"Sungguh mengejutkan, setelah bertukar sisi lapangan di babak kedua, Liverpool sama sekali tak terpengaruh oleh ketertinggalan 3 gol. Bukan hanya pemain, tapi juga fans mereka - semua bangkit dari kursinya. Dengan nyanyian, mereka memberi semangat kepada pasukan Liverpool di dalam lapangan."
Seluruh Stadion Ataturk tampak hitam legam oleh kerumunan manusia.
Demikian pula di Anfield. Semua fans Liverpool mengikuti siaran TV sambil berdiri. Beberapa bahkan meniru Gerrard, mengangkat syal tinggi-tinggi sambil menyanyikan lagu tim.
Mereka melihat harapan! Mereka rela menjadi gila demi harapan itu!
“Header Didier Drogba ini datang tiba-tiba, sekaligus membawa secercah harapan bagi Liverpool. Ketinggalan 2 gol, dengan kemampuan ofensif Liverpool yang merupakan grup artileri serangan top Eropa, kemungkinan mengejar ketertinggalan masih ada. Jika Liverpool benar-benar bermain gila-gilaan, situasinya akan sangat berbahaya.”
Di babak pertama Liverpool tidak menunjukkan taring terutama karena terus terdesak oleh tekanan Juventus, formasi tengah mereka benar-benar kacau.
Namun di babak kedua, Yang Chengzhuo menggunakan Davids dan Murphy untuk menjepit kedua sayap Juventus. Posisi Carrick sangat fleksibel bisa naik-turun bebas. Di sampingnya, Michael Essien memberikan perlindungan yang solid sehingga ia bisa lebih tenang menguasai bola sesuai keinginannya. Pasalnya ia tahu, meski kehilangan bola, Essien di belakang akan membantu merebutnya kembali.
Trisula lini depan terus-menerus menggempur pertahanan legiun Zebra, membuat Juventus secara situasi pertandingan menjadi sangat pasif.
"Camoranesi menggiring bola, Davies melakukan tackling keras, merebut bola. Camoranesi terjatuh, tapi wasit Gonzalez memberi isyarat ini adalah tackle sah tanpa pelanggaran. Pertandingan berlanjut, Liverpool kembali melancarkan serangan balik..."
"Ronaldo mengumpan diagonal ke kotak penalti dari luar area. Robben menyusup dari belakang, Cannavaro tertarik oleh Drogba. Bahaya! Robben menembak... Aduh, Abbiati melakukan penyelamatan gemilang, mengarahkan tembakan Robben ke luar garis gawang. Tendangan sudut!"
"Selama Juventus belum stabil di awal babak, Liverpool menggila melancarkan serangan bertubi-tubi. Juventus terdesak terus, terutama lini belakang mereka yang ditekan erat oleh Liverpool. Sekarang Liverpool mendapat tendangan sudut. Mari kita lihat bagaimana Liverpool akan mengambil tendangan sudut ini."
Seiring analisis komentator langsung, terlihat Robben sudah berlari ke area tendangan sudut kanan. Setelah menerima bola, dia menginjak-injak rumput di sekitar tiang bendera sudut, lalu meletakkan bola dengan hati-hati sebelum mundur perlahan.
Robben mengawasi wilayah terlarang, hampir semua pemain bertubuh tinggi tim datang - Hyypiä, Carragher, Drogba, Ronaldo... Semua menerobos masuk ke dalam kotak penalti Juventus.
Robben mengangkat jari telunjuk tangan kanannya tinggi-tinggi, pandangannya tertuju pada Hyypiä di kejauhan. Lidahnya menjilat bibir keringnya secara tak sengaja, sementara Hyypiä membuka tangan lebar-lebar mengurung Cannavaro di belakangnya.
Dengan tangan terkatup di depan mulut, Robben menarik napas dalam-dalam sebelum berlari menuju bola dengan gerakan perlahan.
Di kotak penalti, saat Robben mulai bergerak, para pemain tinggi Liverpool serentak mengikuti pergerakan. Hyypiä dengan gesit menyergap posisi depan, sementara tendangan sudut Robben yang datang cepat berupa tendangan setengah tinggi langsung digesek Hyypiä di depan, bola segera meluncur ke titik belakang.
Kotak penalti Juventus langsung berubah jadi kekacauan. Carragher menyambut umpan silang Hyypiä, melompat tinggi bersama Thuram untuk berebut header. Tapi posisi Thuram lebih baik, dengan mudah dia membuang bola keluar kotak penalti.
