Mendengar suara tut-tut sibuk dari telepon, Yang Chengzhuo menatap layar ponsel yang sudah lama ditutup.
Reaksi pertamanya adalah lari ke belakang. Benar saja, dia melihat Annie Stanton berlari cepat dari pintu rumahnya menuju rumah sendiri. Setelah masuk dan mengunci pintu, lampu segera menyala.
Ya Tuhan, tadi dia berada tepat di depan pintu rumah kami!
Apakah orang yang selama ini ingin dia ungkapkan perasaan itu... bukan diriku?
Begitu niat ini muncul, seluruh tubuh Yang Chengzhuo langsung gemetar. Dia tidak sampai narsis level ini, tapi fakta terpampang jelas di hadapannya.
Mengenai Annie Stanton, meski sudah berusia 34 tahun, postur dan penampilannya tetap terjaga sangat baik, sifatnya juga baik dan cocok, kemampuan masaknya menunjukkan peningkatan pesat. Masalahnya, Yang Chengzhuo selalu memandangnya sebagai teman baik.
Sama sekali tak terbayangkan...
Di saat seperti ini, selain terkejut, dalam hatinya juga ada sedikit rasa berbangga.
Sebagai pria, diam-diam disukai wanita cantik sehebat ini selama ini, kalau bilang tidak berbangga, itu jelas bohong.
Tapi dengan begini, hubungan mereka jadi canggung.
Tepat saat Yang Chengzhuo kembali ke ruang tamu dengan kepala pusing, telepon berdering lagi.
"Paman Cheng, apakah kamu akan datang ke wisudaku?" Natalie memohon di ujung telepon.
"Halo Putri Kecil, Sudah kukatakan sebelumnya, aku sibuk." Setelah menyelesaikan Piala, Yang Chengzhuo harus ke Australia. Meski setiap hari video call dengan anaknya, tetap tak bisa menandingi melihat langsung dan memeluknya.
“Kamu paling jahat, selalu bilang sibuk, jangan-jangan sibuk mendekati cewek?” Natalie bertanya blak-blakan, terdengar agak cemburu.
Tapi di telinga Yang Chengzhuo, lebih seperti keluhan gadis kecil pada orang tua.
“Haha, tebakanmu tepat!” Setelah berpikir, Yang Cheng tiba-tiba mendapat ide, “Baru saja ada yang menyatakan cinta padaku, aku pusing mencari cara menjawab. Gimana ya?”
“Ah, blog dan Weibomu selalu dipenuhi wanita yang mengungkapkan perasaan. Apa kau balas satu-satu? Kau kebanyakan waktu ya, Paman Cheng? Kalau memang senggang, datanglah ke wisuda ku!” Natalie langsung mengabaikan pertanyaannya.
Yang Cheng memukul dahinya sekuat tenaga, “Baiklah. Katakan padaku: Ada wanita yang selalu kanggap teman baik, diam-diam menyukaiku bertahun-tahun. Jika suatu hari dia tiba-tiba mengaku, harus kuapa?”
“Apa?!” Natalie terdiam seketika, terlihat seperti orang yang kena gertakan.
“Apa?” Yang Chengzhuo merasa gadis ini kaget dan panik, sama sekali tidak seperti gadis pemalu nan angkuh.
“Bukan apa-apa, tidak usah bicara lagi, aku ada urusan!” Natalie langsung menutup telepon.
Yang Chengzhuo juga mengakhiri panggilan, mencibirkan bibir, "Apa yang salah dengan orang-orang ini? Sakit jiwa kah?" Lalu menggelengkan kepala sambil berkesedihan.
……
……
Di asrama Universitas Harvard yang jauh di Amerika, detak jantung Natalie berdegup kencang, dadanya naik turun cepat, ekspresinya panik, semua karena satu kalimat Yang Chengzhuo tadi.
"Jangan-jangan dia sudah menebak sesuatu?" Natalie memiringkan kepala, kepala kecil yang cerdas ini semakin yakin dengan kemungkinan itu.
"Paman Cheng yang cerdas itu pasti sudah menyadari petunjuk kecil yang tersembunyi, pantas saja dia enggan datang ke wisuda ku, pasti ingin menjauh dariku, Ya Tuhan, harus bagaimana aku?"
Natalie menggenggam erat rambutnya sendiri, terlihat sangat tertekan, ingin sekali merontokkan semua helaian rambutnya.
Namun tak lama kemudian, dia mengambil beberapa album foto di sebelahnya. Saat dibuka, betapa terkejutnya menemukan semua kliping tentang Yang Chengzhuo yang terkumpul di sana, beserta beberapa foto sejak masa Kaiserslautern hingga Inter Milan sekarang.
