Seperti diungkapkan media luar, setiap pertandingan yang melibatkan Yang Chengzhuo dan Mourinho pasti bukan hal sederhana.
Minimnya perang air liur sebelum pertandingan tak berarti kedua belah pihak tak serius. Sebaliknya, baik Liverpool maupun Chelsea mengerahkan pasukan inti mereka tanpa reservasi sama sekali dari kedua pelatih.
Susunan pemain inti yang diatur Yang Chengzhuo: kiper Reina, lini belakang Riise, Hyypiä, Carragher dan Glen Johnson. Lini tengah ditempati Davids, Carrick dan Gerrard. Trisula lini depan diisi Cristiano Ronaldo, Drogba dan Robben.
Glen Johnson menggantikan Finnan sebagai starter, menegaskan posisi pertandingan ini menurut Yang Chengzhuo: Serangan!
Meski belum bisa menggeser Finnan dan mengukuhkan posisi di tim, bintang muda Inggris ini memiliki kemampuan tak diragukan. Terutama di bawah asuhan Yang Chengzhuo, kemajuannya sangat pesat hingga berhasil masuk timnas Inggris. Adapun kembalinya Davids ke starting XI, Yang Chengzhuo lebih menghargai pengalaman striker Belanda ini.
Untuk melawan Chelsea, Yang Chengzhuo memilih serangan. Itu sebabnya Essien ditempatkan di bangku cadangan.
Mourinho juga tidak menunjukkan kelalaian sedikit pun. Kiper utama Čech, lini belakang terdiri dari Del Horno, Carvalho, Terry, dan Gallas. Gelandang diisi oleh Lampard, Makelele, dan Maniche. Dua sayap diisi Robinho dan Duff, sementara posisi tengah ditempati Gudjohnsen.
Del Horno yang pindah dari La Liga ke Liga Primer musim ini berhasil merebut posisi bek kiri utama. Pemain yang sangat dihargai Mourinho ini diharapkan dapat menambal celah di sayap kiri Chelsea, membentuk koridor serangan sayap kiri bersama Robinho, sekaligus memindahkan Gallas ke sayap kanan untuk memperkuat pertahanan sisi tersebut.
Ini memang tak terhindarkan. Ferreira dan Babayaro telah berulang kali membuktikan ketidakmampuan mereka sebagai defender yang kompeten. Setidaknya dalam menghadapi penyerang sayap Liverpool, performa mereka sama sekali tidak bisa diandalkan.
"Tampaknya, meski ada kutukan yang menghantui, kedua belah pihak tetap enggan menunjukkan sedikit pun ketakutan, bertekad bulat untuk meraih kemenangan di pertandingan pertama musim baru ini dan memperebutkan piala juara pertama musim ini!"
Analisis Andy Gray juga mewakili harapan tersembunyi dua pria yang berdiri di pinggir lapangan.
Terutama saat keduanya serentak memalingkan wajah dan saling berpandangan, aroma bubuk mesiu di pinggir lapangan bahkan lebih pekat daripada di dalam lapangan.
Kebencian Mourinho terhadap Yang Chengzhuo sama sekali tidak kalah dibandingkan dengan kebenciannya terhadap Barcelona.
Melihat karier profesionalnya, dia telah mengalahkan jutaan lawan termasuk para pelatih legendaris seperti Ferguson dan Wenger yang tumbang di tangannya. Namun hanya Yang Cheng satu-satunya yang bahkan belum pernah sekalipun memberinya keuntungan tidak sah - ini sama sekali tidak bisa diterimanya.
Bagi Yang Chengzhuo, lebih sederhana: setelah susah payah menekan Chelsea si binatang buas ini, jika memberi Mourinho dan Chelsea kesempatan untuk bangkit, bukankah itu sama saja menghancurkan keunggulan psikologis yang susah payah dibangun musim lalu dalam sekejap?
Kedua tim di lapangan sedang membandingkan konsep pelatih kepala mereka - Chelsea fokus pada pertahanan, Liverpool mengandalkan serangan.
Tapi pertarungan antara serangan dan pertahanan ini tetap berakhir 0:0.
"Dari pertandingan terlihat Liverpool mendominasi posisi atas, menguasai inisiatif permainan. Tapi pertahanan Chelsea sangat stabil, pertahanan menyeluruh lebih baik dibanding musim lalu, serangan di kedua sayap sangat aktif dan energik, terutama yang menargetkan sisi kiri tempat Del Horno berada."
