Liverpool, Basis Pelatihan Melwood
Sudah pukul 9 pagi, para pemain sedang ganti baju di ruang ganti, tapi Yang Cheng belum turun juga.
"Dia masih di kantor?" tanya Tim Hank dengan perhatian.
Paulus Bayer mengangguk, "Entah apa yang Natalie katakan padanya semalam!"
Sekarang dia agak menyesal, jika benar-benar menyentuh titik vital Yang Cheng hingga menyebabkan masalah, bagaimana nanti?
Pada akhirnya, itu cuma gadis kecil yang bicaranya sembarangan.
"Seharusnya tak apa, dia bukan tipe orang yang mudah dikalahkan!" Benitez terlihat sangat yakin pada Yang Cheng.
Moniz juga mengangguk, "Dia cuma agak tergesa-gesa, bukan penyakit serius."
“Aku takut gadis kecil itu bicara tanpa pertimbangan!” Paulus Bayer masih khawatir.
Seperti yang pernah dikatakan Yang Chengzhuo, orang Jerman ini memang agak cerewet.
“Kudengar, orang dengan gangguan psikologis bisa bunuh diri kalau putus asa!” Di Palma mendekat dari samping.
“Gila, ini masalah kondisi mental, bukan gangguan psikologis. Beda jauh, tahu!” Tim Hank langsung menyangkal.
Sebagai teman sekelas Yang Cheng selama bertahun-tahun dan kolega lama, dia sangat memahami karakter asli Yang Cheng.
Para pemain satu per satu keluar dari ruang ganti. Ketika tidak melihat Yang Cheng di lapangan latihan, mereka semua terkejut.
Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Orang Tionghoa itu selalu yang pertama tiba di lapangan latihan. Jangan-jangan dia kecelakaan?
Saat mereka masih menebak-nebak, akhirnya Yang Cheng turun dari gedung pelatihan. Dengan langkah tenang tepat sesuai jadwal, dia tiba di TKP ketika para pemain sudah selesai pemanasan.
“Teman-teman!” Begitu Yang Chengzhuo tiba, ia menepuk tangan dengan keras beberapa kali, “Mari berkumpul, aku mau menyampaikan beberapa hal!”
Para pemain yang tadinya hendak bubar untuk latihan, segera mendekat dan membentuk formasi rapi setelah mendengar perintah.
Yang Chengzhuo tampak ragu-ragu. Matinya menyapu setiap pemain dan para asisten di sampingnya, lalu tiba-tiba tersenyum lebar, “Aku ingin meminta maaf kepada kalian semua!”
Semua orang langsung membeku. Baik Paulus Bayer dan staf maupun para pemain sendiri terpana seperti menyaksikan keajaiban.
Yang Chengzhuo sedang meminta maaf? Dialah bintang paling besar di Liverpool yang menjadi andalan seluruh klub. Mengapa dia harus minta maaf? Kesalahan apa yang telah diperbuatnya?
Jelas terlihat, banyak pemain dalam tim yang mengawasi ketat gerak-gerik pelatih kepala ini, sambil terus menebak-nebak maksud sebenarnya dalam hati.
“Saya harus mengakui kesalahan saya, yaitu selama periode persiapan pra-musim, kondisi mental saya tidak seimbang. Ini bukan kesalahan siapa pun kecuali tanggung jawab saya sendiri, sehingga menyebabkan performa kita di Piala Amsterdam hancur total. Saya akan memikul semua tanggung jawab ini, bukan kalian!”
“Semalam saya sudah merenungkan dengan matang, sekarang saya tahu di mana letak masalahnya. Saya sangat berterima kasih kepada para asisten saya, terima kasih!”
Yang Chengzhuo memandang semua asistennya, mengangguk penuh penghargaan ke arah mereka.
Paulus Bayer pertama kali bertepuk tangan, diikuti pelatih lainnya, dan akhirnya para pemain pun ikut bertepuk tangan.
Mereka semua melihat jelas bahwa permintaan maaf dan ucapan terima kasih Yang Chengzhuo keluar dari ketulusan hati yang paling dalam.
“Yang ingin saya katakan adalah, setiap dari kita memiliki masa lalu. Pengaruh masa lalu itu tak terhindarkan akan mempengaruhi alam bawah sadar dan penilaian kita, membuat kita melakukan kesalahan. Tapi kita adalah satu kesatuan utuh. Yang harus kita lakukan adalah saling menerima dan saling mendukung.”
“Saya harap kita semua bisa terus membahas masalah secara terbuka dan jujur seperti ini, menyelesaikan masalah. Jadi ke depannya jika kalian memiliki kebingungan atau masalah apapun, bisa datang ke kantor saya kapan saja di mana saja.”