Gadis kecil itu duduk bersila di ranjang, memandang diam-diam sambil membalik halaman album. Sesekali terdengar senyum penuh makna dan manis, halaman demi halaman terus dibuka hingga mencapai lembar terakhir.
Setelah menutup album, dia membuka kembali halaman pembuka. Di sana terpampang foto close-up Yang Chengzhuo yang tampak masih dari era Kaiserslautern. Wajahnya masih muda dengan sorot mata penuh semangat tajam, berbeda dengan kesan santun dan terkendali sekarang.
Tangannya mengusap lembut foto tersebut. Di bagian bawahnya terdapat sepucuk tulisan tangannya sendiri.
“Untuk pria yang paling kusayangi, Paman Cheng!”
……
……
Di villa sekitar Danau Como yang jauh di Italia, seluruh ruangan gelap gulita. Annie Stanton duduk di ambang jendela sisi danau. Cahaya bulan masuk melalui jendela, menyinari sosoknya yang mengenakan piyama sutra tipis hingga terlihat memukau bagaikan bidadari dari istana bulan.
Ia menundukkan kepala, memain-mainkan kalung di pergelangan tangannya. Terus-menerus melepasnya, mengaitkannya kembali, lalu melepas lagi, berulang-ulang tanpa henti entah sudah berapa lama.
Dulu saat menjelaskan tentang kalung ini pada Yang Chengzhuo, ia berbohong.
Ini dibelinya sendiri saat bepergian ke Budva, dibeli di pasar loak setempat. Ia sangat menyukai Budva karena kehangatan yang memenuhi tempat itu membuatnya yang menderita tidur berjalan merasa lega. Kalung ini juga langsung dibelinya begitu melihatnya.
Dulu wanita yang menjual kalung itu pernah berkata, kalung ini memiliki spiritualitas.
"Ia akan membantumu menemukan pria yang paling kamu cintai seumur hidup!" Saat mengucapkan itu, si pedagang wanita itu sangat mirip dukun.
Anne tidak percaya. Dia hanya merasa kalung itu cantik, jadi sering memakainya. Tapi tak disangka, perlahan dia mulai menyadari: setiap kali bertemu Yang Chengzhuo, kalungnya selalu lepas. Dan setiap kali, Yang Chengzhuo yang menemukan dan mengembalikannya.
Awalnya dia anggap ini kebetulan. Tapi makin lama, dia mulai agak percaya.
Yang lebih mengherankan, sejak berteman baik dengan Yang Chengzhuo, gangguan tidur berjalan-nya sama sekali tidak kambuh lagi. Apakah ini benar-benar kebetulan? Atau jangan-jangan perkataan wanita itu benar?
Perlahan, keinginannya untuk mengenal Yang Chengzhuo lebih dalam semakin kuat. Akhirnya dia bergabung dengan Guild Santo Roh, menonton setiap laga Inter Milan, dan betah tinggal di tepi Danau Como.
Pernah ada satu periode, dia ingin meninggalkan tempat ini, menjauh dari Yang Chengzhuo. Maka dia kembali ke Amerika saat Natal. Tapi periode itu benar-benar sulit dihabiskan. Apapun yang dilakukannya tak bisa membangkitkan semangat, semua hal terasa tidak menarik. Setiap hari hanya bersembunyi di rumah, atau menonton pertandingan yang ada Yang Chengzhuo, atau menyelidiki hal-hal terkait dengannya di jaringan.
Setiap hari terasa begitu panjang, setiap hari begitu menyiksa.
Akhirnya, suatu hari, dia memutuskan untuk kembali dan mencoba mengungkapkan perasaan. Untuk ini dia khusus menyusun rencana besar pengakuan: pura-pura diam-diam menyukai orang lain dulu, lalu menggunakan itu sebagai alasan...
Tapi di pilihan terakhir, dia tetap tidak punya nyali untuk berdiri di hadapan Yang Chengzhuo.
Tapi dia legah sudah mengatakannya. Meskipun masih terhalang telepon, bagi ini sudah sangat berani. Hanya tidak tahu, apakah Dia akan menerima?
……
……
"Hai, pagi, Jennifer!"
Pada pagi hari kedua, ketika Annie Stanton keluar dari pintu rumahnya dengan langkah lambat-lambat - setengah tidak ingin bertemu Yang Chengzhuo namun juga sangat berharap bisa melihatnya, dalam kondisi hati yang kontradiktif dan penuh kecemasan - ia justru menemukan Yang Cheng tidak sedang kabur seperti biasa, melainkan sengaja menunggunya di depan rumah.
