Memimpin 2 gol, ruang ganti Liverpool dipenuhi kegembiraan. Seluruh pemain sedang berdiskusi tentang pertandingan babak pertama, terutama serangan balik Didier Drogba melawan Campbell yang menjadi buah bibir rekan setim.
"Semoga brengsek itu mati menggelegar, langsung ganyang mereka!" ujar Davids dengan arogan.
Di dalam skuad Liverpool, dia cukup akrab dengan Didier Drogba dan Michael Essien, mungkin karena kesamaan warna kulit.
Namun atmosfer ini langsung menghilang ketika Yang Chengzhuo memasuki ruang ganti.
“Yang ingin kukatakan, performa kalian di babak pertama sangat menonjol, aku merasa bangga dengan penampilan kalian. Tapi aku harus mengingatkan, ujian sesungguhnya dari pertandingan ini baru saja dimulai!”
Berkat serangkaian pertandingan sejak permulaan liga, Yang Chengzhuo telah menaklukkan ruang ganti Liverpool dengan kepemimpinannya selama pertandingan dan persiapan taktik. Oleh karena itu saat dia berbicara seperti ini, semua pemain langsung menghargai perkataannya.
Setiap orang tentu berharap bisa meraih kemenangan, terlebih saat bertanding di kandang sendiri.
“Aku yakin semua orang sudah saling memahami - berapa banyak tenaga yang masih tersisa di raga kalian, hanya diri kalian sendiri yang tahu!”
Ucapan Yang Chengzhuo membuat beberapa pemain di ruang ganti tertawa dengan canggung.
Gerakan yang ditempuh dalam pertandingan sepakbola tidak sama dengan lari biasa. Intensitasnya berkali-kali lipat lebih tinggi karena dalam sepakbola terdapat variasi seperti pemberhentian mendadak, perubahan arah, percepatan, dan perubahan kecepatan. Dengan demikian, untuk jarak 1 kilometer yang sama, pengeluaran kebugaran fisik dalam pertandingan sepakbola bisa mencapai beberapa kali lipat dibanding lari biasa dengan kecepatan stabil.
Dan Liverpool bermain sangat agresif di babak pertama, para pemain hampir terus melakukan sprint dan perubahan kecepatan serta arah, sehingga pengeluaran energi mereka lebih besar lagi.
"Karena itu, di babak kedua kita harus melakukan penyesuaian, dan memang HARUS melakukan penyesuaian!"
Perkataan Yang Chengzhuo langsung diakui semua orang dengan anggukan.
Bahkan Davids yang kebugarannya paling hebat pun belum tentu berani menjamin bisa terus menyerang dan bertarung seperti di babak pertama, apalagi pemain lain?
"Vladimir, maaf, kita akan menyesuaikan strategi di babak kedua, kamu harus turun!" tegas Yang tanpa ragu-ragu.
Smicer mengangguk, perannya di babak pertama sebenarnya tidak terlalu menonjol. Tugas yang diberikan Yang adalah merapikan lini tengah, tapi di bawah pengawasan Vieira dan Gilberto Silva, kontribusinya di bidang ini memang kurang meskipun masih bisa diterima.
"Dietmar, babak kedua giliranmu!"
Hamann langsung mengangguk setelah mendengar, dia sudah mempersiapkan diri dari tadi.
"Di babak kedua kita perlu merapatkan formasi, jangan ofensif. Kita mainkan pertahanan-balik. Davies dan Hamann di tengah. Kuyt, awasi ketat Ashley Cole! Gerrard jaga Pirès. Henry serahkan ke Finnan!"
Serangan Arsenal lebih terpusat di sayap kiri. Jalur kiri yang dibentuk Ashley Cole, Pirès, dan Henry benar-benar mimpi buruk bagi tim-tim Inggris. Yang Chengzhuo menggunakan Kuyt, Gerrard, dan Finnan untuk membekukan trio ini.
"Robben, di babak kedua kamu tetap di posisi paling depan. Serangan balik kita bergantung padamu, terutama waspadai Lauren di sayap kanan lawan. Jangan biarkan dia maju, paham?" instruksi Yang Chengzhuo penuh kesungguhan.
Robben mengangguk. Cukup dengan menempel di area kiri dekat pertahanan lawan, Lauren takkan berani maju karena harus terus waspada pada serangan balik Robben. Dengan kecepatan striker Belanda itu, Lauren pasti tak bisa kembali jika nekat maju.
