Detik-detik pembukaan video hanya kegelapan total, tidak ada apa-apa kecuali beberapa teriakan.
"Haha, puas banget! Aku ingin semua orang tahu hari ini Tim Dua Chemnitz kalah, sampah Tiongkok yang angkuh dan sembrono itu akhirnya tumbang!"
"Dia juga bisa kalah?"
"Benar, kalah total! Setelah pertandingan langsung menghilang, mungkin sekarang sedang bersembunyi di sudut gelap sambil nangis, haha..."
Melalui teriakan ini, semua paham Penghargaan Pelatih Terbaik tahun ini milik Yang Chengzhuo.
Lalu muncul gambar seorang fans menerobos kerumunan, memegang erat Yang Chengzhuo sambil menangis histeris: "Kumohon jangan tinggalkan Chemnitzer FC, jangan tinggalkan kami!"
Kemudian pandangan beralih ke tribun penonton, sekumpulan fans Chemnitzer FC menangis tak terbendung, air mata mengaburkan cat warna di wajah mereka.
"Kumohon, jangan pergi, Yang!"
"Tinggallah, para pahlawan!"
"Yang, Chemnitzer FC membutuhkanmu!"
Di layar, Yang Chengzhuo memimpin sejumlah pemain Chemnitzer FC membungkuk dalam-dalam ke arah fans di tribun.
Ornamen warna di tribun penonton perlahan berubah menjadi merah menyala, musik tiba-tiba bergema membangkitkan semangat.
Muncul tulisan di layar: "Setelah meninggalkan Chemnitzer FC, dalam 3 tahun ia menciptakan keajaiban 1. FC Kaiserslautern yang legendaris dan memecahkan rekor menjadi tim pertama yang menjuarai Liga Champions di season debut!"
Lalu ada kejadian legendaris di Stadion Camp Nou kala itu, di mana para pemain 1. FC Kaiserslautern melemparkan Yang Chengzhuo tinggi-tinggi, menangkapnya, lalu melemparnya lagi. Adegan ini membekukan momen ketika semua pemain mengangkat tangan tinggi-tinggi sementara Yang terlihat melayang di udara.
Slide beralih ke David Beckham yang tergeletak di tanah sambil menangis tersedu-sedu. Beckham muda saat itu masih jauh dari kesan matang seperti sekarang. Muncul tulisan: "Bagi yang mencintainya, dia adalah malaikat, tapi bagi lawannya, dia adalah Setan!"
Kemudian ditampilkan perjalanan Yang Chengzhuo di Serie A - mulai dari kecurigaan fans hingga ledakan kreativitasnya yang membawa Inter Milan juara di season pertama. Perayaan di alun-alun Duomo dengan ribuan orang meneriakkan "Sang Kaisar" menggambarkan semangat yang membuat darah setiap penonton di venue mengalir deras.
Kemudian semua orang melihat Baggio terluka oleh tendangan jahat Bilica, ditandu keluar lapangan. Yang Chengzhuo yang marah tak terbendung mengguncang Chris Schmidt dengan teriakan kemarahan. Adegannya saat dia menahan air mata di depan tandu Baggio disebut Guild Santo Roh sebagai pemandangan paling mengharukan.
Musik kembali meledak, beralih ke pertandingan saat Yang Chengzhuo memimpin Inter Milan merebut gelar Liga Champions. Setelah mencetak gol, Baggio berlari penuh semangat menghampiri pelatihnya. Setelah ketegangan emosional sebelumnya, pelukan mereka di momen genting itu menjadi puncak pelepasan semua perasaan.
Para pemain memuji Yang Chengzhuo dalam wawancara, terutama pujian tulus dari Ronaldo. Sang Kaisar sendiri merebahkan diri di atas rumput stadion. Teriakan "Kaisar! Kaisar!" menggema di seluruh Stadion Giuseppe Meazza, atmosfer yang sangat pekat.
Pemandangan berganti ke final Liga Champions tahun 2003, jutaan fans berteriak keras di tribun.
"Sang Kaisar, kumohon jangan pergi, tinggallah!"
"Jangan pergi, aku mohon!"
"Tinggallah Sang Kaisar, kami akan selalu mendukungmu!"
Lalu pelukan Nedvěd dan Yang Chengzhuo, dalam riuh teriakan fans, pelukan ini terasa sangat menyentuh.
