Pernah ada yang mengatakan, orbit kehidupan manusia ibarat kurva berbentuk n, mulai dari kelahiran, tumbuh pesat, mencapai puncak di usia 30 tahun, lalu mulai menurun hingga akhirnya maut datang. Kelahiran dan kematian berada pada level yang sama.
Dari sudut pandang psikologi, titik balik pertama kurva n ini terjadi pada rentang usia 18-20 tahun. Di fase ini, seseorang mulai membangun motivasi bertahan hidup. Setelah melewati usia tersebut, sangat sulit untuk mengubahnya.
Inilah yang biasa disebut sebagai target yang dikejar seumur hidup!
Di bidang sepakbola, usia 30 tahun juga menjadi titik balik. Umumnya, pemain di atas 30 tahun dianggap mulai menurun performanya. Oleh karena itu, rekrutmen tim biasanya fokus pada pemain berusia 24-28 tahun yang masih punya ambisi, kemampuan teknis mumpuni, motivasi tinggi, dan ketahanan mental stabil.
Di kalangan pelatih kepala ada pepatah: Mustahil mengandalkan sekumpulan anak muda untuk memenangkan pertandingan!
Mengapa banyak profesional tidak memprediksi kemenangan Liverpool di Liga Champions kali ini?
Apakah kekuatan tim ini tidak memadai, kesenjangan dengan Juventus terlalu besar?
Jelas bukan. Bahkan tim promosi Serie A bisa bertanding melawan Juventus. Liverpool sebagai juara Liga Primer musim lalu, ditambah dilatih oleh Yang Chengzhuo, bagaimana mungkin tidak memiliki kemampuan?
Masalah utamanya terletak pada pengalaman dan kondisi mental!
Mari bandingkan dua contoh paling sederhana: Michael Essien 23 tahun dan Edgar Davids 32 tahun.
Dari segi teknis, keduanya bisa dibilang setara dengan keunggulan masing-masing. Tapi mengapa Essien tidak bisa menunjukkan kekuatan seperti Davids?
Ini karena pengalaman dan stabilitasnya lebih rendah. Jika Davids bisa menunjukkan 100% kemampuannya berkat pengalaman dan stabilitas, Essien hanya mampu 80% atau lebih rendah. Inilah alasan mengapa pemain muda tidak bisa diandalkan untuk memenangi kompetisi.
Ada satu poin lagi, para veteran yang berpengalaman. Begitu menghadapi kejadian mendesak, mereka paham bagaimana membereskannya, paham cara menjaga stabilitas situasi. Ini karena mereka telah melewati jutaan mutasi serupa, memiliki bank pengalaman penanganan krisis, tahu langkah terbaik yang harus diambil.
Tapi para bibit muda tidak. Mereka akan panik!
Seperti di awal pertandingan final ini. Begitu bola mereka lepaskan, Juventus langsung menyerbu dengan ganas. Setiap pemain memamerkan ekspresi galak bagaikan iblis, setiap aksi mereka terlihat begitu menyeramkan. Seolah-olah jika bola tak bisa direbut, maka kaki merekalah yang harus dikorbankan.
Pemain muda akan gemetar. Kepanikan melahirkan kesalahan. Sebuah kesalahan tunggal - berakibat fatal!
……
……
Sayap kanan Legiun Zebra memang menjadi sisi terhebat musim ini. Camoranesi yang sedang berada di musim puncak dalam kariernya, berhasil mengubah Juventus yang kurang kreatif di lapangan tengah menjadi tim yang mumpuni.
Sesuai persiapan strategis pra-pertandingan Capello, sayap kanan lebih berfungsi sebagai serangan tipuan untuk mengalihkan tekanan pertahanan.
Oleh karena itu dalam serangan balik Juventus setelah gelombang pressing di lini tengah-depan, Camoranesi di sayap kanan tampil sangat aktif. Riise melakukan pertahanan ketat terhadapnya tanpa melakukan kesalahan berarti.
Liverpool juga tampil stabil saat menghadapi beberapa serangan balik awal Juventus.
Ini adalah prinsip dasar Yang Chengzhuo di awal: stabilkan dulu, baru perlahan bangun irama permainan. Serangan kilat adalah senjata andalan Liverpool, namun kedua senjata ini harus digunakan pada momen yang tepat.
