9 Maret 2007 malam, berawan
Tim Real Madrid tiba di Bandara El Prat Barcelona dengan pesawat khusus. Sebelum kedatangan mereka, ruang tunggu keberangkatan bandara sudah dipadati oleh ribuan fans dan wartawan.
Saat Yang Chengzhuo bersama para pemain turun dari tangga pesawat, pemimpin tim segera melaporkan: Lebih dari 3000 fans Real Madrid dan ratusan wartawan telah memadati area bandara. Kerumunan massa yang begitu besar ini jelas merupakan ritual penyambutan kelas berat - bahkan tim tuan rumah Barcelona pun belum tentu mendapat seperti ini.
Kata-kata Yang Chengzhuo di konferensi pers siang hari telah ramai diperbincangkan melalui jaringan sejak lama. Fans kedua tim yang bertanding telah menerima informasi ini, sementara Johan Cruyff melakukan serangan balik di Weibo miliknya dengan menganggap Yang Chengzhuo berniat memicu konflik internal Barcelona sebelum pertandingan.
Selain wartawan dan fans Real Madrid, di Barcelona selalu ada siluet fans Barcelona yang tak pernah absen.
Otoritas bandara bahkan menyatakan ini sebagai persoalan paling menyebalkan yang pernah mereka hadapi. Mereka terpaksa mengerahkan semua petugas darat dan keamanan, bahkan mempekerjakan polisi untuk membantu membagi ribuan fans dan wartawan menjadi tiga area berbeda di aula bandara yang luas menggunakan pagar besi.
Saat rombongan Real Madrid melewati gerbang, seluruh fans dan wartawan harus berdiri di luar pagar besi. Kalau tidak, mereka akan langsung dikendalikan di tempat.
Ini bukan bercanda! Sebelumnya ada fans yang mengeluarkan perintah pembunuhan di jaringan internet, mengatakan ingin membuat Yang Cheng hidup sampai Barcelona tapi mati saat pergi. Bagaimana jika benar-benar terjadi sesuatu, tidak ada yang akan mampu menanggung.
Meski menerima perintah pembunuhan, Yang Chengzhuo tetap menjadi orang pertama yang keluar dari gerbang.
Terlihat dia mengenakan setelan jas yang dikhususkan sponsor untuk Real Madrid, memakai dasi, menginjak sepatu kulit dari sponsor, berjalan di posisi terdepan pasukan. Di sekelilingnya, staf Real Madrid dan personel bandara mengurungnya rapat-rapat di bagian tengah, gerak-geriknya agak mirip kedatangan Presiden Amerika.
"Jangan cemas!" Yang Cheng tersenyum sambil menepuk bahu Piri yang berjalan sejajar dengannya.
Piri menggelengkan kepala dengan senyum pahit, tapi tetap berkeliling melakukan pengamatan, khawatir tiba-tiba ada anggota tim bunuh diri yang mendekat.
Di belakang Yang Chengzhuo adalah kapten tim Raul, baru kemudian diikuti pemain lain. Formasi mereka tidak rapi, berjalan santai, namun setiap orang menyeret koper berisi setelan jas, sepatu kulit, dasi standar Alliance, bahkan koper itu sendiri juga hadiah dari sponsor.
Kadang Yang Chengzhuo geli melihat timnya: selain perbedaan tinggi badan dan wajah, hampir semua barang bawaan sama persis — semuanya disediakan sponsor.
Meski berada di wilayah Barcelona, fans Real Madrid tetap mengenakan jersey putih. Tanda-tanda spanduk "Turunkan Yang Chengzhuo" sebelumnya telah menghilang. Kemenangan telak atas Roma tampaknya berhasil meredakan ketegangan di hati suporter.
Kali ini hotel Real Madrid di Barcelona hanya berjarak satu kilometer dari Stadion Camp Nou, tepat di tikungan jalan sehingga sangat mudah diakses. Hotel tersebut adalah Hotel Juan? Carlos I yang cukup terkenal di Barcelona, berlokasi berseberangan dengan Universitas Politeknik Catalunya.
Alasan memilih tempat ini selain karena kedekatan jarak dengan Camp Nou, juga karena fasilitas lengkap yang memungkinkan Real Madrid beristirahat dan menyesuaikan diri dengan baik. Konon, bintang tenis Spanyol Nadal juga menginap di hotel ini selama Barcelona Open karena fasilitasnya bagus dan dekat dengan lapangan tenis.