Ya Tuhan, jangan-jangan dia akan menolakku?
Respons pertama Annie Stanton adalah ingin segera kabur kembali ke dalam rumah.
Tapi sebelum sempat berbalik, Yang Cheng sudah lebih dulu berbicara.
"Hari ini telat sekali, aku kira kamu tidak akan keluar!" seru Yang Cheng sambil tersenyum.
Annie membeku sejenak, lalu langsung paham - dengan sengaja tidak menyebut-nyebut pernyataan cinta kemarin malam, jelas Yang Cheng tidak ingin membuatnya malu. Maka ia pun ikut tersenyum, mengangguk menjawab: "Ada isi hati yang mengganggu, jadi ketiduran."
Yang Cheng mengangguk-angguk, "Ayo kita kabur!"
Satu putaran lari ini selesai, keduanya tetap seperti biasa tidak membahas kejadian kemarin malam. Annie Stanton sibuk menebak-nebak, apakah tindakannya ini mewakili persetujuan? Atau penolakan? Atau... mungkin dia sedang mengobservasi dirinya.
Status selebritas, sebenarnya hanya ada di media koran. Dalam kehidupan pribadi, bintang sama seperti orang biasa.
Annie Stanton juga sama seperti wanita biasa yang kurang percaya diri untuk langsung melakukan pemeriksaan apakah Yang Chengzhuo menerima perasaannya. Jelas dia merasa sementara seperti ini sudah cukup baik, setidaknya hubungan mereka sangat harmonis.
"Omong-omong, konon kamu mau pergi?" tanya Annie Stanton terengah-engah.
Seiring rutinitas lari bersama Yang Chengzhuo belakangan ini, penampilannya semakin bugar dengan bentuk tubuh yang semakin memukau.
Yang Chengzhuo mengangguk. Mereka tiba di pagar pembatas di bagian tengah villa. Dari sini terhampar pemandangan Danau Como, angin sejuk dari permukaan danau berhembus menyapu keringat di tubuh mereka yang membuat kulit bergidik.
"Mau ke mana?" Anne menanyakan topik yang sedang menjadi perhatian seluruh alam semesta.
Yang Cheng menggelengkan kepala, "Tidak tahu, tapi segera akan ketahuan!"
Tadi malam, dia kembali menerima beberapa telepon, termasuk dari Abramovich dan Zahavi Chelsea, Ketua Liverpool David Moores, Florentino Pérez dari Real Madrid, serta sejumlah kandidat ketua klub lain termasuk Barcelona.
Real Madrid dan Barcelona sudah ditolaknya secara tegas. Yang Cheng tidak ingin merebut posisi Vicente del Bosque, meskipun setelah dipecat, pelatih Spanyol itu berulang kali menyatakan dukungannya terhadap pengangkatan Yang Cheng di Bernabeu. Namun penerimaan Bosque tidak serta merta membuat Yang Cheng bisa menerima tawaran itu.
Bagaimanapun juga Bosque sudah memenangkan gelar juara liga, tapi Florentino Pérez malah memecatnya secara gegabah. Tindakan seperti ini jelas tidak etis.
Sisa tim lainnya bahkan ada rumor Bayern München, karena hubungan Yang Chengzhuo dengan Beckenbauer sangat baik, sementara mantan pemainnya seperti Ballack dan Deisler juga ada di Bayern, sehingga banyak yang menganggap masuknya Yang Chengzhuo ke klub itu wajar saja.
Tapi Yang Chengzhuo sendiri malah sama sekali tidak ada persiapan untuk hal ini.
"Aku memutuskan untuk menyimpan villa ini, tempatnya cantik, aku suka di sini!" Senyum Yang membentuk lintasan melengkung.
Harus diakui, dalam situasi ambigu, ucapan apa pun bisa menimbulkan sugesti ganda.
Seperti kali ini, setelah mendengar itu, dalam hati Annie tiba-tiba bergetar, apakah perkataannya mengandung sugesti tertentu?
"Sudahlah, aku harus pergi, kita masih ada satu pertandingan yang harus dimainkan!"
Usai berkata demikian, Yang Chengzhuo berpamitan dengan Annie Stanton lalu berbalik pulang ke rumah.
……
……
Di tengah keberhasilan Inter Milan memenangkan gelar juara liga dan Liga Champions Eropa, serta keunggulan 4-1 di leg pertama tandang, final Coppa Italia sudah kehilangan tingkat ketegangan dan tidak akan ada yang memperhatikan lagi.
Sebenarnya, sejak sebelum leg kedua pertandingan, media-media Eropa sudah mulai melakukan satu putaran hype.
