Dua minggu setelah pertandingan timnas berakhir, di hari kedua tim berkumpul kembali, Liverpool dengan semangat kembali menyerbu London.
Kali ini Liverpool tidak mengalami insiden terbalik di parit, langsung menghajar Fulham 4:1 di London. Van der Sar kebobolan empat gol berturut-turut, frustasi sampai hampir mencari tali untuk gantung diri di mistar gawang.
19 Oktober, pertandingan ketiga babak grup Piala Eropa. Liverpool menjamu Deportivo La Coruña di kandang sendiri dengan hasil imbang 0:0, membuat The Reds mencatatkan dua hasil seri beruntun di babak grup Liga Champions.
Sebaliknya, AS Monaco berhasil mengalahkan Olympiakos dan tetap memuncaki klasemen grup.
Usai timnya imbang melawan Deportivo La Coruña di kandang, dunia luar mulai berdesah. Banyak yang menganggap Yang Chengzhuo si Raja Piala mungkin akan mengalami rekor terburuk sepanjang kariernya - tersingkir langsung dari babak grup pertama Liga Champions.
Menanggapi pernyataan ini, Yang Chengzhuo menggelengkan kepala dan mengumpat, "Idiot!"
Semua orang bisa melihat, serangan kurang efektif Liverpool lebih banyak dipengaruhi oleh pertandingan timnas dan liga akhir pekan, ditambah taktik Super Depor yang cenderung tradisional dalam pertandingan ini.
Buktinya, begitu kembali ke liga, Liverpool langsung menghajar Charlton 3-0 di kandang sendiri, menunjukkan kemampuan bertarung yang menonjol dari tim.
Tapi ini bukan hal yang paling mengejutkan, yang benar-benar mengerikan adalah total 35 kesempatan tembakan yang diciptakan Liverpool dalam pertandingan ini. Charlton terus tertepan sepanjang laga sampai mirip Chelsea, bahkan lebih terburu-buru daripada The Blues.
Setidaknya, The Blues tidak memberikan begitu banyak kesempatan langsung menghadap gawang kepada Liverpool.
Namun yang membuat frustasi, dari 35 tendangan, Liverpool hanya mencetak 3 gol.
Ini jelas membunyikan alarm peringatan bagi Yang Chengzhuo, mengingatkan sang pelatih Tionghoa bahwa masih banyak yang harus diperbaiki.
Bagaimanapun Charlton bukan tim kuat, Liverpool bisa mendapatkan banyak kesempatan. Tapi begitu menghadapi tim kuat, atau tim dengan pertahanan bagus, akankah masih bisa memperoleh peluang sebanyak ini? Saat melawan Super Depor, Liverpool memiliki 17 tembakan namun gagal menembus gawang Deportivo La Coruña.
Dari 35 tembakan ini, 16 diantaranya berasal dari Cristiano Ronaldo, mencapai 45.7% dari total tim. Bagi pelatih kepala seperti Yang Chengzhuo yang selalu menekankan kerjasama tim, hal ini muttak tidak akan diizinkan.
Untuk persoalan ini, Yang Chengzhuo secara khusus mengumpulkan seluruh tim pelatih dan teknisi untuk rapat di Boot Room. Karena ia selalu percaya pada satu prinsip: bersiap sejak dini.
"Jika menunggu sampai masalah meledak baru mencari solusi, itu perilaku pelatih kepala biasa. Pelatih kepala yang benar-benar hebat seharusnya menemukan solusi ketika masalah baru mulai bersemi, sebaiknya meredupkannya sejak dalam benih. Kalau tidak bisa, setidaknya berusaha meminimalkan pengaruh yang ditimbulkan."
"Aku memutuskan, dalam latihan selanjutnya Robben pindah ke sayap kanan, Cristiano Ronaldo bermain di sayap kiri menggunakan kaki terbalik. Lalu kami akan menyusun program pelatihan penguatan tembakan khusus untuk beberapa pemain inti."