Bola melayang perlahan ke luar kotak penalti. Sebagian besar pemain masih berkerumun di dalam ketika Davids dengan sigap mengontrol bola.
Bek Juventus langsung menyerbu keluar. Tacchinardi bahkan langsung menekan Davids, tapi si Belanda ini tiba-tiba menggiring diagonal ke kiri beberapa langkah, lalu melepas tembakan keras dengan kaki kirinya dari jarak jauh.
Bola melesat dari kaki Davids, meluncur di langit dengan lintasan yang mulus, melewati kepala semua pemain di kotak penalti. Abbiati yang tadi berdiri di posisi kurang ideal untuk mengantisipasi header Carragher, segera menyadari situasi dan melakukan penyelamatan spektakuler dengan loncatan akrobatik.
Namun tembakan itu nyaris menyentuh mistar gawang sebelum akhirnya masuk ke dalam jala.
"......Edgar? Davids... dengan tendangan spektakuler dari jarak jauh!!!" Komentator langsung menjerit histeris, terlalu terkejut dengan aksi ini. Bagaimana mungkin Davids tiba-tiba melepas tendangan dari jarak sejauh itu, di tengah kepadatan pemain di kotak penalti?
Yang lebih mencengangkan, bola tersebut memiliki lintasan melengkung yang jelas terlihat seperti terjun bebas.
“Sebuah gol luar biasa! Sebuah gol luar biasa!” komentator di TKP sampai lupa diri karena terlalu gembira, “Tendangan jarak jauh dari striker Belanda, Edgar? Davids di luar kotak penalti, Abbiati sama sekali tak berdaya menghadapi tembakan mendadak ini!”
Saat Davids mencetak gol, Yang Chengzhuo menggenggam tangan sambil mengaum kegirangan. Ia sendiri tak menyangka, setelah penyesuaian di babak kedua, situasi langsung terbalik.
Dari skor 0-3 menjadi 2-3, Liverpool sudah melihat secercah harapan, bahkan bisa dibilang harapan yang sangat besar!
Davids berlari keluar lapangan penuh semangat, melewati papan iklan di pinggir lapangan, lalu berhenti persis di bawah podium ketua. Dengan menegakkan kepala, ia memandang penuh tantangan ke atas podium. Ia tahu Moratti ada di sana.
“Apakah Davids sengaja mencetak gol spektakuler ini sebagai demonstrasi kekuasaan untuk Moratti?”
“Dulu di Juventus, Davids sempat diblokir Moratti dan Lippi. Yang Chengzhuo-lah yang membawanya ke Liverpool dan memberinya kehidupan baru. Selama dua tahun ini, Davids tetap menjaga stabilitas performa. Meski musim ini performanya menurun karena cedera semakin meningkat, tapi lewat satu tendangan dalam final ini, ia kembali membuktikan nilainya.”
“Apakah Moratti sekarang menyesal? Akankah dia menyesali keputusan melepas Davids dulu?”
Kamera siaran langsung TV menyorot Moratti. Wajah sinis pemain Italia itu terlihat semakin dingin, membuat orang merinding terutama bila dikombinasikan dengan tatapan matanya.
Jika memungkinkan, dia akan tanpa ragu mengalahkannya!
Tapi sangat disayangkan, Davids sudah bukan pemain Juventus lagi. Dengan gol spektakuler ini, dia membalas dendam kepada Moratti, menuntut balas mengapa dulu dirinya diblokir di bangku cadangan.
"Bukankah kau bilang akan memblokirku sampai pensiun? Kini, aku akan menghancurkan Liga Champions-mu dengan tanganku sendiri!"
Mata Davids memancarkan amarah balas dendam, seolah mengabarkan pada Moratti: "Akhirmu telah tiba!"
Pemain Liverpool di sekeliling semakin banyak mengerubungi Davids. Striker Belanda itu hanya merayakan seadanya bersama rekan setim - dia memang tak pernah antusias merayakan gol, apalagi saat tim masih tertinggal.
Namun di momen ini, sorot mata semua pemain Liverpool telah memproyeksikan kepercayaan diri yang teguh.
Di pinggir lapangan, Yang Chengzhuo melambai memberi isyarat: "Lanjutkan serangan!"