Setelah berkata demikian, Yang Cheng melambaikan tangan memberi isyarat agar tim mulai berlatih.
Sebenarnya dia tidak perlu minta maaf karena dia adalah Sang Kaisar, tak ada yang akan menyalahkannya atau layak menyalahkannya. Tapi dia tetap memutuskan untuk meminta maaf, ingin menunjukkan kepada semua pemain bahwa mereka adalah satu kesatuan yang setara, dan berharap semua orang bisa saling jujur.
Setelah para pemain pergi, Yang Cheng tersenyum tipis lalu memeluk Paulus Bayer dan yang lain di sampingnya.
“Jika tebakan saya tidak meleset, pasti kalian yang membocorkan info saya ke Natalie!”
Paulus Bayer membeku sejenak, lalu langsung terkekeh sambil menunjuk Tim Hank, “Dia! Brengsek ini selalu mengobrol dengan Natalie!”
“Hei, kan kamu yang menyuruhku memberitahu?” Tim Hank langsung membantah.
Yang Chengzhuo tersenyum tipis. Tidak peduli sebesar apa pencapaiannya, Paulus Bayer dan Tim Hank akan selalu menjadi partner yang paling dipercayainya, rekan sekerja yang paling setia. Karena mereka takkan pernah berkhianat padanya, selalu memikirkan yang terbaik untuknya.
"Bagaimanapun, terima kasih!" ucap Yang Chengzhuo dengan penuh rasa syukur.
"Wah, bisa mendapat ucapan terima kasih dari Sang Kaisar, ini sungguh luar biasa!" canda Moniz.
"Kalau begitu harus mentraktir makan!" seru Chris Schmidt sambil tertawa.
Yang Chengzhuo juga mengangguk, "Tidak masalah! Kalian bisa memesan menu apa saja di restoran basis pelatihan siang hari nanti, semua aku yang bayar!"
"Dasar brengsek pelit!" protes semua orang serempak.
Setelah lelucon singkat itu, raut wajah Yang Chengzhuo kembali khidmat.
"Dalam sesi latihan sore nanti, Robben akan kembali ke posisi sayap kiri!" perintahnya.
Paulus Bayer dan yang lain mengangguk kompak. Untuk sementara, ini memang konfigurasi terbaik yang sesuai dengan skuad pemain Liverpool.
“Tapi aku tetap memutuskan Cristiano Ronaldo sebagai pasukan inti, dia akan bermain di sayap kanan. Aku harap dari segi teknisi bisa memberinya pertolongan maksimal. Selain itu, Chris, susunlah program pelatihan penguatan raga yang detail untuknya. Dengan memastikan kecepatan, kelenturan, dan fleksibilitasnya tetap terjaga, perkuat perlawanan fisik dan kebugarannya.”
Chris tersenyum, “Kesulitannya sangat besar!”
Biasanya, untuk meningkatkan perlawanan fisik harus ditingkatkan kekerasan dan kekuatan otot. Ini akan membuat seluruh tubuh menjadi kaku, menyebabkan penurunan kelenturan dan fleksibilitas sehingga teknik halus sulit dilakukan. Tapi permintaan Yang Chengzhuo jelas lebih tinggi, ini membutuhkan pusat penelitian membuat program khusus untuk Cristiano Ronaldo.
“Kalau tidak sulit aku sendiri yang mengerjakan, ngapain cari kalian? Aku kasih waktu satu tahun untuk meningkatkan dirinya!” kata Yang sambil tersenyum.
Mendengar kalimat ini, semua orang akhirnya paham - Yang Chengzhuo benar-benar telah melepaskan beban.
Pencapaian gemilang Inter Milan merupakan tekanan bagi setiap pelatih kepala. Bukan hanya penerusnya yang merasakan tekanan, bahkan Yang Chengzhuo sekalipun yang telah pergi tetap tak luput dari tekanan. Pasalnya, semua orang akan membandingkan segala pencapaiannya di Liverpool dengan Inter Milan.
Kini terlihat bahwa Yang Chengzhuo di season pertamanya memimpin Liverpool tidak lagi berfokus pada peringkat kompetisi. Prioritas utamanya adalah meningkatkan kekuatan tim dengan mengasah potensi sejumlah anggota semi-jadi dalam skuad.
"Oh ya, jangan lupa beri perhatian khusus pada Arjen Robben. Beri dia teguran yang baik!" perintah Yang Chengzhuo sambil terkekeh.
