Yang Chengzhuo sejak dulu selalu percaya diri. Hampir tak pernah ia meragukan keyakinannya sendiri.
Bukan berarti kepercayaan dirinya buta, sebaliknya, keyakinannya berasal dari pemahaman mendalam terhadap diri sendiri dan musuh. Hal ini membuatnya selalu tahu harus bertindak bagaimana, dalam situasi apapun dia tidak akan panik atau kehilangan keyakinan.
Kalah bukan hal mengerikan, yang menakutkan adalah ketika kamu bahkan kehilangan kepercayaan diri sendiri!
Selama pelatihan dan sebelum pertandingan, Yang Chengzhuo berkali-kali menekankan: jangan menyerang secara membabi buta, harus memiliki kesabaran - terutama saat menghadapi tim defensif hebat seperti Juventus, kesabaran adalah poin krusial.
Tapi nyatanya, para pemain masih terlalu tergesa-gesa sehingga mereka benar-benar terjebak dalam perangkap Juventus.
Benar, Juventus juga terjebak dalam perangkap Liverpool - ini adalah perangkap timbal balik dimana irama pertandingan yang cepat membuat pressing sepanjang laga Juventus menguras energi mereka secara drastis.
Tapi apa artinya itu?
Sekarang Juventus kembali mencetak gol!
Tertinggal 2 gol, masih adakah peluang menang?
Pembukaan kalah 1 gol, Yang Chengzhuo tidak kehilangan keyakinan karena dia tahu bahwa taktik tekanan sepanjang pertandingan ini, ditambah irama yang cepat, merupakan ujian besar bagi pengeluaran energi Juventus. Menjelang babak kedua, situasi perlahan akan membalikkan.
Namun kehilangan gol lagi, jelas menjadi pukulan besar bagi taktik Yang Chengzhuo, sebuah pukulan yang sangat-sangat memilukan.
"Masih adakah peluang menang?" Yang menengadah dengan kebingungan, karena jawabannya pun tak ia ketahui. Namun ia bisa merasakan raganya gemetar. Sepanjang hari ini perutnya yang hampir tak terisi makanan mulai agak kejang, berbunyi keroncongan.
Tiba-tiba Cassano berlari dari kejauhan. Pemain Italia itu langsung meluncur ke hadapan Yang Chengzhuo, kedua tangan menarik lebar mulut besarnya sambil memuntahkan lidah ke arah pelatih, penuh provokasi.
"Hei, apa maksudmu?!" Paulus Bayer pertama merespons, langsung ingin meningkatkan serangan.
Tapi gelandang Juventus Tacchinardi sudah lebih dulu mendekat, menghalangi Cassano dan menarik dengan kasar pemain Italia itu kembali ke lapangan.
"Sudah kukatakan, aku lebih hebat dari Ronaldo, lebih menonjol dari Van Nistelrooy! Dasar brengsek buta, lihat jelas tidak? Bapak ini sudah mencetak gol!!!"
"Hari ini pasti kuhancurkan kau, menginjak sampah sepertimu hingga gepeng di bawah kakiku! Kalian tamat, Yang Chengzhuo!"
Meski ditahan Tacchinardi, anggota ini tetap berteriak mati-matian. Del Piero yang datang kemudian langsung menutup mulutnya dengan telapak tangan, tapi teriakan parau masih terus keluar.
Melihat pelatih kepala yang mereka hormati dihina, para pemain Liverpool satu per satu mulai mengerumuni.
"Hei brengsek, kau cari mati ya?"
"Berani-beraninya menghina pemimpin kami? Aku bakal membunuhmu sialan!"
“Aku akan membunuh brengsek sepertimu!”
Para pemain segera mengerumuni, pemain Juventus juga langsung mendekat. Kedua pihak terlihat seperti pedang terhunus siap bertarung.
“Suasana terlalu meledak! Kedua tim berada di bawah tekanan besar. Cassano sungguh tidak seharusnya memprovokasi Yang Chengzhuo. Ini akan membuatnya menjadi musuh bersama Liverpool!”
Benar saja, teriakan menggeram hampir serempak meledak dari tribun fans Liverpool.
Tim mereka tertinggal 2 gol di lapangan, situasi yang menurut komentator mustahil untuk dikejar. Amarah yang tertahan di hati fans akhirnya menemukan pelampiasan melalui aksi provokasi Cassano terhadap Yang Chengzhuo.
