Liverpool merebut momentum dengan memenangkan Penghargaan Tim Terbaik Tahunan Laurensius!
Final Liga Champions dimulai dengan pertandingan pemanasan: Liverpool kalahkan Barcelona, raih penghargaan sebelum rebut gelar juara!
Raja Spanyol secara pribadi mengundang Sang Kaisar untuk hadir di Bernabeu musim depan!
Dukungan Pelé untuk Barcelona ditolak mentah-mentah oleh fans Camp Nou!
……
Headline berbagai koran Eropa di hari kedua memuat judul-judul yang cukup mencolok, semua konten terkait Penghargaan Laurensius semalam. Tak pelak, Liverpool dan Yang Chengzhuo kembali terlempar ke pusaran sorotan.
Yang Chengzhuo memang tak ingin timnya kebanyakan mendapat perhatian, apalagi dijuluki sebagai kandidat panas. Ini situasi berisiko tinggi, terutama di final Liga Champions yang ditentukan satu pertandingan.
Istilah "sudah pasti mati" bagi tim favorit bukan tanpa alasan. Seluruh mata tertancap pada setiap aksimu, yang akan diperbesar dan ditafsirkan secara negatif. Tekanan tak kasat mata ini bisa memengaruhi performa di lapangan.
Liverpool memang sudah matang dengan pengalaman final Liga Champions musim lalu. Mereka lebih siap menghadapi tekanan saat ini, namun sifat tekanan itu sendiri tetap sulit diprediksi.
Selain berita tentang Penghargaan Laurensius, World Sport dari wilayah Catalunya memuat kolom khusus yang ditulis oleh pelatih kepala asal Belanda, Ronald Koeman. Judul kolom Koeman adalah: Barcelona Punya Alasan Cukup untuk Mengalahkan Liverpool!
Koeman berpendapat bahwa Rijkaard sudah memiliki pemahaman yang cukup tentang taktik Liverpool, karena dia dan Yang Chengzhuo bukan pertama kali bertarung. Menurutnya, kunci utama Barcelona untuk memenangkan pertandingan ini terletak pada pertahanan. Dia menekankan bahwa Barcelona perlu mengalokasikan energi cukup besar di sektor defensif, karena serangan Liverpool sangat cepat.
"Terutama pada momen transisi serangan balik setelah merebut bola, atau yang biasa kita sebut sebagai fase pergantian serangan dan pertahanan, Liverpool jelas merupakan tim terbaik di dunia sepak bola saat ini dalam hal ini. Kecepatan mereka luar biasa. Tidak ada tim yang bisa menjamin setiap serangan akan membahayakan, jadi menghadapi Liverpool, kita harus sangat hati-hati dalam bertahan."
Pelatih legendaris asal Belanda, Louis van Gaal yang saat ini sedang beristirahat juga menerima wawancara dari wartawan. Dia menyatakan, jika ingin mengalahkan Liverpool, pertama-tama harus membangun kepercayaan diri dan tidak boleh terlalu agresif menekan ke depan karena pertahanan Liverpool sebenarnya sangat menonjol.
"Menurut saya, kelebihan terbesar Liverpool terletak pada kerangka taktik menyeluruh yang sangat terperinci. Dalam hal ini, Yang Chengzhuo jelas merupakan master taktik paling menonjol di dunia sepakbola saat ini. Taktik yang dirancang khusus untuk Liverpool sangat brilian. Reposisi pemain di lapangan sangat baik, jarak antar-pemain sangat rapat. Di area tengah ada pria tangguh seperti Michael Essien dan Steven Gerrard yang memastikan tiga garis utama tim selalu terhubung. Trisula depan baik dari segi kemampuan individu maupun koordinasi kerja sama tim sama-sama luar biasa."
“Liverpool musim ini dibandingkan dengan musim lalu, perubahan terbesar bukan hanya usia pemain bertambah satu tahun, matang satu tahun, tapi juga pengalaman, kendali situasi, penerapan teknik, semuanya mengalami peningkatan relatif. Yang paling mencolok adalah transformasi dua sayap Cristiano Ronaldo dan Robben, sementara umpan lambung jarak jauh Carrick di final Piala FA juga sangat memukau.”
“Oleh karena itu untuk melawan Liverpool, tidak boleh terburu-buru. Tim Rijkaard seharusnya mencoba lebih sabar menunggu kesempatan muncul di pertandingan. Tapi Rijkaard juga harus paham, jika Liverpool berhasil unggul lebih dulu, pertandingan ini akan menjadi sangat sulit, bahkan mungkin berakhir lebih awal. Karena Liverpool bukan tim yang mudah dikalahkan comeback.”
