Taruhan antara Yang Cheng dan Cruyff hampir menjadi bahan obrolan seluruh alam semesta.
Satu adalah pelatih legendaris Eropa yang sedang di puncak karier, satu lagi mantan Sang Penguasa yang kini menjadi bapak baptis Barcelona. Perang air liur antara mereka berdua memang membuat orang berseru: “Seru banget!”
Pada hari Liverpool tiba di Barcelona, Johan Cruyff menyerang keras Yang Chengzhuo, menganggap yang terakhir adalah seseorang yang sombong tanpa sikap rendah hati yang hanya akan membuat masalah. Dia berpendapat, Liverpool musim ini tidak akan mendapatkan apa-apa karena kesombongan Yang Chengzhuo.
"Kekalahan di piala liga hanyalah permulaan, lihat saja nanti!" kata Cruyff dengan penuh percaya diri.
Setiba di Barcelona, Yang Chengzhuo menerima wawancara wartawan di hotel sambil tersenyum mengomentari retorika Cruyff.
"Di tanah airku ada peribahasa: 'memiliki satu orang tua di rumah seperti memiliki harta karun', maksudnya nasihat orang tua adalah kekayaan. Tapi aku sangat berbelas kasihan pada Barcelona saat ini dan Rijkaard, karena 'orang tua' di rumah mereka terlalu berisik, dan si orang tua ini ikut campur terlalu banyak. Orang yang tidak tahu mungkin mengira dialah pelatih kepala Barcelona sekarang."
"Sebelum kompetisi besar penting seperti ini, tidak ada yang mau ikut campur dalam perselisihan tanpa alasan. Pikiran saya dan Rijkaard sama, kami tidak ingin menghabiskan energi dalam perang air liur. Tapi Cruyff dan Laporta telah merusak situasi ini. Sungguh menyedihkan melihat Rijkaard harus bekerja di bawah bayang-bayang Cruyff yang terus ikut campur. Di Liverpool, kondisi seperti ini tidak akan pernah terjadi."
Setelah wawancara Yang Chengzhuo muncul, Cruyff segera membantah.
"Saya menghormati Rijkaard. Kami pasti tidak akan terprovokasi oleh upaya memecah belah. Jika Yang Chengzhuo dan Liverpoolnya hanya pandai memainkan trik-trik kecil seperti ini, maka mereka akan kalah telak di Stadion Camp Nou."
Saat tim memasuki Stadion Camp Nou, Yang Chengzhuo terkekeh, "Saya menyerukan kepada semua teman-teman wartawan yang cerdas," katanya sambil menunjuk kepalanya, "Bantu saya pikirkan baik-baik - setelah pertandingan nanti, hal apa yang harus saya minta Johan Cruyff lakukan untuk saya."
Setelah jeda sebentar, dia tak lupa mengingatkan, "Oh ya, perlu diperhatikan, kita tidak boleh menunjukkan ketidakhormatan kepada orang tua!"
Para wartawan serentak berteriak seru. Memang benar Cruyff sering berkomentar tentang Barcelona. Apakah ini baik atau buruk, tidak ada yang bisa memastikan. Namun kebiasaannya menggunakan nada bapak baptis Barcelona untuk menyerang Real Madrid dan rival-rival lain Barcelona, sudah lama menjadi perhatian banyak media.
Yang Chengzhuo sekarang langsung menjulukinya dengan "melampaui batas", menggambarkannya sebagai kaisar boneka Barcelona. Tujuannya ganda: memberikan pukulan psikologis pada Cruyff yang terlalu aktif, sekaligus membuat tanda-tanda kontradiksi yang memberi ruang imajinasi bagi para wartawan.
Tapi pada akhirnya, pertandingan sepakbola harus dimenangkan di lapangan.
……
……
"Lineup pembuka Barcelona menggunakan formasi 433: Kiper Valdés, lini pertahanan Van Bronckhorst-Oleguer-Puyol-Belletti di posisi kiri-kanan. Gelandang diisi Iniesta-Márquez-Xavi. Trio striker: Ronaldinho-Eto'o-Giuly."
"Berbeda dengan Barcelona yang menurunkan skuad inti sepenuhnya, Liverpool saat ini menghadapi banyak cedera. Kiper adalah Reina mantan pemain Barcelona, lini pertahanan terdiri dari Warnock, Hyypiä, Carragher, dan Finnan. Gelandang diisi oleh Carrick, Essien, dan Gerrard. Tiga penyerang adalah Ribéry, Drogba, dan Robben."