Seluruh Stadion Atatürk bergemuruh tak terkendali. Para fans Liverpool menggeram geram seolah ingin menenggelamkan Cassano dengan air liur mereka sendiri. Mereka semua berharap pemain yang berani memprovokasi pelatih kepala mereka ini mendapat hukuman setimpal.
Gonzalez berlari menghampiri dan mengacungkan kartu kuning ke arah Cassano, untuk sementara meredakan ketegangan antar kedua tim. Para pemain perlahan kembali ke area pertahanan masing-masing, bersiap melanjutkan pertandingan.
Sepanjang kejadian ini, Yang Chengzhuo hanya berdiri diam di tempatnya. Seolah provokasi Cassano sama sekali tidak ditujukan padanya.
Benitez tetap berada di sampingnya, mengamati dengan tatapan penuh belas kasihan.
Jika melihat persiapan taktik dan penyusunan strategi spesifik sebelum laga, keputusan Yang Chengzhuo sebenarnya tepat. Detailnya pun tidak ada yang salah. Masalahnya, Liverpool kurang fokus di menit-menit awal, membuat Juventus langsung mengambil alih kendali permainan dan melancarkan serangan bertubi-tubi.
Keunggulan aura seperti ini sangat penting bagi sebuah tim. Setelah Juventus mendominasi, Liverpool hanya pasif menerima serangan, sehingga muncullah gol indah Del Piero itu. Meski ada unsur kebetulan, itu tetaplah serangan yang sangat cantik.
Jika gol pertama hanya dianggap pukulan tiba-tiba yang tak dihiraukan, maka kekacauan para pemain berikutnya benar-benar memperlihatkan penyakit terbesar Liverpool: kurang pengalaman, terlalu ambisius dan nekat, kehilangan keseimbangan dan irama!
Tanpa Gerrard, pertahanan Juventus berhasil mengunci Carrick dan Davids. Murphy yang belum masuk kondisi membuat lini tengah Liverpool mengalami kemerosotan total, sepenuhnya diredam.
Keputusan Yang Chengzhuo untuk menstabilkan situasi terlebih dulu memang tepat. Serangan Liverpool yang sudah kacau balau ini harus distabilkan dulu, baru kemudian dilakukan penyesuaian dan pergantian pemain, barulah mungkin membalikkan situasi.
Membalikkan situasi membutuhkan waktu dan landasan yang stabil. Hanya dengan sekali pergantian pemain atau penyesuaian taktik, mustahil terjadi secara mutlak untuk mengubah tim dari posisi pasif total.
Maka gol kedua benar-benar menjerumuskan Liverpool ke neraka. Ini seharusnya merupakan koordinasi tendangan sudut yang termasuk dalam kategori set-piece - aspek yang banyak dilatih dan menjadi permintaan Yang Cheng sebelum pertandingan. Namun kini kesalahan tetap terjadi.
Sebagai pelatih kepala, Yang Chengzhuo hampir melakukan segala yang mampu. Jika dikatakan dia melakukan kesalahan, maka kekeliruan terbesarnya adalah meremehkan mentalitas negatif pemain. Dia mengira anak asuhnya bisa mengatasi, namun hasilnya kebobolan sejak awal pertandingan justru mengekspos mentalitas buruk tersebut.
Andaikan yang mencetak gol awal adalah Liverpool, The Reds pasti akan bermain lebih baik.
Dari sudut pandang Benitez, jika Liverpool benar-benar kalah dalam pertandingan ini, Yang Chengzhuo paling hanya perlu memikul 25% tanggung jawab. Tapi jelas terlihat, orang Tionghoa ini lebih suka membawa 100% tanggung jawab.
Karena dia selalu membawa frasa 【tidak mengecewakan harapan】 di pundaknya. Dia selalu berharap bisa memenuhi ekspektasi fans, manajemen, pemain, dan semua pihak yang berpihak padanya.
Tepat saat pertandingan dimulai kembali, serangan Liverpool direbut lawan. Camoranesi melancarkan serangan balik cepat di sayap kanan, memberikan umpan silang ke wilayah terlarang. Trezeguet menembak keras dengan kaki kanan dari jarak 5 meter di depan pintu, 0-3!
"Ya Tuhan, 3 gol beruntun! Liverpool tertinggal 3 gol dalam waktu kurang dari 30 menit!"
