilir mudik.
Mayoritas mereka adalah sistem grup fans netral, namun ada juga segelintir penggemar kedua tim yang datang dari jauh. Karena bagian Jalan Chester yang mendekati Stadion Old Trafford telah diblokir untuk kendaraan, mereka terpaksa berjalan kaki menuju stadion legendaris tersebut.
Malam ini bukan sekadar festival bagi fans Inter Milan dan AC Milan, bukan cuma pesta para penggemar sepakbola Italia, melainkan semakin menjadi hari raya bagi seluruh pecinta sepakbola di alam semesta. Tidak peduli apakah mereka hadir di TKP, tak peduli berapa jam jet lag dengan Manchester, mereka akan setia menunggu di depan TV dengan tepat waktu, berkonsentrasi menyaksikan detik-detik pertandingan sakral ini.
Natalie berlari kencang di Jalan Chester, matanya gelisah melihat keadaan sekitar. Jika bukan karena polisi-polisi menyebalkan yang berjaga-jaga dengan hati-hati, dia pasti sudah melompati pagar besi di tengah jalan tanpa ragu, langsung menembus jalan kompleks perumahan yang disebut sopir tadi untuk mencapai Stadion Old Trafford.
Pagar besi sialan ini memanjang hingga persimpangan empat arah Jalan Sir Matt Busby baru bisa dilewati, sayangnya lampu merah menyala.
"Sialan, sudah pukul 6!" Natalie berkeringat deras dan terengah-engah, tapi sama sekali tidak peduli.
Setelah menunggu lampu hijau, dia langsung menyebrang dan melesat ke arah kerangka atap Stadion Old Trafford yang sudah terlihat di kejauhan. Sebenarnya, selama mengikuti arah jalan para fans, dia pasti tidak akan tersesat.
Di luar Stadion Old Trafford malam ini terpasang dua iklan raksasa - satu bergambar Inter Milan, satunya lagi AC Milan.
Persis saat dia baru tiba di stadion, teleponnya kembali berdering.
"Hei Bintang Keberuntungan, sudah sampai belum?" Suara penuh perhatian Yang Chengzhuo terdengar.
Natalie tersenyum lega. Dia sangat menyukai nada penuh kehangatan Paman Cheng ini, "Baru sampai di pintu masuk, mau masuk sekarang!"
"Oke, aku ada di depan bangku pelatih tim tuan rumah. Keluar pasti langsung melihatku, cukup dulu ya!"
Yang Chengzhuo langsung memutuskan telepon.
Sepanjang hari ini dia sangat sibuk, sudah menerima banyak SMS dan beberapa panggilan telepon.
Charlize Theron tidak akan datang. Sebenarnya dia ingin hadir, tapi Yang Chengzhuo melarangnya karena khawatir perjalanan jauh tidak baik untuk kesehatannya, apalagi dia masih harus menjaga anak.
Tapi Haiti Krume, Sienna Miller, Melissa Theriot dan yang lainnya duduk di tribun. Mereka relatif dekat atau sudah tiba lebih awal di Inggris, jadi tidak selambat Natalie.
Annie Stanton paling lucu. Dia langsung bilang, kalau Yang Chengzhuo menang, dia akan mengungkapkan perasaan. Hal ini membuat tekanan Lao Yang besar sekali.
Menengadah, menembus udara lembap, dia melihat Natalie sedang melambaikan tangan ke arahnya di posisi yang sudah dipesan sebelumnya. Gadis kecil ini hampir saja berteriak ke arah Yang Chengzhuo karena terlalu gembira.
Yang Chengzhuo pun merasa nyaman. Dia khawatir Natalie sendirian dalam kesepian akan mengalami masalah.
Melihatnya juga sudah sampai, Yang Chengzhuo langsung mematikan ponsel. Berbalik memandang para pemain Inter Milan yang sedang pemanasan di lapangan. Mereka semua terlihat aktif, bahkan para pemain mulai bermain game menjauhi monyet di atas lapangan.
Inter Milan datang ke lapangan 20 menit lebih awal dari waktu normal untuk pemanasan, sementara AC Milan tiba tepat waktu. Oleh karena itu, dalam hal pemanasan latihan, mereka terlambat 20 menit dibandingkan Inter Milan, tapi ini tidak bisa mewakili apa pun.