"Yang patut dicatat, daftar starter Liverpool diumumkan dua hari sebelumnya. Yang Chengzhuo telah mengumumkan starting line-up-nya sejak masih di Inggris. Faktanya, dia tidak melakukan penyesuaian sama sekali dan benar-benar menurunkan pemain-pemain tersebut. Kini tinggal dilihat apakah Rijkaard mampu mengantisipasi formasi ini."
Begitu peluit wasit utama berbunyi, Liverpool yang menguasai bola pertama langsung melancarkan satu gelombang serangan.
Dalam pertandingan ini posisi Gerrard lebih maju, hampir berada di belakang Drogba. Sementara Carrick dan Essien sama-sama berada di belakang, terlihat seperti duo gelandang bertahan.
Serangan Liverpool di awal pertandingan difokuskan pada sisi kiri Barcelona, yang merupakan area sayap kanan tempat Arjen Robben bermain. Si Sayap Terbang Belanda ini berhadapan dengan rekan senegaranya, Giovanni van Bronckhorst.
Gerrard terjepit, mengembalikan operan ke Carrick yang menguasai bola. Umpan jauhnya melintasi separuh lapangan Barcelona dan mendarat di sisi kiri kotak penalti Barca.
Dengan kecepatannya, Robben melewati Van Bronckhorst. Setelah menguasai bola di sayap kanan, Puyol langsung mendekat dan menjatuhkannya di sisi kanan kotak penalti saat melakukan tackling. Tendangan bebas diberikan.
"Yang Chengzhuo di pinggir lapangan berteriak memanggil pemain bertubuh tinggi untuk maju - Hyypiä, Drogba, Carragher, bahkan Gerrard. Kemampuan heading mereka sangat bagus, sementara Barcelona jelas dirugikan di aspek ini."
Namun kali ini, tendangan bebas Robben langsung ditepis oleh Carragher ke mistar gawang.
Yang Chengzhuo sama sekali tidak mengeluh, mengingat pertandingan baru berjalan 2 menit. Dia berjalan ke pinggir lapangan sambil melambaikan tangan dan memberi isyarat khusus yang hanya dipahami pemain Liverpool. Yang Cheng memberi instruksi agar garis pertempuran merapat, posisi bertahan mundur sedikit, dan menyisakan ruang kosong di area depan.
Barcelona adalah tim seperti apa, Yang Cheng memahaminya dengan jelas.
Meski Barcelona pimpinan Rijkaard musim ini memiliki pertahanan terbaik di La Liga dengan rekor kebobolan terendah, namun di level Eropa sistem pertahanan mereka penuh kesalahan dan celah.
Media telah menganalisis dua kelemahan utama pertahanan Barcelona musim ini: pertama set-piece, kedua serangan balik. Keduanya berasal dari kekurangan tinggi badan pemain Barcelona secara menyeluruh yang juga menjadi keunggulan Liverpool.
Mengenai poin kedua, ini disebabkan oleh taktik Rijkaard yang terlalu mengejar serangan. Untuk menghindari diskoneksi antara lini depan dan belakang, garis pertahanan mereka selalu maju sangat agresif. Masalahnya, Belletti di sayap kanan masih lumayan, tapi Giovanni van Bronckhorst di sisi kiri sudah jelas kewalahan.
Pertahanan yang maju ke depan memiliki kelebihan dan kekurangan. Setidaknya di Liga Primer, Yang Chengzhuo tidak berani terlalu agresif karena kecepatan dan serangan balik liga ini bisa membuat strategi tersebut berakibat fatal.
Mungkin Rijkaard menyadari keunggulan kecepatan Liverpool, tapi akhirnya tetap mempertahankan taktik tradisional tim. Ini jelas pertimbangan bahwa pertandingan pertama adalah laga kandang yang harus dimenangkan!
……
……
Liverpool yang merapat memberi ruang lebar bagi Barcelona untuk menguasai bola di area tengah. Tapi begitu bola memasuki wilayah pertahanan Liverpool, tekanan ketat dan pressing agresif langsung menyergap.
Dalam pertandingan ini Yang Chengzhuo khusus mempelajari alur serangan balik paling sederhana dan langsung. Seperti contoh kali ini, Gerrard mengejar Xavi mundur bertahan, setelah berhasil merebut bola langsung mengoper ke Carrick.
Bek Inggris itu sama sekali tidak melakukan penyesuaian, langsung menendang bola diagonal ke belakang Van Bronckhorst.
