Untuk tuduhan yang diajukan Liverpool, UEFA kali ini memberikan respons yang sangat cepat.
Pada hari ketiga setelah pertandingan berakhir, anggota eksekutif Komite Disiplin UEFA Michel Platini mengumumkan bahwa hukuman kartu merah skorsing untuk Vidic akan tetap dipertahankan, "Meski tidak terlihat gerakan mencurigakan dalam rekaman TV, kami tetap percaya pada penilaian profesional wasit. Bagaimanapun, saat itu dia langsung menyaksikan pelanggaran ini - keputusannya memiliki otoritas tertinggi."
Setelah menjelaskan alasan mempertahankan keputusan awal, Platini kembali menegaskan bahwa rekaman dan data yang dikirim klub hanya bisa dijadikan referensi tambahan, bukan bukti paling langsung, "Sepakbola berbeda dengan olahraga lain. Kita tidak mungkin selalu membatalkan keputusan wasit usai pertandingan. Itu akan melemahkan wibawa wasit di lapangan."
"Kita harus bersikap lebih toleran terhadap kesalahan penilaian, karena ini adalah bagian tak terpisahkan dari sepakbola!"
Menyikapi hasil ini, meski sudah bersiap mental, Yang Chengzhuo tetap mengekspresikan kekecewaannya terhadap keputusan UEFA di akun Weibo-nya.
"Sungguh ingin kukatakan pada para anggota yang menganggap kesalahan wasit harus diterima dalam sepakbola: Pergi sana dengan ucapan sialanmu!"
“Kamu tidak bisa membayangkan, 26 orang, setiap hari berlatih selama satu season, ribuan pertandingan sengit, sampai akhirnya, hanya karena satu kesalahan wasit, dihukum mati. Sungguh kejam, ini adalah persoalan yang sangat tidak adil.”
“Untuk keputusan wasit kali ini, aku merasa sangat kecewa dan menyesal, bukan karena permohonan banding kartu merah kami gagal, juga bukan karena Vidic tidak bisa tampil di leg kedua, tapi karena sikap!”
Media seluruh alam semesta sudah lama memperhatikannya. Begitu Weibo dikirim, dalam waktu singkat langsung dibagikan ulang oleh ribuan mediawan dan fans. Jutaan orang juga berebut-rebut memberi komentar, sebagian besar memberikan dukungan untuk Yang Chengzhuo, berpendapat Liverpool seharusnya membalikkan keadaan melawan AC Milan di Stadion Anfield.
Tapi setelah mengirim Weibo, Yang Chengzhuo tidak punya waktu untuk melihat komentar, langsung menuju ke Boot Room.
……
……
"Hyypiä fisiknya sudah banyak menurun, tapi pengalamannya kaya. Karena Vidic absen, pilih dia!"
Di Boot Room, seluruh pelatih tim utama berkumpul berdiskusi strategi pertandingan leg kedua.
Yang pertama dibahas tentu pengganti Vidic. Antara Daniel Agger dan Hyypiä, Yang Chengzhuo jelas memilih yang terakhir. Meski Agger fisiknya lebih menonjol, Hyypiä lebih berpengalaman dan stabil.
Di kompetisi besar krusial seperti ini, lebih baik andalkan veteran yang tenang.
"Untuk Piala FA, mainkan Agger!" usul Paulus Bayer.
Yang Chengzhuo mengangguk. Kini bagi Liverpool, kunci utamanya adalah leg kedua melawan AC Milan. Segala hal lain nomor dua.
Cedera di posisi lain Liverpool sangat minim. Pasukan inti masih solid, jadi tidak masalah besar.
Tapi demi membiarkan pemain menghemat energi, Yang Chengzhuo pada hari kedua setelah bertanding melawan AC Milan, langsung memberikan hari istirahat bagi sebagian pemain yang bermain penuh, agar mereka bisa beristirahat dengan baik, demi menyambut pertandingan leg kedua dalam kondisi yang lebih prima. Sementara di Piala FA akhir pekan, dia juga tidak berencana mengerahkan pasukan inti.