"Kombinasi serangan sayap kanan Robben dan Glen Johnson memiliki daya hancur yang luar biasa. Sejak awal pertandingan, mereka sudah menunjukkan aura dominasi. Tembakan pertama sepanjang pertandingan berasal dari gerakan tiba-tiba Robben memotong ke dalam dari sisi kanan, disusul tembakan jarak menengah-jauh di ambang wilayah terlarang. Meski berhasil disambar Čech, serangan ini berhasil menunjukkan semangat ofensif Liverpool."
"Namun, Chelsea juga menunjukkan pertahanan yang rapi. Tiga garis utama tetap kompak dengan jarak antar-pemain yang diukur presisi. Jelas terlihat, setelah proses penyesuaian satu musim, taktik Mourinho telah sepenuhnya dijalankan oleh skuad Chelsea."
Eksekusi taktis ini termanifestasi di lapangan sebagai pertahanan Chelsea yang selalu stabil dan seimbang. Bahkan saat dihujani serangan Liverpool, mereka tetap sekuat gunung. Beberapa serangan balik yang dilakukan pun cukup menggemparkan, terutama kemampuan individu Robinho di sayap kiri yang benar-benar bersinar, sementara Duff di sisi kanan lebih berperan dalam mengalihkan perhatian pertahanan lawan.
"Terlihat, Liverpool musim ini lebih percaya diri dan tenang dibanding sebelumnya!" kata Andy Gray dengan nada memuji, saat melihat Carrick mengangkat tangannya dan mengoper bola ke belakang saat tidak menemukan celah, sehingga irama permainan seluruh tim melambat.
Ada pepatah di lapangan sepakbola untuk menilai pemain: pemain yang paling banyak berlari justru seringkali yang paling paham cara mengelak kerja.
Sepakbola berbeda dengan olahraga lain. Lari dalam pertandingan sepakbola lebih banyak berupa sprint jarak pendek dan lari bolak-balik. Ini sangat menguras stamina pemain. Bahkan pelari sprint terhebat atau pelari maraton sekalipun, tidak mungkin bisa terus berlari tanpa henti sepanjang pertandingan di lapangan sepakbola.
Oleh karena itu, pemain yang terlihat terus berlari sepanjang pertandingan sebenarnya jarak tempuhnya tidak terlalu jauh. Bahkan bisa dikatakan efeknya tidak signifikan. Justru pemain yang pandai memanfaatkan area kosong untuk diam-diam beristirahat atau ambil napas di lapangan, merekalah yang biasanya mampu menempuh jarak lebih jauh dan bertahan lebih lama.
Satu tim juga begitu!
Yang Chengzhuo melihat gelagat tidak beres, meminta pemain melambat. Michael Carrick langsung memberikan respons, gerakan dan oper bolanya langsung mengarahkan rekan setim di lapangan: "Perlahan teman-teman, mari beristirahat sebentar."
Beristirahat, demi melanjutkan perjalanan yang lebih jauh!
"Tapi Liverpool yang melambat justru memberi tekanan lebih dahsyat. Kita semua tahu di tangannya yang tersembunyi dalam lengan baju ada dua pisau tajam. Yang kita tidak tahu adalah kapan, dari sudut mana, dan dengan cara apa mereka akan melancarkan serangan. Ketakutan akan ketidaktahuan ini jauh lebih menakutkan daripada Liverpool sebelumnya!"
Andy Gray memperhatikan situasi di lapangan. Jelas terlihat, setelah tempo melambat, perhatian pemain kedua tim justru semakin terkumpul. Satu pihak fokus mencari celah lawan, sementara pihak lain fokus menambal kekurangan diri sendiri.
Masalahnya adalah: Apakah Liverpool yang lebih dulu menemukan celah, atau Chelsea yang lebih dulu menambal celah?
……
……
“……Carrick mengoper ke Davids，Davids mengembalikan operan，aduh, operannya melenceng……tidak, Carrick menerobos masuk menguasai bola, tanpa menyesuaikan, langsung menendang umpan jauh……Didier Drogba di depan menyundul bola dengan gesekan akurat, putaran melepaskan diri dari John Terry, manifestasi kemampuan individu yang sangat cantik, tapi sayangnya, Čech berhasil mengamankan bola……”
“Jarak terlalu dekat, ditambah akselerasi Drogba setelah berbalik jelas terlihat lebih lambat…”
Andy Gray merasa menyesal, karena baru saja sundulan Drogba yang mengubah arah bola lalu putaran melepaskan diri dari John Terry sebenarnya sudah bisa membentuk gol pasti, itupun gol pasti di wilayah terlarang, namun langkah awalnya terlambat, bola berhasil diamankan Petr Čech yang sudah mempercepat gerakan keluar.