Tepat ketika semua orang mengira Liverpool telah menguasai alur permainan, Camoranesi tiba-tiba melepaskan umpan lambung melintasi dari sisi kanan.
Cassano maju dari sisi kiri, menghentikan bola dengan dada, lalu Finnan langsung menerjang.
Del Piero yang selama ini berkeliaran di sisi kiri langsung menarik diri ke luar kotak penalti, mengangkat tinggi tangan kirinya.
"Area Del Piero!" Yang Chengzhuo terkejut sebagai orang pertama yang merespons, segera berteriak ke pemain di lapangan, "Jaga ketat Del Piero!"
Carragher juga terus memantau pergerakan Del Piero, sama sekali tidak perlu disuruh oleh Yang Chengzhuo, dia langsung mendekat.
Bola mengalir dari kaki Cassano ke kaki Del Piero. Sang Pangeran Juventus ini mundur menerima bola, dengan cepat menggunakan punggungnya untuk menghalangi Carragher, kaki kanannya mahir mengontrol bola, tiba-tiba berpura-pura ingin melakukan gerakan tipuan sebelum berakselerasi membawa bola ke tengah.
Seluruh proses sebenarnya tidak cepat, tapi penguasaan bolanya sangat menonjol, membuat Carragher gagal mengikuti sehingga terpental setengah jarak badan. Dalam kondisi normal, andai Del Pierro berhenti sebentar, Carragher masih bisa mengejar.
Namun Del Piero justru langsung melepaskan tembakan keras dengan kaki kanannya begitu berhasil membuka ruang.
Bola jelas-jelas melukiskan lengkungan indah, tapi di saat seperti ini, di mata seluruh Orang Liverpool, lengkungan itu datang begitu tiba-tiba sekaligus berakibat fatal.
Reina melakukan segala upaya dengan aksi penyelamatan, namun bola hampir menggesek sudut pertemuan mistar gawang dan tiang kanan, lalu menyusup masuk ke sudut kanan atas gawang.
Pada detik ini, seluruh Stadion Atatürk tiba-tiba hening membeku.
Fans Zebra yang jumlahnya sedikit dan sempat tertekan oleh fans Liverpool sejak awal pertandingan, langsung meledak dengan sorak-sorai penuh semangat.
Komentator langsung menarik nada panjang, "What a great goalllllllllllllll!"
"Area Del Piero! Del Piero kembali menciptakan gol kelas dunia di wilayah legendarisnya, membukukan skor pertama untuk Juventus!" suara komentator terdengar bergemuruh, "Baru 3 menit 27 detik pertandingan berjalan, Juventus sudah lebih dulu meraih gol pembuka lewat tendangan spektakuler Del Piero!"
Reina merangkak bangkit dari tanah dengan kedua tangan terangkat tinggi. Dia sudah berusaha maksimal, namun tendangan Del Piero yang melengkung ke sudut kanan atas gawang itu terlalu licik. Posisinya yang terlalu ke kiri membuatnya mustahil menyelamatkan tembakan melengkung ke arah tersebut.
"Ini mungkin akan menjadi tembakan yang mengubah situasi pertandingan. Liverpool tampil bagus di awal laga, tapi jelas mereka kaget menghadapi perubahan taktik serangan mendadak Juventus. Fokus pertahanan yang terlalu condong ke kiri membuka celah di sayap kanan, dimanfaatkan Cassano untuk memberikan umpan silang gemilang bagi gol spektakuler Del Piero."
……
……
Yang Chengzhuo menutup mulut dengan tangan kiri, berusaha menahan diri agar tidak meledakkan umpatan keras.
Di ruang ganti sebelum pertandingan, dia sudah memperingatkan para pemain untuk tetap fokus 100%, tidak membuat kesalahan, dan menjaga irama permainan. Dua hal yang berulang kali ditekankan: pertama, waspada tembakan dari luar kotak penalti; kedua, antisipasi situasi bola mati!
Dia udah dari dulu mengingatkan para pemain bahwa Del Piero adalah pemain yang sangat mengancam, bisa melakukan tembakan presisi dengan kaki kiri dan kanan. Performanya di Juventus musim ini juga sangat menonjol, terutama dengan Trezeguet yang membantu mendistribusikan tekanan pertahanan. Sangat mungkin Capello akan memanfaatkannya untuk membangun taktik serangan.
Tapi begitu pemainnya masuk ke lapangan, semua Pesan pelatih langsung dilempar ke awang-awang.