Di Boot Room, Yang Chengzhuo mengumumkan keputusan terbarunya setelah menganalisis pertandingan melawan Charlton.
Seluruh anggota tim pelatih yang merupakan orang kepercayaannya memahami niat pelatih kepala ini, dan tidak menentang keputusan tersebut.
Kini Liverpool telah menyempurnakan sistem pergerakan bola dari lini belakang ke depan. Baik menghadapi tim kuat maupun lemah, The Reds selalu mampu menciptakan peluang terus-menerus dan menyelesaikan misi menerobos wilayah pertahanan lawan.
Dengan kata lain, masalah terbesar Liverpool saat ini bukan terletak pada pergerakan, melainkan pada kendali kesempatan.
Dalam hal ini, Robben yang kidal bermain di sayap kiri dan Cristiano Ronaldo yang dominan kaki kanan di sayap kanan, posisi natural mereka justru kurang cocok untuk melakukan tembakan. Dengan saling bertukar posisi, mereka akan lebih leluasa menunjukkan kemampuan.
Dalam peta taktis Yang Chengzhuo, peran penyerang tengah dan gelandang serang tengah sudah berhasil digali. Musim lalu, Gerrard dan Drogba masing-masing menjadi pencetak gol utama dan cadangan, sementara yang terakhir juga merupakan playmaker andalan tim. Fungsi taktis kedua pemain ini sudah jelas, tinggal menunggu penggalian makna lebih dalam dan kemajuan individual para pemain.
Untuk terus memperkuat serangan Liverpool, strategi harus difokuskan pada kedua sayap. Oleh karena itu, Yang Chengzhuo menerapkan sistem sayap berkaki terbalik.
Bukan pertama kalinya taktik ini digunakan. Saat pertama kali bergabung dengan Liverpool, dia pernah mencobanya meski saat itu efeknya buruk.
"Kami sudah mempelajari pertandingan Arjen Robben, langkahnya sangat menonjol, agak lebar, tapi dikombinasikan dengan kecepatannya, tak mudah kehilangan bola. Yang paling hebat darinya adalah kemampuan menerobos vertikalnya. Begitu ada kesempatan, bek lawan sulit menghentikannya. Tapi di sisi kiri, keunggulan teknik pemberhentian mendadak dan belok ke dalamnya tidak sepenuhnya termanfaatkan."
Benitez kini menjadi analis taktik kepala di tim pelatih Yang Chengzhuo, sekaligus orang kepercayaannya. Karena itu, biasanya dialah yang bertugas menjelaskan poin-poin taktis yang disusun pelatih.
Terlihat pelatih asal Spanyol bertubuh gemuk itu melukiskan area di sisi kanan kotak penalti di papan taktik. "Di zona ini, terobosan dan teknik belok ke dalam Robben bisa memberi dampak besar. Karena begitu memotong ke dalam, kaki kirinya langsung menjadi senjata pamungkas. Koordinasi dan langkah kaki kirinya sangat bagus, sehingga tendangannya bertenaga besar - bisa melakukan tembakan jarak jauh, menerobos ke kotak penalti, atau mengoper bola dengan variasi taktik."
Bagi pemain yang sedang bergerak, penguasaan langkah sangat krusial, bisa dibilang hanya kalah penting dari kemampuan mengontrol bola.
Banyak orang heran, kenapa efisiensi tembakan Van Nistelrooy begitu tinggi?
Karena kemampuan mengontrol bola dan koordinasi langkahnya sangat baik.
Contohnya, misalkan Van Nistelrooy membelakangi bek lawan, ada yang mengirim bola ke kakinya - ini akan menguji teknik kontrol bolanya.
Jika Van Nistelrooy ingin berbalik untuk menembak, dia akan mengontrol bola ke area tepat di mana dia ingin melepas tendangan, lalu berputar.