“Drogba sedang menepuk-nepuk nomor punggungnya sambil protes ke wasit, memberi isyarat bahwa tadi saat berputar, John Terry melakukan tarikan rahasia ke seragamnya……dari adegan slow-motion terlihat jelas aksi tersembunyi ini memang ada, tapi sangat halus, hanya sentakan cepat lalu melepas, wasit pun tidak memperhatikan…” ujar Andy Gray tersenyum sambil tertawa.
Gerakan licik seperti ini dari bek sangat normal, siapa pun pasti melakukannya.
Melihat Drogba berjalan mundur sambil kesal, Terry mengangkat bahu namun menghela nafas lega.
Striker Pantai Gading ini benar-benar sulit ditaklukkan!
Bagaimana penjelasannya?
Di masa lalu, Drogba lebih mengandalkan fisik. Di setiap pertandingan, dia terus-menerus melakukan perlawanan fisik dengan bek lawan, menyiksa mereka dengan keunggulan tubuhnya yang otoriter, ditambah mobilitasnya yang membuat semua bek terjebak dalam siksaan.
Namun konsekuensinya, Drogba harus mengorbankan fokusnya untuk mengalihkan perhatian bek. Perlawanan fisik dan mobilitas intensif seperti ini di setiap laga menguras energinya, menjauhkannya dari gawang, sehingga kemampuan mencetak golnya terbatas. Meski tetap mencetak angka dua digit di Liga Primer, itu lebih karena serangan kuat Liverpool.
Tapi dalam pertandingan ini, Terry jelas-jelas melihat perbedaan pada Drogba.
Dia tetap menjalankan tanggung jawab seperti sebelumnya, tapi mulai menggunakan cara yang lebih cerdas dalam bermain, seperti pola pergerakan dan menciptakan kesempatan.
Pertandingan sudah berjalan 68 menit. Meski ada istirahat tengah 15 menit, Terry merasa sangat lelah. Padahal dia bertahan melawan Drogba dengan bantuan rekan setim, sementara striker Pantai Gading ini terus bergerak tanpa henti. Gerakan berbalik tadi masih begitu cepat - kalau bukan karena dia diam-diam menarik jersey Drogba, mungkin striker itu masih bisa melakukan sprint.
"Dari bahan apa anggota ini dibuat? Masih manusia?"
Drogba juga terengah-engah. Dia berjalan perlahan ke depan. Jika diperhatikan baik-baik, napas dan langkahnya seolah memiliki irama tertentu - cara beristirahat miliknya sendiri di lapangan.
Banyak orang mengatakan tingkat mengenai tembakannya rendah. Sebenarnya selain pondasi teknik tidak kokoh dan jarak dari gawang agak jauh, juga karena kebugarannya terkuras dalam perlawanan fisik dengan lawan, menyebabkan dia mendapatkan kesempatan secara terburu-buru namun tekniknya berubah bentuk.
Tapi selama dua tahun ini, Yang Chengzhuo dan Chris Schmidt terus membantu dia mendalami cara bermain yang lebih rasional dalam membagi kebugarannya sendiri - kapan bisa mengelak kerja, bisa istirahat, kapan tidak bisa. Ini membutuhkan akumulasi pengalaman.
Selain itu, di luar lapangan dia tetap mempertahankan jadwal makan teratur. Latihannya juga memberikan peningkatan besar padanya.
Dulu dia lebih banyak melatih otot tubuh bagian atas dan bawah, semua ini dipersiapkan untuk memperkuat perlawanan fisik dan tenaga. Tapi setelah datang ke Liverpool, dia lebih fokus pada latihan otot perut ditambah penyesuaian kelenturan tubuh yang rasional, memungkinkannya menggunakan tenaganya lebih optimal dan menyelesaikan gerakan berbalik lebih cepat.
Ini membuatnya semakin mendekati harapan Yang Chengzhuo - seorang penyerang tengah serba bisa yang mampu menguasai bola dengan posisi membopong, bisa berbalik dan terlibat langsung maupun tidak langsung dalam serangan.
Seperti pada momen ini: Setelah menguasai bola sambil memiliki dukungan dari John Terry, dengan gesit dia menindih Terry menggunakan raga, memanfaatkan keunggulan kelenturan tubuh untuk lebih cepat berbalik, lalu menggiring bola maju sambil terus menekan pertahanan.