Entah bagaimana proses reservasi hotel yang dilakukan diam-diam untuk menghindari masalah ini bocor. Ketika tim naik bus dari bandara menuju hotel, mereka justru menemukan segerombolan besar fans Barcelona berkumpul di gerbang utama hotel.
Saat melihat bus tim Real Madrid, fans Barcelona yang bersahabat hanya mengambil ponsel untuk memotret. Sementara yang tidak menyukai Real Madrid langsung mengacungkan jari tengah ke arah bus tersebut, bahkan beberapa fans radikal Barcelona melemparkan barang-barang. Salah satu batu yang dilempar seorang fans menghancurkan kaca jendela bus tim.
Karena ukuran batu kecil dan kaca telah dilapisi film anti-peledak, kaca hanya retak dan pecah berkeping-keping tanpa terjatuh. Namun hal ini tetap membuat para pemain Real Madrid di dalam bus terkejut.
"Para brengsek ini gila apa?"
"Laporkan polisi tangkap semua bajingan ini!"
Para pemain terlihat geram, hanya Yang Chengzhuo yang tetap duduk santai sambil terus tersenyum.
"Kalian harus membiasakan diri, Teman-teman!" Yang Chengzhuo tertawa lebar, "Keadaan seperti ini akan terus berlanjut. Lebih baik kalian terbiasa dengan suasana seperti ini, karena fans radikal Barcelona akan selalu memperlakukan kalian seperti ini."
Begitu kata-kata ini keluar, semua pemain langsung paham. Ternyata ini bukan pertama kalinya fans Barcelona melakukan hal seperti ini pada Yang Chengzhuo. Pantas saja pelatih kepala terlihat tetap kalem. Entah seberapa dalam dendam antara dirinya dengan fans Barcelona, sampai-sampai sekelompok fans Barcelona ini bahkan berteriak ingin membunuhnya.
"Semakin mereka memaki dan membencimu, bukankah itu menunjukkan kamu semakin menonjol?" Yang Chengzhuo balik bertanya sambil tersenyum, "Bagaimanapun, aku sangat menikmati perasaan dibenci dan dihujat tapi mereka tak bisa berbuat apa-apa. Kalian bisa mencoba, kalahkan Barcelona di Camp Nou maka kalian akan merasakan sensasi ini - sungguh luar biasa!"
Banyak pemain tak bisa menahan tawa mendengar ucapan Yang Chengzhuo yang terkesan terobsesi diri ini, tapi memang dia layak bicara seperti itu.
Di seluruh alam semesta, mungkin hanya Yang Chengzhuo yang dibenci fans Barcelona sampai segitunya. Bahkan banyak suporter Barcelona menyalahkan kemunculannya sebagai penyebab hancurnya klub mereka beberapa tahun terakhir - bukankah dialah yang mengalahkan Barcelona merebut Piala Winners, lalu terus-menerus berseteru sengit dengan mereka?
Selain pasukan protes fans Barcelona, Yang Chengzhuo juga memperhatikan kerumunan sekitar 30 orang di pintu masuk utama hotel. Mereka tidak memakai jersey dan tidak terlihat seperti suporter.
"Orang apa itu?" tanya Yang Chengzhuo penasaran.
Piri menggelengkan kepala, "Entah, mungkin penggemar Avril Lavigne."
"Avril Lavigne?" gumam Yang Chengzhuo diam-diam agak kaget.
“Betul, bukankah kalian saling mengenal? Belakangan dia juga ada di Barcelona, tinggal di hotel ini.” Piri tersenyum.
Yang Chengzhuo mengangguk tak peduli, tak berkata apa-apa.
Bus tim memasuki area hotel dan berhenti di depan lobi utama. Para pemain langsung turun sambil membawa barang bawaan.
Kecuali Yang Chengzhuo, semua pemain berdua dalam satu ruangan. Ini bisa disebut keistimewaan untuk pelatih kepala, meski semua kamar memiliki level yang sama - tidak ada yang lebih baik dari yang lain.
Mereka semua sudah terbiasa bermain tandang dan paham betul aturannya. Tak perlu banyak bicara, setelah masuk lobi, pelayan hotel langsung mengantar masing-masing ke kamar. Sementara Yang Chengzhuo pergi ke kamarnya untuk mandi dan ganti baju.
"Sebenarnya, dia bukan tipe orang yang terlalu khidmat. Memakai setelan jas dan dasi benar-benar bukan gaya hidupnya. Dia lebih suka yang santai, jadi dia sangat menyukai pakaian yang lebih sporty seperti hoodie atau celana training. Menurutnya pakaian seperti itu lebih memudahkan gerak, sedangkan memakai jas, dasi, dan sepatu kulit itu terlalu menyiksa."