Sejak Gerrard merebut bola, Robben sudah menempel rekannya sesama Belanda. Bahkan untuk menghindari offside, dia sengaja melambatkan langkah karena yakin dengan kecepatan mutlaknya. Dalam start bersamaan, Van Bronckhorst sama sekali tak mampu menahannya.
Tepat seperti prediksi, umpan jauh Carrick, Robben melesat.
Si Sayap Terbang Belanda bagai angin ribut menerobos sisi Van Bronckhorst. Baru sadar, bek kiri Belanda itu langsung menyadari telah melakukan kesalahan fatal.
Robben melesat dengan kecepatan luar biasa ke depan, menerima bola tanpa melambat malah memanfaatkan momentum menerobos masuk ke kotak penalti.
Carles Puyol dan Oleguer sedang berusaha mengejar, posisi mereka sebelumnya terlalu ke depan karena harus menanggung fungsi merapikan lintasan bola, membuat mereka terpaksa mengejar dengan gesit setelah Arjen Robben sukses lolos dari jebakan offside.
Jika dilihat dari ketinggian, terlihat Carles Puyol dan Oleguer - satu mengawal ketat Robben, satu berada di tengah medan - sambil tetap waspada terhadap Franck Ribéry yang dengan cepat menyusul di sayap kiri, khawatir sang pemain Prancis akan menembus pertahanan Belletti, sementara Didier Drogba sedikit tertinggal membentuk situasi 3 lawan 3.
Robben yang sudah masuk kotak penalti dikejar Oleguer, yang menghalangi jalannya ke arah Valdés. Namun Robben tiba-tiba melakukan pemberhentian mendadak, berpindah kaki, lalu mengirimkan umpan silang dengan kaki kirinya ke belakang Carles Puyol.
Carles Puyol yang sedang berlari cepat ke kotak penalti tak menyangka umpan belakang Robben, terkejut dan berusaha merebut bola dengan pemberhentian mendadak, namun Didier Drogba tiba-tiba berakselerasi.
Pada momen inilah semua orang baru menyadari masalah besar yang terjadi.
Dari segi tinggi badan, kekuatan fisik, dan kemampuan header, Didier Drogba benar-benar tak tertandingi. Kemampuannya menghancurkan pertahanan lawan dan meredam serangan sungguh menjadikannya pemain terkuat di dunia saat ini. Hal ini seringkali membuat orang lupa akan kecepatan dan daya ledaknya yang luar biasa.
Sebenarnya begitu Drogba mulai berlari kencang, kecepatannya sangat mencengangkan.
Menurut data yang dirilis oleh perusahaan data OPTA dari Langit TV, kecepatan sprint Drogba bisa mencapai 35,632 kilometer per jam - angka yang membuatnya masuk 5 besar di Liga Primer Inggris.
Tentu saja konsep kecepatan per jam berbeda dengan lari 100 meter. Yang pertama diukur selama periode percepatan tertentu, sedangkan yang terakhir harus memperhitungkan fase start dan akselerasi. Namun tetap saja, kecepatan Drogba tergolong fenomenal.
Oleh karena itu, ketika Carles Puyol menyadari kecepatan Drogba, ia merasakan Guncangan dahsyat seolah seluruh kekuatan fisik striker itu hendak menghancurkannya, menciptakan tekanan tak terbendung di sepanjang garis pertahanan.
Bayangkan saja, siapa yang tidak merasa tertekan ketika menghadapi truk besar yang melaju 35 kilometer per jam dan menerjang ke arah mereka?
Namun Drogba melewatinya dengan gesit, mengontrol bola dengan sentuhan lembut tanpa terpengaruh kecepatan larinya. Setelah menerima bola, ia melampaui Puyol, mengatur langkah sempurna, melewati lawan, kaki kiri menapak kokoh menstabilkan pusat gravitasi, lalu mengayunkan kaki kanan untuk melepaskan tembakan jarak menengah-jauh.
Valdés yang fokusnya tertuju pada Robben baru menyadari bahaya Drogba. Saat ingin melakukan penyelamatan, sudah terlambat. Ia hanya bisa menyaksikan bola karet melesak ke jala gawang Barcelona dengan kekuatan seolah ingin merobek jaringnya.
“GOALLLLLLLLLLLLLL！！！”
"Menit ke-5! Baru 5 menit pertandingan berjalan, Liverpool sudah lebih dulu mencetak gol! Didier Drogba yang menyusup dari belakang ke wilayah terlarang, melepaskan tembakan keras luar biasa untuk membukukan gol pembuka Liverpool!"