Johan Cruyff yang baru saja meraih Penghargaan Prestasi Seumur Hidup Laurensius juga mendukung Rijkaard melalui kolomnya. Bapak Baptis Barcelona ini awalnya memberikan komparasi antara Tim Dua Barcelona yang dilatih Rijkaard dengan Tim Satu yang pernah ia asuh sendiri. Menurutnya, filosofi sepakbola kedua tim tetap konsisten, namun Rijkaard telah menambahkan beberapa elemen khas miliknya sendiri - seperti interpretasinya terhadap sistem pertahanan.
"Sejak kekalahan Rijkaard dari Liverpool di Liga Champions sebelumnya, aku sudah mengatakan: Strategi pressing depan mereka setelah kehilangan bola merupakan perkembangan yang menggembirakan. Ini merupakan pengalaman yang ia bawa dari karirnya di Serie A Italia. Rijkaard berhasil menyatukan konsep pertahanan ala Italia ke dalam taktik menyeluruh Barcelona dengan sangat mulus."
“Kita bisa melihat, setelah kehilangan bola di lini depan, para pemain langsung melakukan pressing balik. Ide membangun pertahanan dimulai dari pemain yang kehilangan bola itu sangat bagus. Prestasi gemilang mereka di liga dan Liga Champions musim ini juga telah membuktikan hal tersebut. Tapi satu hal yang harus diwaspadai: Liverpool sangat berbeda dengan semua lawan yang pernah dihadapi Barcelona sebelumnya.”
“Tim Yang Chengzhuo terkesan memiliki gaya sepakbola yang tegas dan terdefinisi jelas. Tapi sebenarnya aku tak melihat gaya khusus darinya. Atau bisa dibilang, gayanya sangat cair. Mereka masih bereksperimen, terus mencari bentuk. Kadang bermain possession, kadang bertahan lalu serang balik. Tapi satu hal yang tak pernah berubah: kemampuan satu sentuhan dan kombinasi umpan cepat nan presisi mereka tak tertandingi di dunia saat ini!”
“Barcelona ingin berprestasi di final Liga Champions, harus terlebih dahulu mencari cara memutus koordinasi operan cepat Liverpool, mengacaukan irama permainan mereka. Kekurangan serius pertahanan Barcelona dalam mengantisipasi bola tinggi juga akan terekspos sepenuhnya di hadapan Didier Drogba. Saya yakin Yang Chengzhuo akan terus menekan titik lemah ini. Bagaimana menetralisirnya? Rijkaard harus memberikan solusi efektif! Selain itu, serangan sayap Liverpool juga unggul di dunia sepakbola, wajib ditekan habis-habisan!”
Terakhir, Johan Cruyff juga memberikan sugesti tersirat: Jika Barcelona ingin mempertahankan gaya bermain penguasaan bola seperti saat melawan tim-tim lain di final, mereka akan mengalami kekalahan memilukan. Rijkaard harus mengubah taktiknya untuk memastikan timnya bisa mengalahkan Liverpool.
Tepat setelah koran memuat artikel dan ulasan dari tiga pelatih legendaris Belanda tersebut, Yang Chengzhuo langsung menerima kabar di Weibo pada sore hari itu. Ternyata ketiga anggota tersebut adalah Van Basten yang berkumpul di akademi pelatihan Barcelona, bersama Rijkaard di lapangan latihan sambil berdiskusi layaknya sedang merancang strategi.
……
……
"Bukankah ini disebut 'satu jagoan dibantu tiga orang'?" tanya Yang Chengzhuo dengan senyum pahit.
Paulus Bayer dan Benitez tertawa terbahak-bahak membaca berita ini. Namun jelas terlihat, para pendukung setia Barcelona dan striker Belanda ini kini bersatu padu, berniat menghancurkan Yang Chengzhuo dengan segala cara.
Yang Chengzhuo mengamati kedua asisten kompetennya sambil menggelengkan kepala, "Tim asistensi Rijkaard terlalu besar. Aku sudah kalah sebelum pertandingan dimulai." Ucapnya diselingi terkekeh.
“Louis van Gaal, Ronald Koeman, dan Johan Cruyff, semuanya bisa disebut sebagai rival Karl yang sesuai reputasinya. Masa Louis van Gaal memimpin Barcelona tidak perlu dijelaskan lagi, Ronald Koeman sebagai pelatih Benfica juga punya konflik dengan Karl, sedangkan Johan Cruyff sudah sering berdebat dan berpolemik lewat tulisan dengan Karl.”