Lawan kali ini adalah Middlesbrough, meski kekuatannya cukup bagus, tapi Liverpool bertarung di wilayah kekuasaan-Nya, Yang Cheng masih cukup yakin.
"Keunggulan pertama kita dibanding AC Milan adalah jadwal pertandingan!" Benitez menganalisis di layar "kaca" proyektor yang menampilkan jadwal AC Milan dan Liverpool, "Mereka saat ini berada di peringkat ke-5 liga, tertinggal 3 poin dari Chievo di posisi ke-4. Dengan tersisa 3 laga, sangat mungkin mereka gagal lolos ke kompetisi Liga Champions musim depan."
“Jadi di pertandingan selanjutnya mereka harus mengerahkan seluruh tenaga, tapi strategi rotasi Ancelotti tidak bagus, sejak pertengahan musim sudah banyak dikritik, di babak kedua dia hanya melakukan penyesuaian kecil, tidak melakukan rotasi besar-besaran. Jadi bisa diprediksi, kebugaran kita akan lebih unggul.”
Yang Chengzhuo sudah memutuskan untuk mengorbankan liga demi Liga Champions, jadi pasukan inti akan mendapatkan waktu istirahat selama seminggu.
“Dua taktik utama yang dipakai Ancelotti di Serie A dan Liga Champions musim ini: pertama formasi 442 dengan posisi belah ketupat di lini tengah, alias kombinasi 4 nomor 10 yang dipuji fans - barang tiruan!” Candaan tak terduga Benitez membuat semua orang di Boot Room tertawa.
Taktik 4 nomor 10 ini banyak disebut mencuri inspirasi dari Yang Chengzhuo, karena dulu di Inter Milan, formasi lini tengah 4 nomor 10-nya berhasil membuat Juventus dan AC Milan pimpinan Ancelotti tak berkutik.
“Rui Costa、Gattuso、Seedorf dan Kaká, di depan ditempatkan Gilardino dan Inzaghi, inilah konfigurasi pasukan inti AC Milan. Berdasarkan sifat asli Ancelotti, saya berhipotesis dia akan melanjutkan penggunaan satu set skuad ini sebagai pembuka, namun mungkin juga mengganti Seedorf dengan Ambrosini di posisi starter.” Yang Chengzhuo duduk di kejauhan, tangan kiri bertumpu di desktop menopang kepalanya sambil menganalisis.
Keunggulan Ambrosini dibanding Seedorf terletak pada kemampuannya yang lebih seimbang dalam menyerang dan bertahan. Dengan kata lain, dia bisa mengerjakan semua tugas - maju bisa menyerang, mundur bisa bertahan, merupakan karakter serbaguna layaknya minyak 10.000 kegunaan. Sementara Seedorf lebih unggul dalam aspek ofensif daripada defensif, lebih ahli dalam membantu Rui Costa mengontrol bola. Namun masalahnya, striker Belanda itu selalu kehilangan nyali di pertandingan-pertandingan krusial.
"Dalam hal penguasaan bola, AC Milan lebih halus daripada kita!" Benitez berbicara langsung dan objektif, "Kemampuan mengontrol bola mereka lebih baik, tapi kerja sama passing dan kemampuan satu sentuhan kita lebih menonjol. Jadi saya sarankan untuk langsung menyerahkan kepemilikan bola, tapi menyiapkan sistem pertahanan terperinci di area tengah untuk memutus hubungan antara lini depan dan belakang-tengah mereka!"
Benitez menggores garis horizontal di antara dua pemain AC Milan, Seedorf dan Gattuso, di formasi mereka. Area di depan garis adalah trisula serangan, sedangkan di belakang adalah zona pertahanan.
Sebenarnya taktik ini sudah mau dipakai Liverpool di pertandingan pertama, tapi sayangnya kekurangan satu pemain selama pertandingan membuat eksekusinya sangat buruk.
Yang Chengzhuo berpikir sejenak. Dia merasa Ancelotti akan melakukan beberapa penyesuaian.