"Kita pasti bisa mencetak satu gol lagi! Tidak, dua! Tiga! Empat gol!!"
Semua pemain Liverpool memancarkan kepercayaan diri dari lubuk hati mereka, tanpa alasan apapun, juga tidak membutuhkan alasan. Singkatnya, mereka percaya diri, percaya, pasti bisa melakukannya.
……
……
Fans Liverpool di tribun terlihat gila-gilaan kegirangan, benar-benar gila bahagia.
Jika performa lesu Liverpool di babak pertama membuat mereka seolah hidup di neraka, maka setelah babak kedua dimulai, Liverpool yang mencetak 2 gol dalam 10 menit telah mengembalikan Juventus ke wujud aslinya, kemudian selama periode berikutnya terus mendominasi situasi, membuat mereka bagaikan hidup di awan.
Capello pasti menyesal, menyesali kenapa dirinya begitu bodoh, kenapa saat unggul 3-0 di babak pertama tidak mau sedikit saja bersikap hati-hati seperti biasa, bahkan sekadar meminta pemain merapatkan formasi, sehingga Liverpool tidak akan kebobolan dua gol beruntun.
Dua gol berhasil dibalas adalah hal yang sangat-sangat mengerikan, karena hanya selisih 1 gol, sama sekali tak cukup memuaskan orang Liverpool. Mereka mau menyamakan skor, mereka ingin berbalik arah!
Hal paling menakutkan di lapangan sepakbola adalah ketika kamu merebut bola lawan, tapi tiba-tiba direbut kembali. Ini sangat menurunkan semangat. Serupa dengan itu, saat pertandingan, yang paling mematikan moral adalah ketika merasa unggul besar tiba-tiba dibalas gol beruntun oleh lawan.
Setiap tambahan gol lawan akan menambah satu tingkat pukulan bagi semangat tim kita sendiri.
Capello bahkan berpikir, jika Liverpool mencetak satu gol lagi, Juventus mungkin akan benar-benar hancur.
"Kami harus menghentikan Liverpool!" Gabiadi di sampingnya mengingatkan.
Capello paham dalam hati. Kini Liverpool sedang dalam momentum bagus, aura mereka berkobar-kobar. Jika Juventus nekad berhadapan langsung, hanya akan dirugikan. Cara terbaik adalah mengikis dulu aura tersebut.
"Manuel, lakukan pemanasan!" Setelah mendapat perintah Capello, Corradini langsung berlari ke bangku cadangan sambil berteriak keras.
Bratschi adalah rekrutan yang dipilih langsung oleh Capello untuk memperkuat ketebalan lini tengah Juventus. Bersama Tacchinardi dan Appiah, mereka bertiga membentuk trio pengacau di lini tengah Juventus yang bertugas menyabotase serangan dan organisasi lawan.
3 menit kemudian, Juventus menggantikan Trezeguet dengan Bratschi. Striker Prancis itu menunjukkan performa biasa-biasa saja sepanjang pertandingan. Di saat bersamaan, Ibrahimovic juga sedang melakukan pemanasan - tampaknya Capello siap menggantikannya kapan saja.
Striker Swedia ini bertubuh tinggi namun memiliki teknik kaki yang lincah, kemampuan fisik yang menonjol, dan selalu bisa menampilkan performa "pisau saraf" yang tak terduga. Bersama Van der Vaart, mereka dijuluki sebagai duo saraf Ajax yang ahli mencetak gol-gol sulit.
Setelah memasukkan Bratschi, Juventus mulai menerapkan formasi kontraksi pertahanan.
Memang Juventus, memang tim milik Capello. Begitu mereka stabilisasi situasi, serangan Liverpool langsung ditantahkan. Ini memang persoalan yang tidak bisa dihindari, karena mereka menyusun pertahanan kedap di separuh lapangan sendiri, mirip seperti "medan ranjau bertekanan tinggi" ala Chelsea.
Perbedaannya, Chelsea mengandalkan lari pemain dan kemampuan bertahan, sementara Juventus bergantung pada sistem terperinci serta koordinasi presisi antar pemain. Dari segi tingkat kesulitan, pertahanan Legiun Zebra jauh lebih sulit ditembus.
Contohnya pada momen ini: Robben menguasai bola di sayap kanan. Dia bisa melewati Panucci, tapi gelandang bertahan Appiah langsung mundur mengisi celah yang ditinggalkan. Akibatnya, crossing Robben berhasil dihalau dengan menyamping ke garis samping.
