"Wasit jahat! Wasit jahat!! Wasit jahat!!!"
Seluruh Stade de France bergema dengan siulan cemooh riuh rendah dari fans Liverpool, namun terdengar sorak-sorai fans Barcelona di sela-sela. Jelas terlihat, siulan mendominasi secara mutlak sehingga yang memenuhi telinga penonton terutama adalah suara ketidakpuasan.
Di kursi cadangan, terlihat ekspresi Ferguson, Mourinho, Beckenbauer, Wenger, dan Hitzfeld yang tidak menunjukkan keheranan berarti, namun samar-samar terlihat ketidakpuasan mereka terhadap arah pertandingan terbaru.
Tetapi apakah mereka punya kesempatan dan kemampuan untuk meluapkannya?
Tidak diragukan lagi, tidak ada!
"Pertandingan ini sangat mungkin berubah menjadi game demonstrasi kekuasaan!" Beckenbauer mengangkat kepalanya, memandang Yang Chengzhuo di bawah lapangan, menggelengkan kepala dengan tak berdaya. Ya, benar, kosakata yang digunakannya adalah demonstrasi!
Apakah Liverpool sedang mendemonstrasi seseorang?
Maaf, bukan. Ini adalah UEFA yang mendemonstrasi kewibawaannya kepada semua tim, klub, dan pelatih kepala yang berani menantang otoritas mereka!
Mereka jelas-jelas ingin menggunakan cara ini untuk memberitahu semua orang: "Dalam aturan yang kubuat, kalian selamanya hanya bisa bertindak sesuai hukumanku. Ingin melawan? Aku akan membuatmu tahu bagaimana cara menulis karakter 'mati'!"
Sebenarnya, Liverpool seharusnya sudah tersingkir di semifinal. Karena membiarkan tim seperti Liverpool lolos ke final adalah hal yang sangat berbahaya. Namun tim ini dalam kondisi sangat tidak menguntungkan, bertahan mati-matian membalikkan keadaan AC Milan. Ini mengacaukan penyusunan strategi UEFA sebelumnya karena mereka berharap melihat AC Milan melawan Barcelona.
Sistem manajemen sepakbola profesional sebenarnya berbentuk piramida. Puncaknya adalah badan pengelola seperti FIFA dan UEFA, di bawahnya ada asosiasi sepakbola negara masing-masing, lalu klub sepakbola dan timnas, sedangkan pemain dan pelatih kepala berada di posisi terbawah.
Mengapa ada yang bilang kekuasaan Blatter lebih besar dari Presiden Amerika?
Karena tidak ada satu orang pun yang bisa menyebarkan pengaruhnya ke setiap negara dan wilayah di dunia seperti Blatter, dengan media sepakbola!
Mungkin ada yang heran: fans menonton klub elite. Jika institusi manajemen bermain terlalu jauh sampai klub-klub elite bangkit melawan, buat apa mereka main?
Ini pemikiran yang naif. G14 sudah melawan bertahun-tahun, apa bisa menang dari UEFA?
Wacana Liga Super Eropa sudah digaungkan bertahun-tahun, kapan bisa terwujud?
UEFA dan FIFA hanya perlu mengucapkan satu kalimat: semua tim dan pemain yang mengikuti Liga Super Eropa yang diselenggarakan oleh organisasi G14 tidak boleh ikut kompetisi liga domestik maupun kegiatan apa pun yang diadakan asosiasi sepakbola nasional. Sementara pemain dilarang mewakili timnas. Berapa banyak tim dan pemain yang masih mau berpartisipasi?
Apakah ini berdampak bagi UEFA?
Jawabannya pasti ada, tapi tidak berakibat fatal!
Lalu bagaimana dengan tim elit?
Fatal, sangat-sangat berkibat fatal!
Selain itu, tim-tim elit sendiri tidak kompak. Siapa yang bisa memastikan tidak akan terjadi pemberontakan?
Ini seperti di dalam negeri yang berteriak memblokir produk Jepang. Semua tahu pemboikotan bisa membuat jutaan perusahaan Jepang kolaps dan mempengaruhi ekonomi Jepang secara besar-besaran. Tapi masalahnya, setelah bertahun-tahun diteriakkan, seberapa besar pengaruh yang diraih?
Lebih sedikit dibanding efektivitas secarik perintah tertulis dari negara!