Setelah mandi, Yang Chengzhuo hendak berkunjung ke kamar sebelah ketika melihat staf hotel mendekat dan menyodorkan selembar kertas catatan.
"Paman, kejutan! Aku menantimu di bar lobby yang fashionable!"
"Gadis jahanam, ngapain main-main kejutan?" Yang Chengzhuo menggelengkan kepala sambil tersenyum. Dengan cepat dia membatalkan niat ke kamar sebelah dan langsung berjalan menuju lift.
……
……
Meski Hotel Juan Carlos I disebut-sebut berbintang lima, faktanya banyak fasilitasnya biasa saja. Pelayanannya pun tergolong standar. Sebagai orang yang sering menginap di hotel mewah seluruh dunia, penilaian Yang Cheng terhadap hotel ini cukup biasa-biasa saja.
Contoh paling sederhana, taman hotel memang cantik, di bagian tengah terdapat restoran Mediterania tepat di tepi kolam renang air panas. Tapi masalahnya, restoran itu tutup segera setelah makan malam selesai, begitu juga dengan beberapa bar dan prasmanan lainnya yang tutup sangat awal. Adapun layanan tambahan lainnya, semuanya dikenakan biaya tambahan ekstra, sehingga benar-benar membuat orang merasa paling dibenci.
Tapi bagi Real Madrid, jarak ke Stadion Camp Nou hanya 10 menit berjalan kaki, inilah keunggulan terbesar mereka.
Lagipula, bagian yang dianggap kurang bagus oleh Yang Cheng sebenarnya relatif dibandingkan dengan hotel-hotel top, jadi bagi tim bisa diabaikan.
"Halo, Tuan Yang Cheng!" Pelayan bar langsung membuka pintu dan menyapa dengan sopan begitu melihat Yang Cheng mendekat.
"Halo, saya mencari seseorang!" kata Yang Cheng sambil tersenyum, "Avril Lavigne? Nona Lavigne!"
"Silakan ikuti saya!" Pelayan itu berjalan di depan sambil memandu.
Bar memutar musik lembut, jumlah pengunjung tidak terlalu banyak. Mereka duduk berkelompok dua tiga orang sambil berbicara dengan suara pelan, jelas khawatir tak sengaja mengganggu orang lain yang sedang menikmati musik.
"Paman!" Avril Lavigne yang sedang menghadap gerbang langsung melihat dan berdiri ketika Yang Chengzhuo mendekat.
"Kenapa kamu bisa sampai di Barcelona?" Yang Chengzhuo merasa aneh, tapi dia juga memperhatikan ada pria duduk di samping Avril yang terasa agak familiar.
"Aku sedang mengambil gambar untuk MV album baruku!" Avril terkekeh sambil menarik tangan Yang Chengzhuo agar duduk di hadapannya, lalu menunjuk pemuda hijau di sebelahnya, "Paman, ini Gerrard Piqué, temanku!"
Begitu mendengar nama itu, alis Yang Chengzhuo langsung berkerut. Seketika ia tersadar - bukankah ini pemain masa depan bek tengah inti Barcelona, Gerard Piqué si "Pikenbauer"? Sekarang masih terlihat hijau. Tapi kenapa dia ada di sini?
“Bukankah kamu seharusnya di Zaragoza?” Yang Chengzhuo bertanya dengan heran.
Piqué seperti semua fans Barcelona, sejak kecil jelas menerima indoktrinasi bahwa Yang Chengzhuo adalah brengsek kelas kakap. Dengan dingin ia menjawab: "Di Zaragoza tidak boleh kembali ke Barcelona? Apa kamu tidak tahu sekarang pesawat terbang sangat mudah?"
Mendapat balasan pedas, Yang Chengzhuo justru menggelengkan kepala sambil tertawa getir.
Avril tidak senang melihat pamannya yang diundang diperlakukan demikian oleh Piqué.
Piqué sadar sikapnya tadi berlebihan, tapi memang membenci Yang Chengzhuo - bahkan seluruh keluarganya. Ia langsung berdiri: "Avril, mau minum atau makan sesuatu? Aku ambilkan."
"Tidak perlu! Pergilah! Aku mau menemani paman ngobrol!" jawab Avril kesal.
Piqué dengan pasrah terpaksa menuju bar.
