Setelah pelatihan intensif dimulai, topik yang paling sering didiskusikan para pemain di ruang ganti dan Area Pemain adalah perbedaan mendasar antara Sang Kaisar yang termasyhur dengan mantan pelatih kepala di tim mereka sebelumnya.
"Respons pertama semua orang adalah, lelah!"
Hampir setiap sesi pelatihan, materi pelatihan yang dijadwalkan Yang Chengzhuo akan menyiksa mereka setengah mati, membuat mereka semua kelelahan, bahkan kadang-kadang setelahnya mereka sendiri tidak tahu bagaimana bisa melewati fase itu.
Tapi dari pelatihan ini, mereka benar-benar bisa mempelajari hal-hal yang berbeda dari masa lalu, hal-hal yang khusus menjadi milik Yang Chengzhuo sendiri. Dan mereka semua tahu, seiring waktu, inilah kemajuan yang mereka peroleh.
Yang Chengzhuo pernah menyatakan dalam pelatihan: "Di alam sepakbola tidak ada yang instan, tidak ada jalan pintas."
"Karena Yang Maha Kuasa tidak memberi kalian kekuatan seperti Pelé atau Ronaldo saat lahir, maka kalian terpaksa harus mengandalkan latihan, hanya bisa mengandalkan kemajuan yang terus bertambah seiring waktu! Selain ini, tidak ada cara lain!"
Ini adalah pelatih kepala tersukses di dunia sepak bola saat ini yang telah membina dua Pemain Terbaik Dunia: Denílson dan Ronaldo. Setiap ucapannya memiliki bobot yang sangat mumpuni dalam hati para pemain.
Bahkan Davids, si troublemaker terkenal, kini berlatih dengan menundukkan kepala.
Dalam situasi seperti ini, tak ada yang mau tertinggal. Semua berharap bisa memperoleh kepercayaan Yang Chengzhuo melalui latihan aktif selama persiapan pra-musim, lalu akhirnya lolos penilaian untuk menjadi starter di musim baru.
Inilah perbedaan antara bintang ternama dan semi-jadi! Yang terakhir jauh lebih haus akan kesuksesan dan penghargaan dibanding yang pertama!
Robben termasuk dalam golongan yang memiliki niat seperti ini.
Perbedaan paling mencolok antara Liverpool dan PSV Eindhoven - selain perbedaan antara Sang Kaisar dan Hiddink - terletak pada permintaan taktik berbeda yang diajukan Yang Chengzhuo dan Hiddink kepadanya.
Hiddink memintanya lebih banyak menggiring bola langsung berhadapan dengan bek lawan, memanfaatkan kecepatan dan teknik untuk mengalahkannya, lalu turun ke garis bawah melakukan crossing akurat, menciptakan kesempatan bagi Hesselink dan Kežman di kotak penalti.
Tapi Yang Chengzhuo justru memindahkannya dari sayap kiri ke kanan, menuntut lebih banyak pergerakan tanpa bola dan membantu rekan, melarangnya bergantung membabi buta pada teknik dan kecepatan diri, serta memintanya lebih sering memotong ke dalam, menerobos celah yang ditinggalkan Drogba saat mundur.
Meski hanya beberapa hari latihan, Robben jelas-jelas merasakan tuntutan Yang Chengzhuo lebih banyak dan lebih tinggi - sampai membuatnya agak ragu apakah mampu memenuhinya.
Memalingkan wajah ke arah pemain Portugal di kejauhan, yang selama latihan juga dihujani kritik klise, berkali-kali dihentikan khusus untuk dikoreksi pergerakannya. Terutama setiap kali Yang Chengzhuo melihatnya memutar-mutar bola atau bermain teknik individu, peluit langsung ditiup, membuatnya terlihat frustasi dengan kepala tertunduk lesu.
“Kami sama-sama masih muda, sama-sama dalam penderitaan,” pandangan mereka bertemu, sama-sama mencibirkan bibir, sama-sama merasa tak berdaya.
Saat Robben sedang membereskan barang-barangnya dan hendak meninggalkan ruang ganti, Ian Rush tiba-tiba muncul.
“Arjen, bos menunggumu di kantor!”
Di Liga Primer, istilah "bos" merujuk pada pelatih kepala.
Robben membeku sejenak, menoleh ke belakang. Cristiano Ronaldo juga mengangkat kepalanya, memandang Robben. Jelas mereka sama-sama bingung: Sebenarnya ada urusan apa?
Dia agak khawatir, dalam hati bertanya-tanya: Jangan-jangan performanya terlalu buruk?
