Kabut pagi belum sepenuhnya menghilang ketika suara kedatangan pemain sudah mulai terdengar di Basis Pelatihan Melwood.
Tim satpam telah menerima pemberitahuan dari tim pelatih sejak kemarin malam. 8 petugas keamanan sudah standby tepat waktu di gerbang utama Melwood pukul 6:30 pagi sambil menggosok-gosokkan tangan menghangatkan diri dari hawa dingin Liverpool pagi itu, mengeluhkan aturan aneh pelatih baru ini.
Namun, ketika mendengar kabar bahwa pelatih kepala baru tersebut datang lebih awal daripada mereka, semua langsung tak bisa protes.
"Dia digaji hampir 10 juta euro per tahun, sudah datang pukul 6. Kita yang datang pukul 6:30, apa artinya?"
Ucapan kapten satpam langsung mendapat persetujuan dari tim. Sebagai fans Liverpool, mereka semua bersedia memberikan pengabdian hati untuk kebangkitan klub ini.
Begitu lewat pukul 6.30, terlihat para pemain mulai berjalan berurutan tiba di Basis Pelatihan Melwood. Beberapa pemain baru yang belum menemukan tempat tinggal dan masih menginap di hotel terpaksa naik taksi, turun di depan gerbang lalu berlari cepat masuk ke dalam basis pelatihan.
Mulai hari ini, Melwood akan kembali dipenuhi keramaian!
Hyypiä, Gerrard dan Carragher sudah datang lebih awal ke ruang ganti. Mereka telah berbalut pakaian latihan, menanti kedatangan rekan-rekan satu tim.
Semua rekan tim sebelumnya sudah pernah mengunjungi ruang ganti dan memilih loker masing-masing di bawah pengaturan trio ini. Staf klub pun telah menyiapkan seluruh perlengkapan pemain di kursi mereka. Para pemain tinggal berganti pakaian lalu langsung bisa memulai latihan.
Setelah reorganisasi tim, semua masih saling asing satu sama lain. Ini hal yang pasti, apalagi mereka berasal dari berbagai penjuru. Beberapa bahkan memiliki kendala bahasa, sehingga komunikasi seringkali hanya bisa dilakukan melalui gestur internasional.
Setelah berbicara dengan Yang Chengzhuo sebelumnya, trio Hyypiä dengan penuh kesabaran membantu rekan-rekan tim. Setelah semua siap, barulah mereka memimpin seluruh tim keluar dari ruang ganti, berdiri kokoh di lapangan hijau di depan gedung pelatihan yang baru.
Yang Chengzhuo dan Ian Rush berdiri menunggu di sini. Paulus Bayer bersama tim pelatih dan staf sedang menyiapkan peralatan latihan serta membagi area pelatihan di lapangan rumput yang jauh.
"Halo semua, selamat datang di Liverpool!" Sorot mata Yang Chengzhuo menyapu seluruh hadirin, "Saya Yang Chengzhuo!"
Para pemain di bawah mengangkat kepala serempak, "Selamat pagi, Bos!"
Terhadap teriakan rapat para pemain, Yang Chengzhuo tampak cukup puas, mengangguk, "Musim baru akan segera dimulai. Aku yakin kita semua dipenuhi harapan untuk edisi baru ini, begitu juga denganku. Tapi sebelum itu, kita harus melakukan segala persiapan untuk menyambut musim baru, karena target kita kali ini akan sangat menantang."
Semua pemain langsung berubah khidmat setelah mendengarnya.
"Saat kalian melintasi gerbang Melwood, pasti melihat logo klub di bundaran berbentuk U. Perhatikan lagi lambang di dada kalian. Ini adalah tim yang istimewa, memiliki masa lalu gemilang nan menyilaukan. Namun kini, ia telah hancur. Ia menanti kalian untuk menciptakan kecemerlangan kembali."
Setiap kalimat yang diucapkan Yang Chengzhuo disela jeda sejenak. Karena beberapa pemain di TKP tidak paham bahasa Inggris, diterjemahkan oleh penerjemah. Dia harus memberi waktu agar maksudnya tersampaikan.
Tentu saja, sebagian besar pemain sebenarnya mengerti.
