"Selamat datang di Stadion Anfield!"
Di tengah gemuruh suara penonton Stadion Anfield, komentator berteriak keras ke mikrofon di headphone yang menempel di wajahnya.
"Segera akan dimulai leg kedua semifinal Liga Champions musim 05/06 antara Liverpool melawan AC Milan. Setelah kalah 0:2 di Stadion San Siro seminggu lalu, Liverpool kini kembali ke kandang sendiri membawa harapan balas dendam."
"Mengikuti adegan kamera, kita bisa melihat Stadion Anfield yang mampu menampung 45.000 fans telah penuh sesak. Kali ini seluruh fans Liverpool mengenakan kaus merah kandang, mengubah tribun stadion menjadi lautan merah. Terutama di Tribun KOP, para pendukung mengangkat papan kertas merah yang disusun menjadi deretan teks raksasa."
"'You'll Never Walk Alone!' Komentator menjelaskan makna teks tersebut, 'Jelas terlihat ini adalah dukungan dan dorongan fans Liverpool untuk tim mereka. Sejak sebelum pertandingan, fans The Reds terus menyatakan mereka akan membalikkan keadaan melawan AC Milan di kandang sendiri.'"
"Karena sebelumnya UEFA menolak membatalkan skors kartu merah Vidic, Liverpool melakukan penyesuaian pada trio pertahanan mereka. Kiper tetap Reina, bek kiri Riise, dan bek kanan Glen Johnson - ini merupakan sinyal serangan yang sangat kuat."
“Dalam kombinasi bek tengah, Yang Chengzhuo kali ini menerapkan pasukan inti Liverpool musim lalu, Hyypiä dan Carragher. Dipercaya kekuatan pertahanan tidak akan terpengaruh terlalu besar, karena dalam beberapa penampilan musim ini, Hyypiä telah menunjukkan kemampuan yang sangat kuat. Diyakini kondisi fisiknya tetap terjaga dengan baik.”
“Terdapat perubahan dalam trio gelandang Liverpool. Carrick tidak masuk starting lineup, melainkan duduk di bangku cadangan. Yang menggantikan posisinya adalah Essien, Davids, dan Gerrard. Ini cukup mengejutkan karena Carrick selama ini menjadi inti pengatur permainan Liverpool dengan performa gemilang. Tapi dalam pertandingan ini Yang Chengzhuo justru menahannya di bangku cadangan, apa sebenarnya maksud strategi ini?”
"Trisula tetap diisi Cristiano Ronaldo, Arjen Robben, dan Didier Drogba. Kombinasi serangan mengerikan ini bahkan tak kalah menakutkan dibanding trio Barcelona: Samuel Eto'o, Ronaldinho, dan Lionel Messi. Carlo Ancelotti pun berulang kali menegaskan dalam konferensi pers prapertandingan bahwa trisula Liverpool benar-benar momok yang menakutkan!"
"Lineup pembuka AC Milan tidak banyak perubahan. Formasi 442 dengan empat gelandang susunan belah ketupat tetap dipertahankan. Bertolak belakang dengan dugaan publik yang mengira Ancelotti akan memakai formasi 4321, pelatih Italia ini rupanya lebih memilih memaksimalkan keunggulan lini tengah Rossoneri melalui formasi yang paling dikuasai pemain sepanjang musim ini."
"Dida menjaga gawang. Garis pertahanan dari kiri ke kanan diisi Paolo Maldini, Kakha Kaladze, Jaap Stam, dan Alessandro Costacurta. Pelatih Liverpool Yang Chengzhuo menyindir backline lawan ini sebagai 'pertahanan tingkat kakek' mengingat total usia keempat bek ini mencapai 138 tahun - angka yang benar-benar mencengangkan!"
"Empat gelandang masing-masing adalah Rui Costa yang bermain mundur, Seedorf di sebelah kiri, Gattuso di kanan, dan Kaká yang menduduki posisi gelandang serang. Duet striker tetap diisi oleh Inzaghi dan Gilardino."
Tapi begitu para pemain kedua tim keluar lapangan, terutama saat melihat Inzaghi muncul, fans Liverpool langsung menggeram keras. Di tribun terpampang spanduk besar bergambar Inzaghi dengan tulisan, "Kamu penipu tak bermoral!"