Dengan perut penuh kecemasan, Robben naik ke lantai dua menuju kantor Yang Chengzhuo. Setelah mengetuk pintu dan mendapat respons, dia masuk.
Di dalam, selain Yang Chengzhuo, orang tuanya juga hadir.
“Kenapa kalian datang?” Robben terkejut.
Yang Chengzhuo tersenyum lalu berdiri, “Saya yang mengundang mereka. Silakan duduk!”
Luo Ben semakin cemas dalam hatinya, berjalan mendekat dan duduk di sebelah orang tuanya, berseberangan dengan Yang Chengzhuo.
Setelah Luo Ben duduk, barulah Yang Chengzhuo mengeluarkan laporan pemeriksaan itu.
"Arjen, hari ini saya sengaja mengundang orang tuamu terutama untuk membahas laporan pemeriksaan fisikmu. Kami sudah mencapai konsensus dan memutuskan untuk memberitahumu."
Luo Ben mengambil laporan tersebut dan mulai membacanya.
Dia tidak memahami isinya, namun bisa mengenali beberapa istilah medis seperti "tumor testis".
"Ini jinak, tidak apa-apa!" teriak Yang Chengzhuo segera setelah melihat ekspresinya, berusaha menjelaskan.
"Benar Arjen, saya sudah berdiskusi dengan Tuan Yang Cheng dan khusus berkonsultasi ke Rumah Sakit. Tidak berbahaya, tapi perlu operasi pengangkatan tumor. Ini tidak akan mempengaruhi kehidupanmu nanti!" kata Hans, ayah Luo Ben yang ikut menyela.
Luo Ben sempat sangat terkejut melihat kata "tumor", namun setelah penjelasan mereka terutama ayahnya, hatinya mulai tenang. Setidaknya dia sangat mempercayai perkataan ayahnya sendiri.
“Saya sudah berdiskusi dengan dokter tim, Rumah Sakit Universitas Royal Liverpool bagus. Saya harap kamu bisa melakukan operasi di sini, agar kami lebih mudah merawatmu. Selain itu berdasarkan informasi terkini, jika segera dioperasi kamu masih bisa mengikuti persiapan pra-musim dan tur Asia. Pertimbangkan baik-baik!” Yang Chengzhuo berkata.
Robben termenung, tak punya ide. Ia menoleh ke ayahnya yang mengangguk.
“Saya sudah bicara dengan Tuan Yang Cheng. Menurutku penjadwalannya sangat baik. Dia juga sudah memesan kamar hotel untuk kami di Liverpool. Nanti kami akan menemanimu di sini, tak perlu khawatir!”
“Apakah ini akan mempengaruhi performa di lapangan nanti?” tanya Robben.
Yang Chengzhuo menggelengkan kepala, “Tentang itu kamu tak perlu khawatir, tidak akan!”
Berhenti sejenak, Yang Chengzhuo tersenyum, “Akhir-akhir ini kamu terlihat tertekan, apa menurutmu tugas yang kuberikan terlalu berat?”
Robben membeku, tak tahu harus menjawab apa.
"Kamu adalah pemain yang punya potensi sangat besar, percayalah, aku tidak pernah berbohong dalam hal seperti ini. Itulah sebabnya aku bersedia membayar 1,2 juta euro ke PSV Eindhoven untuk membawamu ke Liverpool. Tapi kamu masih butuh kemajuan yang lebih besar, bukan seperti dulu yang hanya tahu menggiring bola, melakukan sprint, jadi sayap murni!"
"Yang kubutuhkan adalah pemain yang mampu membawa bola maju ke kedalaman, bisa berkoordinasi dengan rekan setim, sekaligus bisa mencetak gol, mengubah kebuntuan skor di lapangan, menjadi pemain kunci yang bisa memecah keseimbangan! Aku percaya kamu akan menjadi pemain seperti itu, karena itu kuharap kamu juga percaya padaku. Aku akan membantumu meraih pencapaian yang lebih tinggi dan lebih hebat!"
Jika ini diucapkan Yang Chengzhuo versi lama, mungkin tidak ada persuasinya. Tapi kini dia adalah Sang Kaisar yang terkenal di dunia sepakbola Eropa. Semua tahu keahliannya dalam membina bintang - setidaknya dia sudah sukses mencetak dua Pemain Sepak Bola Terbaik seperti Denílson dan Ronaldo, belum lagi Andrea Pirlo, Ballack, dan pemain lain yang merupakan hasil rancangan tangannya.
“Setiap pemain profesional berharap bisa bertemu seorang mentor berpengalaman dalam karier mereka. Ini alasan Robben dulu menyetujui bergabung ke Liverpool tanpa ragu. Kini dia juga percaya pada Sang Kaisar.”