“Aku harap, di musim baru ini kita bisa menunjukkan performa hebat. Karena aku datang ke Liga Primer bukan untuk cari gaji, bukan sekadar cari pekerjaan. Aku yakin kalian semua sama sepertiku - kita datang untuk menang, untuk merebut gelar juara, benar tidak?”
“Benar!” Kali ini semua serentak berteriak.
“Pergi makan dulu, lalu istirahat. Satu jam lagi kumpul di gym, jangan terlambat!” Kalimat penutup Yang Chengzhuo jelas-jelas mengandung nada intimidasi.
Gaya pelatihannya memang sudah ramai diperbincangkan media. Semua yang hadir paham sifat asli Yang Chengzhuo, tahu betul dia paling benci orang telat latihan. Makanya tak ada yang berani lengah, bahkan Davids sang bintang tim pun harus menundukkan kepala di hadapannya.
……
……
Istilah "satu jam lagi di gym" itu berlaku relatif untuk Yang Chengzhuo. Para pemain wajib datang lebih awal karena harus pemanasan dulu. Begitu Yang Chengzhuo tiba, latihan langsung dimulai.
Ketika mereka satu per satu tiba di ruang gym, Chris Schmidt dan Tim Hank sudah menunggu di sini sejak lama.
"Semua mendekat! Hari ini sesi pelatihan pertama, kami akan membimbing kalian pemanasan di sini!" Tim Hank bertepuk tangan dengan keras memanggil semua pemain.
Intensitas sesi latihan Yang Chengzhuo sangat tinggi—fakta yang sudah diketahui semua orang. Bahkan di Inter Milan, Ronaldo pernah bercanda ke media: "Antara pertandingan Serie A dan sesi latihan Bos, aku akan memilih yang terakhir tanpa ragu!"
Ucapan ini jelas menunjukkan seberapa berat pelatihan Yang.
Namun sepadan dengan intensitas tersebut, persiapan detail pemanasan sebelum latihan oleh Yang Chengzhuo sangat teliti—hingga detail setiap gerakan pemanasan yang mempengaruhi latihan berikutnya, menuntut pemain memanaskan seluruh bagian raga mereka.
“Kalian sebaiknya melakukan pemanasan menyeluruh dari ujung jari kaki sampai ubun-ubun! Kalau tidak, kalian bisa cedera!” Tim Hank tertawa lebar. Untuk program tiga sesi latihan sehari, dua sesi pertama dirancang melalui kolaborasinya dengan Yang Chengzhuo, Chris Schmidt, dan Paulus Bayer. Intensitasnya sudah jelas terbayang di benaknya.
Dua puluh lebih pemain yang hadir melakukan pemanasan di bawah bimbingan Tim Hank dan Chris Schmidt. Setelah menyelesaikan rangkaian gerakan sesuai permintaan kedua pelatih, mereka menyadari keringat sudah membasahi seragam hingga basah kuyup.
Baru pemanasan saja sudah begini, lalu seberapa mengerikan intensitas latihan sesungguhnya nanti?
Latihan alat di gym sebenarnya bukan sekadar menyuruh semua pemain melakukan hal yang sama secara serampangan. Ini dibagi berdasarkan kategori, memastikan pemain di posisi berbeda mendapatkan latihan yang ditargetkan. Misalnya bek tengah memiliki satu set latihan gym khusus untuk bek tengah, striker punya program khusus striker. Bahkan di antara striker sendiri, rencana pelatihan Didier Drogba dan Milan Baroš sama sekali berbeda.
Saat mereka memasuki gym, setiap orang akan menerima rencana latihan gym bertuliskan nama mereka. Di dalamnya tercantum manfaat berbagai alat latihan, aspek kemampuan diri yang perlu dipertahankan, serta saran khusus untuk area yang perlu lebih banyak dilatih seperti daya ledak otot kaki atau ketahanan fisik.
Sebuah rencana pelatihan gym sudah cukup membuat seluruh anggota Liverpool merasakan kedalaman persiapan Yang Chengzhuo. Ini mengingatkan mereka pada saat bergabung atau kembali ke tim, setiap pemain diminta mengisi kuesioner detail termasuk berapa kali berhubungan intim dengan istri/pacar dalam seminggu, serta laporan pemeriksaan fisik menyeluruh.
Awalnya mereka meragukan kuesioner dan pemeriksaan ini, namun kini terbukti manfaatnya.
