Saat wasit membunyikan peluit tanda dimulainya pertandingan, Goodison Park bergema dengan siulan penuh kebencian.
Sasaran mereka bukanlah tim sendiri, melainkan musuh bebuyutan sekota - Liverpool si Merah!
Setiap pertandingan Derby selalu menarik perhatian, terutama duel antara rival sekota ini. Seluruh jajaran Liverpool bertekad kuat untuk mengalahkan Everton dalam pertandingan ini dan meraih dua kemenangan beruntun.
Karena ada pertandingan liga di tengah pekan, Yang Chengzhuo melakukan penyesuaian taktis. Di lini belakang, Glen Johnson menggantikan Finnan, sementara posisi lainnya tetap sama. Di lini tengah, Michael Essien menggantikan Davids dan Murphy mengambil alih posisi Hamann. Keduanya berbaris rapi di belakang Gerrard sebagai penyangga, dengan bek sayap yang lebih maju posisinya dan formasi pertahanan berbentuk cawan dangkal.
Gravesen hanya duduk di bangku cadangan karena cedera. Yang Chengzhuo memanfaatkan ketidakstabilan lini tengah Everton untuk menguasai area ini secara total. Dengan keunggulan di lini tengah, Liverpool mengorganisir serangan bertubi-tubi dan langsung mendominasi sejak peluit kick-off dibunyikan.
Moyes juga menyadari kekurangan timnya, oleh karena itu ia tidak nekat menyerang, melainkan mengadopsi formasi kontraksi pertahanan dengan taktik 451. Di lini depan hanya ditempatkan pemain muda Wayne Roony sebagai ujung tombak. Pemain Tiongkok Li Tie juga mendapatkan kesempatan tampil dalam pertandingan ini.
Taktik pertahanan-balik Everton membuat Liverpool kesulitan membuka celah. Fokus pertahanan Moyes terpusat di sayap kiri Liverpool. Dengan sengaja ia memprioritaskan alokasi pasukan ke sayap kanan, membiarkan Cristiano Ronaldo langsung menggempur sayap kiri mereka - sebuah antisipasi bahwa pemain Portugal itu belum mampu menjadi ancaman serius.
Hasilnya seolah membenarkan prediksinya. Liverpool jelas merasakan kebuntuan serangan di sayap kiri, lalu mulai beralih ke sayap kanan. Performa Glen Johnson semakin aktif, diikuti oleh tampilan megah Cristiano Ronaldo.
Namun terkadang, kemegahan belum tentu menjadi hal yang baik.
Pada menit ke-15, dribel cantiknya di sayap kanan membuat semua orang merasakan teknik menggiring bolanya. Dia pertama-tama menggunakan tumit kaki kanan untuk mengubah arah bola, mengelabui gelandang bertahan Bridge yang sedang mundur, lalu langsung menginjak bola sambil bersandar pada bek kiri Everton Naysmith, sepertinya ingin menyelesaikan gerakan Marseille Turn ala Zidane.
Tepat saat gerakannya setengah rampung dan hampir berhasil melewati lawan, Naysmith tiba-tiba menyapu dengan tackle keras yang tidak hanya berhasil merebut bola tepat waktu, tapi juga membuat Ronaldo yang tak bisa mengerem momentumnya tersandung dan terjungkal ke luar lapangan—itu bahkan tidak dianggap pelanggaran!
Pertahanan gemilang Naysmith langsung disambut sorak-sorai gegap gempita dari seluruh fans Everton di Goodison Park.
"Biarkan si pemain Portugal yang cuma jago dribel itu boleh mati!"
"Enak nggak tuh rumput Goodison Park? Dasar sapi bodoh!"
Di tribun langsung bergema teriakan hinaan yang menyelimuti langit dan bumi. Cristiano Ronaldo bergulat bangkit dari tanah, menengadah memandang tribun di sekelilingnya. Bukan warna merah yang ia kenal, yang ada hanyalah biru simbol musuh bebuyutan!
Setelah mengalami kesalahan, Cristiano Ronaldo malah semakin menjadi-jadi. Emosinya tersulut, ingin membuktikan kemampuan dengan kekuatan sendiri. Ia mulai melakukan dribel berulang-ulang, terus menggiring bola meski rekan setim sudah membuka posisi bagus. Entah tidak melihat, atau sengaja memilih bermain solo.
Pola permainan ini mencapai puncaknya menjelang akhir babak pertama.