“Dan ketiganya sangat familiar dengan taktik Liverpool. Dengan bantuan perencanaan strategi mereka, Rijkaard memiliki peluang menang yang jauh lebih tinggi.”
“Lihatlah, mereka benar-benar mengira sudah memenangkan pertandingan!”
“Di website sebuah koran Spanyol, muncul berita tentang Barcelona yang menyatakan selain membawa seluruh pemain tim utama ke Paris, mereka juga menyiapkan truk besar berisi peralatan. Selain peralatan harian yang wajib dibawa, ada juga peti sampanye ukuran raksasa untuk perayaan juara.”
“Makanya, kurang pengalaman ya beginilah!” Karl menggelengkan kepala dengan nada menyindir.
"Apakah orang Barcelona tidak tahu, Prancis adalah tanah air sampanye? Masih takut tidak bisa membeli sampanye di sana?"
Melihat sikap sarkastis Yang Chengzhuo ini, Paulus Bayer tertawa hingga hampir sakit perut. Apa perlu sampai segitunya?
"Tapi jujur saja, semakin mereka seperti ini, semakin menguntungkan bagi kita!" Yang mulai menunjukkan ekspresi serius.
Benitez mengangguk, "Terlalu banyak eksposur sebelum pertandingan bukanlah hal bagus!"
"Makanya, akhir-akhir ini aku selalu bersikap rendah hati!" Kembali Yang tersenyum lebar.
Namun dalam persiapan, ia benar-benar melakukan segalanya dengan sempurna tanpa cacat. Terutama setelah final Piala FA, dia langsung mengumumkan pelatihan tertutup di Melwood yang menolak semua bentuk wawancara, sekaligus melarang pemain menerima pewawancaraan.
Selain itu, Yang juga sangat teliti menjadwalkan agenda tim di Paris. Bahkan setiap aktivitas dijadwalkan hingga menit, memastikan pelatihan dan kondisi pemain tetap optimal selama di Prancis.
Misalnya hotel tempat tim menginap, klub awalnya menjadwalkan hotel bintang lima di wilayah kota yang berlokasi semarak, hotel tempat Barcelona menginap juga di sekitarnya, malam hari sangat ramai. Setelah Yang Chengzhuo mengirim Paulus Bayer melakukan observasi lapangan dan berkonsultasi dengan Melissa, dia langsung memutuskan untuk tidak memilih area tersebut.
Melissa memperkenalkan Hotel Trianon Palace Versailles di pinggiran Paris yang berdekatan dengan Istana Versailles kepada Yang Chengzhuo. Hotel ini merupakan bekas biara kuno yang direnovasi, nyaman dan tenang, terletak di daerah suburban dengan lingkungan sekitar yang tidak berpenghuni, hanya berhadapan langsung dengan Istana Versailles.
Alasan hotel ini sering diabaikan adalah karena tidak memiliki rating bintang, namun menempati status tinggi di Paris. Secara historis, Perjanjian Versailles yang terkenal dirancang di hotel ini, yang juga pernah menjadi tempat menginap Ratu Inggris, Adipati Windsor, dan selebritas dunia lainnya.
Yang benar-benar menarik perhatian Yang Chengzhuo adalah hotel ini bisa menghindari gangguan media dan fans. Selain itu, fasilitas hotel yang sangat lengkap bisa memastikan tim tetap menjalankan rencana pelatihan mereka selama di Prancis.
Dari hotel ke Stade de France bisa langsung melalui jalan lingkar, hanya 28 menit. Ini tentu sangat praktis karena Yang Cheng yakin, pada hari pertandingan nanti, seluruh Paris pasti akan macet parah. Tinggal di pinggiran kota dan lewat jalan lingkar bisa menghindari kemacetan.
Bisa dikatakan, meski Yang Cheng pergi ke Barcelona untuk menghadiri Laurensius, sebenarnya dia tetap mengendalikan semua persiapan. Dia berusaha keras untuk mengondisikan fisik, status, dan semangat para pemain ke level optimal sebelum pertandingan.
Karena dia bisa memprediksi bahwa pertandingan ini akan sangat-sangat sulit!
Hal ini tanpa sengaja mengingatkannya pada sebuah film yang pernah ditontonnya di kehidupan sebelumnya - Ip Man 2.
Saat Ip Man bertarung dengan juara tinju Eropa, di tengah situasi menguntungkan, dewan wasit memintanya dilarang menggunakan tendangan. Mengapa Ip Man tetap menyetujui meski tahu ini tidak adil? Apa dia polos?