"Jelas terlihat, Liverpool masih menyimpan protes terhadap insiden Inzaghi yang menjatuhkan pemain mereka di laga pertama. Akibatnya, Liverpool harus bertarung dengan kekurangan satu pemain dan kalah 0:2 di leg pertama. Mereka membalas dendam lewat cara ini. Sementara Inzaghi sendiri menolak semua wawancara sejak pertandingan usai - apakah ini pertanda bersalah?"
Kamera siaran langsung TV menyorot wasit utama. Berbeda dengan wasit leg pertama, kali ini wasit berasal dari Jerman.
"Ini adalah wasit internasional Jerman Merk yang memimpin leg kedua. Setelah pensiunnya Collina, dia dijuluki sebagai salah satu wasit paling berbakat dan berpotensi di Eropa. Pernah disebut sebagai salah satu dari Lima Wasit Emas Eropa bersama Collina dari Italia, Nielsen dari Denmark, Frisek dari Swedia, dan Meier dari Swiss."
"Dengan pensiunnya Collina, Merk mendapat prioritas pembinaan dari UEFA. Konon dia sangat mungkin memimpin final Piala Dunia 06 yang diadakan di tanah airnya. Ini pasti akan menjadi momen paling gemilang dalam karier keputusannya!"
Dalam siaran langsung TV, terlihat Yang Chengzhuo keluar dari lapangan. Seluruh stadion Anfield langsung bergemuruh, puluhan ribu fans Liverpool serempak memberikan sorak-sorai gegap gempita dan tepuk tangan gemuruh untuk pelatih kepala mereka.
Yang Chengzhuo tersenyum melambaikan tangan ke fans, lalu berjalan menghampiri Ancelotti. Setelah menyapa Si Gendut Ancelotti dan asistennya, saat berjalan kembali, ia menunjuk ke arah Merk yang jauh sambil mengangguk sambil tersenyum.
Kamera siaran langsung TV segera mengalihkan fokus ke Merk. Orang Jerman itu bermuka masam, namun tetap mengangguk sebagai balasan.
"Yang Chengzhuo memiliki status sangat terhormat di dunia sepakbola Jerman. Merk sendiri mengakui sangat menghormati Yang Chengzhuo. Mereka teman baik, tapi ini tidak akan mempengaruhi standar wasitnya di lapangan. Ancelotti menyatakan persetujuannya atas pemilihan Merk oleh UEFA, karena wasit Jerman kemungkinan besar akan memimpin Final Piala Dunia yang keadilannya diakui semua orang!"
"Setelah pertandingan leg pertama berakhir, meski Yang Cheng tidak secara terbuka menyerang wasit utama di depan media, kecurigaan terhadap keadilan wasit sangat besar. Liverpool juga mengajukan banding. Melalui platform seperti Weibo dan media lainnya, dia terus-menerus menyerukan harapan agar lingkungan kompetitif yang adil bisa didapatkan dalam pertandingan leg kedua."
"Di dunia maya, ratusan ribu fans Sang Kaisar dan Liverpool mengeluarkan teriakan bersama: Menolak semua skandal gelap dan kasus ketidakadilan! Mendesak UEFA untuk lebih menghargai prinsip fair play, bukan terus menutupi dengan berbagai alasan serta mencari pembenaran atas keputusan salah dan hukuman yang tidak tepat."
"Terlihat jelas bahwa UEFA memberikan perhatian khusus pada pertandingan leg kedua antara Liverpool vs AC Milan ini. Pertandingan ini telah menyedot perhatian sangat besar, bahkan jutaan fans dan wartawan akan mengawasi ketat setiap keputusan wasit untuk dianalisis dan diperbesar dampaknya. Penanganan yang tidak tepat berpotensi membawa dampak tak terukur bagi kompetisi Liga Champions."
"Bahkan musuh bebuyutan Yang Chengzhuo, Platini, saat diwawancarai media berulang kali menyangkal bahwa UEFA ingin menghalangi Liverpool mempertahankan gelar. Ia juga terus menegaskan akan memberikan lingkungan pertandingan yang adil dan objektif bagi Liverpool dan AC Milan. Tapi sahabat karib wanita Yang, kolumnis cantik asal Prancis Melissa Theriot, mengironi dalam kolomnya: Ini karena UEFA merasa AC Milan sudah pasti menang, jadi baru bisa tenang membuat pertandingan jadi adil."
"Tapi dari catatan kepemimpinannya selama beberapa tahun terakhir, Merk memang keras dalam memimpin, namun relatif masih adil. Ia adalah wasit internasional yang secara resmi diakui Eropa. Kini tinggal lihat bagaimana kinerjanya dalam pertandingan ini!"
