Selama ini, banyak fans yang mengatakan bahwa gelandang bertahanlah yang menyebabkan Galácticos edisi pertama retakan parau total, karena kepergian Makelele-lah yang menyebabkan sistem serang-dan pertahanan Real Madrid tercerai-berai.
Tapi menurut Yang Chengzhuo, pandangan ini kurang menyeluruh. Makelele memang gelandang bertahan yang menonjol, tapi belum mencapai tingkat sehebat itu. Banyak fans karena melihatnya meninggalkan Real Madrid menyebabkan Galácticos edisi pertama runtuh, lalu bergabung dengan Chelsea langsung membuat The Blues juara liga, sehingga dalam bawah sadar menganggap Makelele terlalu ajaib dan luar biasa.
Dia memang bintang top di posisi gelandang bertahan, tapi belum mencapai ketinggian segitu!
Sebenarnya, Real Madrid punya masalah posisi yang lebih serius daripada gelandang bertahan, yaitu bek tengah!
Di Real Madrid yang selalu terkenal dengan serangan, posisi bek tengah selalu menjadi peran yang melelahkan dan tidak menghasilkan pujian. Kekalahan adalah tanggung jawabmu, kemenangan adalah prestasi para penyerang. Karakteristik gaya bermain tim yang cenderung ofensif membuat para defender di Madrid harus selalu menerima tekanan taktis yang besar.
Jika masalah posisi gelandang bertahan di Madrid mulai genting sejak tahun 2003 karena kepergian Makelele, maka pergantian personel bek tengah Los Blancos bisa ditelusuri hingga sepuluh tahun yang lalu, bahkan lebih jauh lagi.
Seiring menua dan menurunnya performa kapten veteran Sanchís, Hierro sendirian membuka panji besar bek tengah Madrid. Tapi Hierro bukanlah defender murni - di awal karirnya justru dikenal sebagai pemain lini tengah-depan yang ofensif. Seiring bertambahnya usia, posisinya perlahan bergeser ke belakang hingga Valdano memodifikasinya menjadi bek tengah.
Tapi partner Hierro tak pernah tetap, Karanka, Campo, Julio Cesar, Hierro...
Transformasi taktis tercantik dalam karier Del Bosque terjadi di season 99/00. Ia memainkan Hierro sebagai bek tengah poros yang bertanggung jawab mengkoordinasi pertahanan dengan formasi 532 tiga bek. Langkah ini membuat pertahanan Real Madrid kokoh, tak hanya menyelamatkan tim dari jurang degradasi di liga, tapi juga membawa mereka meraih gelar juara Liga Champions 2000.
Namun setelah Florentino Pérez berkuasa, prioritas beralih ke serangan tajam. Kedatangan megabintang seperti Figo dan Zidane, ditambah kebijakan Zidane+Pavón yang mendorong formasi tak seimbang, membuat para bek seperti Pavón, Rubén, Méxicar, Woodgate, dan Samuel hanya menjadi karakter tragis dalam sejarah Los Blancos.
Sebenarnya terkadang harus dilihat seperti ini, Campo saat di Mallorca adalah bintang muda bek tengah paling menyilaukan di Spanyol, diprediksi menang oleh jutaan profesional, tapi dia justru runtuh di Real Madrid; Hierro setelah bermain sebagai bek tengah sempat menunjukkan performa stabil, tapi kemudian banyak dikritik; Samuel di Serie A hampir menunjukkan performa kelas dunia, tapi begitu sampai di Real Madrid malah jadi contoh buruk.
Pada akarnya, masalah Real Madrid tetaplah terkait gaya khas tim.
Tim-tim Spanyol sejak dulu menganut serangan, Real Madrid bahkan termasuk yang terbaik di antaranya, terutama setelah terus-menerus merekrut bintang top, Serangan Ganas semakin menjadi label Real Madrid, tapi harga yang harus dibayar adalah polarisasi serang-dan-pertahanan tim tanpa penyangga.
Sejak Yang Chengzhuo memutuskan untuk mengelola Real Madrid, dia sudah mengatakan pada Hitzfeld dan Beckenbauer, "Ini akan menjadi tantangan terbesar dalam karier profesionalku sampai saat ini!"
Kenapa bisa dikatakan demikian?
Karena Real Madrid saat ini hampir penuh luka, selain garis gawang, bek tengah, garis tengah dan garis depan - ketiga garis utama semuanya sangat tidak lengkap. Meski ada Raul, Xabi Alonso, Guti dkk, tapi bisakah hanya mengandalkan mereka?