Layar kembali menampilkan teks, "Ada yang bilang, saat kematian menjemput, segala yang ada di sisinya akan menjadi abadi. Mulai sekarang aku akan rutin membawa foto Sang Kaisar, karena kuharap setelah mati nanti, dia bisa selamanya membantuku menjaga Inter Milan!"
Di bawah teks tercantum nama almarhum: Giuseppe Prisco!
Saat Yang Cheng melihat bagian ini, dalam otaknya muncul bayangan sosok tua yang duduk di kursi roda itu, datang menyambut tim. Dia tak akan melupakan gemetar Prisco saat menyentuh piala, juga tak akan melupakan dorongan dan dukungan yang diberikan Prisco.
Dia juga ingat jelas, pada suatu malam satu tahun lebih yang lalu, dia terbang buru-buru dari Liverpool ke kota Milan, namun tak sempat bertemu Prisco untuk terakhir kali. Tapi saat tiba, mereka memberitahunya bahwa saat meninggal, foto Yang Cheng masih terpegang di tangan Prisco.
Saat itu dia merasakan dorongan untuk menangis, karena benar-benar tak tahu bagaimana membalas budi anggota senior ini.
Ada yang bilang, utang budi di dunia ini paling sulit dilunasi - entah utang emosi, utang budi, semuanya sama sulitnya.
Muncul lagi subtitle: "Layar legenda berlabuh di Dermaga Albert..."
Pemandangan berganti ke hari ketika Liverpool juara Liga Primer, terutama koleksi dari stasiun televisi yang merekam seluruh area sekitar Stadion Anfield dari helikopter. Semua orang merasakan semangat membara itu, menangkap kejutan fans setelah kemenangan. Mereka memadati sekitar stadion hingga macet total, membuat sistem transportasi Liverpool lumpuh total.
Tapi kemudian, layar beralih ke final Liga Champions musim lalu, langsung menampilkan fragmen gol Del Piero. Berikutnya menggunakan peralihan gaya slide yang tak henti menampilkan foto-foto pasrah fans Liverpool, diiringi oleh lagu【Lonceng Kebebasan】yang ditulis Yang Chengzhuo untuk Avril Lavigne.
Saat istirahat tengah, layar berubah hitam dengan munculnya baris teks: "Ketika ketinggalan tiga gol di final Liga Champions, apa yang akan kau lakukan? Menyerah? Mengibarkan bendera putih?"
Lalu muncul foto Yang Chengzhuo berdiri di pinggir lapangan sambil menunjuk ke stadion, dengan aura memimpin pertempuran yang kental. Subtitle tertulis: "Dia memilih bertarung seperti jantan hingga detik terakhir!"
Saat Didier Drogba mencetak gol pertama untuk Liverpool, suara roar striker Pantai Gading itu menggema di seluruh tempat pertemuan. Seluruh tim kemudian berlari ke pinggir lapangan, memutuskan mendedikasikan gol tersebut untuk Gerrard di tribun. Baik Gerrard maupun fans Liverpool yang hadir spontan berdiri sambil menyanyikan lagu tim.
Gol demi gol tercipta. Dari tertinggal tiga gol menjadi menyamakan kedudukan, lalu berbalik memimpin. Seluruh proses ini selaras dengan klimaks musik latar, menciptakan sensasi darah berdesir panas. Terutama saat tendangan penalti Carragher yang semakin memuncakkan atmosfer ini, membuat semua yang hadir merasakan getaran semangat hingga ke tulang sumsum.
Adegan penutup membekukan momen Yang Chengzhuo diusung para pemain Liverpool mengelilingi lapangan dalam parade kemenangan.
Saat lampu tempat pertemuan meredup, seluruh ruangan mendengar tepuk tangan meriah yang tak henti-henti.
Narasi teks terkesan panjang, namun dalam video hanya memakan waktu 4-5 menit. Meski singkat, hampir mencakup seluruh karir kepelatihan Yang Chengzhuo selama puluhan tahun. Tak hanya mengajak semua orang meninjau kembali legenda kariernya, bahkan membuat Yang Chengzhuo sendiri hampir tak percaya.
Sungguh Keberuntungan luar biasa baginya yang berubah dari mahasiswa tertekan di kehidupan sebelumnya hingga mencapai puncak seperti hari ini!
