10 Maret 2007 malam, pukul 21, hujan ringan hingga sedang
Banyak yang bilang, laporan cuaca bisa diandalkan, babi pun bisa merangkak ke pohon. Tapi benda ini memang selalu tepat saat meramalkan hal buruk.
Tak ada yang mau hujan saat El Clásico, tak ada yang mau nonton pertandingan kehujanan. Tapi nyatanya hujan turun, bahkan lebih dari satu hari, dan terlihat makin deras.
Real Madrid sudah terbang ke Stadion Camp Nou lebih awal. Fans Madrid dan Barcelona yang sebelumnya berkumpul di sini juga telah pergi. Hotel Juan? Carlos I mulai sunyi, sorotan semua orang kini beralih ke Stadion Camp Nou yang berjarak 10 menit jalan kaki, terfokus pada Perang Besar Abad yang akan segera dimulai.
Avril Lavigne turun dari ruangan, keluar dari lobi utama hotel, menengadah, tangan kanannya dengan lembut mengusik rambut panjang keemasannya, memandang langit suram yang sedang hujan, mencibirkan bibir. Gerakan ini membuat Piqué yang sedang berteduh di bawah payung dan mendekat, dalam otaknya tiba-tiba muncul kata bahasa Jepang: Kawaii!
Sebenarnya dari diri Avril Lavigne, tak hanya terlihat sisi menggemaskan dan ceria, dia juga sangat sensual. Hanya saja dia jarang sengaja menampilkan sensualitas ini. Meski tidak terlalu tinggi, tapi menang di bagian lekuk tubuh yang montok dan proporsional, sungguh cantik sempurna.
Sejak pertama kali melihatnya, Piqué langsung merasakan sensasi seperti kesetrum hingga pingsan. Perasaan ini bahkan hingga detik ini, setiap kali pertemuan masih tetap ada, dan semakin hari semakin kuat.
Mungkin karena sifat saling melengkapi, cowok bertubuh tinggi suka cewek pendek, sedangkan cowok pendek malah menyukai cewek tinggi. Entah kenapa alam semesta ini bisa seperti ini! Kebutaan cinta membuat mereka semua mengabaikan masalah kesenjangan tinggi badan. Misalnya saat mau ciuman, salah satu harus berjongkok atau mengguna kursi tambahan. Repot amat!
"Ayo, waktunya hampir habis!" ujar Piqué sambil tersenyum saat mendekat.
Sejak kejadiannya dengan Yang Chengzhuo tadi malam, Avril sama sekali tak suka padanya. Tapi sebagai teman yang sopan, ditambah ketidakmampuan menolak ajakan fans Barcelona yang begitu bersemangat, akhirnya dia setuju nonton bola bersama.
Saat keluar hotel, Piqué baru menyadari sesuatu. "Kenapa kamu pakai jersey Real Madrid?"
Avril Lavigne tersenyum lebar, "Hehe, aku mendukung Real Madrid, pasti pakai jersey mereka. Ngomong-ngomong, kenapa kamu tidak pakai jersey Barcelona?"
Gerard Piqué tersenyum canggung. Ia benar-benar tak bisa membantah atau menjelaskan, karena saat ini ia pemain Manchester United yang dipinjamkan ke Zaragoza. Jika mengenakan jersey Barcelona, delapan puluh persen kemungkinan akan diuliti dan disedot sumsumnya oleh kedua tim itu.
"Sebenarnya jersey Real Madrid cukup bagus, terutama model wanita. Gimana, keren kan?" Avril Lavigne tersenyum sambil merentangkan tangan.
Di depan mata Gerard Piqué terpampang payudara yang menonjol, pinggang ramping, serta leher mulus dengan wajah segar bak bunga. Namun sayangnya, semua keindahan ini sedikit tercoreng oleh jersey putih yang memuakkan itu.
Andai tidak mengenakan jersey itu, pasti cantik luar biasa!
Piqué tidak memberikan tanggapan, karena dia benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Memuji bagus, itu agak seperti memuji jersey Real Madrid. Tapi kalau bilang tidak bagus, Avril pasti akan merasa dikritik. Maka dengan bijak dia memilih diam, tidak memberikan pernyataan apapun.