Oleh karena itu, saat mengambil alih Real Madrid, Yang Chengzhuo sudah memiliki niat untuk meruntuhkan seluruh sistem klub dan melakukan rekontruksi organisasi. Hal pertama yang harus dilakukan adalah membangun sistem serang-pertahanan baru untuk Real Madrid.
Inilah alasan mengapa dia berkata setidaknya butuh dua sampai tiga tahun untuk memimpin Real Madrid bangkit kembali di Eropa!
Ramos dan Thiago Silva adalah masa depan tim, tapi saat ini sama sekali belum bisa diandalkan. Karena itu Yang harus mencari kombinasi bek tengah untuk Real Madrid, sehingga dia memfokuskan perhatian pada Juventus yang akan terdegradasi.
……
……
Meski hanya pameran jersey baru, tapi Real Madrid tetaplah Real Madrid yang berhasil menarik banyak wartawan dan media datang.
Ketua klub Florentino Pérez dan ketua kehormatan Di Stéfano juga datang langsung ke Valdebebas untuk menghadiri pameran jersey ini. Adidas memberikan perhatian khusus dengan mengatur beberapa model pria-wanita untuk memamerkan jersey Real Madrid di TKP.
Tapi yang jelas, fokus sebenarnya para wartawan bukanlah pada desain jersey baru. Bagi mereka, Adidas yang merancang jersey baru tiap tahun untuk Real Madrid sudah menjadi hal biasa. Perhatian utama justru pada rumor yang beredar dari Italia.
"Tuan Yang Cheng, Tuan Yang Cheng!!"
"Bisakah menjawab beberapa pertanyaan kami?"
Begitu pameran selesai, para wartawan langsung mengepung Florentino Pérez, Di Stéfano dan Yang Chengzhuo di depan podium. Mikrofon-mikrofon hampir menyentuh mulut mereka, berharap mendapatkan konfirmasi atau setidaknya pernyataan terkait rumor yang beredar.
Setelah merasakan pandangan Florentino Pérez, Yang Chengzhuo melihat arloji tangan di pergelangan tangan kirinya, lalu mengangguk, "Aku bisa memberi kalian waktu 10 menit!"
Para wartawan di bawah langsung bersorak gegap gempita, semua berkerumun mendekat.
Florentino Pérez memilih menemani Di Stéfano pergi terlebih dahulu, namun matanya kerap menoleh memperhatikan Yang Chengzhuo. Dalam hati ia berdesah, rekrutan bintang terbesar Real Madrid musim ini adalah Yang Chengzhuo sendiri. Bahkan transfer Zinedine Zidane dan David Beckham pun tak bisa menyaingi eksistensinya.
"Tuan Yang Cheng, kabar beredar bahwa Real Madrid sudah mencapai kesepakatan diam-diam dengan Juventus. Benarkah rencana kalian membeli paket Cannavaro - pemenang Piala Perak Piala Dunia, bersama Lilian Thuram - inti pertahanan Prancis?"
Yang Chengzhuo mengangguk mantap, "Ya, aku memang sangat tertarik pada mereka."
"Dengan harga patok Juventus sebesar 10 juta + 5 juta euro, menurut Anda mungkinkah kedua pemain ini bisa pindah ke Real Madrid?"
Yang Chengzhuo mengangguk lagi, "Saya bisa memastikan dengan tegas: Mereka adalah milik Real Madrid!"
Seluruh wartawan langsung gempar. Apakah ini berarti perkembangan terbaru dalam transfer pemain?
Tanpa memberi mereka waktu bereaksi, Yang Chengzhuo melanjutkan, "Kami sudah mencapai kesepahaman dengan Juventus, dan telah menandatangani kontrak dengan agen pemain. Saya yakin dalam beberapa hari ke depan, kalian akan melihat Cannavaro dan Thuram bergabung dalam tim saat kami berangkat ke pelatihan intensif di Austria!"
Banyak wartawan di TKP terlihat terkejut. Thuram dan Cannavaro memang dua bek tengah dengan performa terbaik di Piala Dunia. Meski usia mereka sudah tidak muda lagi, kualitas bertahan tetap tak diragukan. Yang mengejutkan, Thuram yang juga dikejar Barcelona justru memilih bergabung dengan Real Madrid. Langkah ini jelas akan sangat memperkuat garis pertahanan Los Blancos.