“Persiapkan diri baik-baik. Sebelum operasi, jangan beri tekanan sedikit pun pada dirimu sendiri. Juga jangan khawatir, karena aku akan lebih berhati-hati daripada kamu. Lagipula aku sudah mengeluarkan 12 juta euro untukmu. Kalau sampai ada masalah, aku lebih sedih daripada kamu!” canda Yang Chengzhuo.
Robben mengangguk sambil tersenyum, “Paham, Bos!”
“Hari ini kamu libur. Temani orang tuamu jalan-jalan. Kalau sudah siap, telepon aku!”
Robben dan ayahnya saling pandang, “Menurutmu kapan waktu terbaik untuk operasi, Bos?”
“Tentu semakin cepat semakin baik. Dengan begitu kamu bisa cepat pulih dan kembali ke tim untuk ikut pelatihan intensif,” jawab Yang Chengzhuo.
Hans mengangguk mendengar penjelasan itu. Robben juga mengangguk, “Kalau begitu aku ikuti saranmu. Uruskan jadwalnya!”
“Oke, tidak masalah!”
……
……
433 formasi pertempuran ini menuntut tinggi dari pemain. Setiap pemain di posisi manapun harus berusaha lebih banyak dibandingkan 442. Data paling intuitif menunjukkan: saat mengatur posisi 433 dan membandingkan dengan 442, akan terlihat jarak antar-pemain 433 - baik lebar maupun kedalaman - secara signifikan lebih panjang daripada 442.
Jarak yang lebih panjang berarti lari yang lebih jauh.
"Setidaknya 10 meter lebih banyak!"
Di ruang pelatih Basis Pelatihan Melwood, Tim Hank mengangkat jari telunjuknya menerangkan perbedaan utama antara 433 dan 442.
10 meter mungkin tak berarti di tempat lain, tapi di lapangan sepakbola, mengatasi 10 meter ekstra ini membutuhkan usaha lebih.
Oper bola 10 meter lebih jauh. Jarak lari 10 meter lebih panjang. Dukungan 10 meter lebih jauh. Bayangkan, sepanjang pertandingan, berapa banyak usaha ekstra yang harus dikeluarkan dibanding lawan?
Namun keuntungan 433 juga jelas: dengan jarak lebih lebar dan pergerakan lebih dinamis, transformasi taktis pun lebih variatif - memudahkan pembesaran formasi, pengaturan pola pergerakan, koordinasi dukungan, dan penetrasi garis pertahanan.
Jika harus membandingkan perbedaan antara formasi 433 dan 442, tidak ada yang lebih unggul. Kuncinya terletak pada 442 yang lebih seimbang, sementara 433 lebih menguji keseluruhan tim. Biasanya hanya tim dengan mobilitas dan kemampuan teknis yang luar biasa yang menggunakan formasi ini.
Oleh karena itu kita bisa lihat saat formasi 433 populer, hanya sedikit tim kelas menengah-bawah yang menggunakannya. Mereka lebih condong ke taktik tradisional. Formasi ini umumnya dipakai tim elit karena tim kelas menengah-bawah tidak memiliki dasar yang cukup untuk menerapkan taktik ini.
Liverpool milik Yang Cheng memiliki modal tersebut. Meski lini tengahnya kurang dalam aspek teknik dan penguasaan bola, namun unggul dalam mobilitas dan kebugaran. Hal ini memungkinkan Yang Cheng dengan nyaman mempercayakan lini tengah kepada trio Davis, Gerrard, dan Hamann.
"Menurutku, jarak bukan masalah utama. Masalah sesungguhnya adalah lini tengah kita sama sekali tidak memiliki cara untuk mengantarkan bola ke area 32 meter lawan," kata Benitez dari sudut pandang berbeda dalam melihat masalah ini.
Mengirim bola ke area 32 meter lawan adalah dasar dari segala serangan!
Dalam istilah sepakbola, apa yang dimaksud dengan 'menciptakan peluang'?
Sebenarnya adalah mengirimkan bola ke area 32 meter lawan, memberi kesempatan striker untuk menunjukkan kemampuan!
Jika tidak bisa memasukkan bola ke sana, meskipun kamu menempatkan 100 Ronaldo di depan juga percuma. Tapi jika bisa terus mengalirkan bola ke area 32 meter, bahkan dengan Heskey di depan, dia tetap bisa mencetak gol dengan sangat keren.
Tapi lihatlah Liverpool kini, Davids dan Hamann bukan tipe pemain yang punya kemampuan untuk ini. Terus terang, mereka bisa bertahan atau oper pendek, tapi untuk operan penetratif yang bisa menembus pertahanan, tidak bisa diharapkan.