"Riise, awasi baik-baik Ljungberg!"
Setelah memberikan penjelasan tugas, Yang Cheng menepuk tangan dengan keras.
"Saudara sekalian, Aku sangat puas dengan performa kalian di babak pertama. Tapi itu baru 45 menit yang lalu! Kita punya alasan untuk percaya, di babak kedua Arsenal pasti akan melancarkan serangan balik besar-besaran. Ingatlah alur pertahanan yang kita latih - saling jaga ruang dan tambahan posisi. Pertahanan kita harus dimulai dari striker, dari garis depan!"
Seluruh pemain Liverpool berdiri serentak, "Paham!"
"Jika babak pertama menguji serangan kita, maka babak kedua ini akan menguji kehendak kita. Siapa yang lebih haus akan kemenangan, siapa yang lebih teguh kehendaknya, dialah yang akan meraih kemenangan dalam pertandingan ini."
Yang Cheng tersenyum, "Aku baru mendapat kabar: Di Stadion Old Trafford Manchester, MU sedang ketinggalan. Apa artinya ini? Aku yakin kalian lebih paham daripada aku."
Begitu mendengar kabar ini, seluruh ruang ganti langsung gempar.
"Jika Manchester United kalah, maka Liverpool hanya perlu mengalahkan Arsenal untuk mencapai puncak Liga Primer!"
Gerrard tiba-tiba matanya memerah, menggigit gigi berkata: "Bertarung habis-habisan, bersiap dirilah, kita lawan mereka sampai titik darah penghabisan!"
"Benar! Kita bertarung! Kita harus merebut gelar juara, kita harus menjuarai Liga Primer!" Carragher mengikuti dengan geram mengatupkan gigi.
Sebagai anggota asli akademi Liverpool, sejak kecil mereka selalu mendambakan trofi, berharap bisa menghidupkan kembali kejayaan Kerajaan Merah Liverpool di masa lalu. Tapi tahun demi tahun, hasil yang mereka dapatkan selalu meninggalkan kekecewaan.
Fowler, McManaman, Owen... satu per satu anak Kirkby meninggalkan Liverpool dengan penyesalan dan kepedihan yang tak terelakkan, meninggalkan tim yang paling mereka cintai. Tapi yang bertahan, tak ada satu pun yang tidak berani memikul tanggung jawab besar ini.
"Saudara sekalian, kita bertarung habis-habisan!" Hyypiä maju ke depan sambil mengepalkan tinju.
“Berapa tahun sudah, kita tak pernah bertahan di puncak daftar klasemen. Kali ini, kita harus bertarung habis-habisan! Sekalipun cuma bertahan seminggu, sehari, bahkan satu menit saja di posisi itu!”
“Benar! Kita serang habis-habisan, lawan mereka sampai titik darah penghabisan!” teriak Gerrard.
Menyaksikan semangat juang para pemain lokal yang berkobar-kobar ini, Davids yang telah melewati ribuan pertandingan profesional pun tersentuh. Dulu, dirinya pun sama seperti mereka – haus akan gelar juara dan dahaga akan penghargaan.
Kini, gelar juara tak lagi berarti baginya. Tapi tekadnya untuk membawa Liverpool meraih sukses tetap menyala. Inilah cara terbaiknya membuktikan diri: membuat Moratti, Lippi, dan Juventus yang pernah mengucilkannya itu menyesal! Biar mereka tahu, mengucilkan "Si Babi Hutan Davids" adalah kesalahan paling fatal yang pernah mereka perbuat!
……
……
Wenger berdiri di pinggir lapangan, mengawasi kedua tim yang sedang bertarung sengit di lapangan. Ekspresinya dipenuhi perasaan frustasi, bahkan bisa dibilang amarah.
Brengsek bernama Yang Chengzhuo itu benar-benar tidak bermoral! Di babak kedua dia malah memasang pertahanan sekuat benteng, bahkan Didier Drogba terus-menerus mundur ke area tengah untuk membantu pertahanan. Hanya Arjen Robben yang berlari cepat di depan untuk serangan balik.
Di babak pertama mereka nekat menyerang habis-habisan sampai unggul dua gol, tapi di babak kedua malah mengkerut seperti buah zakar lembek di area pertahanan sendiri sambil main serangan balik. Adakah lawan yang lebih menyebalkan dari ini?
"Ini seperti landak sialan!" sumpah Wenger.
Pat Rice ingin tertawa tapi mulutnya terkunci. Dia tahu situasi Arsenal saat ini sangat berbahaya.