"Melepas Carlos, Baptista dan bintang-bintang lain, merekrut Cannavaro, Thuram bek lawan seperti ini. Apakah ini menunjukkan bahwa Real Madrid di bawah kepelatihan Tuan Yang Cheng akan menjadi lebih seimbang?"
Yang Cheng tersenyum, "Bisa dikatakan begitu. Tapi saya harus mengingatkan: keseimbangan bukan berarti kita tidak menyerang!"
"Saya sangat paham harapan fans Real Madrid. Saya sendiri adalah penggemar Los Blancos, jadi saya mengerti perasaan mereka. Tapi saya juga sangat menyadari, saat ini Real Madrid ingin langsung memainkan sepakbola cantik yang memukau adalah hal mustahil dan tidak realistis. Ini membutuhkan waktu."
"Serangan dan pertahanan adalah dua arah pemikiran tak terpisahkan dalam taktik sepakbola. Mengejar serangan secara membabi buta atau terlalu fokus bertahan sama-sama bisa mengakibatkan kegagalan tim. Karena itu kita harus menggabungkan keduanya. Namun saya takkan pernah mengubah prinsip saya untuk terus mengejar sepakbola ofensif."
“Menurut Anda, apa perubahan terbesar yang akan terjadi pada Real Madrid di bawah kepelatihan Anda?”
“Tim!” Yang Cheng langsung menjawab tanpa ragu, “Saya yakin fans di seluruh alam semesta akan menyaksikan Real Madrid yang bermain dengan sinergi tim tempur, baik dalam menyerang maupun bertahan! Inilah tren sepakbola. Kita harus mengucapkan selamat tinggal pada era yang mengandalkan kemampuan individu bintang top, dan menghidupkan kembali semangat kerjasama tim Real Madrid!”
Seorang wartawan lain menyembul dari celah-celah tubuh kerumunan, berteriak: “Tuan Yang Cheng, Johan Cruyff menulis di kolomnya bahwa Real Madrid sangat berbeda dengan tim manapun yang pernah Anda latih. Anda akan mengalami Pertempuran Waterloo di sini. Ada yang ingin Anda katakan?”
“Hah… Saya rasa tidak perlu berkomentar. Setiap tim yang saya latih – Chemnitzer FC, 1. FC Kaiserslautern, Inter Milan, Liverpool – semuanya unik. Tapi saya selalu sukses. Jadi saya percaya saya juga akan sukses di Real Madrid!”
Berhenti sejenak, Yang Cheng tersenyum lebar, "Aku ingat, Cruyff pernah berkata, Barcelona adalah kebanggaannya, sekaligus penafsir terbaik konsep sepakbolanya. Maka tujuan terbesarku datang ke La Liga adalah menendang Barcelona dari tahta juara, mengakhiri dominasi mereka di La Liga. Sekaligus, aku akan membalas semua penghinaan yang mereka lakukan ke kita di Stadion Bernabéu - kita akan membalas dendam atas sebuah panah di lapangan pertandingan musim lalu di Stadion Camp Nou!"
Derby abad lalu di Stadion Santiago Bernabéu menyaksikan Barcelona meraih 3-0 kemenangan mutlak atas Real Madrid. Fans Los Blancos menyaksikan langsung Ronaldinho yang turun bak dewa dengan performa gemilang. Mereka takluk oleh sihir Brasil itu, sementara Real Madrid kehilangan secara tuntas perebutan gelar juara liga.
Jika target Yang Cheng di musim ini terkonsentrasi pada La Liga, maka El Clásico melawan Barcelona dan gelar juara La Liga adalah dua perang besar yang harus dia perjuangkan, sementara target Liga Champions-nya adalah mencapai terobosan.
Dia tidak ingin Real Madrid-nya terus mempertahankan gelar di 16 besar. Dia berharap adanya kemajuan signifikan dalam prestasi tim.
……
……
Setelah melepaskan diri dari gangguan wartawan, Yang Cheng langsung bertemu Piri begitu keluar. Yang terakhir menyerahkan nomor telepon Cannavaro dan Lilian Thuram. Pelatih berniat mengobrol panjang dulu dengan mereka untuk memastikan waktu kepulangan mereka ke tim.
Tapi semua persoalan ini harus ditunggu hingga siang hari, setidaknya sesi kedua pelatihan akan segera dimulai.
Seperti sesi latihan Yang Cheng sebelumnya, setiap sesi tetap 90 menit, masih banyak latihan berbasis bola, intensitas pelatihan yang tinggi, selalu mampu menyiksa para pemain hingga babak belur.