"Dorong posisi Gerrard, Cristiano Ronaldo, dan Robben ke depan semua!"
"Mau pakai formasi 4231?" Ian Rush bertanya.
“Tidak, lebih fleksibel. Begitu AC Milan menguasai bola, Gerrard mundur ke area tengah bersama dua gelandang bertahan membentuk pertahanan lapis baja. Didier Drogba kembali menekan titik Rui Costa, sementara Cristiano Ronaldo dan Arjen Robben fokus menyerang celah di belakang bek tengah lawan!”
Setelah berhenti sejenak, Yang Chengzhuo menganalisis: "Memposisikan gelandang serang di belakang memang bagus, memungkinkan organisator keluar dari area pertahanan lawan untuk mendapatkan kontrol bola yang lebih tenang. Tapi masalahnya, ini membuat pertahanan frontal di garis gelandang bertahan menjadi sangat rapuh, terutama Rui Costa yang sudah berusia lanjut. Jangkauan gerak dan fungsi raganya sudah turun drastis."
"Lebih baik kita menyerahkan kontrol bola. Jika AC Milan suka menguasai bola, biarkan mereka. Kita majukan garis pertahanan, paksa mereka lebih sering melakukan operan di area tengah-belakang. Jadikan separuh lapangan mereka sebagai medan pertempuran utama kita. Bagaimana caranya?" Yang Chengzhuo tersenyum sambil menunjuk papan taktik, "Rui Costa!"
"Benitez tak henti-hentinya mengangguk. Langkah ini memang berani, namun situasi Liverpool kini sudah sampai pada titik harus menenggelamkan perahu. Bagi Liverpool, keberanian bukan lagi persoalan. Yang penting menang, selama ada kesempatan menang, itu sudah rasional."
Si Gendut asal Spanyol ini ingat, Yang Cheng pernah berkata: "Orang Tionghoa punya pepatah kuno: 'Menempatkan diri di jalan buntu lalu bangkit'."
Setelah memahami hal ini, Benitez melanjutkan analisis taktiknya.
"Pada laga pertama melawan AC Milan, kedua sayap mereka bertahan ketat. Bek sayap tidak diajak menyerang. Paolo Maldini dan Costa Curta - dua veteran - dipasang sebagai bek kiri-kanan. Di tengah ada kombinasi Stam dan Kakha Kaladze. Tapi untuk menebus kelemahan kecepatan dan gerakan berbalik, formasi pertahanan mereka diatur dengan rigor."
"Dua veteran ini memang sudah berusia lanjut, tapi masalahnya mereka sangat berpengalaman. Jika digunakan secara rasional, mereka benar-benar bisa menantahkan lawan. Setidaknya di pertandingan pertama, Cristiano Ronaldo berhasil dikendalikan oleh Costa Curta."
"Tapi perlindungan mereka di depan wilayah terlarang relatif lemah. Jadi kita harus menciptakan situasi di mana pemain yang menerobos dari belakang atau menyamping dari sayap bisa mendapatkan kesempatan sebanyak mungkin untuk melepas tendangan di depan kotak penalti!"
Poin Benitez ini sejalan dengan pemikiran Yang Chengzhuo. Keduanya sebelumnya telah berdiskusi panjang dan memutuskan untuk menerapkan taktik seperti ini.
Tembakan jarak jauh - ini adalah senjata andalan Liverpool. Gerrard ibarat meriam berjalan, Cristiano Ronaldo dan Robben juga memiliki kemampuan mencetak gol dari luar kotak penalti. Didier Drogba bahkan adalah penembak berat sejati. Begitu mendapat kesempatan, tembakan jarak jauh Liverpool akan menimbulkan ancaman fatal.
Tapi ingin mencapai hal ini tidak mudah, karena AC Milan juga sangat paham kekurangan mereka, Ancelotti akan berusaha mati-matian mencari cara mengirim bola keluar, lalu memanfaatkan Gattuso si "tongkat pengaduk tinja" di lini tengah untuk mengacaukan pola permainan, guna menjadi penyangga serangan Liverpool.