Lemparan ke dalam yang dihasilkan langsung diantisipasi Juventus. Serangan Liverpool pun tidak efektif.
Menghadapi struktur pertahanan bak beton bertulang ini, hal yang bisa dilakukan tim penyerang manapun sangat terbatas, terutama ketika salah satu pihak benar-benar bertekad untuk bertahan.
……
……
Ferguson duduk di tribun area reservasi, tiket pertandingan yang khusus dikirim Yang Chengzhuo. Sebagai balasan, Ferguson setuju mengundangnya makan di rumahnya di Kabupaten Cheshire, tapi kemungkinan baru bisa terealisasi musim depan.
Sebenarnya, dengan pengalaman Ferguson, biasanya ia sangat selektif dalam menilai pertandingan. Tapi duel maut ini langsung menyedot perhatiannya sejak detik pertama, karena kedua kubu nyaris saling serang sejak peluit awal.
Yang Chengzhuo menjebak Juventus dengan strategi mempercepat tempo permainan - dan berhasil memaksa mereka bermain cepat. Capello juga menyiapkan jebakan dengan serangan dadakan di menit awal, sukses menipu pemain Liverpool melalui sugesti psikologis: "Kalau tak menyerang balik, kami akan mencetak lebih banyak gol!"
Ini adalah sugesti yang sangat mengerikan, karena para pemain berada dalam pertandingan yang berirama terlalu cepat, sehingga langsung tersesat. Oleh karena itu, Liverpool di babak pertama benar-benar linglung. Jika saja mereka mendengar teriakan Yang Chengzhuo di pinggir lapangan, atau memiliki pengalaman lebih matang dalam menghadapi situasi pertandingan dengan lebih cerdas, seharusnya mereka bisa segera memulihkan stabilitas setelah kehilangan gol pertama.
Namun para pemain ini gagal, mereka terjebak dalam perangkap Juventus sehingga akhirnya dibobol 3 gol.
Tapi saat istirahat tengah, Yang Chengzhuo mengambil tindakan tegas dengan menetapkan nada dasar babak kedua: SERANG! Finnan yang kemampuan ofensifnya relatif biasa diganti, David ditarik ke sayap. Striker Belanda ini sama sekali tidak lemah dalam serangan, bahkan ia berhasil mencetak gol kedua.
Namun substitusi rasional Capello ditambah pengalaman matang para pemain Juventus, membuat mereka cepat kembali menguasai situasi.
"Situasi Liverpool semakin tidak beres!" Ferguson menghela nafas khawatir.
“Tidak bisa menang?” Di sampingnya duduk istri Casey yang sering mendengar suaminya membicarakan remaja ini di rumah.
Kadang mengutuk, kadang memuji, tapi jarang melihatnya bisa berdiskusi dengan tenang tentang orang Tionghoa bernama Yang Chengzhuo ini. Oleh karena itu, dia ingin menyaksikan sendiri apa sebenarnya keistimewaan orang Tionghoa ini.
“Sulit!” Ferguson menjawab dengan datar. Dia tak berani mengatakan tidak mungkin!
Pengetahuannya tentang tim Liverpool sangat mendalam. Dia tahu kehendak dan ketangguhan orang Liverpool. Meski sering mengejek Liverpool sebagai tim yang terperangkap di masa lalu, sebenarnya dia sangat berharap mereka bisa melupakan sejarah mereka.
Tanpa masa lalu, tanpa tradisi, tanpa semangat - bagai ilalang tak berakar yang terombang-ambing!
Saat itu tiba, Liverpool bukan lagi Liverpool, dan takkan mengerikan lagi.
Namun kedatangan Yang Chengzhuo memberi kehidupan baru bagi tim ini. Di atas dasar tradisi dan semangat asli tim, beliau menambahkan lebih banyak elemen kekinian - mulai dari taktik permainan, kondisi mental menyeluruh, sistem pelatihan remaja, hingga sistem pengintaian, semuanya direformasi total.
Tapi yang menopang tim ini tetaplah semangat pantang menyerah yang berkobar-kobar!
Di hadapan tim seperti ini, masih adakah yang mustahil?
"Tapi jika Liverpool kebobolan lagi, itu akan sangat berbahaya!" ujar Ferguson dengan kecemasan.