Saat Michael Essien berhasil merebut bola di tengah lapangan, ia mengoper ke Gerrard. Dikepung lawan, Gerrard segera membagi bola ke sayap. Cristiano Ronaldo menggiring di sisi kanan, sementara Didier Drogba di tengah sudah mulai mengikuti rute pergerakannya, waspada terhadap jebakan offside.
Dalam situasi seperti ini, jika Cristiano Ronaldo melihat, seharusnya langsung mengoper bola. Santai saja, bahkan jika operannya melenceng, Didier Drogba tetap bisa menciptakan situasi one-on-one dengan kiper.
Namun sayang, pemain Portugal ini memilih terus menggiring bola. Hasilnya, diblokir tepat oleh Naysmith. Portugal ini malah menabrak pemain Skotlandia. Bukan saja kehilangan bola, tetapi juga menyia-nyiakan kesempatan langka yang tak terulang.
"Ya Tuhan, apa anggota ini tidak membawa mata ke pertandingan?" teriak Andy Gray tak kuasa menahan diri.
Peluang emas seperti ini sulitnya muncul. Serangan balik setelah merebut bola, hanya butuh satu operan saja gol langsung tercipta. Tapi dia malah memilih bertindak sendiri dengan tegas. Bukankah ini mengabaikan pengabdian seluruh tim?
"Lihat ekspresi Didier Drogba yang menggelengkan kepala tak berdaya, lihat Gerrard yang berteriak marah penuh frustrasi ke Cristiano Ronaldo. Jelas terlihat, seluruh anggota Liverpool sudah mencapai batas kesabaran terhadapnya. Selain performa menakjubkan di pertandingan putaran pertama, pemain Portugal ini justru mengecewakan di tiga pertandingan berikutnya. Dibandingkan Arjen Robben yang semakin menunjukkan peran krusial di sayap kiri, dirinya seperti mengalami penurunan cepat. Namun Yang Chengzhuo tetap menunjukkan harapan besar padanya."
"Kita tidak tahu sebenarnya ada apa. Dia terlihat hanya suka menggiring bola, dan hanya paham cara menggiring bola. Setiap kali menguasai bola, pasti langsung menggiring maju sendiri, sama sekali tidak mempertimbangkan kondisi tim dan situasi lapangan. Dia sepertinya terlalu fokus pada dribelnya, tak pernah sekalipun mengangkat kepala untuk mengobservasi pola pergerakan dan koordinasi rekan setim di sekelilingnya."
“Situasi seperti ini telah terjadi berkali-kali, bahkan bisa dikatakan setiap serangan Liverpool sampai di sayap kanan, irama langsung berantakan dan terasa aneh. Cristiano Ronaldo terlihat terlalu gemar menggiring bola, sama sekali tidak sesuai dengan gaya cepat dan sederhana yang dianut Liverpool.”
“Sekarang kita bisa mengerti mengapa Moyes berani mengosongkan zona pertahanan kiri dengan nyaman!”
……
“Setelah istirahat tengah, kedua pelatih kepala tidak melakukan pergantian pemain. Yang Chengzhuo sepertinya masih menaruh harapan pada Cristiano Ronaldo.”
“Lagi-lagi Cristiano Ronaldo di sayap kanan berbalik sambil menggiring bola, menembus pertahanan... Gerakan indah! Aduh, bolanya direbut lawan, Everton langsung melancarkan serangan balik...”
Waktu terus berjalan sedetik pun, seluruh skuad Liverpool tampak berada di bawah tekanan berat, dengan Yang Chengzhuo sebagai yang pertama merasakan dampaknya.
“Jika pertandingan ini tidak bisa dimenangkan, pasti akan ada protes!” ujar Benitez dengan wajah penuh kecemasan.
Yang Cheng mengangguk, tentu saja dia paham betul hal ini.
"Ganti pemain!" Paulus Bayer juga mengusulkan.
Yang Chengzhuo menghela napas, "Suruh Kuyt lakukan pemanasan."
Paulus Bayer dan Benitez saling memandang, mengangguk serempak, lalu menoleh ke arah bangku cadangan sambil berteriak.
3 menit kemudian, Kuyt menggantikan Cristiano Ronaldo yang performanya buruk.
Ironisnya, seluruh Stadion Goodison Park bergema oleh sorak-sorai gegap gempita - jelas para fans Everton sedang memberi dukungan pada Ronaldo, berharap pemain Portugal itu tetap di lapangan agar tim mereka bisa lebih banyak mendapatkan penguasaan bola gratis.
"Jangan kembali ke ruang ganti!" Yang Chengzhuo berkata dengan wajah masam.
Ronaldo yang semula menunduk perlahan mengangkat kepalanya, tak memahami maksud pelatih kepala ini.