"Saya tetap berpendapat, melewatkan Xabi Alonso di musim panas ini mungkin akan menentukan kekalahan musim ini!" Benitez sangat mengunggulkan pemain Spanyol ini.
Masalah Liverpool musim lalu ada di serangan. Setelah Yang Chengzhuo datang, hal pertama yang ingin diselesaikan adalah masalah serangan.
Latihan counter-run dan koordinasi antara Didier Drogba, Gerrard, Cristiano Ronaldo, dan Arjen Robben terus diuji dalam sesi latihan. Yang kurang hanyalah waktu. Berikan mereka cukup waktu untuk membangun keharmonisan tak terucap, maka efeknya akan segera terlihat.
Tapi tanpa playmaker belakang yang bisa mengantar bola ke area berbahaya, keempat pemain depan itu hanya jadi hiasan belaka!
Jika Robben, Ronaldo, dan Gerrard harus mundur mengambil bola dulu baru menciptakan kesempatan, efektivitas serangan akan berkurang drastis. Ini sama saja mengulangi kesalahan serangan kurang efektif Liverpool musim lalu.
Setiap pelatih profesional paham: gol tidak bisa diprediksi dengan kalkulasi. Mustahil meramalkan kapan gol akan tercipta - itu sesuatu yang mengalir lancar seperti air. Karena itu, tak ada pelatih yang membangun sistem serangan tim dengan tujuan spesifik mencetak gol, karena hasilnya hanya akan sia-sia.
Lalu bagaimana pelatih kepala mengorganisir sistem serangan?
Menggunakan irigasi lahan pertanian sebagai contoh: Jika ingin air mengalir ke ladangmu untuk mengairi tanaman, pertama-tama harus menggali parit yang terhubung langsung ke lahan, baru kemudian mulai menyedot air.
Mencetak gol pun prinsipnya sama. Pertama harus memastikan bola dapat bergerak maju dengan lancar dalam setiap serangan, hingga berhasil masuk ke area 32 meter lawan. Jika sistem serangan ini sudah terbentuk, gol hanyalah masalah waktu.
Mengapa di pasar transfer sering terjadi perbedaan mencolok antara hasil pembelian oleh manajemen dengan penjualan yang diinisiasi pelatih? Padahal pemain yang dibeli/dijual berada di posisi yang sama.
Jawabannya terletak pada perbedaan kebiasaan bermain dan karakteristik teknik tiap pemain. Perbedaan ini menyebabkan pergerakan tim menyimpang dari rencana pelatih, membuktikan bahwa detail-detail kecil menentukan keberhasilan!
Yang Chengzhuo sebelumnya pernah mengatakan, jika Owen tidak pergi, dia tidak akan mereorganisasi tim, karena selama membebaskan Gerrard, semuanya akan mengalir lancar seperti air. Namun kini Owen telah pergi, dia harus mereorganisasi tim dan mengkonfigurasi tim sesuai keinginannya sendiri.
"Ngomong-ngomong, aku masih penasaran. Dulu saat tidak bisa mendapatkan Xabi Alonso, kamu bilang tidak khawatir. Saat itu apa yang kamu pikirkan?" Setelah berdiskusi sebentar namun tak mendapat kesimpulan, Benitez dan yang lain menoleh ke Yang Chengzhuo.
Yang terakhir tampak termenung, membeku sejenak, lalu tersadar. Dia berdiri dan mendekat, "Majukan posisi Riise dan Finnan ke depan, biarkan mereka menerobos masuk!"
"Serangan sayap?" Paulus Bayer bertanya heran.
"Tapi jika begitu..." Alis Benitez masih berkerut, jelas memikirkan masalah pertahanan.
Namun Yang Chengzhuo menunjuk Davids dan Hamann, "Mereka bisa mengeliminasi semua masalah!"
Setelah berkata demikian, dia melempar pulpen di tangannya sambil tersenyum.
“Benitez tertawa getir, topik yang baru saja diperdebatkan hampir berkelahi oleh sistem grup mereka, kini di mata Yang Chengzhuo terlihat sangat sederhana.”
“Bukan berarti kualitas taktis Yang lebih kuat dari mereka, tapi Yang sudah punya perhitungan dalam hati, solusi udah dari dulu terpikir sebelumnya. Sementara tim pelatih sedang menganalisis masalah yang muncul dalam pelatihan terkini, menebak pikiran Yang.”