Keluar dari Hotel Juan? Carlos I, sepanjang jalan terlihat semakin banyak fans yang berduyun menuju Stadion Camp Nou. Ada yang membawa payung, ada yang terlihat agak menyeramkan dengan langsung mengenakan jas hujan. Hujan deras membuat sorak-sorai mereka tidak semeriah biasanya, suasana El Clásico di jalanan pun terasa lebih redup.
"Hujan begini deras, nanti nonton bolanya gimana?" Avril mengernyitkan alis mengeluh. Cuaca ini menurutnya terlalu merusak keindahan pemandangan.
"Tenang, tiket kita di Area Tribun Ketua yang ada atap penutup hujan!" Piqué tersenyum meyakinkan.
"Ada atap?" Avril tersenyum lega, baru menyadari bahwa ini solusi bagus, "Lalu bagaimana mereka..."
Piqué tersenyum penuh tantangan, "Tribun Ketua termasuk salah satu area tiket termahal di Camp Nou. Hanya anggota klub level tinggi yang bisa mendapatkan tiket di sini. Hanya tribun ini yang memiliki atap, sementara tribun lain tidak. Jadi mereka terpaksa berbalut jas hujan dan bertahan dengan payung saat menonton pertandingan."
Avril Lavigne mencibirkan bibir, tak mengucapkan sepatah kata pun.
Dalam hatinya, ucapan Piqué terasa seperti candaan bangsawan terhadap rakyat biasa. Secara logika tak ada yang salah, tapi nuansa superioritas itu membuatnya tak nyaman. Mengapa rakyat biasa harus kehujanan, sementara tribun ketua bisa nyaman berpayung? Dan kenapa Dia merasa itu wajar saja?
……
……
Di ruang ganti tim tamu Camp Nou, seluruh pemain sedang membungkuk mengganti sepatu bola mereka.
Hujan di luar semakin deras. Prakiraan cuaca ternyata tidak tepercaya - yang dikatakan hujan sedang, nyatanya sudah berubah menjadi hujan lebat.
Sepatu para pemain harus diganti dengan yang berpaku panjang untuk beradaptasi dengan pertarungan hujan, jadi setelah Paulus Bayer masuk dan memberi tahu, Yang Chengzhuo memerintahkan semua orang mengganti sepatu bola mereka.
Yang Cheng berdiri diam di depan papan taktik. Sebelumnya dia sudah menjelaskan taktik pertandingan ini kepada semua pemain. Sebenarnya sejak di Valdebebas, mereka sudah memahami taktik Yang Chengzhuo. Sekadar mengulang dan mengkonsolidasi kembali.
Di belakangnya, papan taktik menggambarkan lineup pembuka Real Madrid yang berbeda dengan formasi 4231 saat menang besar melawan Roma. Formasi kini berubah menjadi 4312.
Kipernya adalah Casillas yang mutlak layak. Selama tidak cedera atau sakit, San Casillas selalu menjadi kiper pembuka Real Madrid. Diego López hanya tampil di beberapa piala, meski performanya cukup baik dan memberi tekanan pada Casillas, tapi jelas belum cukup untuk menantang posisi inti sang kapten gawang.
Garis pertahanan pembuka terdiri dari Miguel Torres, Cannavaro, Ramos, dan Arbeloa. Kombinasi bek tengah Cannavaro dan Ramos tampil cukup solid saat melawan Roma. Dalam situasi Thuram cedera dan Thiago Silva masih belum beradaptasi dengan La Liga, Ramos terpaksa bermain sebagai bek tengah. Dalam pertandingan ini, Yang Chengzhuo tetap memajukan garis pertahanan, posisi Ramos sebagai bek tengah memberikan keunggulan taktis.
Bek sayap kiri Raúl Bravo telah dihentikan oleh Yang Chengzhuo. Pemain ini akan hengkang musim panas ini. Sang pemain sendiri memahami keputusan ini - selama bertahun-tahun gejolak internal tim, kemampuannya tidak menunjukkan kemajuan signifikan dan masih jauh dari standar yang ditetapkan Yang. Oleh karena itu, pelatih memilih memberikan kesempatan kepada Miguel Torres sebagai pengganti.