Kalah skor saja masih bisa ditolerir. Tapi masalahnya, selain ketinggalan skor, lawan juga mulai mengencangkan formasi pertahanan.
Tidak bisa tidak diakui, sebagai pelatih kepala yang pernah sukses di Serie A, Liverpool di bawah kepelatihan Yang Chengzhuo menunjukkan pertahanan yang sangat terorganisir dengan strategi counter yang matang. Serangan sayap kiri andalan Arsenal benar-benar tidak bisa membuka celah.
"Mereka membatasi ruang gerak dengan sangat efektif, sama sekali tidak memberi kesempatan bagi kami untuk mengembangkan permainan!" ujar Pat Rice dengan frustrasi saat menganalisis.
Tanpa ruang gerak, Henry tak bisa berlari kencang. Pires dan Ashley Cole juga tidak maksimal, sementara Wiltord di kotak penalti dikawal ketat. Seluruh lini kiri Arsenal benar-benar tidak efektif.
Di sisi kanan meski ada Ljungberg, tapi Robben yang selalu berkeliaran di area kiri membuat Lauren tidak berani sembarangan maju. Ljungberg yang sendirian di depan pun tak berdaya. Serangan balik Liverpool sepenuhnya mengandalkan Robben.
Dari awal babak kedua hingga sekarang, Arsenal mendominasi serangan, namun pertahanan Liverpool selalu terorganisir rapi tanpa kekacauan. Begitu bola masuk ke posisi vital, langsung dinetralisir oleh Liverpool—entah dikonversi jadi serangan balik atau dibuang jauh dengan membantu membebaskan.
"Sialan, kenapa enggak sekalian taruh 11 pemain di wilayah terlarang saja?!" Wenger mengumpat geram.
Pertandingan seperti ini jelas paling menjengkelkan. Mereka habis-habisan bertarung 45 menit di babak pertama, kita yang unggul. Eh babak kedua malah berbalik haluan main strategi pertahanan balik. Bikin lawan ingin memuntahkan darah saja!
Wenger berhenti sejenak, memalingkan wajah lalu bertanya: "Sudah sampai mana?"
"Menit ke-61!" jawab Pat? Rice.
"Bangsat!" Wenger kembali mengumpat. Professor yang terlihat lemah lembut ini sudah mengeluarkan jutaan umpatan sejak babak kedua, untung tak ada yang merekam. Kalau tidak, pasti jadi skandal besar.
Pat? Rice juga tahu masalahnya semakin besar, menatap Wenger, menunggu instruksi terbaru dari pelatih.
"Persiapkan Bergkamp dan Kanu untuk pemanasan, turun di menit ke-65!" Wenger menarik napas dalam-dalam, bertekad.
Pat? Rice langsung paham, Wenger hendak bertarung habis-habisan dengan memasukkan penyerang utama. Asisten segera melaksanakan perintah.
4 menit kemudian, memanfaatkan bola mati, Arsenal mengganti Gilberto Silva dan Robert Pirès yang performanya buruk dengan Dennis Bergkamp dan Nwankwo Kanu!
……
……
"Wah, mau menakuti lawan dengan jumlah pemain?" Yang Chengzhuo tertawa getir.
Benitez dan Paulus Bayer serempak menggelengkan kepala, menyindir gaya "Si Kaya Baru" itu.
Tapi Yang Cheng segera memberi perintah: "Persiapkan Michael Essien untuk pemanasan, bersiap turun!"
"Ganti siapa?" tanya Paulus Bayer.
"Arjen Robben!" jawab Yang dengan ekspresi sangat serius.
“Benitez awalnya membeku, lalu tertawa getir sambil menggelengkan kepala, “Wenger pasti akan memuntahkan darah dibuatmu!”
“Lebih baik langsung mati menggelegar!” kata Yang Chengzhuo.
Tak lama kemudian, Essien menggantikan Robben. Liverpool memulai taktik 451 mereka, hanya menyisakan Didier Drogba seorang diri di depan yang menyiksa bek-bek Arsenal. Dirk Kuyt masih meredam Ashley? Cole, sementara lini tengah tiba-tiba dipenuhi empat pejuang level binatang buas: Davids, Essien, Hamann, dan Gerrard.
“Andai aku Wenger, pasti sudah retakan parau!” ujar Paulus Bayer sambil tersenyum, “Lari sampai menghembuskan napas terakhir!”