Terry dan Ricardo Carvalho terus menguntit hingga ke wilayah terlarang. Didier Drogba melihat William Gallas dan Del Horno telah memperkuat pertahanan terhadap Cristiano Ronaldo dan Arjen Robben, sementara Steven Gerrard terlambat menyusul dari belakang. Akhirnya dengan terburu-buru dia melepaskan tendangan yang melenceng.
"Didier? Kemampuan fisik Didier Drogba benar-benar terlalu menonjol. John Terry saja kewalahan menghadapinya." Andy Gray terkagum-kagum. Tiga pemain depan Liverpool memang memiliki kemampuan mendorong serangan individual yang sangat kuat.
Dribel cantik Cristiano Ronaldo dan Arjen Robben, fisik kuat Didier Drogba, trio ini membentuk tingkatan serangan pertama yang hampir bisa membuat lubang di pertahanan mana pun.
Pergerakan mereka juga memberi peluang bagi Steven Gerrard, Edgar Davids, John Arne Riise, Glen Johnson dan pemain lain untuk menyusup dari belakang, membentuk gelombang serangan Liverpool yang bertubi-tubi.
Drogba mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi, jelas-jelas mengeluh karena rekan setimnya tidak segera mengikuti pergerakannya tadi.
Tapi hanya sekadar keluhan sesaat, ia pasti sudah menebak kesulitan yang dihadapi rekan-rekannya.
Cristiano Ronaldo sepanjang laga dikawal ketat William Gallas, sementara sayap kanan Robben dan Glen Johnson juga menerima tekanan pertahanan yang besar.
Memikirkan ini, Drogba bertanya dalam hatinya, "Seandainya monster seperti Henrik Larsson yang berada di posisiku, apa yang akan dia lakukan?"
Larsson, pemain dengan pergerakan paling monster yang diakui secara resmi di skuad Liverpool. Meski sebagai rival terberat, Didier Drogba pun sering diam-diam mengamati pola pergerakannya.
Dia ingat, suatu kali saat meminta nasihat, Larsson pernah berkata: "Di lapangan sepakbola, kecerdasan sebenarnya adalah melangkah satu langkah lebih awal daripada lawan."
Melangkah satu langkah lebih awal daripada lawan?
Saat menyaksikan Arjen Robben di sayap kanan berkoordinasi dengan Glen Johnson mencoba menerobos pertahanan Chelsea, namun terblokir oleh Del Horno dan Makelele yang bertindak bersama, tiba-tiba kalimat itu muncul di benaknya.
Jika dalam situasi biasa, dia seharusnya mendekat untuk membantu Robben membebaskan diri, menjadi transisi bagi striker Belanda itu.
Tapi di momen ini, mengingat ucapan Larsson, bukannya mundur untuk menyambut malah berlari diagonal ke belakang Ricardo Carvalho.
Ini adalah respons yang sangat tiba-tiba, namun seiring pergerakan Drogba, Carvalho yang awalnya hendak melakukan 3 lawan 2 tiba-tiba menyadari bahaya. Pengepungan melambat sesaat, jelas terkejut oleh gerakan Drogba. Saat bingung antara mengawasi ketat Drogba atau terus memblokir Robben dan Glen Johnson, Robben sudah memanfaatkan celah sesaat ini untuk melewati Del Horno dalam duel satu lawan satu di sayap.
Seluruh garis pertahanan Chelsea bagai susunan domino yang runtuh, dalam sekejap langsung tertembus oleh serangan Robben.
Carvalho baru menyadari dan ingin mengejar, tapi striker Belanda itu sudah cepat-cepat menggiring bola maju.
Sementara Drogba dengan gesit mengikuti di tengah lapangan, ditemani ketat oleh Terry yang tak lepas dari sisinya.
Carvalho berusaha memblokir Robben, namun sang striker Belanda sudah lebih dulu mengirimkan umpan datar rendah ke wilayah terlarang sebelum dia sampai.
"Drogba berdiri menyamping ke arah sayap kanan, menggunakan tubuhnya untuk menghalangi Terry dengan erat. Saat bola datang, kaki kanannya menghentikan bola ke depan."
"Bola mendarat di sisi kirinya, lalu terlihat dia berputar sambil menggunakan bahunya bertahan melawan Terry, lalu melakukan akselerasi."
"Perbedaan kecepatan putaran dan daya ledak, ditambah tubuh Drogba yang kokoh menahan Terry, membuatnya berhasil meninggalkan Terry seketika saat menyelesaikan putaran."