Bukan! Karena dia harus melakukannya, dan hanya bisa melakukannya!
Kini Yang Chengzhuo juga menghadapi situasi serupa. Wasit utama yang ditunjuk UEFA memang sangat merugikan Liverpool. Tim Merah sudah mengajukan protes, tapi tidak berpengaruh. Lantas apakah tidak bertarung?
Tidak! Harus tetap bertarung! Baik menang atau kalah, pertarungan harus dilanjutkan!
Bahkan harus diperjuangkan mati-matian dengan mengerahkan segala kemampuan!
Karena para pemain sudah berjuang sepanjang musim demi meraih hasil di akhir. Jika menyerah sekarang, itu sama saja mengkhianati perjuangan mereka. Bahkan mereka sendiri pun tak akan menerimanya!
……
……
Pada pagi hari tanggal 16, Liverpool tiba lebih awal dari Barcelona di Bandara Charles de Gaulle di pinggiran utara Paris.
Saat rombongan Liverpool muncul di Bandara Charles de Gaulle, TKP sudah dipadati banyak fans Liverpool dan fans The Reds asal Prancis yang datang menjemput, sekaligus berkumpulnya jutaan wartawan yang hampir menyumbat seluruh ruang tunggu keberangkatan.
Staf bandara berniat membantu, tapi wartawan dan fans terlalu gila, ditambah banyaknya penggemar yang datang ke Paris untuk menyaksikan final Liga Champions, membuat suasana menjadi kacau. Para wartawan malah menghalangi jalan, tidak membiarkan pemain Liverpool berlalu semudah itu.
Tapi seluruh anggota Liverpool berpegang teguh pada persiapan yang telah ditetapkan Yang Chengzhuo sebelumnya. Tak satu pun pemain yang menerima wawancara wartawan. Bahkan ketika mikrofon disodorkan ke depan wajah, mereka memilih merentangkan tangan menutupinya, mengalahkan bujukan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Mungkin karena melihat sikap news blackout yang diambil Liverpool, atau karena intervensi staf bandara yang tiba di lokasi, akhirnya mereka menyerah. Seluruh personel klub dibiarkan naik bus tim dan meninggalkan Bandara Charles de Gaulle.
Dari Bandara Charles de Gaulle di pinggiran utara melalui jalan tol lingkar kota, sepanjang perjalanan akan melewati Stade de France yang atapnya menyerupai piring terbang alien. Yang Chengzhuo masih ingat jelas, pada tahun 1998, dirinya bersama Natalie dan Melissa menyaksikan Final Piala Dunia di sini.
Tak disangka, beberapa tahun kemudian dirinya justru harus bertanding final di stadion ini. Takdir memang sulit ditebak!
"Itu dia Stade de France!" seru Didier Drogba yang pernah bermain di Ligue 1 sambil menunjuk stadion di pinggir jalan.
Seketika semua pemain memalingkan wajah ke arah stadion di tepi jalan itu, masing-masing menunjukkan ekspresi penuh makna.
Di tembok luar stadion, spanduk raksasa promosi Final Liga Champions telah terpasang. Semua orang bisa melihat bintang paling ikonik Liverpool dan Barcelona, termasuk pose konfrontatif Yang Chengzhuo dan Rijkaard yang sarat ketegangan bak aroma bubuk mesiu yang pekat.
Di bawah atap stadion yang jauh, spanduk raksasa juga terlihat sangat mencolok, terutama logo final Liga Champions yang langsung menunjukkan kelas pertandingan ini.
Arus kendaraan di jalan tetap ramai, bus Liverpool juga tidak berhenti sebentar di sekitar Stade de France karena mereka sedang melaju di jalan tol yang dilarang berhenti, dan waktu adaptasi lapangan pun belum tiba.
Panitia telah menjadwalkan sesi latihan adaptasi lapangan untuk Liverpool pada sore hari ini setelah Barcelona selesai, kemudian Yang Chengzhuo masih harus menghadiri konferensi pers prapertandingan dan pameran piala bersama para pemain.
"Jangan dilihat terus, nanti sore kita kembali ke sini!" teriak Yang Chengzhuo.
Para pemain serentak mengangguk, memalingkan wajah - yang istirahat tetap istirahat, yang mendengarkan musik melanjutkan aktivitasnya, suasana dalam bus pun kembali hening.
……
……
Seminggu sebelum final, Paris merespons final Liga Champions dengan menyelenggarakan serangkaian pertandingan sepakbola di Taman Trocadero depan Menara Eiffel. Fans dan pendukung kedua tim final bisa masuk ke lapangan untuk memamerkan keahlian sepakbola mereka sepuasnya. Sponsor acara ini adalah Adidas.