Saat ini kesadaran tim Arjen Robben masih cukup baik. Jika tidak, mustahil ia bisa menjadi starter di tim Hiddink. Sifat individualisnya baru muncul setelah bergabung dengan Chelsea dan mengalami proses modifikasi ala Mourinho. Kebiasaan menjadi inti tim yang selalu dikelilingi rekan-rekan membuat gaya bermainnya tak terhindarkan menjadi egois.
Hal ini juga terlihat jelas pada Cristiano Ronaldo di kemudian hari, yang merupakan penyakit bawaan pemain inti.
Tapi di tim Yang Chengzhuo, dia tidak akan mengizinkan penyakit seperti ini muncul, karena dia tetap yakin bahwa pemain bertipe tim lebih berdaya hancur dan menonjol dibanding pemain inti.
Tentu saja, tidak bisa disangkal bahwa pemain inti lebih mudah mencari popularitas.
Semalam, Yang Chengzhuo merenungkan banyak hal, terutama perbedaan sepakbola modern dengan era 90-an. Menurutnya ada satu kata yang bisa menggambarkan: kegelisahan.
Pemain dan tim mulai menjadi gelisah. Sepakbola era 90-an lebih tenang, saat itu belum ada informasi yang sangat berkembang, jadi para pemain lebih tenang bermain. Mereka cenderung tak pamrih, tidak mempedulikan siapa yang mencetak gol atau tidak, koordinasi mereka lebih baik.
Hanya dengan cara ini mereka bisa meningkatkan kemampuan sepakbola, memahami taktik teknik permainan, dan akhirnya mengasah kemampuan diri serta kecerdasan bola.
Tapi pemain zaman sekarang tidak bisa, gelisah. Setelah mencetak gol, media langsung menghype habis-habisan, sampai-sampai ingin mengangkatnya jadi bintang top seolah tiada tanding di langit maupun bumi. Jadi saat semua orang jadi gelisah, sibuk bikin iklan, mana ada waktu buat benar-benar meningkatkan keahlian dan kecerdasan bola?
Kadang dipikir-pikir, bahkan Yang Chengzhuo sendiri hampir tersesat, apalagi orang lain?
……
……
Setiap sesi latihan usai, selalu ada beberapa pemain yang memilih tinggal untuk berlatih ekstra sendiri.
Untuk hal seperti ini, tim pelatih memberi arahan dan peringatan agar mereka fokus berlatih sesuai kekurangan masing-masing. Tapi ada juga pemain yang tetap berlatih dengan cara mereka sendiri.
Contohnya Cristiano Ronaldo.
Tiga aspek yang dia latih ekstra: dribel, tendangan bebas, dan tembakan.
Semuanya adalah teknik-teknik yang mudah cari popularitas. Dari sini terlihat sifat aslinya yang ingin cepat sukses!
Tidak bisa disangkal, dia memang anggota tim yang paling tekun. Dia selalu yang terakhir meninggalkan lapangan latihan, bahkan seringkali saat semua orang sudah pergi dan langit gelap gulita, dia masih tetap berlatih sekali demi sekali.
Yang Chengzhuo hendak pergi, tapi melihat lampu di lapangan latihan masih menyala, dia pun mendekat.
Menyaksikan Cristiano Ronaldo berulang kali berlatih teknik dribling mengelilingi penghalang, terutama saat melihatnya melakukan rangkaian gerakan kreatif seperti akrobatik yang berhasil melewati rintangan secara kontinu, Yang Chengzhuo tak kuasa menahan tepuk tangan.
Harus diakui, dalam hal keindahan gerakan, dia benar-benar menonjol.
Sayangnya, sepakbola - atau lebih tepatnya liga profesional - tidak butuh semua ini!
"Bos!" Cristiano Ronaldo langsung menjadi gugup begitu melihat Yang Chengzhuo, kontras dengan penampilan percaya dirinya sebelumnya.
Yang Chengzhuo mendekat, "Gerakan teknik barusan cukup menarik, ini kreasimu sendiri?"
Cristiano Ronaldo mendapat persetujuan Yang Chengzhuo, tersenyum malu-malu sambil mengangguk, "Lebah kecil!"
"Lebah kecil?" Yang Chengzhuo membeku.
"Gerakan dribelku!" katanya, tapi tak memberi penjelasan lebih lanjut, terlihat agak malu.
Yang Chengzhuo mengangguk memuji: "Teknik yang bagus, bagaimana latihannya?"
Cristiano Ronaldo tersenyum, "Naluri, sejak kecil aku sudah mulai menggiring bola seperti ini."
"Sudah pernah digunakan di pertandingan?"