Bukan hanya pemain di Kepulauan Inggris yang terkejut, bahkan pemain lain di Benua Eropa belum pernah mengalami rencana pelatihan sedetail ini.
Dulu lewat koran dan majalah mereka tahu pelatihan Yang ketat, tapi setelah merasakan langsung, baru tersadar bahwa "ketat" yang mereka bayangkan sebelumnya sama sekali tidak rigor.
Yang Chengzhuo muncul di gym tepat waktu. Ia memulai dengan menganalisis manfaat rencana pelatihan kepada para pemain.
"Yang ingin saya tekankan adalah, liga merupakan perjalanan Ksatria yang panjang, terutama di Liga Primer yang tidak memiliki masa liburan musim dingin dan sangat menantang. Namun setiap pertandingan memiliki poin penting. Ini membutuhkan penjadwalan pemulihan kebugaran dalam rutinitas latihan harian. Melalui pelatihan ilmiah dan rasional, kami ingin setiap individu mencapai puncak legenda pada momen genting."
Raga pemain mengikuti siklus periodik. Dengan latihan yang efektif melawan, mereka dapat mencapai status optimal baik secara fisik maupun transformasi magis saat momen kritis, sehingga menunjukkan kemampuan bertarung yang lebih hebat di pertandingan. Inilah alasan Yang Chengzhuo merancang sesi pelatihan dengan kerapatan ekstrim dan intensitas tinggi.
……
……
Latihan di gym berlangsung selama 90 menit. Setelah istirahat, pada pukul 10.45 pemain memasuki lapangan latihan untuk sesi kedua: pelatihan kebugaran.
Pelatihan kebugaran ala Yang tetap mengutamakan latihan berbasis bola, tetapi lebih fokus pada sprint sambil oper bola atau menggiring bola dengan sprint berkelanjutan.
“Banyaklah merasakan dalam pelatihan, latihan sprint 20 meter selalu digunakan berkali-kali dalam pertandingan. Kalian akan memakainya saat serangan balik dan kembali bertahan. Para oper bola juga harus mengamati baik-baik rekan satu tim kalian - kecepatan, daya ledak, kebiasaan sprint mereka, semua harus diingat erat-erat. Karena kalian harus membangun keharmonisan tak terucap dengan rekan tim, inilah masalah utamanya!”
“Lari kencang berirama cepat selama 30 detik, bukankah terlihat seperti serangan yang kita lakukan dalam pertandingan? Semua orang harus beradaptasi dengan ini dalam setiap sesi latihan. Dengan demikian, saat bertanding nanti kalian akan menemukan bahwa semua situasi pertandingan sebenarnya sudah kita praktikkan berjuta-juta kali dalam latihan. Maka semuanya akan menjadi sangat sederhana.”
“Joging itu sederhana, tapi joging dalam pertandingan sepakbola adalah ilmu tersendiri, karena bisa membantu kalian memulihkan tenaga lebih baik. Jadi setelah 30 detik serangan cepat berirama kencang, aku jadwalkan 30 detik joging supaya kalian belajar cara beristirahat saat bertanding. Ingat, napas, perhatian, semangat, dan langkah harus terkoordinasi.”
Seluruh lapangan latihan Melwood dipenuhi teriakan dan penjelasan Yang Cheng. Dia bukan tipe yang suka menanamkan paksa. Dia ingin setiap pemain menyadari kegunaan setiap mata rantai latihan dan alasan melakukannya, karena hanya begitu motivasi mereka akan terjaga.
Sebaliknya, kalau tidak dijelaskan kenapa harus joging setelah serangan cepat, mereka akan bingung, curiga, menganggap latihan ini tidak penting. Efeknya pun jadi kurang efektif, sampai akhirnya tidak ada hasil sama sekali.
Tapi jika mereka paham, oh, ternyata ini bisa membantu mereka beradaptasi dengan irama pertandingan dan memulihkan tenaga lebih baik saat bertanding, mereka akan menyelesaikannya dengan sempurna tanpa cacat.
Seluruh sesi pelatihan 90 menit berjalan teratur bagai roda gigi yang rapi, hampir semua dilakukan per detik, terutama di 15 menit terakhir saat Yang Chengzhuo mengadakan sesi berlatih bersama dalam kelompok di lapangan kecil.