Pemain muda dari Castilla ini seimbang dalam menyerang dan bertahan, juga merupakan pemain serbaguna di lini pertahanan. Setelah beberapa kali tampil mewakili tim utama, performanya selalu bagus. Masalah besar Marcelo dalam bertahan, ditambah harus menghadapi Messi, membuat Yang Cheng memilih Miguel Torres yang lebih solid secara defensif, sementara Arbeloa ditugaskan mengawasi Ronaldinho.
Di depan lini pertahanan, Yang Cheng menempatkan tiga pemain: dari kiri ke kanan Xabi Alonso, Mascherano, dan Beckham. Tugas trio ini adalah meredam permainan Xavi dan Iniesta. Mengingat Xabi Alonso dan Beckham sama-sama ahli dalam umpan lambung melintasi lapangan, mereka akan mendapat lebih banyak kesempatan menunjukkan kemampuan dalam pertandingan ini.
Di depan trio gelandang, Guti menduduki posisi starter. Raul dan Villa berperan sebagai duo striker. Ini memperlihatkan keteguhan Yang Cheng untuk langsung bercokol dalam serangan sejak awal pertandingan. Kalau tidak, dia takkan menurunkan Guti.
Bel wasit membangunkan Yang Chengzhuo, dia menarik napas dalam-dalam.
"Sudah seluruhnya siap?" Yang Chengzhuo bertanya sambil tersenyum santai.
Pemain di ruang ganti telah lama memakai sepatu bola dan rompi pertandingan, siap berangkat kapan saja. Mendengar pertanyaan itu, mereka satu per satu berdiri dengan sikap bersiap serangan balik.
"Ayo berangkat!" Kata Yang Chengzhuo sambil berjalan mendekat dan membuka pintu lebar-lebar.
……
……
"Selamat datang di Stadion Camp Nou Barcelona! Segera akan dimulai pertandingan El Clásico La Liga musim 2006/2007 putaran ke-26: Barcelona vs Real Madrid di kandang sendiri. Ini adalah laga yang ditunggu-tunggu dunia dan pertarungan penuh gengsi."
"Sayangnya, sepanjang hari ini hujan turun di Barcelona. Hal ini sedikit banyak mempengaruhi suasana pertandingan. Tapi kita tetap bisa melihat tribun Stadion Camp Nou dipenuhi fans kedua tim. Mereka memegang payung, ada yang mengenakan jas hujan, tapi beberapa fans yang penuh gairah memilih langsung kehujanan."
"Pemain dari kedua tim memasuki lapangan dipimpin oleh wasit utama!"
Meski hujan lebat turun, sorak-sorai gegap gempita tetap bergemuruh dari tribun Camp Nou saat pemain masuk, bahkan sempat mengalahkan derasnya hujan. Tapi tak lama kemudian sorakan itu dipadamkan oleh guyuran hujan.
"Lineup pembuka Barcelona tidak mengalami perubahan besar. Kipernya Valdés. Lini belakang terdiri dari Abidal, Milito, Puyol, dan Oleguer. Tiga gelandang tengah adalah Márquez, Xavi, dan Iniesta. Sementara trisula lini depan adalah Ronaldinho, Eto'o, dan Messi."
"Performansa Barcelona musim ini cukup bagus, namun belakangan menuai kontroversi yang tidak kecil, terutama dalam duel dua leg melawan Liverpool di babak penyisihan. Barcelona disamakan dengan kekalahan mutlak oleh Liverpool, dengan pemain seperti Ronaldinho, Márquez, dan Eto'o tampil biasa-biasa saja. Hal ini membuat Barcelona menghadapi kritik yang sangat besar."
"Sebaliknya, Real Madrid meski performanya cenderung biasa dengan fluktuasi status yang besar sepanjang musim, di momen genting berhasil membantai Roma 8-0 dan memecahkan kutukan 16 besar Liga Champions. Pencapaian ini tak pelak membawa persepsi baru tentang Real Madrid. Tidak tertutup kemungkinan mereka akan terus mengejar kemenangan dan memberikan ancaman serius bagi Barcelona dalam pertandingan ini."
Setelah kedua tim menentukan hak tendangan pertama melalui lempar koin, masing-masing formasi telah disusun rapi. Semua pihak kini berkonsentrasi menunggu wasit membunyikan peluit pertandingan.