"Kamu hanya perlu mengawasi dari pinggir lapangan, angkat kepalamu, lihat baik-baik bagaimana orang lain bermain! Lalu pikirkan - kenapa begini? Kenapa selama 55 menit kamu turun ke lapangan, performamu seperti sampah?"
Cristiano Ronaldo mengangguk sedikit, tapi kembali menunduk.
"Angkat kepala sialan!" Yang Chengzhuo mengumpat.
Cristiano Ronaldo terkejut, menoleh memandang pelatih kepala.
"A—ng—kat—kepala!" Yang Chengzhuo mengucapkan kata demi kata dengan tegas.
Dari sorot mata Yang Chengzhuo, Cristiano merasakan amarah dan kekecewaan seperti besi yang tak bisa ditempa menjadi baja. Ia ketakutan, menyesal, karena performanya memang buruk. Akhirnya, seperti diperintahkan, ia mengangkat kepala.
……
……
Setelah Dirk Kuyt turun ke lapangan, dia ditempatkan di sayap kanan. Tugas yang diberikan Yang Chengzhuo lebih banyak pada lari: langsung menyelami celah pertahanan saat melihat kesempatan, segera menyambut rekan yang terjebak kebuntuan. Ditambah kesadaran bertahan Kuyt yang cukup baik, Yang Chengzhuo memerintahkan Glen Johnson untuk aktif maju menyodorkan diri. Langkah ini langsung mengaktifkan sayap kanan Liverpool.
Begitu sayap kanan mulai bersinar, tekanan di sayap kiri pun berkurang. Arjen Robben segera menunjukkan peran krusialnya.
6 menit setelah pergantian pemain, John Arne Riise menerobos maju lewat sayap kiri. Robben yang menarik diri ke depan area penalti menguasai bola, Didier Drogba memancing bek tengah Everton Yobo keluar kotak penalti. Edgar Davids dengan sigap menerobos masuk ke kotak penalti, menerima umpan terobosan Robben dan melepaskan tendangan keras yang menghunjam tiang kanan lalu memantul masuk jaring. 0-1!
Setelah gol tersebut, Liverpool menunjukkan dinamika permainan yang semakin hebat.
Menit 73, Robben kembali menunjukkan aksinya di sayap kiri. Usai melakukan terobosan cepat, dia melewati bek kanan Pistone dengan mudah lalu mengirimkan umpan silang ke kotak penalti.
Didier Drogba menindih dengan kuat Yobo menggunakan raganya, mengontrol bola dengan kaki lalu berbalik ke kanan sebelum mengembalikan operan.
Steven Gerrard menyusup dari belakang, menerobos mundurnya Li Tie lalu mengeksekusi tendangan keras ke sudut kanan bawah gawang, 0-2!
Dua gol beruntun ini membakar semangat seluruh skuad Liverpool. David Moyes yang tak sanggup menahan serangan segera melakukan pergantian pemain dengan menurunkan Thomas Gravesen dari bangku cadangan untuk memperkuat ketebalan pertahanan di area tengah.
Di menit ke-77, Glen Johnson melakukan penetrasi di sayap kanan yang berkoordinasi dengan Dirk Kuyt hingga mencapai garis bawah. Crossing-nya diacak oleh gangguan Gerrard di titik depan, sundulan operan Didier Drogba di tengah disambut tendangan voli keras Arjen Robben di titik belakang yang kembali membobol gawang Everton, 0-3!
Setelah unggul 3 gol, mental Everton benar-benar hancur sementara momentum gol Liverpool justru semakin membara.
Menit ke-84, lagi-lagi crossing akurat dari sayap kanan. Didier Drogba meluncurkan sundulan tajam dari jarak 8 meter depan gawang. Bola memantul dari tanah sebelum menghujam jala Everton, mengubah skor menjadi 0-4 untuk Liverpool!
Hanya dalam 35 menit, skor berubah drastis dari 0-0 menjadi 0-4. Hanya dengan pergantian Cristiano Ronaldo, dinamika permainan langsung berubah total dan memicu gelombang serangan Liverpool yang tak terbendung!
Yang Chengzhuo tentu tak sepaham itu. Skor 0-4 tak lantas membuatnya menilai Cristiano Ronaldo tak berkualitas. Namun ia mengakui, kehadiran Ronaldo memang memperlambat ritme pergerakan serangan The Reds.
Ketidakmampuan mengirim bola ke area 32 meter dengan cepat dan efektif menjadi masalah utama Liverpool saat Cristiano Ronaldo masih di lapangan.