Meski para pemain sudah melewati 75 menit pelatihan intensitas tinggi yang sengit dan raga mereka hampir limbung, justru di saat ini Yang Chengzhuo mengatur sesi latihan kelompok agar pemain terbiasa bermain dalam kondisi mendekati batas kemampuannya.
Untuk mencegah latihan kelompok kehilangan maknanya, Yang Chengzhuo khusus menargetkan strategi reward and punishment dalam persiapan ini.
"Konon di kawasan Liverpool ada permainan bokong telanjang, benar kan, Steven?" Yang Chengzhuo bertanya sambil tersenyum.
"Setelah mendengar itu, Gerrard segera mengangguk sambil tersenyum, 'Tepat sekali, Bos, kami mainkan sejak kecil.'"
"Benar, bokong telanjang, yang kalah harus lepas celana!" jelas Carragher yang juga pernah memainkan game ini.
"Maka saya akan menghormati tradisi Liverpool ini. Siapa yang kalah, harus melepas celana pertandingan dan berdiri di depan garis gawang dengan bokong telanjang, membiarkan lawan menendang bola ke gawang." kata Yang Chengzhuo sambil tersenyum.
Para pemain dan staf pelatih di lokasi langsung tertawa getir. Hukuman ini memang sangat unik.
"Tapi, yang menang jangan berpikir bisa lolos jika tidak mengenai. Jika penendang dari tim pemenang gagal mengenai bokong yang kalah, maka si pemenang harus membuka celana dan menjadi target tendangan yang kalah!"
Ucapan Yang Chengzhuo kembali membuat para pemain yang hadir bersorak gegap gempita. Mereka sangat tertarik dengan mekanisme hukuman ini.
"Bos, bagaimana kalau yang kalah juga tidak kena?" tanya Hyypiä.
Yang Chengzhuo tersenyum, "Ya lanjutkan terus sampai ada yang kena!"
Semua orang meledak dalam tawa, wajah mereka penuh semangat bersiap memulai pertempuran.
Yang Chengzhuo sama sekali tidak membuat hukuman ini secara impulsif. Sebenarnya dia sudah lama memikirkannya, baru akhirnya terinspirasi dari game pantat telanjang Liverpool ini. Selain sebagai hukuman yang meningkatkan tingkat keterlibatan pemain, juga melatih teknik kaki mereka. Namun yang terpenting, setelah permainan seperti ini, hubungan antar-pemain akan semakin erat.
Sudah saling melihat pantat besar masing-masing, mungkinkah hubungan malah menjauh?
Untuk mempertahankan harmoni internal sebuah tim, sekadar ucapan atau beberapa tindakan tidak cukup. Juga bukan mengandalkan uang atau hubungan emosional. Harus terakumulasi sedikit demi sedikit dari rutinitas, idealnya menjaga hubungan baik antar-pemain dalam keseharian. Dengan demikian mereka akan secara alami saling menahan diri, saling mengendalikan, dan semakin menyatu.
……
……
Usai latihan pagi, Yang Chengzhuo kembali ke kantornya.
Chris Schmidt menyusulnya datang, mengetuk pintu lalu masuk, dengan santai menyerahkan laporan deteksi di tangannya ke Yang Chengzhuo, lalu memandangi Yang Chengzhuo dengan tatapan seperti melihat monster.
"Apa kamu punya mata rontgen?" Chris Schmidt bertanya dengan berpenampilan mistis.
"Tidak. Kalau punya, tak mungkin kubiarkan kau berdiri di hadapanku. Itu menjijikkan!" Yang Chengzhuo membantah sambil tersenyum.
"Lalu, bagaimana kau tahu ada tumor di buah zakarnya?" Chris Schmidt bertanya dengan pandangan ambigu.
Yang Chengzhuo menengadah, melihat pandangan brengsek yang ambigu itu, tak tahan lagi menggerutu: "Otakmu sudah kemana-mana!"
"Ini terlalu pribadi. Secara logika kau tak mungkin tahu!" Chris merasa.
Kali ini jika bukan karena Yang Chengzhuo khusus menganalisis, pihak dokter tim takkan melakukan pemindaian detail yang menargetkan Robben. Hasilnya sesuai prediksi Yang Chengzhuo: testisnya memang bermasalah.