“Cuma anak kemarin sore!” Yang Chengzhuo menggelengkan kepala sambil tersenyum getir. Tapi jelas terlihat, Barcelona memang berhasil dalam pendidikan generasi muda. Setidaknya Fabregas, Piqué dan kawan-kawan sangat membenci Yang Chengzhuo. Selain itu, pendatang baru seperti Busquets, Pedro, dos Santos? Sering menyindir dan mengejek Yang Chengzhuo di Weibo.
Tapi terhadap anak-anak ini, Yang Chengzhuo biasanya langsung mengabaikan.
“Kamu pamanku, dia cuma teman biasa. Aku tidak suka cara dia bicara tentangmu!” Ekspresi Avril menunjukkan ketidaksukaan.
Dari nada bicaranya, di hati Avril, Yang Chengzhuo jauh lebih penting daripada Piqué.
“Kenalan gimana dengan si anak ini?” Yang Chengzhuo tertawa lebar sambil mengalihkan topik.
"Keluarga dia punya pengaruh besar di Barcelona, sangat kaya. Aku ke sini beberapa kali, kenal lewat beberapa teman musik. Pas dia dengar aku ke Barcelona lagi, kali ini dia khusus datang dari Zaragoza buat ketemu aku."
Yang Chengzhuo mengangguk, "Kayaknya anak muda ini mau ngejodohin kamu!"
"Aduh Paman!" Elang tangan Avril menampar dahinya keras, "Aku gak tertarik sama bocah ingusan kayak gitu! Cuma karena dia teman yang dulu khusus dari Manchester bantu aku, sekarang harus kasih muka dikitlah."
"Kalian pasti punya topik diskusi bersama!" kata Yang sambil tersenyum.
"Aku kakaknya!" Avril melemparkan tatapan sinis sambil mendengus.
"Hah..." Yang teringat kalimat ini sering diucapkan Annie Stanton, "Sekarang lagi trend hubungan kakak-adik perempuan!"
"Mati aja kamu!" Avril tahu dia sengaja memancing, tetap tersenyum lebar sambil mengumpat.
Tapi melihat Yang Chengzhuo diam, gadis kecil ini menopang dagu dengan tangan kanan di podium sambil mengawasinya, "Hei Paman, jangan-jangan kau cemburu melihat dia begitu muda, tinggi gagah dan tampan? Khawatir aku pindah hati ya?"
Yang Chengzhuo yang baru saja mengambil segelas air hampir tersedak sampai mati. Batuk-batuk kerasnya menarik perhatian orang-orang di sekeliling.
Avril Lavigne malah terkekeh-kekeh di samping, "Tenang Paman, aku masih tetap menyukaimu!"
Yang Chengzhuo merasa seperti dipermainkan. Ia menggelengkan kepala kuat-kuat, "Aku tidak tertarik pada gadis kecil yang tidak punya bentuk tubuh maupun wajah cantik!"
Avril Lavigne hampir mati menggelegar karena emosi. Sungguh ingin ia menarik telinga pria brengsek ini, memaksa kepalanya menatap payudaranya yang menonjol: Ini disebut tidak berbentuk? Lalu wajahnya yang secantik ini disebut tidak ada rupa?
Benar-benar buta mata! Paman brengsek ini!
Tapi Gerard Piqué yang mendekat membuat Avril Lavigne kehabisan akal, dalam hati bergumam, "Anak Barcelona ini ngapain pulang cepat-cepat? Ganggu obrolan seru aku sama paman!"
Kehadiran Gerard Piqué membuat obrolan Yang Chengzhuo dan Avril Lavigne jadi kaku. Keduanya memilih diam setelah ngobrol singkat yang membosankan, membuat Piqué merasa dikucilkan. Padahal tadi dia jelas melihat mereka tertawa lepas.
"Ngomong-ngomong Avril, besok mau nonton pertandingan?" Gerard Piqué mencoba membuka topik.
"Besok malem? Pasti dong!" Jawab Avril Lavigne tanpa pikir panjang.
"Aku juga ikut! Kita nonton bareng ya!" Seru Piqué.
Dalam hati Yang Chengzhuo hampir mati tertawa. Ia mengernyitkan alis ke arah Avril Lavigne, seolah berkata, "Dasar anak ini naksir berat sama kamu."
Saat Piqué menunduk minum, Avril menjulurkan lidah manisnya ke arah Yang Chengzhuo sambil membuat wajah lucu seolah ingin muntah.