Kehadiran Dirk Kuyt menjadi solusi. Sejak itu Liverpool bagai harimau keluar kandang, mencetak gol beruntun hingga membuat Everton tak berdaya. Sayangnya penyesuaian strategi David Moyes datang terlambat.
Yang Chengzhuo menoleh, memandang Cristiano Ronaldo di pintu masuk saluran pemain. Ekspresi pemain Portugal itu sangat masam.
Benar! Siapapun yang berada dalam posisinya saat ini pasti akan terlihat sama memprihatinkan!
Menurut Yang Chengzhuo, sekarang tidak perlu banyak bicara. Tidak ada buti yang lebih jelas dari ini.
Pemain Liverpool sedang merayakan kemenangan Derby, namun Cristiano Ronaldo hanya berdiri sendiri di pintu masuk saluran pemain. Dengan perasaan hancur, ia menyaksikan satu per satu pemain Everton yang lesu melintas di sampingnya. Kondisi hatinya sama hancurnya seperti mereka.
Dalam pertandingan ini, mereka semua adalah pecundang!
……
……
Tok～ tok～
"Masuk!" seru Yang Chengzhuo dari dalam kantornya, langsung merespons begitu mendengar suara ketukan pintu.
"Bos!" Hyypiä dan Gerrard masuk bersamaan.
Yang Chengzhuo mengangguk, "Duduklah!"
Kedua kapten dan wakil kapten itu tersenyum, mendekat lalu duduk berhadapan dengannya.
"Tidak berangkat ke timnas?" tanya Yang Chengzhuo.
Setelah pertandingan melawan Everton selesai, tim langsung dibubarkan. Banyak pemain harus melapor ke timnas, sementara yang tersisa mendapat waktu istirahat dua hari.
"Segera berangkat!" jawab Gerrard.
Hyypiä mengangguk, tampaknya dia juga akan segera pergi.
"Bos, ada hal yang setelah kami diskusikan, tetap memutuskan untuk berbicara baik-baik denganmu," ujar Hyypiä.
Yang Chengzhuo punya firasat buruk. Ia mengangguk, bersandar di sofa dengan tenang siap mendengarkan.
"Menurut kami, apakah sebaiknya Anda mempertimbangkan kembali posisi Cristiano Ronaldo?" tanya Gerrard dengan sopan.
Yang Chengzhuo diam karena tahu mereka masih ada yang ingin disampaikan.
"Percayalah, semua orang keberatan dengan performanya. Bukan hanya di pertandingan Everton ini, kritik sudah ada sejak sebelum laga, baru kali ini menemukan titik lemah."
"Kalian berpendapat..." kata Yang Chengzhuo separuh kalimat.
Gerrard dan Hyypiä saling memandang, "Kami semua merasa pemain lain lebih layak menjadi pembuka daripada Cristiano Ronaldo."
Setelah berhenti sejenak, Hyypiä tersenyum, "Tentu saja ini hanya usulan, bagaimanapun kami akan patuh pada penjadwalan Bos."
Saat ini situasi Liverpool sebenarnya cukup baik setelah meraih kemenangan besar 4-0 atas Everton.
Sebenarnya, jika bukan karena 4 kemenangan beruntun Arsenal yang terlalu gemilang, rekam jejak 3 menang 1 imbang dengan 8 gol masuk dan 0 kebobolan Liverpool benar-benar menakjubkan. Mereka kini berada di peringkat kedua papan poin Liga Primer, mengungguli Manchester United yang baru kalah. Dari segi mana pun, tim muda ini memiliki potensi besar.
Jika di hari biasa, masalah sayap kanan mungkin tertutupi prestasi gemilang tim. Namun dalam pertandingan melawan Everton ini, performa ekstrem tim saat Cristiano Ronaldo turun lapangan membuat semua orang akhirnya memberikan perhatian khusus.
“Bukan kami punya keberatan padanya, Bos. Hanya saja kami semua merasa dia terlalu mementingkan diri sendiri. Kami yakin Bos juga paham betul masalahnya.” Gerrard menjelaskan.
Yang Chengzhuo memang setiap hari menegur Ronaldo dalam latihan, tapi pemain Portugal itu kemajuannya terbatas, atau kecepatan peningkatannya terlalu lambat, terutama dalam mengatasi kebiasaan terlalu sering membawa bola.
Sejujurnya, mengubah kebiasaan bermain yang sudah tertanam sejak kecil itu sungguh tidak mudah.