Pemain dengan langkah baik, setelah mengontrol bola bisa langsung menembak saat berbalik; tapi pemain dengan langkah buruk, setelah mengontrol bola harus menyesuaikan posisi lagi, kalau tidak tendangannya akan lemah. Inilah sebabnya fans sering melihat striker menyia-nyiakan peluang emas karena tembakan tak bertenaga, atau malah melakukan adjustment berlebihan sampai akhirnya bola direbut lawan.
Semua ini terjadi karena koordinasi langkah yang tidak tepat.
Kecepatan Robben yang mumpuni disertai koordinasi langkah sempurna, membuat transformasi dan potong ke dalamnya menghasilkan ancaman mematikan.
"Tapi Arjen Robben juga punya kekurangan. Kaki kanannya harus segera diperkuat, ini akan memberinya lebih banyak alat dalam pertandingan, baik saat melakukan crossing akurat menyusur garis lapangan, atau mengoper setelah memotong ke dalam - taktiknya akan semakin beragam."
Moniz dan Mullenstein mencatat ucapan Benitez ini di buku catatan mereka. Jelas terlihat, selain memperkuat latihan teknik menendang, Robben juga harus meningkatkan kemampuan kaki kanannya.
Sejak tiba di Liverpool, striker Belanda ini memang fokus memperkuat kaki kanan. Saat ini baru ada sedikit efek, seperti teknik mencungkil saat melawan Chelsea. Tapi menurut Yang Chengzhuo, tuntutan untuknya harus lebih tinggi lagi.
Hanya Yang Cheng sendiri yang saling memahami poin ini. Jika Robben hanya pemain biasa, atau sekadar bintang elite Liga Primer, mungkin dia tidak akan menuntut berlebihan. Dengan ciri khas teknik saat ini, Robben bisa menyusup mencapai level kehidupan sebelumnya.
Tapi Yang Cheng berharap dia bisa mencapai kemajuan lebih jauh. Karena itu, kaki kanannya harus diperkuat.
“Situasi Cristiano Ronaldo justru agak berlawanan dengan Arjen Robben. Mungkin karena kesalahannya berlatih sendiri sejak kecil, langkahnya buruk, pondasi teknik mengontrol bola juga tidak bisa, membuatnya lebih banyak mengandalkan perubahan kecepatan dan arah yang besar untuk menyelesaikan pergerakan dalam pertandingan.”
Benitez melanjutkan analisisnya, semua orang mendengarkan dengan keseriusan. Bagaimanapun, orang Spanyol ini memiliki pengetahuan taktis yang sangat kaya.
“Siapa yang tak tahu, dalam sebuah serangan, biasanya kami tidak mau melakukan perubahan besar. Misalnya, kami tidak akan tiba-tiba berhenti mendadak saat melakukan dribel cantik dengan kecepatan penuh! Karena sekali berhenti mendadak, dalam waktu dekat sulit kembali meningkatkan kecepatan. Begitu lawan mengepung, langsung runtuh!” Benitez membuka kedua tangannya dan melakukan gerakan seperti sedang dikepung.
Biasanya pemberhentian mendadak seperti ini umumnya terjadi di sekitar wilayah terlarang lawan. Setelah berhenti mendadak harus segera melakukan oper bola. Bahkan jika tidak menyesuaikan posisi setelah berhenti mendadak, tembakan pun sulit menggunakan tenaga. Tapi penyesuaian membutuhkan waktu.
Variasi kecepatan dalam dribbling biasanya hanya berupa perlambatan tiba-tiba yang dikombinasikan dengan langkah kaki dan gerakan tipuan, menciptakan ilusi seolah pemain berhenti total padahal sebenarnya masih mempertahankan momentum.
Jika dianalogikan dengan mengemudi, pengereman mendadak dalam dribbling seperti pengereman bertahap, namun Cristiano Ronaldo lebih sering menggunakan teknik rem mendadak dengan menginjak pedal rem hingga dasar.