Ya, serangan mendadak Juventus di awal memang tiba-tiba. Tapi sebelumnya saat membuat persiapan, Yang Chengzhuo juga menyebutkan hal ini. Dia menuntut pemain harus bisa tetap tenang, memulihkan stabilitas situasi terlebih dahulu sebelum perlahan mencari kembali irama permainan.
Di kompetisi besar yang krusial seperti ini, kehilangan bola pertama adalah hal berbahaya tingkat tinggi.
"Mereka terlalu cemas, dan terlalu terburu-buru ingin unggul duluan!" Benitez menggelengkan kepala sambil menghela napas.
Harus diakui, serangan mendadak Juventus memang tak terduga. Tapi kondisi mental pemainlah yang sebenarnya menyebabkan kehilangan bola.
Yang Chengzhuo tidak menjawab, tetapi tiba-tiba menyadari sesuatu yang lebih mengerikan. Ia segera menuju pinggir lapangan, melambaikan tangan dengan gesit ke para pemain terutama Michael Carrick: "Michael, tetaplah stabil! Jangan menyerang dulu! Tetaplah stabil, jangan menyerang!"
Sambil terus membuat gerakan isyarat, ia berteriak ke arah Carrick. Kini ia mulai bisa menebak taktik Capello selanjutnya.
Kalau aku sudah unggul lebih dulu, aku akan bertahan-balik. Kamu yang menyeranglah, seranglah mati-matian! Semakin kau menyerang, celahmu semakin besar. Semakin mudah dan mumpuni serangan balikku.
Ini adalah jebakan yang dipasang Juventus untuk Liverpool.
"Mereka sengaja memancing kita menyerang!" kata Yang Chengzhuo saat mundur ke bangku cadangan. Taktik ini telah ia gunakan untuk mengalahkan banyak tim: "Asal pertahananku cukup kuat, ini pasti berhasil."
……
……
"Liverpool sedang menyerang habis-habisan, Carrick menguasai bola, Appiah langsung menekan, menggunakan tubuhnya untuk mendesak Carrick, pemain Inggris itu hampir kehilangan bola, segera mengoper ke Murphy yang mundur, Aduh, bola direbut! Juventus melakukan serangan balik..."
"Yang Chengzhuo terlihat panik, ia terus-menerus mengingatkan untuk tetap tenang, namun sepertinya Liverpool mulai kehilangan kendali..."
"Carrick dan Drogba sama-sama diawasi ketat, terutama Carrick yang dikelilingi pemain Juventus. Dia dan Davids sama-sama dibatasi, lini tengah Liverpool sepenuhnya ditekan, hanya bisa mengandalkan umpan-umpan jauh ke depan, namun Juventus sangat solid dalam mengantisipasi ini."
Di Bar Sutton yang berdekatan dengan Stadion Anfield Liverpool, kerumunan fans Liverpool memadati tempat sambil menatap layar yang menampilkan waktu pertandingan dan skor 0-1 untuk Juventus!
Seluruh Bar Sutton menjadi sunyi, sunyi mencekam bagai kematian. Semua orang bahkan menahan napas sambil menatap layar, menanti perubahan sekecil apapun.
Kita pasti menang! Pasti menang!
Tiba-tiba terdengar suara peluit dari layar TV. Wasit Gonzalez memberi hukuman pelanggaran bertahan pada Juventus.
Jonathan Zebina melakukan tekel dari belakang saat menghadang Cristiano Ronaldo, menjatuhkan pemain Portugal itu. Seketika bar bergemuruh dengan teriakan protes para suporter.
“Fuck you！”
"CTMD orang Prancis, bajingan Prancis!"
"Harusnya dia dikasih kartu merah, suruh si brengsek itu minggat!"
Semua fans terlihat begitu geram, satu per satu mata mereka membelalak menatap layar TV. Ketika melihat wasit hanya memanggil Jonathan Zebina dan memberi peringatan tanpa maksud memberikan kartu, satu per satu mereka kembali meluap kemarahannya.
"Cucu kura-kura asal Spanyol ini apa sudah menerima uang dari Juventus?"
"Apa kelakuan brengsek mereka di Serie A mau dilanjutkan sampai final Liga Champions?"
"Apa mereka berniat 20 tahun lagi akan menghancurkan kita dengan hukuman memihak seperti ini?"