Sebagai orang sepakbola profesional, Yang Chengzhuo bisa memaklumi. Gerrard, Hyypiä dan yang lain juga bisa mengerti. Tapi masalahnya, kini Liverpool sedang bertarung di Liga Primer. Situasi liga yang mendesak sama sekali tidak memungkinkan Liverpool mendapat banyak kesempatan menyesuaikan, apalagi mengorbankan seluruh tim untuk mengasah kemampuan Ronaldo.
“Kami sungguh berharap Bos bisa mempertimbangkan baik-baik!” kata Hyypiä. “Tapi apapun keputusannya, kami tetap akan selalu mendukungmu, mendukung sepenuhnya!”
"Pembicaraan sudah sampai di sini," Yang Chengzhuo mengangguk setuju, "Bagus, aku akan mempertimbangkan matang!" Setelah berkata demikian, dia menghela napas dalam-dalam.
Hyypiä dan Gerrard saling memandang, sama-sama melihat kesulitan yang dihadapi Yang Chengzhuo.
Pemain muda adalah masa depan sebuah tim, hal yang diketahui semua orang. Semua tim meneriakkan slogan ini, tapi pemain muda tidak mungkin langsung matang sepenuhnya. Mereka harus tumbuh melalui kesalahan berulang, dengan prasyarat utama yakni memberikannya cukup pengalaman pertandingan dan proses pembelajaran.
Kini Yang Chengzhuo sedang memberi Cristiano Ronaldo kesempatan. Semua orang bisa melihatnya sedang membina Cristiano Ronaldo, Arjen Robben, Glen Johnson dan lainnya, memberikannya peluang. Ini hal baik, setidaknya bagi sebuah tim sepakbola, ini jelas merupakan kabar gembira.
Tapi demi nilai tim, mereka semua merasa Cristiano Ronaldo seharusnya diturunkan dari starting lineup.
Ini pilihan yang sangat kontradiktif: Akankah mengutamakan prestasi, atau masa depan pemain muda?
Tidak diragukan lagi, di antara sejumlah pemain muda saat ini, dinamika kenaikan Arjen Robben adalah yang paling mencolok. Terutama setelah bergabung dengan Liverpool, pemain asal Belanda ini menunjukkan kemajuan yang sangat signifikan di bawah konsep pelatihan Coerver dari Moniz dan Mullenstein, dengan performa yang semakin menonjol.
Kini Yang Chengzhuo meminta Chris Schmidt membuat program pelatihan intensif yang dikhususkan untuk kondisi raganya, sekaligus memantau ketat perkembangan fisiknya. Selain meminta tim teknisi mengasah kemampuan teknisnya, fokus penelitian juga dilakukan pada kaki kanannya.
Lucunya, jika kaki kirinya adalah malaikat, maka kaki kanannya adalah setan. Inilah alasan mengapa di sayap kiri ia bisa menyusur garis lapangan untuk melakukan crossing akurat atau memotong ke dalam dengan mudah, namun di sayap kanan sama sekali tak berguna karena kaki kanannya tidak memiliki fungsi apapun.
Namun bagi Yang Chengzhuo, Arjen Robben yang berusia 19 tahun masih dalam masa perkembangan pesat - tidak hanya teknologi, raga, dan kesadaran, tapi juga ciri khasnya. Itulah mengapa Yang Chengzhuo secara khusus menyusun proyek pelatihan untuknya.
Setelah menjalani operasi di awal musim, Robben kini mengonsentrasikan seluruh energi pada latihan. Kemajuannya sangat nyata, perannya di lapangan semakin vital. Dengan harga 12 juta euro, pemain ini telah menjadi rekrutan paling hemat Liverpool musim ini.
Glen Johnson, Michael Essien, Alou Diarra dan lainnya juga menunjukkan kemajuan teratur. Yang Chengzhuo selalu memberi mereka kesempatan turun sebagai pengganti di pertandingan. Dengan datangnya piala, mereka akan mendapat lebih banyak peluang latihan di kompetisi piala.
Di Liga Primer yang memiliki jadwal padat sepanjang tahun, sama sekali tidak perlu khawatir pemain muda kekurangan latihan pertandingan.
Hanya Cristiano Ronaldo yang tetap menjadi masalah paling merepotkan bagi Yang Chengzhuo.
Terutama setelah Gerrard dan Hyypiä secara pribadi datang menasihati, masalah ini telah mencapai level yang tidak bisa diabaikan lagi.
Jika terus membiarkan situasi berkembang seperti ini, ruang ganti Liverpool pasti akan menghadapi persoalan - persis seperti Manchester United di kehidupan sebelumnya - hal yang paling tidak ingin disaksikan dan paling tidak bisa diterima oleh Yang Chengzhuo.
Dan dalam hatinya telah matang sebuah keputusan!