Di tengah gemuruh tepuk tangan, Yang Chengzhuo berdiri. Atas ajakan Johansson, ia perlahan menuju podium sambil berbalik melambai ke hadirin. Banyak pemain Liverpool bersorak sambil meniup peluit.
"Selamat, Tuan Yang Cheng!" ujar Johansson sambil menyerahkan piala ke tangan pelatih itu.
Yang terakhir menerimanya, tersenyum mengangkat tinggi-tinggi sambil melambaikan ke arah hadirin, langsung disambut tepuk tangan meriah.
Tak diragukan lagi, malam ini Liverpool adalah pemenang terbesar. Meski di pasukan sekuat ini hanya Carragher yang merebut gelar bek tengah terbaik, tapi dua penghargaan utama MVP dan Pelatih Terbaik Tahun Ini berada di tangan Liverpool. Pasti ini akan membuat tim elit lain merasa iri, bahkan bisa dibilang dengki.
Tapi Yang Chengzhuo percaya satu pepatah: "Yang tidak direkrut orang hanyalah orang biasa-biasa saja!"
……
……
Jika ritual pemberian penghargaan adalah pertemuan sukacita, maka ritual pengundian berikutnya bak medan pertempuran fisik. Andai para hadirin tidak langsung melewati transformasi suasana ini, pasti tidak akan percaya dua atmosfer yang sama sekali berbeda bisa muncul di tempat pertemuan yang sama.
Saat Yang Chengzhuo kembali ke kursinya dari belakang panggung, tamu undangan pengundian beserta tabung kaca dan bola kecil untuk undian sudah disiapkan. Proses pengundian pun resmi dimulai.
Yang pertama diungkapkan adalah poin Eropa tim-tim Eropa setelah melewati musim lalu. Delapan tim tier pertama terdiri dari Real Madrid, AC Milan, Barcelona, Liverpool, Manchester United, Inter Milan, Bayern München, dan Arsenal.
Runner-up Liga Champions Juventus musim lalu, tim elite Chelsea dari Liga Primer, Lyon dari Ligue 1, Porto Portugal, serta dua raksasa Belanda PSV Eindhoven dan Ajax masuk tier kedua. Sementara Villarreal dari La Liga, Schalke 04 Bundesliga, Werder Bremen, dan Lille dari Prancis berada di tier ketiga.
Bahkan di tier terakhir masih ada klub-klub ternama Eropa seperti Benfica, Real Betis, Udinese, dan Fenerbahçe.
Saat delapan tim benih dijadwalkan secara acak ke grup, Liverpool kebetulan ditempatkan di Grup A.
Saat tamu undangan memperlihatkan aksi akan mengundi tim tier kedua, Yang Chengzhuo langsung menutup matanya, karena ada firasat buruk: bukan Juventus ya Lyon.
Terlihat tamu undangan mengambil sebuah bola kecil, membukanya dan mengeluarkan kertas catatan, lalu membalikkan dan memperlihatkannya ke seluruh ruangan.
"Juventus!"
Seluruh ruangan benar-benar bisa mendengar banyak orang menyedot napas dingin, karena UEFA ternyata menempatkan juara dan runner-up musim lalu dalam grup yang sama - bukankah ini jelas-jelas ingin Liverpool dan Juventus diacak untuk bertarung sengit?
Semua tahu setelah mengalami balik arah epik di musim lalu, dendam di lapangan antara kedua pihak sudah mengakar. Tindakan ini sekarang agak berbau manipulasi pasar.
Tapi setelah tim tier kedua semua diatur, saat mengundi tim tier ketiga, tim pertama yang keluar dari undian ternyata adalah klub elite La Liga Villarreal.
Kapal selam yang dilatih Pellegrini musim lalu tampil sangat menonjol, bahkan bisa disebut sebagai tim paling kompetitif di La Liga selain Real Madrid dan Barcelona. Kini mereka diundi bersama lawan seperti Liverpool dan Juventus. Ini jelas-jelas menciptakan Grup Maut.
Tim terakhir di Grup A adalah Benfica dari Portugal.
Setelah pengundian selesai, banyak kenalan yang mendekati untuk menenangkan Yang Chengzhuo.
Satu-satunya Grup Maut di babak penyisihan Liga Champions ini mengumpulkan tim terkuat dari empat level. Dari Liverpool, Juventus, Villarreal hingga Benfica - grup ini penuh duri dan ketidakpastian. Tak ada yang mustahil untuk kejutan.