Yang Chengzhuo mengamati para pemain yang sedang bermain santai di lapangan. Dia tidak ikut campur, membiarkan mereka bersenang-senang di lapangan. Bahkan terkadang mereka menunjukkan gerakan spesial yang memancing sorak-sorai gegap gempita dari fans Inter Milan yang datang lebih awal di tribun.
Kalau bicara teknik individu, Inter Milan benar-benar bukan main. Di skuad mereka ada banyak pemain berbakat teknik.
Berbeda dengan kelegaan Inter Milan, sesi pemanasan AC Milan terlihat lebih khidmat dan terstruktur. Namun mereka juga tidak menunjukkan kecemasan berlebihan sebelum kompetisi besar, mengingat para pemain ini sudah terbiasa dengan Suasana Besar.
"Apa kamu benar-benar nyaman membiarkan Shevchenko dan Inzaghi?" Benitez mendekat dengan manja.
Di kejauhan, sesi pemanasan pemain AC Milan, semua tembakan Shevchenko dan Inzaghi tepat sasaran. Terutama sang Ukraina, melesatkan tembakan melengkung indah menyasar sudut mati, teknik kakinya terlihat tajam dengan sentuhan gol yang mantap.
"Tentu!" Yang Chengzhuo penuh percaya diri. "Jika mereka semua berdesakan di tengah, aku sama sekali tidak takut."
Benitez tidak berkomentar lebih jauh. Taktik pra-pertandingan pada dasarnya adalah menebak pikiran lawan. Dalam hal ini, Yang Chengzhuo selalu unggul hingga Benitez merasa kalah.
"Mereka akan langsung serang mendadak di awal pertandingan! Aku tidak mungkin salah baca!" tegas Yang Chengzhuo dengan keyakinan baja.
Pertama, Ancelotti takkan mau menyerahkan inisiatif permainan ke Inter Milan. Kedua, pelatih Italia itu perlu membangun momentum lewat serangan kilat. Jika tetap bermain defensif seperti dulu, AC Milan belum tentu mampu bertahan.
Saat ini, AC Milan selain beberapa pemain seperti Maldini, Costacurta, Inzaghi, Gattuso, lainnya bahkan pelatih Ancelotti dan tim pelatihnya sendiri pertama kali masuk final Liga Champions. Hal ini menyebabkan AC Milan memiliki kekurangan dalam hal pengalaman.
Kesenjangan kekuatan ditambah kurangnya pengalaman, jika tidak menggunakan serangan mendadak untuk merebut inisiatif, maka Ancelotti akan sangat kesulitan dalam pertandingan ini. Karena begitu inisiatif pertandingan direbut Inter Milan, tidak ada yang bisa dilakukan.
Benitez memilih percaya pada Yang Chengzhuo.
Sebenarnya orang Spanyol ini juga paham, kedua tim yang saling mengenal ini mustahil menggunakan prajurit tak terduga. Mempelajari taktik dan lineup lawan bukanlah hal sulit, sehingga masalah utama kemenangan/kekalahan pertandingan ini bukan terletak pada taktik, melainkan pada persiapan fisik dan psikologis pemain kedua tim.
Bisa dikatakan, siapa yang lebih baik dalam dua aspek ini, dialah yang akan menang dalam pertandingan.
Benitez paham hal ini, Yang Chengzhuo dan Ancelotti juga sama-sama menyadarinya.
Justru karena seperti ini, barulah Yang Cheng yakin Ancelotti akan melakukan serangan mendaduuk di awal permulaan.
Memang benar AC Milan pernah mengalami kerugian di aspek ini, namun terkadang keadaan tetap seperti ini: meski pernah dirugikan, kamu tetap harus melakukannya karena tanpa serangan mendadak, sama sekali tidak ada kesempatan.
……
……
Para pemain sedang melakukan pemanasan di lapangan, sementara para fans telah berjalan berurutan memasuki stadion.
Di Tribun Utara Stadion Old Trafford, fans Inter Milan telah mengecat seluruh tribun utara dengan warna biru-hitam secara tuntas, memasang spanduk raksasa super panjang yang bertuliskan: "Semangat! Kami mau merebut kembali Liga Champions, menciptakan kejayaan treble!"
Masih ada beberapa spanduk dan slogan yang tersebar namun mencolok, "Inter Milan yang luar biasa akan tercipta malam ini!", "Pergi sejauh mungkin dan sembah Sang Penguasa Eropa, para pecundang Milan!", "Mengalahkannya para sialan Rossoneri, prajurit biru-hitam yang berani!"