"Hmm." Saat menyebut pertandingan, raut wajahnya langsung muram.
Saat melawan Valencia, dia diawasi ketat oleh lawan, tekanan yang sangat intens, selalu dikepung pemain di sekelilingnya, tak bisa melakukan dribbling efektif.
"Aku akan tunjukkan sesuatu, ikut aku!"
Cristiano Ronaldo tampak bingung, tapi tetap mengikuti Yang Chengzhuo menuju ruang peralatan.
Di lapangan latihan awalnya sudah ada tiga penghalang. Yang Chengzhuo mengambil tiga tambahan, total menjadi enam. Ditempatkan berpasangan di depan tepat tepi area penalti, sisi kiri dan kanan. Jarak antara setiap pasangan sangat sempit, cukup untuk satu orang melewati dengan mengelabui, celah untuk menggiring bola sangat kecil.
"Aku letakkan bola di sini tepat depan tepi kotak penalti. Kamu datang menerima bola, lalu mengelabui penghalang, bergerak ke kiri, lalu ke kanan, akhirnya kembali ke depan. Harus bisa melewati semua penghalang sekaligus, masuk ke wilayah terlarang dan menembak, sementara aku menghitung stopwatch!" kata Yang Chengzhuo.
Setelah jeda sebentar, dia menambahkan, "Dari semua pemain yang pernah kulatih, rekor terbaik dipegang Ronaldo dengan 16 detik. Coba kamu buktikan!"
Mendengar perkataan itu, semangat ingin mencoba-nya langsung berkobar.
Saat Yang Chengzhuo berteriak "Mulai!", dia langsung berlari cepat ke depan. Setelah mendapatkan bola, langsung menerobos celah antara dua penghalang di depan, berhenti mendadak, lalu belok ke kiri. Namun dalam proses ini, dia sempat mengayuh sepeda (stepover). Ketika tiba di area kiri, dia harus menyesuaikan lagi posisi sebelum akhirnya bisa melewati celah sempit.
Kecepatan dribel garis lurusnya dari tepi kiri ke kanan area penalti benar-benar luar biasa. Pemberhentian mendadak di kanan juga presisi. Tapi saat hendak melewati celah, dia lagi-lagi melakukan stepover yang nyaris membuat bola terlepas.
Dengan susah payah melewati penghalang kanan, dia kembali ke tengah. Masih dengan pemberhentian mendadak, mengontrol bola, masih juga diselingi stepover, lalu menerobos masuk kotak penalti dan melepaskan tembakan keras yang spektakuler.
Persis saat bola menyentuh jala, Yang Cheng menekan stopwatch. "31 detik!"
Cristiano Ronaldo muda langsung membeku, menggelengkan kepala. "Coba lagi!"
Yang Chengzhuo mengangguk, mengizinkannya mencoba sekali lagi. Kali ini hasilnya lebih baik: "27 detik!"
"Lagi!" Cristiano masih enggan menyerah.
“27 detik!”
“26 detik!”
“29 detik!”
“26 detik!”
“32 detik!”
“30 detik!”
……
Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya dia tidak tahan, seluruh tubuhnya ambruk duduk di wilayah terlarang, terus-menerus terengah-engah.
“Bagaimana?” Yang Chengzhuo tersenyum sambil mendekat.
Pemain Portugal itu membalikkan badan, tumbang di atas rumput, ekspresinya terlihat lesu, “Tidak mungkin menyelesaikan dalam 16 detik!”
“Benarkah tidak mungkin?” Yang Chengzhuo balik bertanya, “Ikuti aku!”
Dengan sengaja membawa Cristiano Ronaldo kembali ke kantornya, menyalakan lampu dan komputer, menemukan video pelatihan Ronaldo selama periode di Inter Milan yang tersimpan di database pusat penelitian.
Cristiano Ronaldo tertegun seperti patung menatap layar "kaca" komputer. Di atasnya, Ronaldo menguasai bola tanpa gerakan berlebihan: pemberhentian mendadak, penyesuaian posisi, menarik bola, melewati lawan. Seluruh manuver melewati penghalang dilakukan dengan efisiensi memukau. Bahkan masih ada waktu tersisa untuk melakukan gerakan tipuan, persis seperti ribuan tipuan yang pernah dilakukannya di lapangan.
Ketika seluruh rangkaian gerakan selesai, hitungannya pas: tepat 16 detik!
"Jika kondisinya lebih baik, dia bisa menyelesaikan dalam 14 detik!" ujar Yang Chengzhuo.