Karena selalu ada sekelompok orang yang mulutnya berteriak memblokir produk Jepang, tapi ponsel di tangan mereka, TV warna dan mesin cuci di rumah mereka, semuanya produk Jepang, dan jumlah orang seperti ini tidak sedikit!
Inilah realitas!
Tentu saja, tujuan FIFA dan UEFA juga kepentingan, mereka pun tidak ingin melakukan hal yang melukai seribu musuh dan merusak delapan ratus reputasi sendiri. Itu adalah taktik yang hanya akan dilakukan saat terpaksa, dan sebelum itu, mereka bisa bernegosiasi dengan G14.
Ini agak mirip bos pabrik merekrut karyawan. Karyawan baru perlu beradaptasi dan melalui penyesuaian tim. Jadi saya lebih memilih sedikit menaikkan gaji karyawan senior yang merengek minta kenaikan gaji, agar dia tetap bekerja untuk saya. Ini lebih stabil.
Tapi jika karyawan seniormu keterlaluan, melampaui garis batas yang telah kutetapkan, mengira setelah dapat kenaikan gaji bisa membalas pedas bosnya, maaf, yang akan pergi pasti kamu!
Karena pabrik ini milikku!
UEFA kini juga sama.
Jelas terlihat, Liverpool ingin mempertahankan gelar, artinya harus memecahkan aturan yang sudah ditetapkan sejak reformasi kompetisi Liga Champions. Mereka pasti akan berusaha mati-matian untuk menggaruk-garuk, bahkan tidak segan melakukan hal secara terang-terangan.
Dia tidak takut kalian sadar, karena setelah menyadarinya, barulah kalian akan ketakutan!
Tentu saja, jika Liverpool dalam situasi sesulit ini masih bisa menjadi juara lagi, itu cerita lain.
"Bukankah itu pepatah Tiongkok kuno, memberi contoh?" Hitzfeld bertanya dengan senyum pahit. Ucapan ini pernah dia dengar dari Yang Chengzhuo.
Beckenbauer tersenyum pasrah, "Sekaligus untuk memperingatkan segerombolan kera, mencegah ada yang mulai ingin jadi raja gunung karena melihat UEFA terlalu lama tidak bertindak!"
Politik menjadi menarik justru karena seringkali hal kecil bisa menyampaikan banyak informasi.
Dan inilah alasan semua orang menyebut petinggi UEFA sebagai politisi!
Jelas terlihat, jika hanya Platini yang memiliki perseteruan pribadi dengan Yang Chengzhuo, pasti tidak bisa mencapai tahap ini. Dia hanyalah anggota Komite Eksekutif UEFA yang bertanggung jawab atas Komite Disiplin, tidak memiliki kekuasaan sebesar itu. Ini adalah keinginan seluruh badan manajemen.
Liverpool tidak boleh menjadi juara!
"Persis seperti balapan F1..." Ferguson tersenyum penuh tanya, sudut bibirnya menyiratkan cibir, "Untuk menghindari Ferrari terus memonopoli absolut dan menguasai jadwal F1, selama bertahun-tahun Federasi Otomotif Internasional selalu mengubah aturan, membatasi penerapan teknologi baru, menggunakan segala cara untuk memangkas kesenjangan kekuatan antar tim."
"Wenger jarang setuju dengan Ferguson, tapi kali ini dia mengangguk,"Karena penonton lebih suka melihat pertarungan sengit antar pesaing, bukan satu tim yang unggul jauh. Ini juga berlaku untuk sepakbola. Sebagai penyelenggara, mereka paling berharap semua tim seimbang, karena monopoli absolut selain membuat turnamen kehilangan daya tarik, juga bisa membuat prestasi tim tersebut mengancam posisi penguasa!"
"Tapi Ferrari tetap menjadi juara F1 berturut-turut selama bertahun-tahun!" Mourinho menyeringai dingin,"Selama punya kekuatan mutlak, semua konspirasi licik dan pembatasan aturan hanyalah lelucon kosong!"
Sebelumnya tidak ada tim yang sukses mempertahankan gelar karena kesenjangan kekuatan tidak besar. Sedikit keberpihakan di aspek tertentu bisa mengubah situasi pertandingan total. Tapi jika tim juara bertahan memiliki keunggulan yang cukup, apa lagi yang bisa membatasi mereka?
Beckenbauer mengangguk, ucapan ini juga sering diungkapkan Yang Chengzhuo.