"Kebobolan?" Casey tertawa getir, "Bagaimana mungkin?"
Perlu diketahui, Liverpool kini mengendalikan keunggulan besar. Juventus terpaksa melakukan kontraksi pertahanan. Semua orang justru khawatir akan serangan Liverpool. Bagaimana mungkin malah Liverpool yang kebobolan?
Ferguson tersenyum. Sang istri tidak paham sepak bola, jadi tak mengerti. Tapi dirinya paham, sangat paham.
Di depan tiga gelandang bertahan, posisi Cassano dan Camoranesi terus bergerak maju secara dinamis. Sistem tiga bek Liverpool sebenarnya menyimpan bahaya laten, terutama di area sayap. Di garis depan Juventus, masih ada Del Piero yang licik seperti rubah.
Postur tubuhnya tidak tinggi, kemampuan fisik biasa-biasa saja, teknik header pun tidak istimewa. Namun keunggulan utamanya terletak pada teknik kaki yang sangat mumpuni. Kesadaran penyelesaian di depan gawang dan pergerakan taktisnya luar biasa, ditambah kemampuan umpan silang yang mematikan. Pemain jenis ini sangat berbahaya begitu mendapat kesempatan menguasai bola.
Aku yang duduk di tribun sebagai pengamat saja bisa melihatnya. Lalu bagaimana dengan Yang Chengzhuo yang berada di tengah-tengah pertandingan yang menegangkan? Mungkinkah dia menyadari bahaya ini?
Persis ketika Ferguson mulai khawatir tentang situasi Yang, Juventus benar-benar melancarkan serangan balik yang mematikan.
……
……
Camoranesi menggiring bola di sisi lapangan sambil bergerak cepat ke depan, Del Piero di tengah lapangan Juventus juga mengikuti, bersama Cassano di sayap kiri. Meski mendapat interferensi dari Murphy, Cassano tetap cepat mengikuti.
Tiga ujung tombak melancarkan serangan balik gelombang, namun pertahanan Liverpool mundur dengan cepat. Hyypiä dan Carragher tak henti mengejar dari belakang, dengan Carragher bahkan sudah menghalangi di depan Del Piero.
Seperti yang diungkapkan Yang Chengzhuo, kecepatan serangan balik Juventus tidak terlalu cepat.
Riise langsung mendekati Camoranesi, namun gelandang Italia itu langsung melakukan operan silang di depan wilayah terlarang. Bola meluncur mulus melewati hadapan Riise, mendarat di antara Carragher dan Del Piero.
Carragher menghadapi arah datangnya bola. Dia melihat Del Piero sudah menyusul. Begitu pemain itu menguasai bola, sangat mungkin langsung melepaskan tendangan dari tepi kotak penalti. Tendangan melengkung dengan kaki kanannya hampir pasti masuk, apalagi gol pertama pertandingan sebelumnya juga berasal dari tembakan Del Piero.
Jangan biarkan dia melepas tembakan jarak jauh!
Carragher mengatupkan gigi, langsung menyerobot dari samping saat Del Piero hendak menerima umpan, berusaha merebut bola.
Tapi teknik kaki Del Piero sangat mumpuni. Dia maju selangkah menyambut bola, bertahan mati-matian merebut penguasaan sebelum Carragher, lalu mengelabui dengan sentuhan tipuan, melewati Carragher, dan seluruh tubuhnya sudah memanfaatkan momentum untuk menyusup ke kotak penalti.
Carragher terkejut, masuk ke kotak penalti berarti situasi one-on-one. Dalam kepanikan, tanpa ragu dia melakukan sliding tackle. Gerakannya bersih, langsung mengarah ke bola dan memang menyentuh bola terlebih dahulu. Tapi karena Del Piero sedang dalam momentum dribel, setelah bola direbut, kakinya tersandung kaki Carragher. Seluruh tubuhnya terjungkal dari tepi kotak penalti masuk ke dalam area penalti.
Wasit Gonzalez juga berlari cepat mengikuti serangan Juventus ke kotak penalti Liverpool. Entah apakah dia melihat jelas kejadian tadi, langsung meniup peluit. Dari belakang dia menyusul, menunjuk ke titik penalti sambil mengeluarkan kartu kuning untuk Carragher.
"Penalti?!" Komentator tak bisa menahan teriakan.
Keputusan ini ibarat menghantam Liverpool langsung ke jurang keputusasaan!