Suasana di bar menjadi ramai dan gaduh, satu per satu mulai berteriak-teriak.
Saat menyaksikan Cristiano Ronaldo bangkit kembali dari lapangan, sorak-sorai gegap gempita langsung bergema.
"Semangat, Liverpool!"
"Jangan biarkan mereka mencetak gol lagi, lebih berhati-hati!"
"Ketinggalan 1 gol, kita masih punya harapan!"
Baru saja mendapatkan kesempatan tendangan bebas di lini depan, eksekusi Cristiano Ronaldo terlalu terburu-buru. Tidak mempertimbangkan posisi rekan di kotak penalti, lebih memilih langsung mencetak gol. Namun karena jarak yang terlalu jauh, tendangannya langsung disita oleh Abbiati.
"Sekarang ini benar-benar ujian besar bagi Liverpool. Serangan mereka jelas kehilangan formasi tim, sama sekali tanpa taktik. Lebih sering Carrick mundur ke belakang lalu menendang bola panjang ke depan. Gaya tengah mereka sepenuhnya diredam oleh Juventus."
"Tacchinardi dan Appiah masing-masing mengawasi Davids dan Carrick. Sebenarnya Yang Chengzhuo ingin menggunakan Murphy untuk membantu Carrick merapikan aliran permainan di area tengah, tetapi Murphy jelas belum memiliki kemampuan seperti Gerrard."
“Peran Michael Carrick sebelumnya di skuad Liverpool lebih banyak sebagai pengumpan nomor 2, yaitu operan sebelum umpan terakhir yang menentukan. Misalnya, tugasnya seharusnya mencari trisula lini depan, lalu mereka yang berkoordinasi untuk menciptakan umpan penetrasi. Namun kini, di bawah tekanan pressing sepanjang pertandingan Juventus, umpan jauh Carrick malah menjadi senjata assist utama.”
“Umpan jauh bukanlah taktik assist yang stabil. Hal ini membuat serangan Liverpool terlihat kacau-balau, penuh kesalahan dan celah. Sementara Juventus, pertahanannya sangat kokoh dengan taktik pressing total yang sangat efektif. Liverpool ditekan hingga hampir tak berdaya, sementara serangan balik Legiun Zebra sangat mematikan.”
Saat komentator melakukan analisis, situasi pertandingan terus berkembang dengan cepat.
Secara tertentu, Liverpool terjebak dalam konspirasi Juventus. Setelah tertinggal satu gol, situasi pertandingan lepas kendali. Para pemain mulai ingin menekan dengan serangan besar-besaran untuk segera menyamakan kedudukan. Hal ini membuat pertahanan Liverpool benar-benar terekspos di bawah gempuran serangan balik Juventus.
Bisa dibayangkan: Satu tim menyerang buru-buru tanpa taktik jelas, sementara lawannya membangun pertahanan kokoh sambil merencanakan serangan balik. Dibandingkan, Liverpool terlihat lebih dominan secara statistik, tapi serangan balik Juventus justru lebih mengancam.
Namun dari sudut pandang lain, ritme Juventus juga terpaksa dipercepat. Karena Liverpool bermain cepat, Juventus yang menerapkan taktik pressing sepanjang pertandingan tidak mungkin bermain lambat. Kelambanan akan menyebabkan kehilangan penjagaan dan menciptakan celah pertahanan.
Untung rugi pasti ada, itu tak bisa dihindari. Tapi taktik Juventus lebih tepat sasaran, sehingga tingkat ancamannya lebih tinggi.
Menit ke-18, Cassano menggiring bola maju di sayap kiri, melakukan umpan lambung ke wilayah terlarang untuk Trezeguet, sementara dirinya sendiri terus bergerak maju hingga mencapai area depan kotak penalti.
Trezeguet yang berada di dalam kotak penalti mendapat tekanan ketat dari Hyypiä, gagal mengontrol bola dengan baik hingga hampir kehilangan penguasaan, terpaksa melakukan tembakan tergesa-gesa yang berhasil ditepis oleh Reina. Tendangan sudut diberikan.
Del Piero segera menuju titik tendangan sudut dan melakukan tendangan dengan cepat.
Di dalam kotak penalti yang penuh kerumunan, semua pemain Liverpool mengawasi ketat setiap gerakan pemain Juventus. Tidak ada yang berani lengah karena semua tahu: satu gol masih bisa diselamatkan, tapi jika kebobolan lagi, pertandingan benar-benar tidak bisa diselamatkan.