Maka untuk merealisasikan langkah yang dirancang Yang Chengzhuo dan Benitez ini, harus dipastikan lini tengah bisa efektif memutus hubungan antara lini depan-belakang AC Milan, memaksa bola sebanyak mungkin bertahan di area belakang.
Jika harus mendeskripsikan taktik Yang-Benitez ini dengan satu kata, seharusnya itu adalah "pertarungan binatang terpojok"!
Tapi untuk mewujudkan ini, sangkar binatang itu harus ditanam dengan kuat.
Menurut penilaian Yang Chengzhuo, Carrick tidak cocok jadi starter. Essien pasti akan menguasai salah satu posisi inti, sementara Alou Diarra, Hamann, dan Davids harus bersaing merebut posisi satunya—masalah utama adalah memilih siapa.
……
……
Kembali dari Milan ke Liverpool, tim hampir tanpa henti langsung menghadapi semifinal Piala FA.
Middlesbrough saat ini sudah hampir lepas dari zona degradasi, tidak ada lagi kebutuhan mendesak, sehingga mereka mengonsentrasikan seluruh energi pada perebutan Piala FA. Bagi tim kelas menengah-bawah seperti mereka, bisa merebut gelar minor piala itu sudah merupakan pencapaian yang luar biasa.
Hal ini membuat Middlesbrough bermain sangat intensif di Anfield. Hampir sejak awal pertandingan, mereka langsung menerapkan pressing agresif sepanjang lapangan. Sementara Liverpool, di bawah penjadwalan Carrick, tetap mengendalikan irama permainan dengan erat. Vidic di lini pertahanan menunjukkan kepemimpinan yang tenang dan pasti, memastikan timnya bertahan kokoh menghadapi serangan Middlesbrough.
Jelas terlihat bahwa Middlesbrough terlalu banyak menguras stamina dalam lari dan pressing. Memasuki babak kedua, mereka mulai kehabisan tenaga. Pada menit ke-78, umpan jauh presisi Carrick berhasil menemukan Theo Walcott di sayap kanan yang sukses lolos dari jebakan offside.
Pemain muda dari kamp pelatihan Kirkby ini memiliki kecepatan sangat tinggi, bagai kilat merobek pertahanan sepenuhnya Middlesbrough. Setelah menguasai bola, dia memotong ke dalam, menghadapi bek lawan dan mencungkil umpan ke kiri. Ribéry menyusup dari belakang, menyelesaikan dengan instan, mencetak gol penentu kemenangan 1-0 untuk Liverpool.
Berkat gol Ribéry, Liverpool dengan susah payah mengalahkan Middlesbrough 1-0 di kandang sendiri, melaju ke final Piala FA. Lawan mereka adalah West Ham United yang menang 2-1 di kandang Newcastle United. The Hammers menunjukkan semangat juang yang pantang menyerah.
Final Piala FA antara Liverpool vs West Ham United tentu membuat banyak pihak memprediksi kemenangan Liverpool. Namun syaratnya, mereka harus bisa bertahan melewati jadwal pertandingan yang paling sulit ini terlebih dahulu.
Hampir seluruh alam semesta mulai memfokuskan pandangan pada Stadion Anfield 3 hari kemudian—apakah Yang Chengzhuo akan memimpin Liverpool melakukan pembalikan ajaib lagi, mengeliminasi AC Milan dan lolos ke final? Ataukah Sang Kaisar akan menelan bola sepak di depan umum?
Sebenarnya UEFA juga menjadikan pertandingan ini sebagai fokus promosi. Sebaliknya, laga Barcelona vs Arsenal justru kurang mendapat perhatian. Hampir semua fans sepakbola dan media di alam semesta menyoroti Liverpool.
……
……
Beberapa hari terakhir ini, Charlize Theron bisa merasakan tekanan berat yang dialami Yang Chengzhuo.