"Gaya bermain Cristiano Ronaldo ini bagaikan pedang bermata dua. Keuntungannya, begitu ia berhasil menguasai irama permainan, ia bisa langsung melewati lawan atau melepaskan tendangan keras bertenaga. Tapi begitu iramanya dihancurkan, ia akan kehilangan solusi - mengembalikan operan yang gagal memanfaatkan peluang mudah, atau terburu-buru melepaskan tembakan liar."
Ia ibarat murid yang sangat tidak seimbang: bagian yang bagus sangat menonjol, sementara bagian yang buruk sangat parah.
Tentu saja, ini tidak bisa disalahkan padanya, karena semua pemain memang seperti ini. Contohnya kaki kanan Arjen Robben yang seperti cacat, tapi dia terus berlatih keras untuk memperkuat kaki kanannya. Jadi kuncinya bukan pada kondisi pemain, melainkan pada kemauan untuk belajar dan terus berkembang.
Dalam hal ini, kondisi mental sangat menentukan.
"Karena itu, tim teknologi harus menyusun program latihan yang membenahi secara keras detail kontrol bola, serta meningkatkan latihan koordinasi langkah dan irama."
Yang Chengzhuo dan timnya telah mengadakan rapat berkali-kali untuk mempelajari kedua pemain ini, akhirnya menyusun arah pelatihan ini. Begitu selesai, sayap magis Liverpool akan menjadi senjata pamungkas yang mampu "Bunuh Tuhan jika bertemu Tuhan, Bunuh Buddha jika bertemu Buddha".
Bayangkan dua sayap dengan kecepatan tinggi, pola pergerakan unpredictable, koordinasi tim yang baik, mampu melewati lawan, mengoper, dan menembak. Mereka sering melakukan gerakan memotong ke dalam bahkan bertukar posisi - ini benar-benar mimpi buruk bagi pertahanan mana pun!
Setelah Benitez selesai berbicara, pelatih lainnya bisa menyampaikan pendapat mereka. Bahkan pelatih magang seperti Su Maozhen boleh terlibat dalam diskusi ini - ini bagian dari budaya Boot Room. Yang Chengzhuo dan tim pelatih akan menjawab berbagai masukan, bahkan mengadopsi beberapa di antaranya.
Mengenai teknik menembak, Moniz dan Mullenstein mengungkapkan mereka telah menyusun satu set rekaman yang mencakup aksi-aksi ahli finisher seperti Van Basten, Bergkamp, Van Nistelrooy, Ronaldo, dan Romario. Rekaman ini akan dijadikan tugas tambahan untuk Cristiano Ronaldo dkk., dengan harapan meningkatkan tingkat akurasi tembakan mereka.
Meski Liverpool sekarang bisa mencetak gol bertubi-tubi saat menghadapi lawan lemah, membuat fans histeris menontonnya, kita tetap harus memikirkan strategi saat berhadapan dengan tim kuat seperti Chelsea dan Manchester United. Dalam segala hal harus ada dua persiapan!
"Benar!" Saat pertemuan hampir berakhir, Yang Chengzhuo baru teringat satu hal, "Aku baru menemukan, setelah pelatihan fisik yang diperkuat, otot tubuh Robben dan Cristiano Ronaldo memang meningkat, tapi gerakan mereka agak melambat."
Yang Chengzhuo tidak berbicara tanpa dasar. Dia memperhatikan hal ini baik dalam latihan maupun pertandingan.
Perlambatan ini tidak terlalu jelas, tapi nyata. Beberapa teknik yang dulu dilakukan dengan presisi mikro, sekarang terasa lebih kasar. Kalau cuma sekali dua kali bisa disebut insiden, tapi kalau sering berarti ada masalah.
"Otot kaku membuat kelincahan dan kelenturan menurun. Otak masih bisa mengikuti, tapi respons anggota tubuh jadi agak lambat dari sebelumnya. Ini normal." Sebagai penanggung jawab bidang ini, Chris menjelaskan.