Bersamaan dengan penjelasan komentator tersebut, wasit Merk melihat waktu dan membunyikan peluit tanda permulaan pertandingan.
“Pertandingan dimulai, Gilardino dari AC Milan yang memulai tendangan pertama. Inzaghi mengembalikan bola ke Kakà, Kakà melakukan operan balik…” Komentator berbicara sangat cepat, namun tepat di sini terdengar suara "Biiip" di lapangan.
“Gerrard melakukan pelanggaran!” teriak komentator, “Ini adalah pelanggaran terhadap Rui Costa. Merk menilai gerakan Gerrard terlalu keras, secara khusus memanggil bek Inggris itu untuk memberikan peringatan. Sepertinya wasit ingin pemain Inggris itu mengurangi intensitas tekelnya.”
“Rui Costa terjatuh di lapangan, tampaknya tidak cedera dan segera bangkit. Pertandingan dilanjutkan kembali!”
……
……
Namun seiring berjalannya laga, AC Milan segera menemukan masalah besar.
Tiga gelandang Liverpool membentuk formasi segitiga. Saat bertahan, posisi mereka sangat maju, bahkan pertahanan sepenuhnya Liverpool juga terdorong ke depan. Hal ini membuat formasi AC Milan terkompresi. Rui Costa khususnya terus-menerus mendapat perhatian khusus dari pemain Liverpool, terutama Gerrard yang bermain maju, yang hampir terus-menerus menempel Rui Costa.
Pemain Portugal ini adalah tipe gelandang serang klasik. Meski sudah mundur posisi, masalahnya dia masih mempertahankan ciri khas teknik saat bermain sebagai gelandang serang.
Tugas Gerrard dalam pertandingan ini adalah membatasi Rui Costa. Yang Chengzhuo memberikan dua permintaan spesifik: Pertama, sebisa mungkin merebut semua operan yang ditujukan ke Rui Costa. Kedua, begitu bola sampai di kaki Rui Costa, jangan buru-buru direbut - biarkan dia mengontrol bola tapi jangan diberi kesempatan mengoper ke depan dengan mudah, operan ke belakang tidak dihiraukan.
Untuk memastikan Gerrard memahami ciri khas teknik Rui Costa secara mendalam, Yang Chengzhuo bersama tim teknologi khusus memproduksi rekaman kompilasi permainan Rui Costa. Tim teknologi kemudian mengurai karakteristik pemain Portugal itu secara detail guna membantu Gerrard dalam merancang strategi pertahanan.
Seperti pada momen ini, ketika Maldini membawa bola ke depan dan diganggu oleh Robben, ia segera mengoper ke tengah. Kaladze kemudian memberikan bola kepada Rui Costa.
Terhadap umpan dari bek tengah semacam ini, Gerrard jelas tak mungkin menjangkaunya. Maka pilihan pertama yang dilakukannya adalah mendekatkan diri untuk membatasi ruang gerak Rui Costa, baik dalam hal pengoperan maupun aksi berikutnya.
Menurut analisis Moniz, ciri khas teknik gelandang serang seperti Rui Costa sebenarnya memiliki banyak kesamaan dengan Riquelme. Saat mereka menguasai bola, ada satu ciri khas yaitu menjaga bola dalam jangkauan yang bisa mereka sentuh kapan saja, atau seperti yang banyak orang katakan - bola seperti menempel di kaki.
"Biasanya, selama jarak antara bola dengan kedua kaki dijaga dalam satu langkah, maka sangat sulit untuk merebutnya. Alasan sulitnya merebut dribel langkah kecil Robben adalah karena bolanya tidak pernah terlalu jauh, tetap dalam jarak satu langkah. Riquelme juga seperti ini."
"Teknik ini terdengar mudah, tapi sebenarnya sangat sulit untuk diterapkan dengan mahir di lapangan. Zinedine Zidane, Rui Costa, Riquelme dan lainnya bisa melakukannya, sehingga bek lawan biasanya hampir tidak mungkin berhasil merebut bola dari kaki mereka."
“Oleh karena itu, saat Rui Costa menguasai bola, langkah pertama yang harus dilakukan bukan merebutnya, tapi mendekati, menjaga jarak aman tanpa mengancam pergerakan bola di kakinya, sambil memprediksi rute operan berikutnya—misalnya siapa di sekeliling yang akan datang menyambut, biasanya Seedorf—kamu tutupi garis tengah ini!”