“Kamu benar-benar tidak bermoral!” seru Benitez sambil tertawa.
Yang Chengzhuo juga ikut tersenyum lebar. Satu set taktik ini memang sudah dipelajarinya. Anggota-anggota lini tengah ini semua figur legendaris di bidang kebugaran - sekawanan binatang buas! Melepas mereka semua, meski bukan omong kosong belaka, cukup untuk menghancurkan lini tengah Arsenal dan menggagalkan serangan efektif mereka.
"Makanya aku selalu bilang, pertandingan sepakbola beda dengan berantem, bukan soal jumlah orang yang banyak!" Yang Cheng tersenyum.
Benitez benar-benar merasa dikalahkan, ingin bertanya: "Kalau tidak andalkan jumlah pemain, buat apa menjejalkan banyak anggota lincah di lini tengah?"
Tapi ucapannya ditahan, karena dia tahu persis, jika dilontarkan, Yang Cheng pasti akan membuatnya tidak nyaman.
Anggota ini suka balas dendam, bukan tipe baik!
……
……
Lini tengah Liverpool benar-benar mewujudkan maksud taktik Yang Cheng, dengan prinsip memecah formasi tengah lawan, mendominasi ruang gerak, bahkan celah sekecil jarum pun tidak disisakan untuk Arsenal.
Begitu benar-benar tak mampu mencegah, mereka akan tegas melakukan pelanggaran di area tidak berbahaya, meski sebagian besar hanya sentuhan ringan. Walau Davids kena kartu kuning, anggota lain selamat dari hukuman.
Ketika hubungan antara lini tengah dan garis depan terputus oleh gelandang Liverpool, Wenger menemukan dengan tragis bahwa bahkan dengan menumpuk lebih banyak pemain di depan, mereka tak bisa menciptakan ancaman. Akhirnya ia terpaksa memerintahkan Bergkamp dan Henry untuk lebih sering mundur.
Dengan demikian, situasi kembali seperti kondisi sebelumnya.
Di menit ke-79, Wenger benar-benar tak tahan lagi. Ia mengganti Wiltord dengan Parlour, jelas ingin memanfaatkan pergerakan Parlour untuk menyambungkan lini tengah-depan. Namun efeknya tetap biasa saja.
Yang Chengzhuo masih punya satu kuota pergantian pemain, tapi dengan tegas memilih untuk tidak menggunakannya.
Demikianlah waktu terus berlalu perlahan.
Bagi Wenger, ia ingin waktu semakin panjang, sebaiknya diperpanjang sebanyak mungkin. Tapi ia juga menyadari itu sia-sia karena para pemainnya mulai menunjukkan fenomena kelelahan fisik.
Dalam kondisi seperti ini, bukan hanya serangan yang mandek, bahkan teknik dasar pun mulai berantakan.
Sebaliknya Liverpool justru tampil sangat efisien dalam bertahan. Formasi keseluruhan tetap teratur rapi - para anggota tim mereka memang memiliki stamina lari yang luar biasa.
……
……
Seluruh Stadion Anfield menjadi sangat tegang, bagaikan pertanda akan datangnya badai.
Meski sorakan fans di tribun masih terdengar, para pemain di lapangan tetap bermain dengan teratur, namun semua orang tetap merasakan kecemasan.
Mungkin dari segi taktik terlihat mudah, tapi saat menghadapi serangan yang diciptakan oleh pemain-pemain seperti Bergkamp, Kanu, Henry, Ljungberg, dan Vieira di pertandingan, tidak ada yang akan merasa santai.
Seluruh skuad Liverpool mengerahkan segala daya dengan mempertahankan formasi pertahanan yang telah dilatih Yang Chengzhuo sebelum laga, membekukan setiap jengkal ruang hingga serangan Arsenal berkali-kali gagal.
Para fans seakan ikut merasakan tekad baja para pemain Liverpool ini, semua yang hadir terserap dalam aura kepahlawanan yang mendalam.
Di bangku cadangan, bahkan pemain yang jelas tahu tidak ada kesempatan turun lagi, kini satu per satu mengawasi ketat lapangan, menonton dengan fokus penuh, napas tersengal-sengal, seolah mereka juga seperti rekan setim di lapangan yang sedang mempertaruhkan napas terakhir.
Di tribun, fans menyanyikan lagu tim【Kamu Takkan Pernah Berjalan Sendiri】, sorakan lagu bergema di Anfield, memperlihatkan suasana genting saat ini yang semakin membakar dorongan darah berdesir panas.