Memandang ke Bagian Bawah stadion, segerombolan pemain Liverpool sedang mengejar wasit memperdebatkan apakah gol Eto'o offside. Di pinggir lapangan, Yang Chengzhuo tak henti berteriak meminta pemain segera kembali ke pertandingan.
Tidak diragukan lagi, Yang Chengzhuo memahami semua ini dan telah memiliki persiapan mental yang cukup.
Ingin mempertahankan gelar, harus berani menanggung semua ini!
"Bagaimanapun, aku tetap lebih unggul Liverpool!" ujar Hitzfeld penuh keyakinan.
"Setuju!" sahut Ferguson singkat sambil tersenyum tipis.
Wenger dan Mourinho sama-sama tidak berkomentar, namun juga tidak menentang.
Menurut Beckenbauer, jika pertandingan ini benar-benar berakhir dengan kemenangan Liverpool, maknanya tak sekadar tim yang memecahkan aturan dan berhasil mempertahankan gelar, tapi juga menjadi provokasi besar terhadap otoritas UEFA.
Terutama mengingat tim ini berasal dari G14!
……
……
Di ruang ganti Barcelona, 11 pemain Barcelona kecuali Valdés, setiap pemain mengeluarkan napas berat. Semua berkeringat deras, bahkan termasuk Xavi, Messi dan beberapa pemain lainnya yang bersandar langsung di loker, hampir lunglai di lantai.
Sungguh melelahkan!
Bertanding melawan tim seperti Liverpool memberikan tekanan terlalu besar, pengeluaran energi terlalu cepat, seluruh tubuh terasa sangat kelelahan.
Rijkaard memahami pikiran pemainnya. Dia bisa melihat bahwa dalam menghadapi lawan lain, fisik pemainnya mampu bertahan sepanjang pertandingan. Tapi melawan Liverpool, meski hanya bermain 45 menit ditambah 4 menit tambahan waktu (total 49 menit), mereka semua sudah sangat kelelahan.
Tapi dia juga sangat paham, dalam situasi seperti ini sama sekali tidak boleh tumbang. Karena sekali jatuh, seluruh usaha selama satu season akan sia-sia, sama saja dengan menyerahkan gelar juara ke Liverpool.
"Teman-teman, kalian bermain sangat bagus di babak pertama, benar-benar luar biasa!" Rijkaard bertepuk tangan dengan gesit.
Para pemain saat ini membutuhkan dorongan, ingin melihat secercah harapan.
"Kita berhasil menyeimbangkan skor di menit-menit terakhir, ini merupakan pukulan berat bagi semangat Liverpool. Yang lebih penting, mereka akan bermain dengan 10 pemain di babak kedua - ini keunggulan besar yang harus kita manfaatkan sebaik-baiknya!"
Ucapan Rijkaard membuat para pemain mulai mendengarkan dengan penuh keseriusan.
"Masalah kita di babak pertama jelas terlihat: Pertama, pertahanan spesifik lawan sangat efektif. Ronaldinho hampir tidak mendapat dukungan memadai di lini depan, serangan di sayap kanan kurang tajam, tidak memberikan tekanan cukup pada pertahanan Liverpool sehingga serangan kita kehilangan daya ancam."
Rijkaard enggan mengatakannya, tapi di hati beliau tahu, gol Eto'o sebagian besar disebabkan kebingungan mental pemain Liverpool dan faktor offside. Mengabaikan kedua hal ini, Barcelona hampir tidak menciptakan ancaman memadai selama seluruh babak pertama.
Mungkin dari segi penguasaan bola, Barcelona lebih unggul. Tapi penguasaan bola tanpa efektivitas percuma belaka.
"Kedua, kecepatan pergerakan serangan kita terlalu lambat. Ini justru kelebihan Liverpool, menyebabkan mereka selalu menyerang dengan cepat melawan kelambanan kita. Kita terlihat pasif, sementara gol mereka tepat berasal dari serangan cepat. Kita harus mengubah situasi ini!"
Setelah berkata demikian, Rijkaard berjalan ke bagian tengah ruang ganti.
"Di babak kedua, sayap kanan kita harus aktif terlibat dalam serangan. Messi dan Oleguer harus mencari celah, terutama Messi. Dengan kekuatanmu, pasti bisa mengalahkan Riise!"
Messi mengangguk, meski masih pemain muda, performanya yang buruk di babak pertama membuatnya frustasi. Dia sangat berharap bisa membuktikan kekuatan dan bakatnya di panggung besar seperti final Liga Champions.