"Aku tidak sengaja mendengar Arnesen menyebutkan bahwa PSV pernah memiliki kekhawatiran seperti ini, jadi aku mengingatkanmu. Mana aku tahu?" Yang Chengzhuo menggerutu sambil tersenyum, tapi setelah berpikir dia menambahkan: "Aku akan mengatur agar orang tua Robben datang ke Liverpool. Sebelum itu, lebih baik jangan beri tahu dia dulu."
Chris mengangguk. Robben baru 19 tahun, masih terlalu muda dan mudah ketakutan. Selain itu, ada aturan tak tertulis di sepakbola Eropa: jika ada masalah kesehatan pemain, dokter tim wajib pertama-tama memberi tahu pelatih kepala untuk mengatur sesuai permintaan pelatih.
Tapi yang dipikirkan Yang Chengzhuo adalah masalah lain.
Dua tahun pertama karier Robben sangat mulus, jarang terganggu cedera. Bahkan di season pertamanya bersama PSV, dia tidak pernah cedera. Baru setelah didiagnosis kanker testis, konon bayangan itu terus menghantuinya.
Bisa dimaklumi. Seorang remaja 19 tahun yang menghadapi ancaman maut karena penyakit mematikan, siapa pun pasti akan merasa takut.
“Menurut pengakuan Robben di kemudian hari, sejak saat itu dia mulai menjadi sangat cemas berlebihan terhadap kondisi fisiknya. Seperti yang diketahui pemain sepakbola, semakin tegang seseorang, semakin rentan cedera. Inilah yang kemudian menciptakan Robben sang 'manusia kaca'.”
“Tentu saja, gaya bermain khas Robben juga menjadi faktor penyebabnya.”
“Yang Chengzhuo berpikir: Mengingat kanker testis sudah terdeteksi lebih awal, apalagi diketahui jinak dan tidak membahayakan, sudah seharusnya memberitahu orang tuanya. Dengan membawa mereka ke Liverpool, mereka bisa membantu Robben melewati masa sulit ini dan mencegah trauma psikologis.”
“Chris Schmidt tidak memahami pikiran tersembunyi Yang Chengzhuo. Dia hanya mengira niat pelatih itu berasal dari rasa sayangnya pada Robben. Memang striker Belanda ini menunjukkan performa luar biasa, dengan kecepatan dan teknik yang menakjubkan.”
“Ngomong-ngomong, kalau operasi harus dilakukan di Liverpool setempat kan?” tanya Yang Chengzhuo sambil lalu.
Chris Schmidt mengangguk, “Tentu saja, Rumah Sakit Universitas Kerajaan Liverpool sangat terkenal. Mereka bekerja sama dengan Universitas Liverpool, yang fakultas kedokterannya sangat menonjol, bahkan pernah meraih Penghargaan Nobel bidang Kedokteran.”
“Bagus, saya berharap bisa membuat Robben menyusul tur Asia akhir bulan ini!” kata Yang Chengzhuo.
Persiapan musim kompetisi sangat penting. Pelatih kepala ini ingin Robben mendapat lebih banyak kesempatan berlatih bersama tim agar bisa lebih menyatu ke dalam sistem permainan.
Chris Schmidt mengangguk, “Kalau begitu saya mulai mempersiapkan!”
Yang Cheng mengantarnya keluar, lalu kembali duduk di kursinya. Ia mulai memikirkan cara terbaik untuk membereskan persoalan ini, idealnya tanpa meninggalkan bayangan psikologis pada Robben.
Menjadi pelatih kepala sampai harus mengurusi hal-hal seperti ini, lebih mirip pengasuh anak! Sungguh menggelikan!
Tapi ia memang sangat mengagumi Robben. Jika si "Pasukan Terbang" ini tidak rentan cedera, kemampuannya benar-benar sempurna.
Tapi bukan berarti Robben sudah hebat, anak muda ini masih perlu diasah, terutama penyakit individualistisnya. Yang Chengzhuo paling menuntut koordinasi tim dari para pemain. Dia yakin bisa melatih Robben menjadi 'Si Manusia Terbang' yang tidak egois.
Hal serupa juga berlaku untuk si pemain asal Portugal yang logat lokalnya kental, Cristiano Ronaldo. Anak ini juga perlu ditegur. Kalau tidak, gaya bermainnya yang terlalu mewah dengan teknik-teknik rumit pasti akan memperlambat serangan lini depan Liverpool secara signifikan, menjadi hambatan besar bagi ofensif tim!