UEFA sebelumnya telah memberitahukan kedua tim final untuk menyempatkan diri menghadiri acara Adidas ini setelah tiba di Paris. Maka Liverpool dan Barcelona sama-sama menyisihkan 30 menit sebelum latihan sore untuk datang ke Taman Trocadero.
Kini Paris dipadati wartawan dan fans dari seluruh penjuru dunia. Begitu mendengar kabar sekecil apapun tentang kedua tim final, mereka langsung berduyun-duyun mendatangi lokasi. Tak ayal, seluruh area Taman Trocadero pun dikepung oleh lautan fans dan wartawan.
Untuk menghindari mereka mengganggu pemainnya, Yang Chengzhuo secara aktif mengambil alih tugas menerima wawancara, sementara membiarkan para pemain memamerkan keahlian sepak bola mereka di lapangan untuk mencari feel permainan.
"Barcelona adalah tim yang ahli dalam serangan dan kontrol bola, selalu menerapkan permainan tekanan. Mereka selalu bisa menciptakan peluang, tetapi area belakang mereka memiliki ruang kosong yang besar yang akan memberi kita kesempatan bagus untuk menyerang!"
Saat wartawan meminta komentar tentang Barcelona, orang Tionghoa itu dengan sikap santai hanya mengucapkan beberapa kalimat tak penting yang tidak menyentuh inti persoalan.
"Ronaldinho memang pemain kunci di Barcelona, tapi aku tidak akan membuat penjagaan khusus untuknya. Karena sepakbola adalah olahraga tim, seorang diri dia takkan bisa mengalahkan Liverpool kami. Kami selalu mengandalkan sinergi tim tempur untuk meraih kemenangan dan mengalahkan lawan!"
“Terje Hauge dan Bo Hagen?” Yang Chengzhuo tak terhindarkan ditanya wartawan tentang dua wasit ini, "Sejujurnya, saya tetap memberikan kepercayaan yang cukup pada wasit yang ditunjuk UEFA. Saya sama sekali tidak khawatir dengan hal-hal yang ditakuti dunia luar. Saya yakin ini akan menjadi pertandingan yang adil dan objektif!"
Jelas terlihat, jawaban Yang Chengzhuo tidak memuaskan para wartawan. Oleh karena itu mereka mulai mengobarkan api.
"Rijkaard bilang, Bo Hagen memakai jersey Barcelona dan menyatakan dukungan untuk Barcelona jadi juara liga, itu cuma karena dia senang. Menurutnya jika Liverpool punya protes, mereka bisa mengirim Bo Hagen sebuah jersey biar dia juga berfoto di koran, nanti skor 1:1 seri!" Wartawan itu tersenyum meminta komentar Yang Chengzhuo.
Yang Chengzhuo tersenyum tipis, "Tidak perlu!"
Wartawan langsung mengejar dengan pertanyaan lanjutan.
“Jika Tuan Rijkaard merasa, dengan membuat wasit mengenakan nomor punggung Barcelona dan berfoto di koran, mereka bisa unggul 1:0 atas kami Liverpool, aku tidak keberatan. Kami tidak akan melakukan hal-hal membosankan seperti yang dia katakan, karena kami sepenuhnya punya kekuatan dan keyakinan untuk memulai pertandingan final dari skor 0:1, lalu setelah 90 menit tetap menjadi juara. Kalau sudah begitu, untuk apa kami repot-repot melakukan berbagai hal itu?”
Yang Chengzhuo juga tidak segan-segan memilih sikap tidak mau kalah. Maksudnya jelas: Biar kuberi kalian 1 gol pun tetap bisa mengalahkanmu!
“Mungkin Rijkaard harus mengirimkan 3 jersey lagi ke Boggan, baru mungkin membuatnya berdiri di garis start yang sama dengan kami!” kata Yang Chengzhuo sambil terkekeh.
Satu jersey berarti 1 gol, empat jersey berarti 4 gol. Maksud Yang Chengzhuo: Meski wasit memberi kalian 4 gol, dalam 90 menit kita baru akan imbang saja.
"Tidak diragukan lagi, dia menggunakan keajaiban Istanbul musim lalu untuk memotivasi dan membangkitkan semangat para pemainnya, serta semua fans Liverpool."
"Dan dia juga sangat paham, begitu ucapan ini tersebar, atmosfer final pasti akan berubah menjadi pedang terhunus. Tapi justru itulah yang dia harapkan, karena bersikap rendah hati bukan berarti kamu harus pura-pura lemah!"