"Aku sudah bernegosiasi dengan Moniz dan Mullenstein. Kami akan menjadwalkan dua sesi yoga dalam program latihan mingguan."
"Yoga?" Yang Chengzhuo terkejut.
"Ya, yoga dapat meningkatkan kelenturan dan fleksibilitas raga, sekaligus menghindari cedera. Kami semua merasa ini bagus. Saya yakin dengan pelaksanaan latihan yoga, fleksibilitas tubuh mereka akan meningkat. Tentu saja, kami juga akan memberikan persiapan strategis sesuai kondisi fisik dan ciri khas teknik masing-masing."
Yang Chengzhuo mengangguk, "Itu yang terbaik!"
Dia tidak ingin tim pelatihnya mengubah Cristiano Ronaldo dan Arjen Robben menjadi pria berotot seperti Carlos Tevez, yang akhirnya kehilangan kemampuan dribbling-nya. Itu benar-benar kerugian lebih besar daripada keuntungan.
Setelah tim pelatih menyepakati arah besar dan menyesuaikan konten pelatihan, mereka mulai mengkoordinasikan penjadwalan proyek latihan. Karena setiap sesi pelatihan Yang Chengzhuo hanya 90 menit, diperlukan diskusi mendalam tentang cara memasukkan proyek latihan baru sambil mengeluarkan metode lama, untuk mencapai konfigurasi pelatihan yang paling ilmiah.
Di bidang ini, Yang Chengzhuo benar-benar bukan ahli. Paulus Bayer-lah yang memiliki otoritas mutlak di sini. Benitez, Tim Hank, dan Moniz juga termasuk pelatih yang menonjol. Oleh karena itu, Yang langsung menyerahkan wewenang ini kepada mereka.
Sebagai pelatih kepala, energi Yang Chengzhuo terbatas. Perannya lebih pada mengkoordinasikan tim pelatih, lalu memusatkan perhatian pada kerangka taktik tim dan kepemimpinan selama pertandingan.
……
……
Babak 32 besar Piala Liga, Liverpool menghadapi tantangan tandang ke kandang Millwall.
Melawan Millwall dari Championship, Yang Chengzhuo memainkan starting XI penuh pasukan cadangan dan pemain tim muda. Tujuannya agar pasukan inti bisa fokus pada liga dan Liga Champions.
Meski kini kekuatan menyeluruh Liverpool telah menunjukkan kemajuan pesat dan semakin kuat, kesenjangan antara pasukan inti dan cadangan sebenarnya tidak terlalu besar. Namun, dalam hal implementasi taktik, tetap ada perbedaan, mengingat taktik Yang Chengzhuo dirancang khusus untuk pasukan inti.
Memanfaatkan piala sebagai sarang untuk mematangkan Taktik B, inilah niat Yang Chengzhuo - sebuah langkah yang disebut sebagai proses pelatihan pasukan.
Meski demikian, dua gol Murphy dan satu gol Kuyt tetap membawa Liverpool meraih kemenangan tandang.
Dalam pertandingan ini, Murphy yang ditugaskan bermain sebagai tiga gelandang tengah bersama Hamann dan Alou Diarra, menunjukkan performa gemilang. Dua tembakan jarak jauhnya dari belakang berhasil menembus gawang Millwall, disusul gol penyempurna Kuyt di babak kedua yang memastikan Liverpool berhasil melarikan diri dengan kemenangan.
30 Oktober, Liverpool menghadapi tantangan tandang melawan Blackburn.
Setelah kepergian Souness ke Newcastle United di awal musim yang cukup mengejutkan, performa Blackburn mengalami penurunan signifikan.
Anehnya, performa Souness di Blackburn sangat buruk hingga menghadapi pemecatan. Namun demikian, Newcastle tetap merekrutnya dengan gaji tinggi. Alih-alih membaik, ia justru membawa The Magpies terpuruk di papan bawah klasemen...