Dalam otak Gerrard muncul ucapan Yang Chengzhuo dan Moniz ini. Saat Rui Costa menguasai bola, ia langsung melihat Seedorf datang. Dengan sigap ia memilih posisi di sebelah kanan Rui Costa, menghalangi ruang antara dirinya dan Seedorf.
Ketika Rui Costa menyadari Gerrard menutup rute operannya, respons pertamanya adalah tidak bisa mengoper. Ia membawa bola mundur dua langkah, mengoper ke Stam yang berada di belakangnya. Striker Belanda itu lalu mengoper ke Gattuso, tapi gelandang Italia itu segera mengembalikan bola ke Rui Costa karena Essien dan Davids sedang menyapu area.
Dengan demikian, bola seperti mengitari lingkaran dan kembali ke kaki Rui Costa. Namun pertahanan Liverpool sudah terorganisir rapat. Pergerakan Kaká, Inzaghi, dan Gilardino di depan tadi akhirnya menjadi sia-sia belaka.
"AC Milan menguasai bola dengan kokoh di kaki, tapi pressing Liverpool di lini tengah-depan terorganisir sangat rapi. Terutama pertahanan terhadap Rui Costa, Essien dan Davids melakukan coverage di belakang, memastikan AC Milan sulit mengeluarkan bola dengan mudah."
Namun jelas terlihat, Liverpool juga sedang beradaptasi dengan sistem kepungan dan coverage di lini tengah-depan ini, khususnya pembatasan terhadap Rui Costa. Situasi pertandingan pun mulai memasuki fase kebuntuan.
Namun efek yang terpampang di lapangan sangat jelas: Liverpool melakukan pressing secara menyeluruh, sementara AC Milan banyak mengontrol bola di area belakang-tengah mereka sendiri, tapi tak menemukan cara efektif untuk mengirim bola ke depan. Kaká, Inzaghi, dan Gilardino di depan terus-menerus membuang-buang tenaga dengan pergerakan dan sprint, namun tak kunjung mendapat umpan dari belakang.
"Trisula AC Milan bagaikan tiga ekor harimau tanpa gigi. Tampak galak tapi tak bisa menggigit. Liverpool berhasil meredam permainan AC Milan dengan sangat baik, terutama dalam menekan Rui Costa. Ini sudah menjadi rahasia umum: dengan menahan Rui Costa, serangan AC Milan langsung tertahan, khususnya dalam hal kecepatan serangan."
Yang Chengzhuo berani memajukan seluruh pertahanan sepenuhnya, mempertaruhkan kemampuan gelandang Michael Essien dan Davids dalam mendirikan zona pencegahan yang kokoh. Steven Gerrard harus bisa mengunci Rui Costa. Jika lini tengah gagal, Liverpool pasti akan mengalami tragedi.
Ingin bermain perang kandang binatang buas, tapi sangkar tak cukup kuat. Hasilnya energi primitif itu pasti melesat keluar dari sangkar dan melakukan sabotase besar-besaran!
……
……
"Terus membiarkan pertandingan beroperasi di area pertahanan kita, ini bahaya!" kata Tassotti dengan kecemasan di samping.
Ancelotti duduk di dalam bangku pelatih tim tamu. Dia tak ingin keluar karena fans Liverpool yang gila terus-menerus mengganggunya, tak henti melemparkan barang ke atap kepalanya - persis seperti si sialan Yang Chengzhuo yang sama-sama tidak disukainya.
"Jelas mereka mempersiapkan untuk mencekik Rui Costa dan Seedorf, sehingga membatasi lini tengah kita!" Tassotti melihat ke arah Ancelotti, hatinya penuh frustasi karena sebelumnya dia merasa seharusnya menggunakan striker tunggal dengan Ambrosini sebagai 5 gelandang.
Taktik 4321 membuat konfigurasi lini tengah AC Milan tidak semonoton formasi 442 diamond midfield, persis seperti Liverpool sekarang yang berhasil mencekik Rui Costa dan Seedorf sehingga lini tengah AC Milan tak bisa menghasilkan efek apapun.
Selain itu Yang Cheng jelas-jelas melakukan pengaturan formasi spesifik untuk AC Milan. Dia tahu keahlian utama Milan adalah permainan tekanan dengan mengirim bola ke lini depan, membangun operan terstruktur di area tersebut untuk mencari celah, atau mengandalkan umpan Rui Costa yang kemudian disambut oleh Kaká yang tiba-tiba menerobos maju menciptakan ancaman.