"Setelah menguasai bola, Drogba tanpa ragu langsung melepaskan tendangan menyusur tanah dengan kaki kanannya."
"Tenaganya dahsyat, kecepatan bola tinggi, jarak yang dekat. Čech refleks ingin merendahkan badan, tapi bola tetap menyusup di antara dia dan tiang kanan, langsung menggulung masuk ke jaring gawang."
“GOALLLLLLLLLLLL！！！”
"Dari Didier? Drogba dengan tembakan indah!"
"Andy Gray sendiri tak bisa menahan decak kagum, karena seluruh proses gol Drogba ini benar-benar terlalu menakjubkan."
“Gol ini datang begitu tiba-tiba, terutama pola pergerakan fleksibel Didier Drogba baru saja yang mengalihkan tekanan pertahanan Chelsea, langsung menciptakan kesempatan satu-guru-satu-murid bagi Arjen Robben! Kemudian tendangan voli-nya setelah bertahan melawan John Terry benar-benar melukiskan titik sempurna untuk seluruh proses gol ini!”
Usai mencetak gol, Drogba melompat tinggi penuh semangat tepat di hadapan Terry sembari mengaum keras.
Lalu striker Pantai Gading itu menerjang ke area bendera sudut, menghadap fans Liverpool sambil mengangkat kedua tangannya dengan gegap gempita, seolah menikmati teriakan membahana dari tribun penonton.
Para pemain satu per satu menerjang dan berkumpul merayakan bersama Drogba.
Yang Chengzhuo di pinggir lapangan juga tampak gembira.
Saat menyaksikan Drogba tidak kabur ke zona penyambutan Robben, reaksi pertama pelatih adalah kebingungan, tapi seketika itu juga muncul pertanyaan: "Bagaimana anggota ini tiba-tiba jadi begitu cerdas?"
Melihat lagi Didier Drogba bertahan melawan John Terry lalu berputar melepaskan tendangan voli, Yang Chengzhuo merasa inilah Drogba yang diinginkannya!
"Anak muda ini sepertinya mulai terbuka!" kata Benitez terkekeh.
Pola pergerakan cerdas tidak terletak pada seberapa sering kau membantu rekan setim, karena itu hanya kewajiban dasar, tapi pada bagaimana caramu membantu mereka sekaligus membuka ruang serang.
Seperti saat Drogba tadi berlari ke belakang Ricardo Carvalho, di depannya terbentang ruang kosong luas yang sekaligus mengalihkan perhatian Carvalho, membuat pengepungan Chelsea gagal terbentuk. Ini memberi Arjen Robben kesempatan menembus satu lawan satu, sementara dirinya sendiri memanfaatkan momentum untuk menerjang maju, menciptakan koordinasi serangan yang cantik.
"Sekali-kali kilatan ide belum bisa disebut terbuka!" sindir Yang Chengzhuo terkekeh. Menurutnya, pola pergerakan Henrik Larsson-lah yang benar-benar lihai.
Tapi jelas terlihat, Drogba merasakan tekanan kompetisi dari Larsson. Meski Drogba adalah pasukan inti, itu hanya fungsi taktiknya. Dalam hal kontribusi serangan, Larsson lebih baik darinya. Jumlah gol dan assist Larsson juga tidak kalah. Ini pasti menciptakan tekanan bagi Drogba.
Ini hal bagus!
Melihat ekspresi marah Mourinho kepada Carvalho di kejauhan, Yang Chengzhuo tak bisa menahan tawa. "Pertandingan ini sudah selesai!"
Benitez mengangguk. Dengan situasi saat ini di kedua pihak, Chelsea sudah sangat sulit untuk menyeimbangkan skor.
Mourinho pasti tidak cukup bodoh untuk melakukan tekanan menyerang. Itu sama saja membuka lebih banyak celah untuk serangan Liverpool. Lagipula, serangan Chelsea memang tidak bisa dibilang kuat.
“Mengutip ucapan provokatif Yang Chengzhuo sebelum pertandingan: 'Serangan tim Mourinho paling banter cuma bisa menindas yang lemah dan takut pada yang kuat, cari tim lemah untuk melampiaskan amarah. Baru ketika dia berani duel sihir terbuka dengan saya, saya akan akui timnya punya kemampuan ofensif!'”
Tapi meski begitu, Mourinho tetap bertahan dengan strategi pertahanan-balik yang nyaman.
Kini setelah Didier Drogba mencetak gol, Yang Chengzhuo tak lagi terburu-buru.
Bertahanlah, pelan-pelan saja! Kemenangan sudah di tangan saya!