Menanggapi slogan dan provokasi fans Inter Milan, fans AC Milan juga memberikan serangan balik. Mereka memasang berbagai macam spanduk dan slogan yang mengkritik dan mempermalukan Inter Milan beserta pendukungnya, bahkan mereka berteriak meminta Inter Milan berlutut di bawah kaki mereka.
Seluruh Stadion Old Trafford bergema dengan teriakan fans Inter Milan dan AC Milan yang silih berganti, lagu tim kedua klub terus bergema, pendukung kedua pihak menciptakan semangat yang dahsyat, mati-matian berusaha mendominasi aura lawan.
Jumlah tiket untuk fans kedua tim sama, jumlah pendukung pun hampir setara. Di area netral, fans kedua tim dipisahkan secara ketat untuk mencegah konflik.
Hal ini membuat tribun Stadion Old Trafford terbagi jelas seperti garis pembatas, tak ada pihak yang dominan.
Ketika waktu hampir tiba, para pemain kedua tim mulai berjalan berurutan kembali ke ruang ganti.
Pertempuran pamungkas akan segera dimulai!
Suasana tegang bagai pedang terhunus menusuk seluruh sudut Stadion Old Trafford!
……
……
Di ruang ganti tim tuan rumah, para pemain Inter Milan melakukan persiapan pra-pertandingan dengan tertib.
Hampir semua telanjang, bersiap mengenakan setelan olahraga kering. Kenyamanan baju olahraga ini bisa memengaruhi performa - mereka harus mencegah hal itu terjadi.
Yang Chengzhuo diam-diam berdiri di sudut, mengawasi para pemain yang sedang bersiap dengan tatapan tenang.
Saat mereka semua telah terdiam, duduk berjajar di depan loker masing-masing menyelesaikan persiapan akhir sebelum kompetisi besar, barulah dia melangkah maju menuju tengah ruang ganti.
"Sekarang membahas taktik atau koordinasi sudah percuma, hanya membuang-buang waktu. Aku hanya menekankan dua permintaan yang harus kalian internalisasi erat-erat dalam hati!"
"Pertama, kondisi mental harus lega. Kita pernah mengalami final Liga Champions, mengalahkan jutaan musuh kuat, meraih kecemerlangan gemilang. Bukan tim baru, kita punya pengalaman cukup untuk menangani situasi seperti ini. Aku yakin kalian semua paham betapa vitalnya menjaga ketenangan mental di pertandingan sebesar ini."
Yang Cheng perlahan menyapu pandangannya ke setiap pemain. "Semakin kalian tegang, semakin gigih ingin menang, seringkali justru performa akan semakin buruk. Jadi aku harap kalian bisa menghadapi pertandingan ini dengan tenang. AC Milan hanyalah lawan biasa, ini pun hanya liga biasa. Yang harus kita lakukan hanyalah aktif menghadapi pertandingan ini, aktif meraih kemenangan dalam pertandingan ini, itu saja."
Para pemain satu per satu tak henti-hentinya mengangguk.
"Kedua, kesabaran. Aku menuntut setiap dari kalian membawa kesabaran yang cukup. Setiap orang harus bersiap mental, karena lawan kita sangat pantang menyerah. Bahkan pertandingan ini mungkin setelah 90 menit, tetap akan 0:0. Di saat itu..." Yang Cheng sengaja berhenti sejenak, memberi ruang berpikir pada para pemain, "kita harus tetap mempertahankan kesabaran dan keyakinan."
"Tapi ada satu poin yang sangat penting: begitu pertandingan memasuki tahap kebuntuan, semua orang tidak boleh memiliki mentalitas negatif. Jangan berpikir di kepala bagaimana caranya tidak kehilangan bola atau tidak melakukan kesalahan. Karena semakin kamu berpikir seperti itu, kehilangan bola dan kesalahan akan segera menghampirimu!"
"Kami adalah Inter Milan. Kami selalu menyatu sebagai satu kesatuan. Bahkan di saat tersulit dan paling buntu sekalipun, ada sekelompok rekan setim di sisinya. Kita harus saling mendukung, berani menghadapi kesulitan dengan aktif dan menyelesaikannya. Jadi meskipun dalam perang statis yang panjang, bahkan ketika stamina kita terkikis oleh waktu, kita tidak boleh menggoyahkan keyakinan kita—kita pasti menang!"