Dalam dua tiga hari berikutnya, Real Madrid yang masih kekurangan pasukan pemain lebih banyak melakukan latihan pemulihan dan persiapan fisik. Namun transfer tim tetap berjalan, di mana Cicinho berhasil bergabung ke AC Milan dengan harga 16 juta euro, sementara Ancelotti masih menolak melepas Kaká.
Oleh karena itu, setelah menyadari tidak bisa mendapatkan Kaká dan Cristiano Ronaldo, Yang Chengzhuo mulai merekrut pemain lain.
Namun ia lebih banyak menyerahkan urusan transfer kepada Butragueño dan Piri untuk diurus, sementara dirinya bertugas memberikan arahan jarak jauh. Seluruh energinya dicurahkan pada pekerjaan yang lebih penting: membangun kerangka taktik menyeluruh tim.
Ini bukan hanya urusan pribadi Yang Chengzhuo. Fernando Redondo, Benitez, Paulus Bayer, dan lainnya turut terlibat dalam hal ini.
……
……
"Menurut arah taktik serangan tradisional, satu set kerangka taktik terdiri dari dua elemen: inti dan pergerakan!"
Setelah istirahat siang, di dalam kantor pelatih, Benitez terlihat agak tidak memahami niat Yang Chengzhuo. Setidaknya dia tidak melihat bagaimana Yang akan menerapkan reformasi taktiknya di Real Madrid.
"Pergerakan, saya melihat. David Silva dan Juan Mata yang membawa bola maju, umpan lambung melintasi Beckham dan Xabi Alonso, semuanya bisa menyelesaikan tugas pergerakan. Jika tidak, kita bisa pakai rute striker mundur ke area tengah. Asal berfokus pada poin-poin ini, serangan tim tidak akan bermasalah. Tapi di mana inti sistemmu?"
Ini bukan hanya kebingungan Benitez, tapi juga Paulus Bayer dan Fernando Redondo serta yang lain.
Dari 1. FC Kaiserslautern ke Inter Milan hingga Liverpool, taktik Yang selalu menggunakan mode pembentukan yang tradisional: membangun tim dengan berpusat pada inti dan pergerakan. Contoh paling mencolok adalah Didier Drogba di Liverpool - dia merupakan inti penting dalam sistem pergerakan The Reds.
Tapi Real Madrid saat ini tidak terlihat memiliki inti seperti itu. Villa dan Raul bukanlah striker kuat yang maju ke garis depan untuk menyerbu pertahanan lawan. Negredo dan Soldado memang penyerang tengah, terutama yang pertama. Namun masalahnya, mereka masih muda. Mengandalkan mereka sebagai inti serangan, terlalu berbahaya.
Melihat semua orang menatapnya, Yang Chengzhuo tersenyum tipis lalu mengangguk, mengakui kecurigaan Benitez. Setelah berpikir sejenak, dia berkata: "Sebenarnya sejak masa Inter Milan hingga Liverpool, aku selalu memikirkan satu pertanyaan: Bagaimana cara bermain jika sebuah tim tidak memiliki inti di lini tengah-depan?"
Mendengar ini, Benitez dan Paulus Bayer tak bisa menahan diri untuk tidak mengernyitkan alis. Karena sepakbola modern mana yang tidak bermain dengan inti?
Inti permainan Liverpool sangat fleksibel. Biasanya Didier Drogba yang menjadi poros, tapi Arjen Robben dan Cristiano Ronaldo juga kerap memikul tanggung jawab ini. Bahkan Steven Gerrard yang menyusup dari belakang bisa dianggap sebagai inti. Inilah yang membuat variasi serangan mereka begitu kaya dan sulit diantisipasi.
Barcelona juga memiliki banyak variasi, contohnya Ronaldinho dan Eto'o, pemain sayap kanan seperti Ludovic Giuly dan Messi juga sesekali memikul tanggung jawab ini.
Inti yang dimaksud sebenarnya tidak harus berupa posisi strategis di kepala jembatan seperti Drogba. Jika dijelaskan secara sederhana, inti adalah pusat permainan - pemain yang mampu menerima dan mengoper bola di lini depan. Pemain seperti ini umumnya memiliki kemampuan individu yang menonjol, setelah menguasai bola biasanya langsung menembak atau memberikan umpan terakhir. Cakupan yang terpengaruh langsung terkait dengan kemampuan, kesadaran, dan pandangan pemain tersebut.