Bukan menargetkan Inter Milan, meskipun komentar merendahkan Yang Chengzhuo sebelumnya terhadap Barcelona memang memancing serangan keras dari pihak resmi Barcelona, media, dan fans yang membuat seluruh dunia memberi perhatian, tapi final Coppa Italia tetap tidak menarik minat media.
Karena pada malam yang sama, Coppa Italia, Piala Jerman, Piala Skotlandia, dan Piala Prancis akan menentukan pemenang terbaru.
Empat gelar minor piala yang ditentukan dalam satu hari, pemandangan seperti ini benar-benar sangat langka.
Sementara seluruh anggota AC Milan, setelah menerima pukulan dari final Liga Champions, telah memusatkan semua perhatian mereka pada leg kedua final Coppa Italia. Paolo Maldini bahkan berteriak dalam wawancara, "Kami akan mengerahkan segala upaya untuk memperebutkan gelar terakhir ini!"
Ancelotti juga terus menegaskan, "Kami akan menyelesaikan balas dendam di Stadion Giuseppe Meazza!"
Mungkin maksud "balas dendam" mereka bukanlah harus menjadi juara, tapi mengalahkan Inter Milan sehingga perayaan kemenangan Legiun Nerazzurri ternoda, membuat musim sempurna mereka kehilangan kesempurnaannya.
Berlusconi juga menyatakan, selama dia mengelola AC Milan, timnya hampir meraih semua penghargaan kecuali Coppa Italia. Dia berharap timnya bisa menunjukkan keberanian untuk melakukan comeback di kandang lawan.
"Mereka sudah terbawa euforia gelar juara Liga Champions. Kita punya kesempatan!"
Terlihat, mereka semua menampilkan sikap sebagai pihak yang teraniaya, berharap bisa membuat Yang Chengzhuo dan Inter Milan lengah. Sementara para pemain mereka datang ke Stadion Giuseppe Meazza dengan hati balas dendam.
Kali ini, Ancelotti melakukan perubahan formasi. Dida sebagai kiper. Lini pertahanan diisi Paolo Maldini, Martin Laursen, Stam, dan Šimić. Gelandang terdiri dari Clarence Seedorf, Fernando Redondo, dan Gattuso. Posisi gelandang serang ditempati Rivaldo dan Serginho dengan striker tunggal Inzaghi.
Jelas terlihat, Ancelotti telah belajar dari kerugian sebelumnya. Di momen ini ia secara tegas menerapkan taktik serangan sayap. Meski secara nominal memakai formasi 4321, namun posisi Rivaldo dan Serginho yang berada di kedua sisi lapangan membuat formasi nyaris menyerupai 433.
Yang Cheng juga melakukan penyesuaian pada lineup pembuka. Kiper adalah Buffon, lini belakang terdiri dari Zambrotta, Nesta, Ferrari, dan Cordoba. Lini tengah diisi oleh Nedvěd, Zanetti, Van Bommel, dan Perrotta. Formasi dua striker diisi oleh Ronaldo berpasangan dengan Luca Toni.
Jelas terlihat, taktik Inter Milan lebih defensif dibanding final Liga Champions. Namun pemain seperti Zanetti, Lúcio, Emerson dll telah bermain penuh 90 menit di final. Yang Cheng harus memberi mereka waktu istirahat. Hanya berselang beberapa hari sebelum final Coppa Italia, kondisi fisik pasti akan berpengaruh.
Dari perspektif taktis, Inter sudah unggul agregat 4-1 di kandang lawan. Tidak perlu melakukan serangan balasan ke AC Milan. Lebih baik tetap tenang di bangku cadangan, biarkan AC Milan yang keluar posisi untuk menyerang.
Pertandingan berjalan sesuai dugaan Yang Cheng. Setelah pertandingan dimulai, AC Milan yang tertinggal skor besar menunjukkan ketangguhan lebih. Mereka aktif menyerang pertahanan Inter Milan dan terus mencari celah.
Inter Milan kembali mengadopsi formasi pertahanan-balik. Mereka tidak terburu-buru menyerang, melainkan mengorganisir pertahanan secara teratur bagai roda gigi yang rapi.
Di sayap kanan yang dijaga Perrotta berhadapan dengan Serginho di sayap kiri. Pemain muda Italia ini tampil sangat aktif sejak awal, berhasil membekap orang Brasil dengan ketat. Kemampuan larinya luar biasa, pertahanannya solid, memiliki tembakan jarak jauh, dan pada menit ke-18 hampir menembus gawang yang dijaga Dida.
Babak pertama berakhir dengan skor 0:0.
Namun jika skor ini bertahan, Inter Milan akan melaju ke babak berikutnya dengan agregat 4:1.