Siapa sebenarnya yang membebani siapa?
Meski tanpa kaitan dengan Souness, Liverpool tetap menunjukkan performa agresif di tandang. Berkat gol dari Drogba, Gerrard, serta brace Cristiano Ronaldo, The Reds menang 4-1 atas Blackburn. Taktik serangan khas mereka kembali memukau, membuat decak kagum.
Di laga yang sama, Chelsea menunjukkan letusan langka dengan kemenangan 3-1 atas West Bromwich Albion. Ini menjadi pertandingan liga dengan gol terbanyak mereka musim ini, seolah melepas label "tim anti-serang" dari Mourinho.
Nasib sial justru menimpa Manchester United yang tumbang 0-2 di markas Portsmouth. Tim Sir Ferguson benar-benar menghadapi masalah sistemik yang serius.
Arsenal 2-2 kandang sendiri imbang melawan Southampton, saat ini poin tim tiga besar liga menjadi sangat kecil, tak ada yang berani lengah.
Liga Champions babak grup putaran keempat, Liverpool akhirnya membersihkan aib.
Tim Yang Chengzhuo menghadapi tantangan tandang melawan Deportivo La Coruña, pertama Hyypiä di menit ke-4 memanfaatkan tendangan sudut yang dikirim Arshavin untuk menyundul masuk gawang Deportivo, kemudian Ribéry mengumpan terobosan diagonal ke belakang pertahanan di depan wilayah terlarang, Cristiano Ronaldo menyusup dari belakang dan menembak keras mengubah skor menjadi 0-2.
Setelah itu meski Deportivo menunjukkan peningkatan performa, Liverpool tetap erat mendominasi situasi di lapangan, The Reds mengendalikan irama permainan dengan taktik ofensif yang membuat Deportivo terlihat tidak nyaman.
Pada akhirnya, Didier Drogba menyundul gol di menit ke-76 untuk mengunci skor 3-0 bagi Liverpool.
Dan ini juga merupakan pertandingan keempat babak grup Deportivo La Coruña tanpa mencetak gol sama sekali. Sungguh mengejutkan mereka ternyata tidak mencetak satu gol pun di babak grup Liga Champions, hal yang benar-benar sulit dipercaya namun nyatanya terjadi.
Penampilan lesu tim Irureta membuat seluruh Eropa mengernyitkan duka. Masakan ini masih tim Super Depor yang dulu?
Di putaran ke-12 liga, Liverpool yang bertanding di kandang sendiri membantai Birmingham City 4-0, kembali meraih kemenangan. Sementara Arsenal bermain imbang 1-1 melawan Crystal Palace di tandang, The Reds berhasil menduduki peringkat kedua klasemen berkat kemenangan ini, menggeser The Gunners.
Pada babak penyisihan 16 besar Piala Liga, Liverpool kembali mengirim skuad cadangan dan berhasil mengalahkan Burnley 3-0 di tandang, lolos ke perempat final Piala Liga.
Kemudian, tim kembali meraih kemenangan 3-1 atas Crystal Palace di kandang sendiri dan 2-0 saat bertandang ke Middlesbrough, terus mengejar ketat Chelsea di papan poin liga. Tim Mourinho tetap stabil dalam momentum mengumpulkan poin, meski serangan masih kurang efektif, pertahanan solid mereka selalu membuat Chelsea tak terkalahkan.
Pada laga krusial penentu peringkat pertama babak grup Liga Champions putaran ke-5, Liverpool mengandalkan gol penyusupan belakang Gerrard di menit ke-55 untuk mengalahkan Monaco 1-0 di tandang, membalikkan keadaan dan mengklaim puncak klasemen grup sambil memastikan tiket lolos satu putaran lebih awal.
Kembali ke liga, Liverpool menghadapi tantangan dari Arsenal.