"Setelah mencetak gol, Didier Drogba yang gembira melesat keluar dari wilayah terlarang, berteriak-teriak sambil melompat ke pinggir lapangan, mengaum ke arah fans Barcelona di tribun atas untuk meluapkan kegembiraan di hatinya."
"Para pemain Liverpool juga satu per satu menyusul, terlihat sangat bersemangat."
"'Terlalu cepat! Liverpool dari merebut bola hingga serangan balik, seluruh prosesnya berjalan kilat. Umpan jauh Michael Carrick memainkan peran besar. Saat mengoper tadi, dia kebetulan berada di bagian tengah antara Ronaldinho dan Andres Iniesta, dua pemain yang sama sekali tidak memberikan tekanan efektif.'"
"Ronaldinho adalah pemain yang secara resmi diakui di skuad Barcelona sebagai yang tidak membutuhkan pertahanan. Saat Carrick menguasai bola, dia bahkan tidak memberikan tekanan simbolis. Sedangkan Iniesta memang berniat bertahan, tetapi tak bisa mengikuti kecepatannya."
Yang menarik, saat Drogba mencetak gol, kamera siaran langsung TV pertama-tama menyorot Johan Cruyff di tribun. Striker Belanda itu terlihat terkejut dengan serangan balik cepat Liverpool karena alur serangan balik ini terlalu sederhana dan langsung, namun terang-terangan bermaksud mengalahkan Van Bronckhorst.
Serangan pertama di awal pertandingan juga menyerang sisi Robben, menghasilkan tendangan bebas. Serangan kedua langsung menghasilkan gol, benar-benar menunjukkan efisiensi serangan Liverpool yang akurat.
"Pasti sekarang Cruyff menyesal kenapa berani bertaruh dengan Yang Chengzhuo?" canda komentator langsung di TKP.
Setelah timnya mencetak gol, Yang Chengzhuo tetap tenang dan mengingatkan para pemain, seolah gol ini hanyalah hal kecil baginya.
"Apakah pertahanan terkuat La Liga di mata Sang Kaisar benar-benar seperti taman belakang rumah sendiri?"
Komentator di TKP nyaris tak percaya, tapi melihat serangan Liverpool sejak kick-off, sepertinya memang benar. Setidaknya Barcelona sama sekali tak berdaya menghadapi serangan The Reds.
Tiga garis utama merapatkan formasi, jelas-jelas menunjukkan sikap menyerahkan inisiatif. "Kami bertahan dulu, biarkan kalian menyerang, lalu kami balas dengan serangan balik."
Menit ke-14, lagi-lagi setelah sukses merebut bola, operan dialirkan ke Robben di sayap kanan. Striker Belanda ini melakukan dribel cantik dengan memisahkan diri dari bola, langsung melewati rekan senegaranya Van Bronckhorst dalam duel satu lawan satu tanpa mengurangi kecepatan.
Van Bronckhorst yang kebingungan menghadapi gerakan Robben kali ini harus menerima kenyataan: si sayap kanan memilih melakukan crossing akurat setelah melewatinya.
Harus diakui, crossing kaki kanan Robben memang masih biasa-biasa saja. Titik jatuhnya kurang presisi. Drogba yang dihalangi Puyol kehilangan momen emas. Sang Kapten Barcelona dengan header defensif membersihkan bola dari kotak penalti.
"Tapi Gerrard yang melakukan serangan menerobos di babak kedua, setelah mengontrol bola dengan dada di depan wilayah terlarang, langsung menyusup ke kotak penalti dan mengeksekusi tembakan rendah yang kembali menembus gawang Barcelona, 0:2!"
"Ya Tuhan, baru menit ke-14 Barcelona sudah tertinggal dua gol!"
"Rijkaard harus mencari solusi, atau seharusnya merapatkan formasi dan berhenti terus-menerus menekan ke depan. Terus memaksa garis belakang yang lemah seperti ini sama saja dengan mengekspos pertahanan mereka sepenuhnya di bawah gempuran meriam Liverpool."
"Kita harus mengakui bahwa Yang Chengzhuo mungkin adalah pelatih kepala paling ahli dalam melawan Barcelona di dunia ini. Dia selalu bisa menemukan cara untuk mengalahkan El Barca. Rijkaard benar-benar kalah telak di hadapannya - baik dalam pengalaman melatih, kemampuan membaca permainan, maupun taktik penargetan, Angsa Hitam masih jauh ketinggalan dibanding kelihaian Yang Chengzhuo."