Setiap malam di ranjangnya selalu gelisah bolak-balik, sering terbangun tengah malam lalu bangkit menuju ruang komputer—membuka-buka data riset atau menonton rekaman pertandingan. Esok paginya sudah bangun lebih awal untuk ke basis pelatihan.
Dia tahu betul Yang Chengzhuo sedang berada di bawah tekanan berat akhir-akhir ini. Bahkan Charles yang paling disayanginya pun hampir tak punya waktu berkualitas bersama sang ayah tiap hari.
"Dia akhir-akhir ini kurus banyak!"
Tapi Charlieze Theron juga tahu, membuatnya menyerah dari pekerjaan yang paling disukainya adalah hal yang mustahil, setidaknya sekarang tidak mungkin. Sebelum mencapai targetnya, dia tidak akan menyerah.
Sebagai wanita, dia terpaksa memilih memberikan dukungan pada jantan kesayangannya untuk melanjutkan kariernya.
Hal yang bisa dilakukannya tidak banyak, juga tidak tahu bagaimana membantunya. Setiap malam dia menyiapkan material lengkap, merebus semangkuk sup dalam termos untuk dibawanya.
"Terlalu kuno, agak norak!" Setiap kali dia selalu ceria mengomentari seperti ini, tapi tetap menerimanya.
Charlieze Theron mengerti, ini adalah manusia yang memikul seluruh persoalan di bahu sendiri. Karena itu dia tidak ingin ditemani menghadapi hal-hal tersebut, sehingga dia pura-pura tidak tahu apapun, memasak dan menjaga Anakku dengan baik sambil menunggu kepulangannya.
Demi ini, dia langsung menghancurkan semua pekerjaan, bertahan di Liverpool memberikan perhatian khusus padanya.
Setiap hari, berdiri di ambang jendela kamar anaknya, melihat Yang Chengzhuo mengendarai mobil meninggalkan rumah, hatinya selalu bertanya: Apakah dia akan begadang lagi malam ini? Apakah akan pulang sangat larut?
Bukan khawatir dia main serong di luar, tapi takut pekerjaannya terlalu memforsir tenaga!
Setiap hari, Yang Chengzhuo selalu menunjukkan wajah tersenyum saat berpamitan. Tapi begitu duduk di mobil dan meninggalkan rumah, alisnya segera berkerut.
Selama pertandingan melawan AC Milan belum berakhir, tekanan ini akan terus membayangi.
Seperti kata Hitzfeld: Setiap membuka mata langsung pusing memikirkan pertandingan, satu laga menyusul laga lain, satu musim berganti musim, tak pernah berhenti.
Tapi Hitzfeld kan sudah tua. Dia saja belum pensiun, masa Yang Chengzhuo yang masih muda sudah mengeluh lelah?
Biasanya dia selalu yang pertama tiba di Melwood. Tapi hari ini ada pengecualian, karena seseorang lebih awal datang.
Edgar? Davids sedang menunggu di depan pintu kantor Yang Chengzhuo.
"Ada urusan apa?" Yang Chengzhuo terlihat terkejut.
Davids tersenyum lebar tanpa menjawab, namun maksudnya jelas terlihat.
"Masuk dulu kita bicara!" Yang Chengzhuo membuka pintu kantor dan memperbolehkan Davids masuk.
Menyapa Davids untuk duduk, Yang Chengzhuo menaruh barang-barangnya lalu duduk di hadapannya, "Ada masalah apa?"
Davids mengangkat bahu, "Sebenarnya tidak ada apa-apa. Aku hanya... merasa seharusnya memberitahumu."
Yang Chengzhuo mengangguk, memberi isyarat untuk melanjutkan.
"Kau tahu, umurku sudah 33!" Davids melanjutkan setelah melihat anggukan pelatih, "Setahun terakhir, performa Michael Essien sangat bagus. Kondisi raga mulai banyak masalah, masalah mata juga semakin serius. Seringkali aku ingin berusaha menunjukkan performa terbaik, tapi..."
Striker Belanda itu kembali mengangkat bahu dengan kepasrahan, karena ia berminat tetapi tak berdaya.