Saat istirahat tengah, Ancelotti menjadi yang pertama tidak bisa duduk diam.
Dia langsung menggantikan Fernando Redondo dengan Rui Costa di awal babak kedua, untuk mengatasi kekurangan kemampuan organisasi lini tengah dan perencanaan, berharap pemain Portugal itu bisa menciptakan kesempatan dan membantu rekan setimnya mencetak gol.
Seiring berjalannya waktu, pemain AC Milan terlihat semakin terburu-buru, terutama saat menit ke-63 ketika Inzaghi terjatuh di kotak penalti. Wasit langsung menunjukkan kartu kuning sebagai peringatan atas diving palsunya.
Striker Italia itu langsung meluapkan amarah dengan menghampiri wasit sambil berdebat keras, bahkan menggunakan kata-kata kasar yang membuat wasit kembali mengeluarkan kartu kuning kedua dan mengusirnya dari lapangan.
Seluruh Stadion Giuseppe Meazza bergemuruh oleh sorak-sorai gegap gempita, bahkan banyak fans yang bertepuk tangan menyambut keluarnya Inzaghi dari lapangan.
Dalam kondisi kekurangan satu pemain, Rivaldo diposisikan di garis depan sementara Inter Milan melancarkan serangan besar-besaran.
Menit ke-69, Nedvěd melakukan breakthrough di sayap kiri melewati Šimić kemudian melakukan crossing akurat. Luca Toni di kotak penalti mengungguli Martin Laursen dengan sundulan kepala yang berhasil menaklukkan gawang yang dijaga Dida, mengubah skor menjadi 1-0!
Setelah gol, Inter Milan melanjutkan serangan dengan melancarkan tekanan dahsyat ke wilayah pertahanan AC Milan.
Menit ke-74, Martin Laursen melakukan aksi menarik kaos Ronaldo hingga striker Brasil itu terjatuh. Wasit langsung mengeluarkan kartu kuning kedua untuk bek tengah Denmark itu yang berujung kartu merah.
Dengan demikian, AC Milan hanya tersisa 9 pemain di lapangan.
Ancelotti berambisi mengalahkan Inter Milan, namun sayang baik dari segi kekuatan maupun situasi strategis peluangnya sangat tipis. Terutama setelah kalah 1-4 di kandang sendiri, peluang untuk membalikkan keadaan semakin mustahil.
Dalam pengalaman seperti ini, AC Milan jelas hanya akan berakhir tragis.
Setelah Martin Laursen diganti, Ancelotti benar-benar menyerah. Dia menggunakan Helveg untuk menggantikan Serginho, sekaligus memerintahkan tim untuk merapatkan dua garis pertahanan - eh, garis depan sebenarnya sudah tidak ada lagi - mundur ke wilayah pertahanan sendiri, mulai fokus total pada pertahanan untuk mencegah Inter Milan memanfaatkan keunggulan jumlah dan mencetak lebih banyak gol.
Yang Chengzhuo dan Inter Milan yang sudah yakin menang, tidak melanjutkan tekanan terhadap AC Milan, melainkan mulai mempersiapkan perayaan kemenangan.
Pertandingan belum berakhir, namun fans Inter Milan di stadion sudah mulai bersorak gegap gempita.
Tim mereka dalam beberapa hari saja telah mengalahkan rival abadi di dua final sekaligus, merebut gelar juara sekaligus menjadi tim pertama dalam sejarah Serie A yang meraih treble. Bagi semua fans Inter Milan, ini benar-benar pencapaian yang layak dirayakan.
Seluruh Stadion Giuseppe Meazza tenggelam dalam kegilaan, setiap sudut lapangan berburu menyalakan "kembang api", merayakan dengan gegap gempita.
Tim yang mereka cintai akhirnya mengucapkan selamat tinggal pada musim ini dengan akhir yang sempurna.
Yang Chengzhuo pun mengakhiri kariernya di Inter Milan dengan cara yang paling sempurna!
Sejak malam ini, dia jelas hanya akan menjadi masa lalu Inter Milan, dan tercatat dalam sejarah.
Mulai malam ini, para Nerazzurri terpaksa hanya bisa bernostalgia, sulit lagi memiliki Sang Kaisar!
Ini adalah malam yang tak terlupakan, juga malam penuh kesedihan perpisahan dan rasa berat melepas.
Jutaan fans Inter Milan berjalan-jalan di jalan besar kota Milan, mengejar bus tim yang membawa Piala Italia, menangis sambil tersenyum, bersorak sambil memohon.
Mulai sekarang, kota Milan tak lagi memiliki Sang Kaisar!