"Konon, ada yang ingin menjatuhkan Liverpool kalian!"
Tiba-tiba Yang Cheng teringat ucapan Melissa itu. Tapi dia malah tersenyum.
Apakah mereka yang ingin mengalahkan kami pasti akan berhasil?
Bahkan jika bukan Villarreal dan Benfica, bahkan Bayern Munich dan Barcelona sekalipun masuk ke grup kita, kami tetap akan membuka jalan dengan pertumpahan darah di babak grup! Aku tidak percaya kami bahkan tidak bisa lolos dari grup!
"Sungguh agak sial!" Galliani tersenyum mendekat. Tidak jelas apakah dia ingin menghibur atau memanfaatkan situasi, senyumannya terasa palsu.
"Tidak, sama sekali tidak terasa sial!" kata Yang Chengzhuo sambil tersenyum.
"Oh? Kenapa?" Galliani membeku, bertanya.
Yang Chengzhuo terkekeh, "Sederhana saja. Karena siapapun lawan kami, tim kami pasti lolos dari grup!"
Usai bicara, Yang Chengzhuo hendak keluar dari tempat pertemuan, tapi berhenti dan menoleh, "Suruh Ancelotti bersiap! Kita bertemu di babak penyisihan!"
Memandang bayangan dari belakang Yang Chengzhuo, senyum Galliani membeku. Anggota ini terlalu percaya diri.
Tapi haruskah disebut sembrono? Atau justru punya keyakinan?
"Pertandingan belum dimulai, undian belum keluar, langsung teriak mau jadi juara empat gelar, apa segampang itu jadi juara empat gelar?"
Sekarang dapat Grup Maut, dia masih bisa tertawa.
"Sok suci banget sih!" Galliani mati-matian tidak percaya ini kondisi hati sebenarnya Yang Chengzhuo.
……
……
Tim kembali naik bus untuk kembali ke hotel.
Yang Cheng jelas merasakan semangat pemain agak turun. Dia pasti tidak mengira ini karena harus meninggalkan tim untuk bergabung dengan timnas, tapi menduga karena hasil undian.
Selain Liverpool, grup lain kesenjangan kekuatan tim cukup besar, pada dasarnya menjamin kepentingan tim unggulan.
Ini prinsip utama undian babak grup Liga Champions, toh tim unggulan kebanyakan klub elite dengan tingkat perhatian tinggi.
"Takut?" tanya Yang Cheng sambil lalu.
Beberapa pemain geleng kepala, ada yang diam seribu bahasa.
"Beberapa bulan lalu kalian juga begini, makanya babak pertama langsung dibobol 3 gol oleh Juventus!"
Ucapan Yang Chengzhuo membuat para pemain seolah kembali ke pertandingan epik itu, mengingat babak pertama yang seperti mimpi buruk dan babak kedua yang bagaikan Surga.
Bahkan kadang saat menonton rekaman pertandingan ini, mereka meragukan apakah dua versi diri yang berbeda di babak pertama dan kedua itu benar-benar diri mereka sendiri?
Suasana memang mudah membuat orang kehilangan diri, memasuki kondisi seperti larut total. Penari disko biasa mengalaminya - baru sadar setelah kejadian, lalu terkejut: "Apa itu benar-benar aku?"
"Pikirkan kenapa kita bisa membalikkan Juventus, lalu tanyakan: untuk apa takut?"
Setelah jeda, Yang tersenyum dengan nada lebih lembut: "Kita ini juara Eropa. Jika ada yang harus takut, lawan kitalah yang seharusnya!"
Kata-katanya sederhana, suaranya tak keras. Tapi setiap pemain merasakan getaran aneh di hati mereka.
"Benar, kita adalah juara Eropa. Jika kita takut, apa hak kita untuk pantas menyandang gelar ini? Pantaskah kita terhadap Piala Santo Bled yang selamanya terpajang di ruang pamer Liverpool?"
"Lagi pula, dengan apa kita mengalahkan Juventus?"
"Bukankah dengan keberanian dan darah bersaing!"
"Saat itu sama sekali tak ada niat takut, karena sudah terinfeksi atmosfer Istanbul dan suara fans Liverpool. Mana mungkin ada rasa takut?"
"Hidup bagaikan kereta api menuju maut. Siapa tahu setelah mati apakah akan naik ke Surga atau terseret ke Neraka. Tapi pandangan hidup yang benar bukanlah takut pada kematian, melainkan menghadapinya, lalu menyaksikan dan merasakan setiap pemandangan dalam perjalanan hidup dengan sepenuh hati."