Yang Chengzhuo tidak berkata apa-apa, tapi dia memahami perasaan seperti ini. Usia yang bertambah pasti membawa perubahan, jadi manusia harus menghargai masa muda, berjuang untuk karier, dan setelah semua target tercapai di masa tua, barulah pensiun menikmati kehidupan.
Inilah peta hidup Yang Chengzhuo.
"Ajax menghubungiku. Kau tahu, aku debut dari Ajax. Jadi mereka berharap aku kembali!"
Kontrak Davids dengan Liverpool berakhir musim panas ini. Sebelumnya Liverpool meminta pertimbangan Yang Chengzhuo. Mengingat Hamann juga ingin pergi - orang Jerman ini kesulitan mendapat posisi di pasukan inti di sini dan ingin pindah ke tim yang menjamin posisi starter - Yang Chengzhuo berharap memperpanjang kontrak Davids.
Tapi tampaknya striker Belanda ini memang ingin meninggalkan Anfield.
"Aku hanya sedang bernegosiasi dengan mereka, tapi niatku juga untuk pergi. Essien dan Alou Diarra tampil gemilang, Carrick dan Murphy juga anggota yang sangat menonjol. Dengan mereka, area tengah tak ada masalah."
Yang Chengzhuo mengangguk. Setidaknya Davids bisa memberitahunya terlebih dahulu sebelum pergi, itu sudah membuktikan penghormatannya. Jauh lebih berperasaan dibandingkan banyak orang yang bahkan tidak memberi kabar, langsung menandatangani kontrak dengan pihak lain, lalu pergi begitu kontrak habis.
Melihat sikapnya ini, tidak sia-sia upaya Yang Chengzhuo membawanya dari Serie A ke Liga Premier dulu.
"Aku ini memang suka retorika..." Davids terkekeh, ini memang penyakit kronisnya, "Tapi setelah ke Liga Premier, aku agak berubah. Habis di Serie A sudah menyentuh batu bata, jadi belajar bersikap baik. Jadi biasanya kubiarin saja, tapi..."
Striker Belanda itu sedikit menoleh, "Sungguh, terima kasih banyak sudah membawaku ke Liga Premier, memberiku kesempatan membuktikan diri lagi. Terima kasih!"
Yang Chengzhuo menggelengkan kepala sambil tersenyum, "Terima kasih untuk apa? Itu memang layak kamu dapatkan!"
"Setidaknya waktu itu tidak banyak yang mau kasih kesempatan, sementara kamu selalu percaya padaku!" kata Davids dengan khidmat.
Yang Chengzhuo menghela nafas dalam-dalam. Dia tahu Davids memang akan pergi. Dengan realitas saat ini, bertahan di Liverpool pun takkan bisa mengamankan posisi di pasukan inti. Bukan karena kekuatannya terlalu buruk, melainkan kondisi raganya sudah tak mampu bertahan untuk terus berkompetisi di Liga Primer.
"Aku akan bicara baik-baik dengan Rick Parry!" Yang Chengzhuo memutuskan untuk menghormati keputusan Davids.
"Terima kasih, Bos!" ujar Davids sambil berdiri, mengangguk, lalu bergegas pergi.
Tiba-tiba, Yang Chengzhuo teringat sesuatu. "Edgar!" serunya seketika menahan Davids.
Davids berbalik.
"Adakan pertandingan perpisahan melawan AC Milan!" usul Yang Chengzhuo.
Ini adalah tim lain yang meninggalkan kenangan menyakitkan bagi Davids. Dulu saat ambisius pindah dari Ajax ke AC Milan, hasilnya dalam satu setengah season performanya buruk karena cedera dan kesulitan beradaptasi dengan taktik, akhirnya dijual dengan harga murah ke Juventus oleh AC Milan.
Meski tidak sebanyak kebencian terhadap Juventus, namun setelah mendengar ucapan Yang Chengzhuo, Davids tak bisa menahan senyum lebar yang memperlihatkan gigi putihnya, mengangguk mantap, "Bagus!"