Ekspresi Cristiano Ronaldo tampak kecewa. Kepercayaan dirinya selama ini bertumpu pada gerakan-gerakan indahnya. Bahkan ia yakin kemampuan teknisnya sejajar dengan pemain top lain. Dari siaran langsung TV hingga pertandingan Liga Portugal, ia telah menyaksikan dan mengukur diri dengan banyak teknisi lapangan, yakin tak akan kalah.
Namun sekarang, dengan berat hati ia harus mengakui: dalam hal ini, ia dikalahkan oleh Ronaldo - pemain paling hebat di planet ini. Kekalahannya pun begitu telak.
Tepat 10 detik!
"Latihan seperti ini apa berguna di pertandingan?" Dia bertanya sambil tersenyum pahit.
Satu-satunya yang bisa memberikan hiburan adalah ini hanya sejenis latihan belaka.
Tapi Yang Chengzhuo membuka video lain: rekaman Ronaldo meloloskan diri ke garis pertahanan musuh di Serie A dengan dribbling mumpuni, bahkan dua pemain sekaligus sulit menghentikannya - teknik yang persis sama dengan yang digunakan dalam latihan.
Inilah fakta sekeras baja!
Melihat ekspresinya, Yang Chengzhuo paham. Dengan sengaja menghela napas dan wajah masam penuh penyesalan: "Aku kira kau akan menjadi Ronaldo berikutnya, karena kecepatan dan daya ledakmu yang menonjol setara dengannya. Tapi kini anggap, kau takkan bisa menyamainya, selamanya tidak!"
Wajah Cristiano Ronaldo langsung berubah masam.
Namun Yang Chengzhuo tidak memberinya waktu: "Mungkin kau tidak rela. Aku mau bertaruh denganmu!"
Pemain Portugal menengadah, pandangannya seolah memancarkan secercah cahaya.
"Aku berikan posisi sayap kanan di pasukan inti, kesempatan bertanding, lalu waktu satu tahun. Jika setelah setahun kamu bisa mencapai 16 detik, aku kalah. Kamu bisa minta apa saja. Tapi jika gagal, kamu kalah. Aku yang tentukan syaratnya, bagaimana?"
Cristiano Ronaldo terkejut, adakah hal sebaik ini di muka bumi?
Dapat posisi inti sekaligus tawaran taruhan, bukankah ini menguntungkannya?
"Berani atau tidak? Satu kata, jangan ragu!" Yang Chengzhuo tak memberinya waktu berpikir.
"Bertaruh!" tegas Cristiano Ronaldo.
Seseorang yang punya rasa inferior biasanya haus akan pengakuan orang lain. Ia akan berusaha mati-matian membuktikan pada para peragum bahwa dirinya bisa sangat unggul.
Yang Chengzhuo yang telah memahami pola pikir Ronaldo generasi ini sengaja mengajaknya bertaruh.
"Jika dia bisa menyelesaikan satu set latihan ini dalam 16 detik, teknisi-nya pasti menjadi sangat efisien. Saat itu, Yang Chengzhuo tidak akan dirugikan bagaimanapun caranya. Tapi jika dia tidak mencapainya, Yang Chengzhuo akan memintanya untuk mencapai target itu."
"Maukah kita menetapkan kontrak?" tanya Yang Chengzhuo sambil tersenyum.
Cristiano Ronaldo mengangkat kepalanya, mengawasi ketat pelatih kepala ini. Pandangannya menyembunyikan ketegasan yang bulat. Jelas terlihat, anak muda ini bertekad bulat untuk membuat pelatih kepalanya merasa menyakitkan.
"Terakhir, ada satu ucapan untukmu!"
Senyum Yang Chengzhuo masih tersungging, tapi senyum itu terasa agak mencolok mata bagi Cristiano Ronaldo.
"Pertahankan Keteguhan itu! Jangan peduli omongan orang lain, kamu hanya perlu bertanggung jawab padaku!" Setelah berkata demikian, Yang Chengzhuo keluar dari kantornya dan bersiap pulang.
Cristiano Ronaldo menatap bayangan dari belakangnya. Tiba-tiba dia teringat saat berusia 13 tahun, baru tiba di Lisbon, menelepon rumah sambil menangis histeris berteriak ingin pulang.
Saat itu, orang tuanya juga selalu mengatakan hal yang sama melalui telepon, "Keteguhan, tidak peduli apa kata orang!"
Kini, mendengar kalimat itu lagi, napasnya menjadi tersengal-sengal. Memandang bayangan Yang Chengzhuo yang menjauh, rasa bingung mulai menyelimutinya.
Sebenarnya apa yang dia inginkan?