Inilah Liverpool!
Sepakbola Liverpool yang bersatu padu dan tak kenal lelah itu telah kembali!
Gerrard, pemain yang paling mewakili tradisi Liverpool ini bertarung hingga kena sedot, bertarung hingga tumbang di lapangan, tapi dia segera bangkit kembali dan melanjutkan pertandingan.
Tapi dia melakukan kesalahan, dilewati oleh Bergkamp, namun Essien di belakang langsung menyambar, melakukan tackling langsung yang menjatuhkan Bergkamp beserta bolanya ke tanah.
Sliding tackle ini membuat Essien disambut sorak-sorai gegap gempita dari seluruh KOP di stadion.
Terkadang, untuk menaklukkan fans, cukup dengan satu tackling saja!
Seluruh anggota tim, di bawah gelombang serang Arsenal, menegang perhatian terakhir. Semua mata mengawasi ketat lawan, mengatupkan gigi bertahan, berdiri tegak di hadapan musuh dengan pandangan penuh tekad: tegas tidak mundur!
Manchester United, kalah!
Jika kita bisa mengalahkan pertandingan ini, kita akan mencapai puncak!
Kita akan menjadi puncak daftar Liga Primer!
Bertahun-tahun lamanya, berkali-kali kami berharap jadi yang teratas di Liga Primer. Berkali-kali kami dicemooh dan dipermalukan musuh. Tapi kami bangkit lagi demi satu hari: bisa naik ke takhta ini.
Baik satu minggu, satu hari, satu jam, bahkan satu menit, semuanya tidak masalah.
Seluruh orang Liverpool bersedia mengerahkan segala upaya untuk ini!
……
……
Cristiano Ronaldo duduk di bangku cadangan, dia juga menyaksikan pertandingan, mengamati rekan satu timnya.
Dulunya dia tidak menyukai gaya bertanding dengan mengandalkan kekuatan fisik, tapi kini dia harus mengakui, semangat juang rekan setim dan sorakan jutaan fans Liverpool di tribun telah mempengaruhinya.
Dia sangat ingin menjadi bagian dari mereka!
Ini pertama kalinya dia merasakan resonansi dengan rekan setimnya, meski hanya resonansi spiritual - dia memahami alasan keteguhan dan kegigihan mereka, karena dirinya pun memiliki kualitas yang sama.
Tujuan mereka berbeda-beda: Gerrard ingin membuktikan Liverpool, Davids ingin balas dendam pada mereka yang memblokirnya, Didier Drogba, Michael Essien dan banyak lainnya hanya menjalankan etika profesi sambil terbawa suasana dan situasi pertandingan, sementara Cristiano Ronaldo ingin membuktikan diri di hadapan mereka yang meremehkannya.
Meski tujuan berbeda, cara yang mereka pilih sama: mengalahkan lawan di lapangan!
Saat wasit membunyikan peluit tanda berakhirnya pertandingan, seluruh Stadion Anfield meledak!
Perasaan bersemangat yang tertahan selama 90 menit akhirnya terlepaskan!
Seluruh fans Liverpool seperti orang gila berlari keluar dari kursi mereka, menerjang ke depan pagar pembatas, dan berteriak histeris ke arah pemain di lapangan.
Pemain cadangan dan staf Liverpool dari bangku cadangan menyerbu lapangan, mengejar para pemain untuk merayakan dengan gegap gempita.
Mengalahkan Arsenal dengan skor 2-0, ini bukan hal mudah!
Tapi yang lebih sulit adalah, dengan mengandalkan pertandingan ini, mereka mengalahkan lawan dan untuk pertama kalinya menduduki puncak Liga Primer, menjadi pemuncak klasemen!
Ini adalah hal yang telah lama dinantikan oleh jutaan fans Liverpool.
Meskipun tidak ada yang bisa memastikan berapa lama Liverpool bisa bertahan di posisi ini, bahkan hampir semua profesional tidak memprediksi kemenangan Liverpool, tidak percaya mereka bisa mempertahankan peringkat pertama liga dengan skuad muda ini hingga akhir musim, mengingat liga baru saja dimulai.
Tapi, bagaimanapun, semua ini tidak bisa menghentikan sorak-sorai gegap gempita dan perayaan seluruh anggota Liverpool di saat seperti ini.
Setidaknya di detik ini, merekalah peringkat pertama liga, sang pemuncak klasemen!