Bahkan komentator langsung di TKP merasa terkejut dan sulit menerima kenyataan ini, karena tim yang dilatih Yang Chengzhuo belum pernah mengalami kehancuran seperti ini. Kalaupun kalah, maksimal hanya dua gol, tapi kini dalam waktu setengah jam saja sudah tertinggal 3 gol. Jika terus bermain seperti ini, akan berubah menjadi apa?
"Juventus sudah bisa merayakan kemenangan mereka lebih awal! Perlu diketahui, dalam sejarah Liga Champions, bahkan di final kompetisi penting dunia sepakbola, belum pernah ada tim yang bisa membalikkan keadaan setelah tertinggal 3 gol. Bahkan usaha mengejar pun mustahil!"
"Kita bisa memperluas pandangan: di seluruh dunia olahraga, hampir tidak ada preseden tim yang bisa membalikkan kelemahan sebesar ini. Terutama mengingat Juventus memiliki kontribusi defensif terbaik di Eropa, ini praktis seperti menjatuhkan hukuman mati untuk Liverpool!"
Dalam siaran langsung di Italia, komentator lokal bahkan langsung meneriakkan di TV, "Mari kita ucapkan selamat kepada Juventus, selamat kepada Capello, selamat kepada semua fans Zebra! Kalian sungguh beruntung telah menciptakan sejarah dengan 45 menit tersisa, merebut gelar juara Liga Champions lebih cepat!"
"Mari kita berikan sorak-sorai gegap gempita untuk performa Juventus, mari bersiap menyambut piala Liga Champions kembali ke Italia, mari kita saksikan kehancuran mitos Yang Chengzhuo, mari dengan bangga meneriakkan - bahkan Brasil era 1970-an yang terkuat sepanjang masa pun takkan bisa menghentikan langkah Juventus meraih piala Liga Champions!"
"Sudah tidak ada yang bisa menghentikan Juventus, tidak ada yang bisa menghentikan Capello, menghentikan Del Piero, tidak ada!"
"Lihatlah! Yang Chengzhuo sudah menyerah. Dia memberikan beberapa penjelasan kepada pemain dan asistennya, lalu berbalik menuju bangku pelatih!"
Kamera TV memberikan close-up besar pada Yang Chengzhuo, terutama bayangan dari belakangnya yang memancarkan kesepian dan kesendirian yang tak terucapkan.
"Yang Cheng yang mengklaim takkan pernah duduk di bangku pelatih, akhirnya harus kembali! Dia sudah menyerah duluan!"
"Kami punya alasan untuk percaya, saat ini yang paling bahagia pastilah Moratti. Dia akhirnya bisa membersihkan papan catur dan merebut kembali semua yang pernah dirampas Yang Cheng dalam pertandingan ini."
Lensa siaran langsung TV menjaring area tribun penonton.
Berbanding terbalik dengan sorak-sorai gegap gempita fans Juventus, fans Liverpool terlihat sedih. Banyak gadis menangis, sementara pria menyembunyikan wajah mereka di balik syal yang sudah basah oleh air mata - mereka pun menangis diam-diam.
Pemain Liverpool membeku di lapangan. Di momen ini, pasti ribuan pertanyaan berputar di benak mereka: "Apa sih yang sudah kami mainkan?"
Mengapa kami bisa kebobolan begitu banyak gol?
Sialan, sebenarnya apa yang kutakutin? Apa yang membuatku ketakutan?
Tidak ada yang tahu. Semua mengusap butiran keringat di wajah dengan wajah masam, kebingungan, dan tak tahu harus berbuat apa. Mereka benar-benar sudah kehilangan arah.
0-3, mereka belum pernah mengalami kekalahan tragis seperti ini, belum pernah merasakan kekalahan telak seperti ini!
Bagaimana? Apa yang harus kita lakukan?
……
……
Di Liverpool, Stadion Anfield, para fans semua berdiri, semua menatap layar "kaca" besar di tengah stadion dengan mata membeku.
Mereka semua mengenakan jersey Liverpool, tapi di saat seperti ini tak ada yang meneriakkan slogan seperti biasa. Hanya diam membisu, tak paham sebenarnya apa yang terjadi.
Bukankah katanya mau balas dendam?
Kenapa bisa berubah menjadi seperti ini?