"Tapi, aku harus menyemangati pamanku! Nanti kita jadi musuh bebuyutan!" kata Avril.
Mendengar sebutan "pamanku", Piqué spontan melirik Yang Cheng lalu Avril. Perbedaan usia yang jauh antara pria sepuh dan gadis muda ini, bagaimana bisa terlihat begitu mesra? Pikirannya sama sekali bingung.
Delapan puluh persen si mesum tua ini ingin jadi kambing tua makan rumput muda, terus memanjakannya. Bukankah koran sering bilang dia jago merayu cewek? Jangan sampai Avril tertipu lobak tua hidung belang ini!
Seandainya Yang Cheng bisa membaca pikiran, pasti tanpa ragu langsung menghabisi si anak kurang ajar itu. Sayangnya dia tidak punya kemampuan itu.
"Tak apa, di lapangan kita lawan, di luar lapangan kita teman!" Piqué tersenyum, "Tapi kali ini mungkin kau akan kecewa. Ini Stadion Camp Nou, Barcelona akan mengalahkan Real Madrid di sini."
"Oh ya?" Yang Chengzhuo menyeringai balik bertanya, "Mereka belum tentu punya kemampuan itu."
"Di La Liga musim ini Barcelona sudah unggul 12 poin dari Real Madrid kalian, sudah memesan gelar juara liga lebih awal. Di pertandingan ini Barcelona pasti menang! Dengan set skuad kalian itu, jangan harap bisa menang di Camp Nou!" Piqué berkata dengan penuh keyakinan.
Harus diakui, pemuda ini bertubuh tinggi. Meski di mata Yang Chengzhuo bibirnya terlalu tebal dan tidak bisa dibilang tampan, tapi memang memiliki aura anak seni, terutama saat mengangkat kepala membusungkan dada, terlihat cukup bagus.
"Anak muda, setelah pertandingan ini, keunggulan Barcelona akan menyusut jadi 9 poin!" Dengan nada orang tua mengajari generasi muda yang tak tahu diri, Yang Chengzhuo berkata.
"Akan melebar jadi 15 poin!" teriak Gerard Piqué.
Yang Chengzhuo menggelengkan kepala dengan senyum getir, memilih untuk mengabaikan anak muda ini. Baginya, Piqué sedang bersikap keras kepala tanpa perlu diajak berdebat – siapapun yang berani mencela Barcelona sedikit saja langsung dihadangnya mati-matian.
"Aku dukung Paman!" seru Avril Lavigne sambil mengambil posisi provokatif.
Begitu gadis kecil ini memilih pihak, permusuhan Piqué terhadap Yang Chengzhuo langsung menyala-nyala. "Nanti kita lihat!"
Usai berkata demikian, ia pamit dari Avril lalu bergegas meninggalkan bar.
"Huh, nona kecil. Kau sengaja ingin kami berkelahi ya? Mengganggu orang tua seperti ini pantas?" sindir Yang Chengzhuo yang menganggap tingkah gadis ini keterlaluan.
"Menurutku dia pasti kalah sama Paman!" jawab Avril penuh keyakinan. "Aku akan bantu Paman dari belakang – ambil botol ini dan HIJAM!" – tangannya membuat gerakan dramatis – "tepat di belakang kepalanya. Hehe..."
Yang Chengzhuo merasakan merinding, apakah gadis penyihir kecil ini sudah gila?
"Bercanda, Paman!" Avril terkekeh sambil menghapus ucapan tadi, "Tapi aku pasti mendukungmu!"
Yang Chengzhuo meliriknya, dalam hati bertekad: Ini baru pantas.
"Omong-omong Paman, bagaimana kalau kau yang langsung menolaknya untukku?" usul Avril.
"Bagaimana caranya?" Yang Chengzhuo menggelengkan kepala.
"Kau pura-pura mengejarku, lalu aku pura-pura patuh padamu. Kita mulai berkencan, lalu..."
Sebelum gadis itu selesai bicara, Yang Chengzhuo langsung mengulurkan tangan kanannya. Punggung tangan menempel di dahi putih pucatnya, "Lho, gadis kecil. Kau tidak demam? Apa tadi lupa minum obat saat keluar?"
"Obat apa?" Avril belum menyadari situasi.
"Obat penekan gangguan jiwamu!" Yang Chengzhuo tertawa terbahak-bahak.
“Boleh mati!” Avril tersenyum sambil berteriak, dia punya dorongan untuk menjatuhkannya ke lantai dan menghajarnya habis-habisan.