Sebenarnya, dalam banyak pertandingan sepakbola terutama final krusial seperti ini, seringkali semakin mendekati akhir, kedua tim justru semakin takut melakukan kesalahan, takut kehilangan bola, lalu menjadi tradisional, yang akhirnya menyebabkan kesalahan.
Yang Chengzhuo selalu meyakini satu hal: taktik aktif selamanya lebih unggul dibandingkan sikap pasif.
Seperti keyakinannya bahwa takdir berada di tangan kita sendiri.
"Malam ini, di stadion ini, segala kemungkinan bisa terjadi. Mungkin kita akan kehilangan bola duluan, mungkin lawan bermain lebih baik, mungkin kita akan kalah telak. Tapi aku harap kita semua saling mempercayai - percaya padaku, percaya pada rekan satu tim di sisimu, percaya pada diri kalian sendiri."
"Dari awal musim ini hingga sekarang, kita telah melalui banyak hal dan berkorban tak sedikit. Akhirnya kita berdiri di stadion ini, punya kesempatan lagi untuk mencapai puncak Eropa, menciptakan sejarah sepakbola Italia."
Yang Chengzhuo mengepal tangan kanannya dengan erat, berkata kata demi kata: "Aku yakin, timku adalah yang terkuat!"
"Aku yakin, kita malam ini akan menjadi yang paling hebat!"
"Aku yakin, pemenang terakhir malam ini pasti kita!"
"Dan aku semakin yakin, kalian takkan pernah mengecewakan kita semua!"
“Aku tak pernah meragukan kalian, bahkan aku lebih percaya pada diri kalian daripada kalian sendiri! Karena aku adalah pelatih kepala kalian, aku adalah Bos kalian! Jika kubilang kalian bisa, maka kalian pasti bisa!”
“Baik, kami pasti bisa!”
“Pasti berhasil!”
Para pemain satu per satu bersemangat berdiri, semangat juang membara ingin melesat keluar dari gerbang ruang ganti.
Yang Chengzhuo berhenti sejenak, merasa puas dengan semangat yang ditunjukkan para pemain. Tapi di momen ini, dia tidak langsung mengizinkan mereka keluar ruang ganti. Dia ingin mereka mempertahankan semangat ini sepanjang pertandingan, bukan hanya di awal.
“Sekarang, tenanglah. Renungkan kembali musim ini, setiap pertandingan yang kita jalani, setiap lawan yang kita temui, setiap kesulitan yang kita hadapi. Ingatlah bagaimana kita melewatinya? Pernahkah kita takut? Kalah?”
Setelah Yang Chengzhuo selesai berbicara, dia mengangguk ke arah Paulus Bayer di kejauhan. Ruang ganti segera dipenuhi oleh melodi indah yang mengalun, lalu secara bertahap ditambahkan elemen musik rock dan logam berat, perlahan mendorung musik menuju klimaks.
Ini dipersiapkan Yang Chengzhuo sejak lolos ke final. Di kehidupan sebelumnya, dia adalah penggemar World of Warcraft. Setelah menonton [Perang Kecanduan Internet], dia sangat menyukai lagu [Lonceng Kebebasan] ini. Sudah didengarnya berkali-kali sampai hapal melodinya. Maka dia khusus memproduksinya untuk diputar di ruang ganti, memicu semangat juang para pemain.
Versi lagu kini hanya berupa melodi tanpa vokal. Namun Yang Cheng sendiri sudah mendengarnya berkali-kali dan sangat puas dengan efeknya. Para asisten yang mendengar juga menganggap cukup bagus, mengingat ini hasil profesional yang dibuat berdasarkan bisikan Yang Cheng - kualitasnya masih sangat tepercaya, sama sekali tidak akan kalah dari versi kehidupan sebelumnya.
Ketika musik mulai terdengar di ruang ganti, Yang Chengzhuo berdiri di uji coba tertutup gerbang ruang ganti.
Tak lama kemudian, wasit utama membunyikan bel di ruang wasit, meminta semua pemain berkumpul di saluran pemain untuk menunggu tampil.
Mendengar bel tersebut, Yang Chengzhuo memberi isyarat agar semua orang di ruang ganti tetap melanjutkan, sementara dirinya sendiri berbalik dan keluar dari gerbang ruang ganti.