Stadion Anfield yang dipadati lebih dari 30.000 fans secara mencurigakan berubah sunyi senyap bagai kuburan. Hanya isak tangisan yang melayang-layang seperti hantu di tengah lapangan, sesekali terdengar jeritan pilu yang menimbulkan perasaan asam. Lalu orang-orang mulai mencari-cari: Siapa sebenarnya yang mengeluarkan ratapan sedemikian menyayat hati?
Terlalu banyak orang, tidak bisa ditemukan!
Sorak-sorai pemain Juventus dan kesepian pemain Liverpool terasa sangat menyedihkan.
Di Bar Sutton, tidak ada yang minum alkohol atau berbicara. Semua orang menutupi mulut sambil berkedip cepat-cepat, seolah berusaha menghentikan sesuatu yang selalu mereka remeh-temehkan terjadi.
Semua orang menggigit gigi, semua mata tertuju pada layar "kaca" TV.
Yang Chengzhuo membelakangi papan skor elektronik besar di Stadion Atatürk. Angka 0:3 yang mengerikan itu terpampang persis di sisi kiri-kanannya, membuat siluet pria Tionghoa itu terlihat begitu kesepian.
Dia akan kalah!
Apakah dia benar-benar sudah menerima kegagalan?
Pada saat itu, brak! Suara botol bir menghantam dinding hingga pecah berantakan membuat seluruh orang di bar itu terkejut.
Terlihat Aurelio berdiri di sana dengan gigitan gigi, kedua matanya mengawasi ketat layar TV bagai harimau dan serigala.
"Penipu! Penipu!!" teriak Aurelio.
"Dia pernah bilang..." jarinya menunjuk sosok Yang Chengzhuo di layar TV, "Di kamus semangat Liverpool, tidak pernah ada kata menyerah! Dia juga berjanji akan memimpin kita Liverpool kembali ke puncak Eropa! Dia juga pernah bilang, hanya Liverpool yang terbunuh sambil berdiri, mutlak tidak ada Liverpool yang tumbang!"
"Tapi lihatlah, ini masih Liverpool? Masihkah itu Liverpool yang tidak pernah menyerah?"
Lolos ke final Liga Champions dan bertemu Juventus, ini hampir membuat semua fans Liverpool di seluruh dunia merasa gembira dan bersemangat. Karena selama 20 tahun, mereka terus-menerus memimpikan pertandingan seperti ini, terus berusaha menghalau bayang-bayang hantu yang telah menghantui Liverpool selama dua dekade penuh.
Namun saat pertandingan memasuki menit ke-30 dengan ketertinggalan 3 gol, mereka menyadari bahwa segala usaha dan perlawanan mereka takkan bisa mengubah takdir tragis ini. Saat itulah mereka mulai menggeram, mengaum, dan menjadi liar!
"Kita tidak akan kalah!" Seseorang tiba-tiba maju ke depan, "Sama sekali tidak akan kalah!"
"Sang Kaisar pernah bilang, kita tidak akan kalah, kita pasti menang!"
"Jangan menyerah, kita tidak boleh menyerah begitu saja!"
"Kita harus menang, wajib menang!"
Teriakan fans saling bersahutan sampai akhirnya seseorang memulai yel-yel pertama:
“Ketika kau melewati sebuah badai... Tegakkan kepalamu dengan bangga... Jangan takut pada kegelapan... Di ujung badai, ada langit keemasan dan kicauan manis burung lark... Lewati angin, lewati hujan... Impianmu mungkin hancur berantakan... Tapi majulah dengan harapan di hati, kamu takkan pernah berjalan sendirian...”
Semakin banyak orang bergabung dalam paduan suara. Nyanyian semakin membahana, hampir mengangkat atap Bar Sutton.
Tak jauh dari sana, suara lagu tim mulai terdengar dari stadion Anfield. Nyanyian itu semakin keras, menyatu dengan alunan musik yang keluar dari Bar Sutton.
Perlahan-lahan, lagu Liverpool menggema semakin kuat di berbagai bar sepanjang jalan-jalan Liverpool. Suaranya menembus jendela dan atap bar, melintasi jalan besar maupun gang sempit.
Setiap penggemar Liverpool yang menonton pertandingan di rumah seolah bisa mendengar nyanyian ini, seolah semua hati menghasilkan resonansi yang sama.