“Lini depan terus bekerja sama sesuai konsep sebelumnya. Selama Robben dalam masa pemulihan, coba Murphy dan Kuyt, Baroš juga bisa diuji. Lihat efeknya dengan Drogba sebagai titik tumpu. Pantau siapa yang bisa mencetak gol, asah pergerakan tanpa bola dan kemampuan bantu mereka, kurangi membawa bola berlebihan yang tidak perlu.”
“Yang Chengzhuo menunjuk targetnya pada Cristiano Ronaldo? Pemain Portugal yang terlalu sering membawa bola ini serius membebani pergerakan menyeluruh tim. Harus dihilangkan penyakit ini, kalau tidak serangan Liverpool akan terpengaruh.”
Mengenai siapa yang bisa mencetak gol, Yang Chengzhuo tidak tahu. Untuk sementara, dia hanya bisa mengatakan bahwa Didier Drogba adalah pusat taktik lini depan. Steven Gerrard, Arjen Robben, dan Cristiano Ronaldo bertanggung jawab menyerang area belakangnya. Siapa yang bisa mencetak gol lebih stabil, dialah yang akan menjadi poros kombinasi taktis.
"Kalau kita punya Xabi Alonso, decakan…" Benitez kembali menggerutu.
Yang Chengzhuo dan yang lain langsung tertawa terbahak-bahak.
"Dasar Si Gendut asal Spanyol yang cerewet!" gumam Paulus Bayer dalam hati.
"Tenang, kalau musim ini tidak bisa dibeli, musim depan aku akan beli lagi. Musim berikutnya juga akan kucoba. Aku tidak percaya tidak bisa mendapatkannya!" kata Yang Chengzhuo dengan sikap yang tegas.
Pemain seperti Xabi Alonso benar-benar dapat meningkatkan kekuatan sebuah tim di lini tengah. Ada dia atau tidak, kekuatan lini tengah Liverpool setidaknya berbeda satu level.
Senjata terbesarnya adalah kemampuan penjadwalan dan perpindahan bola lebih dari 25 meter. Ini berarti, dengan kehadirannya, empat pemain lini depan Liverpool bisa berani menyerbu maju karena Alonso di belakang akan mengoper bola ke area mereka berada.
Selain itu, kemampuan Alonso dalam penjadwalan, membaca pertandingan, dan mengontrol irama sangat menonjol. Dia bisa berfungsi sebagai metronom yang memberikan informasi kepada pemain: haruskah bermain cepat? Atau lambat? Apakah harus menyerbu maju? Atau bergerak lateral untuk koordinasi?
Dalam taktik sepakbola kini, operan melintang sangat-sangat penting karena memberi waktu cukup untuk menyesuaikan diri, mencari celah lawan, sehingga serangan berikutnya menjadi lebih mumpuni dan berakibat fatal - terutama operan melintang di area 30-40 meter lawan yang benar-benar mematikan!
Hal ini bisa dilihat pada Barcelona di kehidupan sebelumnya Yang Chengzhuo.
Tapi Liverpool saat ini kurang memiliki gelandang seperti ini. Bahkan di dunia sepakbola sekarang, selain beberapa pemain seperti Andrea Pirlo dan Verón, tak ada yang bisa menjadi alternatif Alonso.
Mungkin ada yang punya kemampuan umpan lambung melintasi jarak jauh, ada yang bisa mengontrol irama permainan, ada yang paham lah operan melintang. Tapi yang bisa menggabungkan semua ini dalam satu paket, sungguh sangat-sangat langka.
Dari sini, peran taktis Vieira semakin menonjol. Meski tidak punya umpan lambung jarak jauh, tapi pertahanannya luar biasa dan sense positioning-nya tajam. Pentingnya dia bagi sebuah tim bahkan bisa dibilang melebihi Alonso, apalagi Fabregas yang menggantikannya.
Begitu masalah rumit ini terselesaikan, kerangka taktik menyeluruh Liverpool sudah terbentuk. Dari serangan hingga pertahanan, dasarnya sudah ada. Tim pelatih tinggal menyempurnakan detail-detail lewat banyak pertandingan dan latihan nyata. Karena hanya melalui kompetisi sebenarnya karakteristik teknik dan pola bermain pemain bisa terlihat.
"Ada pemain yang sangat keren dalam latihan, tapi di pertandingan langsung tuntas, karena intensitas pressing di pertandingan tidak bisa disamakan dengan latihan."
"Bahkan penjadwalan pelatihan intensitas tinggi ala Yang Chengzhuo pun tak bisa mengubah latihan jadi pertarungan nyata. Setidaknya dia tak bisa bilang ke pemainnya: 'Beri tendangan tajam ke kakinya!' Inilah kesenjangan, kan?"