"Taktik Liverpool dalam pertandingan ini sangat sederhana. Di awal pertandingan mereka melancarkan serangan kilat, melakukan serangan mendadak di putaran pertama, dan fokus menyerang titik lemah Van Bronckhorst. Ironisnya, Barcelona sama sekali tak berdaya menghadapinya, berturut-turut dua kali membiarkan Liverpool membuka saluran dari sayap kiri mereka sendiri."
Saat Gerrard menambah gol, Yang Chengzhuo mengangkat tinju kanannya tinggi-tinggi di hadapan sorotan puluhan ribu penonton Camp Nou, seolah telah memegang kemenangan pasti. Tak peduli taktik apa yang akan digunakan Barcelona selanjutnya, tak peduli bagaimana mereka akan menyerang balik, Yang Chengzhuo tetap berpegang pada strategi pertahanan-balik dengan formasi rapat, memanfaatkan Carrick untuk melancarkan serangan balik.
"Terkadang, taktik tersederhana justru mampu menghasilkan kemenangan paling gemilang!"
"Taktik sepakbola ibarat perang! Asal kau cukup keras kepala, kau bisa memanfaatkan celah lawan sepuasnya, menghantam terus-menerus hingga mereka runtuh!" ujar Yang Chengzhuo sambil tersenyum, menjelaskan kepada orang-orang di sekelilingnya.
Su Maozhen berada di sampingnya, mendengarkan ucapan ini dengan perasaan tersentuh di hati.
Banyak orang suka menggunakan taktik yang mempermainkan kecerdikan, tapi Yang Cheng berbeda. Taktiknya bisa rumit, namun juga sederhana. Masalah utamanya adalah taktik seperti apa yang bisa membantunya mengalahkan lawan.
Tidak ada taktik terbaik, hanya taktik yang paling cocok!
"Bisa terlihat Cruyff?" Yang Cheng menoleh, mengangkat tangan kanan meneduhkan mata sambil memandang tribun di atas kepala. Di mana-mana terlihat kepala-kepala yang berteriak. Tanpa melihat pun pasti tahu itu fans Barcelona.
Mata berkunang-kunang memandang, tetap tak menemukan Cruyff.
Jika memungkinkan, ia sangat ingin melihat kondisi hati striker Belanda di saat seperti ini.
Beberapa tahun setelah Rijkaard naik panggung, permainan Barcelona memang terlihat mempesona. Namun karena kemunculan Yang Chengzhuo, Deco tetap bertahan di Inter Milan. Hal ini membuat lini tengah Tim Dua Barcelona agak tidak seimbang, terlalu condong ke serangan. Xavi dan Iniesta belum menunjukkan tanda-tanda sebagai inti pengatur permainan.
Semua orang tahu liga menguji kemampuan ofensif tim. Namun di piala, yang diuji adalah pertahanan. Terutama di babak penyisihan seperti ini, tanpa pertahanan bagai fondasi utama, mustahil untuk terus melangkah.
Mengapa Yang Chengzhuo berani memainkan strategi serangan balik dengan formasi rapat di laga ini?
Karena keyakinannya pada pertahanan tim. Kombo Hyypiä dan Carragher membentuk keharmonisan tak terucap. Warnock dan Finnan juga andal di sayap. Ditambah Essien dan Carrick di lini tengah, satu set pertahanan ini memang sangat menonjol. Setidaknya statistik kebobolan The Reds di Liga Primer hanya kalah dari Chelsea.
Tapi lihat lagi pasukan sekuat ini dari kedua tim, jika ada yang masih bilang Yang Chengzhuo tidak paham pertahanan, pasti akan ditertawakan habis-habisan.
Meski Yang Cheng punya banyak kekurangan, tapi kelebihan dia juga banyak, contohnya dia paham kapan harus berhenti saat sudah mendapat keuntungan.
Memanfaatkan serangan gencar di awal pertandingan, fokus menyerang celah pertahanan Barcelona yang membuat mereka kaget, dan berhasil mencetak dua gol. Begitu melihat Rijkaard mulai menyadari situasi, Yang segera mengayunkan tangannya memberi kode tim untuk beralih ke taktik bertahan.
Harus diakui, formasi serang yang terdiri dari Eto'o, Ronaldinho, Giuly, Xavi dan Iniesta - ditambah faktor kandang di Stadion Camp Nou - jika dibiarkan Barcelona memulihkan stabilitas, serangan mereka benar-benar menakutkan.
Tujuan Yang Chengzhuo sudah tercapai, sekarang dia bisa lebih fokus menjalankan strategi pertahanan-balik.
Dua gol tandang sudah di tangan, bukankah keunggulan ini sudah cukup besar?