……
……
“……Tapi dengan harapan di hatimu melangkah maju, kamu takkan pernah berjalan sendirian……”
Di Stadion Atatürk, lebih dari 50 ribu fans Liverpool yang memadati tribun, dalam kondisi menjadi mayoritas, mereka menyanyikan lagu tim mereka sendiri. Nyanyian mereka membasahi sorak-sorai fans Juventus dan sepenuhnya membanjiri seluruh Stadion Atatürk.
Paduan suara ribuan orang penuh semangat, menciptakan pemandangan yang sangat megah.
“Terlihat jelas fans Liverpool belum menyerah. Mereka masih menggunakan nyanyian untuk memompa semangat tim, karena mereka memiliki himne suci yang tidak dimiliki klub sepakbola manapun di alam semesta - 【You'll Never Walk Alone (Kamu Takkan Pernah Berjalan Sendiri)】. Tak ada satu pun tim yang bisa menyamai soliditas dan kecintaan tulus Liverpool terhadap klub mereka.”
“Bencana memang mengerikan, tapi di hati Orang Liverpool yang bersatu, yang paling menakutkan bukanlah bencana. Yang paling menakutkan adalah ketika tim yang mereka cintai tak lagi berani, tak lagi bersatu, tak lagi Tanpa Ketakutan seperti masa lalu.”
“Jelas terlihat, mereka menggunakan lagu ini untuk mengingatkan semua Orang Liverpool: pertandingan baru berjalan setengah jam lebih, masih jauh dari selesai. Tertinggal berapa gol pun tak menakutkan, kekalahan seburuk apapun tak menakutkan, bahkan jika Liverpool kalah hingga menjadi aib selamanya sekalipun, itu TIDAK MENAKUTKAN!”
“Yang mengerikan adalah jika kalian menyerah begitu saja, itulah aib! Itulah aib bagi sepakbola Liverpool!”
Yang Chengzhuo mendengar suara itu. Dia berhenti dari langkahnya menuju bangku pelatih, memegang pilar atap tribun pelatih sambil mengangkat kepala, menjaring pandangannya ke tribun penonton Stadion Atatürk.
Hitam legam memenuhi pandangan, di mana-mana penuh sesak manusia. Fondasi utama tak bisa membedakan Siapa adalah Siapa.
Satu-satunya yang bisa dibedakan dengan jelas adalah, seluruh stadion sedang menyanyikan lagu sucin 【You'll Never Walk Alone】.
Para pemain juga mendengar suara itu, satu per satu melihat ke tribun, seolah bisa menemukan arah dari nyanyian tersebut.
Ya, bencana dan kegagalan tidak mengerikan. Yang mengerikan adalah kita tidak lagi tanpa ketakutan!
Carragher menepuk kedua tangannya dengan gesit, "Beri padaku ketenangan, kumpulkan fokus, jangan biarkan situasi kacau, saudara-saudara!"
"Kita belum kalah! Pertandingan belum selesai, kita belum kalah!" Hyypiä juga berteriak histeris.
"Pulihkan stabilitas, jangan biarkan mereka mencetak gol lagi, sama sekali tidak boleh! Mati pun harus bertahan hingga babak pertama selesai!"
"Benar, bertahan sampai babak pertama berakhir!"
Babak pertama berakhir, Bos... Bos pasti bisa, dia pasti bisa memimpin kita membalikkan kekalahan!
Benar kan, Bos!
"Semua pemain serentak memalingkan wajah. Mereka melihat Yang Chengzhuo yang tanpa disadari telah kembali ke pinggir lapangan. Dengan wajah khidmat, pelatih itu mengawasi mereka sambil mati-matian mengayunkan lengan dan meneriakkan instruksi."
"Jangan menyerah! Jangan sekali-kali menyerah!"
"Rapatkan formasi! Bekukan area tengah! Jangan memaksakan serangan! Jangan terburu-buru! Pertahankan dulu pertahanan!"
"Kita harus stabilkan posisi dulu. Percayalah padaku! Kalian harus percaya! Kita bisa menang! Pasti bisa menang!"
"Kamera TV menyorot sosok Yang Chengzhuo. Yang terpantau di layar adalah sosok jantan yang sedang menggeram, sosok yang sudah nekat melakukan apapun demi kemenangan."
"Pada detik ini, tak ada manusia, tak ada hal, tak ada apapun di dunia ini yang mampu menghentikannya meraih kemenangan ajaib!"