Tapi sekarang, dia langsung melakukan pressing di area tengah, sejak awal pertandingan telah menekan Rui·Costa ke wilayah pertahanan mereka sendiri, mengembangkan pressing sengit di lini tengah-depan dan pertahanan tertutup rapat, yang berarti telah meredam senjata serangan paling tajam AC Milan.
Jika ada Cafu dan Jankulovski yang bertugas di sayap, majunya bek sayap dapat menyediakan titik sambutan yang cukup bagi Rui·Costa. Namun untuk menghadapi Cristiano Ronaldo dan Robben, Ancelotti memainkan Costacurta dan Maldini, ini sama saja dengan secara aktif membuat kemampuan bek sayap untuk terlibat dalam serangan menjadi tidak berguna.
Melihat ke arah bangku pelatih tim tuan rumah di kejauhan, Yang Chengzhuo masih tetap berdiri di pinggir lapangan seperti biasa, sementara Benitez dan Paul·Bayer berada di dalam bangku pelatih bersama Tim·Hank yang sedang membicarakan sesuatu.
Melihat sekelompok orang ini, Tassotti tak bisa menahan desah di hati. Keunggulan Yang Cheng bukan hanya pada dirinya sendiri, tapi juga seluruh tim pelatihnya. Setidaknya dirinya, Paulus Bayer, dan Benitez - jika benar-benar berduel taktik penargetan, mungkin sangat sulit bagi tim mana pun untuk mengalahkan kombinasi ini.
Ancelotti bukannya tidak tahu hal ini, namun dia sudah lama bersiap mental. Setelah tersenyum kecil, "Yang Cheng selalu berpikir bahwa dirinya selalu bersiap sejak dini, menyimpan cadangan. Tapi dia tidak menyangka, bukan hanya dia yang berpikir begitu, orang lain juga!"
Setelah berkata demikian, Ancelotti sengaja menepuk bahu Tassotti sambil tertawa, "Mauro, mainkan umpan jauh, cari Gilardino!"
Gilardino, dinilai media Italia sebagai penyerang tengah kuat yang licik seperti Inzaghi besar dan kuat seperti Vieri.
Jika menganalisis rekrutan AC Milan musim panas lalu, tak sulit memahami bahwa Milan merekrut dua penyerang tengah kuat: Vieri dan Gilardino. Yang pertama tragis duduk di bangku cadangan, sementara yang terakhir menjadi striker kepercayaan Ancelotti.
Karakteristik teknik Vieri tak perlu dijelaskan lagi. Meski Gilardino belum setangguh yang dihype media Italia, namun secara tertentu merefleksikan ciri khasnya: kelengkapan permainan, kepraktisan, dan kelincahan.
Gilardino telah membuktikan diri di Parma sebagai penyerang tengah yang sangat kompeten. Kemampuan duel fisiknya baik, penguasaan bola dengan posisi membelakangi lawan sangat menonjol, kesadaran pergerakan juga bagus, plus bisa melakukan dribel penetrasi. Meski keterampilan kakinya lebih baik, teknik heading-nya pun tak kalah.
Tujuan rekrutmen AC Milan sangat jelas, yaitu menggunakan dua pemain ini untuk mengisi kekurangan di lini depan musim lalu, yakni kurangnya kemampuan menghadapi bola lambung. Setelah Gilardino datang ke Milan, demi menyesuaikan taktik Ancelotti, kecepatan dan kelincahannya menurun, tapi kemampuan duel fisiknya meningkat signifikan, kemampuan menguasai bola dengan posisi membopong juga diperkuat.
Dialah titik tumpu terpenting di peta taktis formasi dua striker Ancelotti, terutama kemampuannya menguasai bola dengan posisi membopong di lini depan yang bisa memperkaya variasi serangan AC Milan secara maksimal.
Setelah mengatur penyesuaian dan tugas, Ancelotti memalingkan wajah ke arah Yang Chengzhuo yang berdiri di depan bangku pelatih tim tuan rumah, senyum dingin mengembang di bibirnya.
Bukankah kamu selalu mengejekku sebagai pemain senior yang selalu jadi runner-up?
Di pertandingan hari ini, aku akan membuktikan padamu bahwa di dunia ini, tidak ada yang akan menjadi pemenang selamanya!
Bahkan kamu, Yang Chengzhuo, suatu hari nanti akan kuinjak-injak di bawah kakiku!