“Pertandingan sepakbola juga demikian, siapa yang tahu sampai musim berakhir, apakah kita akan menjuarai liga atau dikalahkannya? Jadi kita harus menghadapi setiap pertandingan sepakbola seperti menghadapi hidup, menikmati segala sesuatu yang dibawa setiap pertandingan untuk kita.”
“Dengan begitu, saat musim berakhir, kalian akan menemukan bahwa baik menang maupun kalah, tak ada yang layak disesali!”
Para pemain diam-diam mendengarkan kata-kata Yang Chengzhuo ini. Mereka percaya, inilah pandangan hidup dan konsep pertandingan profesional yang dibangunnya selama bertahun-tahun. Karenanya dia menghargai kemenangan/kekalahan pertandingan, akan berjuang maksimal untuk menang, tapi jika kalah, ya sudah. Dia tak menyesal karena sudah berjuang habis-habisan.
“Bos, kudapati belakangan kau semakin asam!” Carragher tiba-tiba tersenyum lebar.
Hamann di sampingnya, dengan dingin meneteskan kalimat, “Rasanya lebih senior dariku!”
“Dietmar, berhati-hatilah aku akan melaporkanmu karena fitnah!” Yang Chengzhuo hampir menangis, usia mereka sebenarnya sebaya dengan Hamann, tapi bulan kelahirannya lebih muda - secara usia sebenarnya dia lebih muda daripada Hamann.
“Dulu selalu kupikir Bos bisa memahami niat kami dan mengikuti era modern. Sekarang aku sadar aku salah - Bos sudah ketinggalan zaman!” Arjen Robben tertawa terbahak-bahak melanjutkan candaannya pada pelatih kepala mereka.
Di dalam bus tim terdengar suara tawa riang yang menyenangkan.
Tapi bicara soal bulan dan usia, Yang Chengzhuo baru menyadari Hamann baru saja merayakan ulang tahun pada 27 Agustus, sementara ulang tahunnya sendiri juga sudah dekat.
“Ulang tahun Bos kan sebentar lagi? Sayangnya kita semua harus ikut hari pertandingan timnas, kalau tidak pasti kami akan mengadakan jamuan makan ulang tahun untuk Bos.” Gerrard berkata dengan nada penuh penyesalan.
Para pemain langsung saling mengungkapkan penyesalan, tidak hanya mereka, bahkan pemain-pemain yang pernah dilatih Yang Chengzhuo sebelumnya hampir semuanya menyesali hal ini. Bahkan Ronaldo pernah mengeluh, "Kenapa Bos harus lahir di hari pertandingan timnas?"
Hampir saja Yang Chengzhuo membuatnya tidak berguna!
"Jangan pikirkan yang lain, kalahkan Tottenham Hotspur di Putaran ke-5 tanggal 10 September, itu akan menjadi hadiah ulang tahun terbaik untukku!" kata Yang Chengzhuo sambil tersenyum.
Para pemain langsung serentak memberikan respons, berjanji pasti akan mengalahkan Tottenham dan menjadikannya hadiah ulang tahun untuk Yang Chengzhuo.
Yang Chengzhuo sendiri justru selama bertahun-tahun tak pernah menghargai ulang tahunnya. Bahkan Haiti Krume dkk paling-paling hanya mengirim SMS ucapan selamat dengan beberapa kata-kata manis, selain itu tidak ada yang istimewa.
Di saat yang sama, Yang Chengzhuo juga memperhatikan Cristiano Ronaldo yang terlihat murung. Dalam hati, ia mengingatkan diri sendiri bahwa saat tiba di London harus mengunjungi ayah pemainnya yang dirawat di Rumah Sakit London karena gagal ginjal kronis. Sebagai pelatih kepala Cristiano Ronaldo, sudah selayaknya ia melakukan kunjungan ini.
Awalnya Yang Chengzhuo berencana merayakan ulang tahun seperti tahun-tahun sebelumnya. Paling-paling nanti langsung ke Isola Bella untuk menyantap hidangan lezat sebagai bentuk penghargaan untuk diri sendiri.
Tapi siapa sangka, ternyata ada orang yang bersusah payah mempersiapkan perayaan ulang tahun untuknya.