AC Milan pada kehidupan sebelumnya Yang Chengzhuo merupakan contoh nyata taktik ini. Pirlo mundur untuk mengorganisir permainan, sementara Kaká berperan sebagai inti serangan di depan. Kemampuannya dalam membawa bola maju, umpan penetrasi setelah dribel cepat, serta gerakan menerobos dari belakang untuk mencetak gol, semuanya memastikan serangan AC Milan tetap efektif.
Alasan Yang Chengzhuo ingin membeli Kaká sebenarnya karena tertarik pada kemampuan breakthrough di tengah medannya yang bisa merobek pertahanan lawan, menciptakan kekacauan, dan membuka ruang kosong untuk rekan satu tim di sekeliling. Tentu saja, kedatangan Kaká tidak akan menjadikannya inti, karena niat sebenarnya Yang adalah menerapkan taktik tanpa inti.
Saat ini ada satu tim di La Liga yang menjadi contoh klasik tim dengan inti serangan, yaitu Villarreal.
Tentu saja, setiap tim memiliki transformasi berbeda. Inti tidaklah monoton. Seperti Liverpool, di lini depan mereka bisa menyebar empat lima point sekaligus, sehingga serangan mereka begitu mengerikan.
Tapi ini belum yang paling menakutkan. Dengan adanya inti, lawan bisa membatasi seranganmu dengan membatasi intimu. Secara teori, inti adalah pedang bermata dua. Begitu di-transfer dengan baik, serangan akan mengalir lincah. Tapi begitu dibekukan, maaf, seranganmu akan retakan parau total.
Inilah prinsipnya: Semua orang yang melawan Villarreal tahu harus membatasi Riquelme!
Lalu bagaimana jika tidak ada inti?
Secara teori, serangan tanpa inti akan lebih sulit dipertahankan dibandingkan serangan berinti, karena Anda tidak tahu siapa yang harus diwaspadai. Dengan demikian, tidak adanya inti bisa dianggap bahwa setiap orang adalah inti.
Secara ketat, Liverpool sudah cukup mendekati tingkatan ini. Saat itu, titik inti serangan mereka bisa mencapai 5 orang, hampir seluruh lini tengah-depan bisa menjadi inti. Namun lebih sering, Liverpool tetap mengandalkan pemain individu seperti Didier Drogba.
Saat ini yang ingin dilakukan Yang Chengzhuo bukan merancang taktik khusus untuk para pemain yang ada, melainkan membentuk alur serangan tanpa inti. Kemudian menugaskan para pemain sesuai ciri khas teknik mereka, memungkinkan mereka menunjukkan kemampuan dalam sistem taktik ini.
"Tanpa inti?" Mata Benitez berbinar, sementara Paulus Bayer terus mengerutkan kening sambil berpikir. Jelas pernyataan Yang ini memberi stimulasi kuat bagi mereka.
"Apa ini mungkin?" Fernando Redondo bertanya dengan senyum pahit.
Yang mengangguk mantap, "Mungkin! Mutlak mungkin!"
Benitez juga mengangguk, "Secara teori, fungsi inti adalah memberikan tekanan dan merobek pertahanan lawan. Tapi jika tanggung jawab ini terdistribusi ke setiap pemain, maka inti menjadi tiada. Atau bisa dikatakan, setiap individu adalah inti."
Setelah berhenti sejenak, orang Spanyol itu menggelengkan kepala, "Tapi ini tidak mungkin. Tanpa inti, serangan tim akan mudah kehilangan arah. Antar-pemain menjadi bingung, yang akhirnya menyebabkan seluruh taktik serangan hancur total."
Keberadaan inti di lapangan memang diperlukan karena semua orang akan berpusat padanya. Contohnya Liverpool, saat Drogba bermain, begitu menguasai bola mereka langsung membangun serangan terpusat padanya. Drogba sendiri adalah tipe striker ujung tombak yang mampu menyelesaikan tugas setara dua-tiga pemain sekaligus.
Tepat setelah Benitez selesai berbicara, sebuah ide tiba-tiba melintas di kepalanya: Bagaimana jika setiap pemain di lini tengah-depan memiliki kecerdasan bola yang menonjol, mampu menemukan celah pertahanan lawan melalui pergerakan dan perpindahan posisi. Begitu ada yang berhasil menemukan celah, seluruh tim langsung bersatu mengkonsentrasikan serangan pada pemain tersebut - maka konsep Yang Chengzhuo mungkin bisa terwujud.
Bukankah Liverpool sudah sangat mendekati konsep ini?