Siapa yang masih berani mengatakan bisa mengejar ketertinggalan dua gol dari Juventus?
Ada! Hanya satu tim: Inter Milan!
Mereka saat bermain tandang melawan Juventus musim ini, sempat tertinggal 2 gol, namun berhasil menyeimbangkan skor dengan gigih di babak kedua. Pertandingan itu dijuluki sebagai laga terbaik Serie A musim ini karena kedua tim menunjukkan kemampuan teknik dan taktis sepakbola yang tak tertandingi.
Tapi ingat, Liverpool bukan Inter Milan!
"Tidak bisa kebobolan lagi!"
Bukan hanya para pemain yang berteriak dalam hati, di Bar Sutton semua penggemar juga menjerit dalam batin.
Bahkan banyak fans yang langsung menutup mata, tangan mereka menggaruk-garuk kepala dan dada sambil berdoa, berharap Tuhan melindungi Liverpool. "Kita benar-benar tidak boleh kebobolan lagi!"
Mungkin malam Istanbul menutupi doa-doa mereka. Mungkin urusan di dunia ini memang begitu aneh - semakin kamu takut akan sesuatu, semakin mudah itu terjadi.
Saat semua orang ketakutan kebobolan, malah terjadi lagi.
Setelah tendangan sudut Del Piero dilayangkan, bola langsung jatuh ke titik depan. Tapi Lilian Thuram dan Trezeguet terus melakukan interferensi. Pemain Liverpool terlalu dekat mengikuti pergerakan pemain Juventus, menyebabkan medan depan ternyata kosong dari pertahanan.
Finnan yang menjaga tiang kiri segera menerjang keluar. Tapi siluman berkaus bergaris hitam-putih telah lebih dulu merebut posisi. Menghadapi tendangan sudut Andrea Pirlo yang presisi itu, dia tak perlu melompat - cukup berdiri di tanah asal, menunggu bola menyentuh dahinya lalu menyundul dengan lembut.
Saat Pepe Reina menyadari, bola sudah terbang masuk ke gawang Liverpool!
“GOALLLLLLLLLLLLLL！！！！！”
Komentator berteriak histeris: "Menit ke-19, Juventus menambah gol!"
"Ya Tuhan, ini hampir seperti pertandingan kekalahan seperti di awal. Meski dari suasana, kedua tim terlihat seimbang, namun pertahanan Liverpool penuh celah di bawah serangan Juventus, sehingga sama sekali tidak bisa menahan serangan balik Juventus."
"0:2, ini jelas sudah membedakan pertandingan ini sebagai hukuman mati! Kita mutlak tidak percaya, di muka bumi ini masih ada tim yang bisa menyamakan skor setelah ketinggalan 2 gol, terutama dalam final Liga Champions seperti ini. Tertinggal 2 gol jelas sudah membedakan Liverpool dengan hukuman mati!"
Tayangan TV memperlihatkan Yang Chengzhuo di pinggir lapangan. Orang Tionghoa itu terlihat pasrah.
"Ini jelas akan menjadi kekalahan pertama Yang Chengzhuo di final Liga Champions sepanjang kariernya, dan itu akan menjadi kekalahan yang sangat memilukan. Dia seharusnya segera menyesuaikan timnya, tidak bisa terus membiarkan timnya dalam kekacauan seperti ini. Jika tidak, gol Juventus akan semakin banyak, bahkan mungkin berubah menjadi Pembantaian besar-besaran!"
"Pada akhirnya, pemain Liverpool masih terlalu muda, terlalu kurang pengalaman. Di lineup pembuka mereka, bahkan hanya Davids yang punya pengalaman final Liga Champions. Pemain lain entah terlalu muda, atau sudah lama menyusup di tim kelas menengah-bawah, kekurangan pengalaman di kompetisi besar penting seperti ini."
"Perlu diketahui, ini adalah final Liga Champions bernilai ratusan juta euro di hadapan milyaran fans sepakbola, pertarungan antara dua tim terkuat di dunia sepakbola saat ini. Dalam pertandingan seperti ini, seringkali kondisi mental-lah yang menjadi masalah utama penentu kemenangan/kekalahan."
Sementara komentator sedang menganalisis dan memberikan saran, terlihat Cassano si pahlawan gol meluncur ke arah Yang Chengzhuo.