Dari kejauhan saluran pemain, terlihat Ancelotti dan staf dari ruang ganti tim tamu telah menyapa para pemain AC Milan. Mereka berjalan berurutan keluar dari saluran pemain, berbaris rapi sambil perlahan melintas di samping Yang Chengzhuo, masing-masing masih menyiratkan sikap licik saat memandangnya.
Ancelotti berada di barisan paling belakang. Dengan ragu ia memandangi Yang Chengzhuo yang sendirian berdiri di pintu masuk, tak bisa membedakan tipu muslihat apa yang sedang dilakukan orang Tionghoa ini.
"Salut, Tuan Ancelotti!" sapa Yang Chengzhuo sambil tersenyum.
Si Gendut Ancelotti terpaksa mendekat sambil membalas senyum, "Halo, Tuan Yang Cheng."
Sambil berbicara, Yang Cheng melihat Markus Merk keluar dari ruang wasit bersama para asistennya.
"Halo, Markus!" Dengan sengaja di hadapan Ancelotti, Yang Cheng menyapa Merk dalam bahasa Inggris, jelas tidak ingin Ancelotti salah paham bahwa dirinya memberi tekanan pada wasit utama.
"Halo, Sang Kaisar!" Merk tersenyum merespons, juga menggunakan bahasa Inggris.
Terlihat Yang Cheng menyapa kedua hakim garis satu per satu dalam bahasa Inggris, sementara Ancelotti ikut bertemu dengan Merk dan lainnya.
"Maaf Markus, tunggu beberapa menit. Pemainku sedang menghadapi masalah kecil di ruang ganti, akan segera selesai!"
Merk mengerutkan alis, melihat jam di pergelangan tangannya lalu menoleh ke dua asistennya - ini masih dalam batas aturan yang diizinkan.
"Maksimal 5 menit, Tuan Yang Cheng!" Saat membahas urusan penting, Merk bersikap sangat resmi menunjukkan sikap adil tanpa kompromi.
"Tentu saja, Markus, terima kasih!" Yang Chengzhuo terlihat sangat sopan, lalu ia menoleh ke arah Ancelotti, "Sungguh maaf, Tuan Ancelotti, kami menemukan sedikit gangguan kecil!"
Ancelotti juga bingung sebenarnya apa yang sedang dilakukan anggota ini, hal seperti ini pertama kalinya ia hadapi, hanya bisa mengangguk pasrah.
Memandang Ancelotti dan Merk berjalan keluar dari saluran pemain, sudut bibir Yang Chengzhuo naik sedikit.
Dulu brengsek tua Ferguson menggunakan jurus ini untuk melawannya, hanya saja saat itu ia tidak terjebak. Kini ia meminjam taktik itu untuk menghadapi Ancelotti yang polos dan lugu, anggota ini benar-benar terjebak.
5 menit, tidak terlalu lama tapi juga tidak singkat. Membuat pemain AC Milan menunggu Inter Milan di pintu masuk saluran pemain selama 5 menit, diperkirakan para anggota ini pasti sulit mempertahankan kondisi hati yang tenang. Mereka akan merasa dikalkulasi, merasa frustasi, ingin mengalahkannya Inter Milan.
Yang Chengzhuo menunggu di depan pintu. Baru saja ia melihat lineup pembuka AC Milan, sialan! Costa Curta benar-benar dimainkan. Rupanya Ancelotti sebelumnya sengaja mengibarkan smoke bomb. Untung kita tidak terjebak.
Tapi Yang Chengzhuo juga tak perlu khawatir. Soal lineup pembuka sebenarnya tidak ada yang perlu disembunyikan antara kedua tim, mengingat kita sudah terlalu memahami lawan.
Setelah menunggu tepat 5 menit, Merk datang lagi untuk mendesak. Barulah Yang Chengzhuo mengizinkan para pemain keluar dari ruang ganti. Mereka semua sedang mendengarkan lagu dengan volume keras, bahkan tak menyadari bunyi bel atau berapa lama waktu yang berlalu. Hanya merasa lagu itu sangat membangkitkan semangat.
Ketika Inter Milan tiba di pintu keluar, para pemain AC Milan terlihat gelisah bagai semut di atas wajan panas.
Yang Chengzhuo agak bangga dengan trik kecilnya. Dengan senyum puas, ia melangkah keluar dari saluran pemain.