"Liverpool bertarung dengan kekurangan satu pemain. Aku menduga Yang Chengzhuo tidak akan menyerah begitu saja. Jadi kita harus merebut inisiatif sejak awal pertandingan. Kita harus menyerang dengan terorganisir dan punya tujuan! Keunggulan jumlah harus kita manfaatkan sepenuhnya!"
Kekurangan satu pemain hampir bisa disebut hukuman terberat di lapangan - lebih parah dari penalti. Efek berantai dari ketimpangan jumlah ini sangat tergantung pada pemanfaatan keunggulan oleh satu pihak, dan upaya penghindaran oleh pihak yang lemah.
"Masih ada 45 menit, teman-teman! Dengan kelebihan satu pemain, kita pasti bisa mengalahkan Liverpool di sisa waktu ini!"
……
……
"UEFA sengaja ingin menjatuhkan kita, aku yakin betul akan hal ini!"
Di ruang ganti Liverpool, begitu Yang Chengzhuo masuk, dia menunjukkan kemarahan yang jauh lebih membara dibanding pemain mana pun. Keterusterangannya membuat semua keluhan yang sempat ingin diutarakan para pemain langsung menarik diri.
Karena mereka semua jauh tidak seblak-blakan Yang Chengzhuo!
Ucapan ini jika terdengar keluar, diperkirakan Yang Chengzhuo tidak hanya akan dihukum denda besar, tapi juga diskors selama periode yang cukup lama.
"Tapi apa kalian rela?" Yang Chengzhuo melangkah ke tengah kerumunan pemain. "Rela melihat usaha sepanjang musim ini sia-sia begitu saja? Atau kalian pikir kita tak bisa melawan otoritas UEFA yang sok superior itu?"
"Omong kosong semua!" teriak Yang Chengzhuo sambil mengibaskan tangannya seolah ingin meluruhkan belenggu pemikiran yang mengakar di kepala para pemain. "Mengapa kita harus menundukkan leher dengan sukarela saat mereka mengacungkan pisau? Prinsip macam apa ini?!"
Yang Cheng menyapu pandangannya ke setiap pemain, "Yang memberi kalian gaji adalah Liverpool, yang mencintai kalian adalah fans Liverpool! Persetan dengan UEFA, sekumpulan sampah! Atas dasar apa mereka berhak mengatakan kita Liverpool harus kalah?"
"Jika kemampuan teknis kita memang lebih rendah, aku akan diam saja. Kalah ya sudah, aku berani mengakui kekalahan. Tapi nyatanya tidak! Mereka ingin menghancurkan kita dengan cara kotor dan keji, ini konspirasi licik! Aku sama sekali tidak terima kekalahan seperti ini!"
Yang Cheng nyaris menggeram saat mengucapkan kata-kata ini, semua orang bisa melihat badai kemarahan yang melandanya.
Setelah sekian lama tertahan, akhirnya di detik ini ia meluapkan semua emosinya.
Dia tidak kehilangan akal sehat. Dia tahu protes di lapangan tidak ada gunanya, malah akan membawa bencana. Karena itu dia bicara di ruang ganti, ingin membuat para pemainnya paham satu hal: Protes di lapangan bukanlah perlawanan, itu takkan membawa hasil yang diinginkan. Untuk mendapatkan yang diinginkan, kita harus mengalahkan lawan secara terbuka di stadion sepakbola.
"Aku sudah memutuskan!" Nada bicara Yang Chengzhuo mulai melunak, "Aku memutuskan untuk melakukannya!"
Para pemain satu per satu mengangkat kepala, memandang pelatih kepala mereka, ingin tahu apa yang akan dilakukannya.
"Mereka ingin kita kalah, tapi aku takkan menyerah! Bukan cuma tak kalah, aku bahkan akan menang, mengerahkan segala upaya untuk menang! Aku akan buktikan pada para politisi sombong itu bahwa konspirasi licik hanya bisa main di luar lapangan. Di dalam stadion, Liverpool punya cukup kekuatan untuk menentukan segalanya!"
"Mereka bisa memberi kita bintang top, menghukum kami dengan titik penalti, bahkan berulang kali membatalkan gol kami dari gawang Barcelona. Kalau berani, batalkan saja! Batalkan satu, kami cetak dua. Batalkan dua, kami buat tiga! Beraninya kau batalkan semua gol kami sampai habis sialan!"
"Aku cuma tidak rela! Aku ingin membuktikan, mana yang lebih hebat - para cucu kura-kura itu atau aku!"
Setelah berhenti sejenak, Yang Chengzhuo menyapu pandangannya ke semua pemain Liverpool. "Aku tidak tahu hasil akhirnya, juga tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi. Tapi sebagai pelatih kepala profesional, sebagai seorang jantan, inilah keputusan yang harus kuambil!"
"Kalian punya hak memilih. Aku akan menghormati keputusan apapun: tetap patut seperti anak baik yang tidak berkonflik dengan UEFA, atau bergabung denganku untuk bertempur dengan harga diri. Apapun pilihan kalian, aku tetap menghargainya."
Diam, Yang Chengzhuo tidak bicara. Ruang ganti pun hening beberapa detik. Tiba-tiba Gerrard bangkit berdiri, meninju locker di belakangnya dengan keras. Dentuman keras itu menggema memecah kesunyian.
"Aku ikut!" teriak Gerrard membara. "Mengapa kita tak bisa mempertahankan gelar? Atas dasar apa mereka yakin kita pasti kalah?"
Gerrard menatap Didier Drogba yang tampak bersalah. "Didier adalah rekan setim kita. Jika mereka ingin nyawa kita, kita harus melawan! Jangan hidup seperti pengecut!"
"Benar!" seru Cristiano Ronaldo sambil berdiri. "Lawan! Bersiap dirilah! Urusan lain bisa menunggu setelah kita hancurkan para bajingan Barcelona itu. Biar saja mereka tak berani memberi kita piala!"
"Tepat! Persetan UEFA! Kita hancurkan Barca! Lihat nanti mereka bisa berbuat apa!" Carragher ikut bangkit.
"Gas! Hancurkan para cucu kura-kura itu!"
“Langsung hantam Barcelona dulu, biar seluruh alam semesta melihat lelucon kosong UEFA!”
“Sistem grup si lemah kaki itu pantas juara? Cih!”
Para pemain saling bersahutan, terlihat jelas setiap individu tampak kesal, semangat juang membara karena mereka semua telah berjuang selama satu musim demi piala juara ini, tak ada yang mau di saat-saat terakhir menyerahkan begitu saja kepada Barcelona.
“Bagus, benar-benar bagus!” Yang Cheng tersenyum sambil bertepuk tangan, ia merasa akhirnya tak salah menilai sistem grup pemain ini.
Liverpool sejak dulu adalah tim berdarah bersaing dan punya harga diri!
Tradisi semacam ini akan mempengaruhi setiap pemain yang bergabung, terpapar jaringan bawah sadar membuat mereka ikut menjadi sombong, pantang menyerah, takkan goyah dengan mudah.
“Aku bangga pada setiap individu di antara kalian!” Yang Chengzhuo mengangguk, “Sungguh, aku bersyukur bisa melatih tim ini, menjadi pelatih kepala kalian. Tidak peduli bagaimana hasil pertandingan 45 menit mendatang, janganlah kita memikirkannya. Fokuslah pada saat ini, jangan sia-siakan sisa 45 menit ini bahkan satu menit pun, satu detik pun.”
“Jangan biarkan diri kita menyesal di kemudian hari!”
Para pemain satu per satu mengangguk dengan khidmat. Jelas terlihat, mereka semua merasakan keyakinan yang dipancarkan Yang Chengzhuo.
Selama tiga tahun bersama, mereka telah memenangkan jutaan pertandingan dan juga mengalami kekalahan. Bisa dikatakan mereka telah berbagi suka dan duka, menghadapi kesulitan bersama. Mereka saling percaya, saling bergantung, kini telah menyatu menjadi satu kesatuan.
Tapi ini tidak berarti Yang Chengzhuo menganggap bahwa sekadar memberikan retorika, menyatukan para pemain, dan membangkitkan kembali semangat juang mereka sudah cukup untuk memenangkan pertandingan ini. Sebaliknya, ia merasa ini baru dasar yang masih jauh dari cukup.
“Dalam 45 menit babak kedua, kita akan berperang dengan kekurangan satu pemain. Jadi kita tidak bisa melanjutkan taktik babak pertama. Kita harus melakukan sedikit penyesuaian. Jangan biarkan situasi dikendalikan Barcelona! Berikan mereka pelajaran pahit yang tak terlupakan!”