……
……
“Dengan tiupan peluit wasit utama, El Clásico yang dinanti-nantikan pun membuka tabir pertempuran. Barcelona yang bertarung di kandang sendiri lebih dulu menguasai bola…” Saat Eto'o menendang bola ke Ronaldinho, komentator langsung bersemangat mengumumkan dimulainya pertandingan.
Begitu operan balik Barcelona dilakukan, Raul dan Villa dari Real Madrid langsung mengejar ke area belakang lawan. Guti juga melakukan interferensi simbolis di area tengah lapangan.
Tim tuan rumah dengan mahir mengendalikan pergerakan bola di kaki. Awalnya ingin membuka celah dari sayap kiri. Setelah Ronaldinho menguasai bola, Beckham langsung menekan sementara Arbeloa juga memblok di depannya. Orang Brasil itu khawatir dijepit saat membawa bola, akhirnya terpaksa mengembalikan operan ke Iniesta karena tak menemukan celah.
Iniesta melakukan perpindahan bola horizontal ke Xavi, yang kemudian mengoper ke sisi kanan kepada Messi yang sedang mundur. Namun Miguel Torres terus menempel, membuat Messi tidak berlama-lama membawa bola dan langsung mengembalikan operan, mengirim bola kembali ke area pertahanan Barcelona.
"Real Madrid langsung menerapkan tekanan aktif di lingkaran tengah sejak awal pertandingan. Tampaknya strategi pertahanan tinggi yang sukses melawan Roma akan diulangi. Tapi pertahanan yang mampu mengunci Roma belum tentu efektif menghadapi Barcelona, setidaknya tim ini memiliki kemampuan individu yang lebih menonjol."
Sementara komentator menganalisis, pergerakan bola kembali berputar di area belakang Barcelona, berpindah dari kanan ke kiri sebelum akhirnya kembali ke kaki Ronaldinho.
Kali ini Ronaldinho dikawal ketat oleh Arbeloa, memaksanya untuk mengoper balik ke Iniesta.
Setelah Iniesta menguasai bola, dia maju ke depan dan langsung menggerakkan seluruh formasi Barcelona melewati lingkaran tengah, sepenuhnya memasuki area pertahanan Real Madrid.
Di pinggir lapangan, Yang Chengzhuo melihat situasi ini lalu membuat gerakan kepalkan tangan ke arah Cannavaro, memberi isyarat agar pertahanan tim perlu merapatkan formasi. Iniesta adalah pemain dengan ciri khas unik: bisa bermain di sayap, punya kemampuan menggiring bola dan dribbling melewati lawan, namun kurang memiliki kecepatan. Pemain seperti ini sangat merepotkan saat bermain di tengah.
Seperti tadi, saat dia menguasai bola dan langsung membawanya maju, Real Madrid terpaksa mundur ke posisi bertahan karena garis pertahanan kehilangan kedalaman.
Tanpa kedalaman, pemain seperti Iniesta yang menguasai bola dan berhadapan langsung dengan garis pertahanan lawan akan sangat mudah mengirimkan umpan terobosan.
Iniesta bergerak hingga masuk area 32 meter Real Madrid, Beckham sudah menekan, Ramos juga segera menutupinya di posisi depan, sementara Mascherano bersiap untuk kembali ke posisi Ramos membantu tambahan pertahanan.
"Pertahanan Real Madrid terorganisir dengan baik, Barcelona tidak mendapat kesempatan. Iniesta dijepit Ramos dan Beckham, berbalik menjaga bola lalu mengembalikan operan..."
Milito yang maju dari belakang menerobos masuk sangat ke depan, langsung ditekan Villa saat menguasai bola, memilih mengoper ke Márquez. Yang terakhir mengoper ke Xavi. Xavi memanfaatkan ekspansi pertahanan Madrid untuk mengirim umpan terobosan ke kaki Eto'o di depan wilayah terlarang.
Eto'o si macan tutul Kamerun membelakangi Cannavaro sambil menguasai bola, setelah menyesuaikan posisi, memilih menggiring bola diagonal ke sayap kiri, berharap bisa masuk ke wilayah terlarang. Tapi Cannavaro terus-menerus menutup jalannya dari belakang, tidak membiarkannya berbalik dengan mudah.
Ronaldinho di sayap kiri hampir tidak bergerak, Arbeloa berdiri di sekitar sudut kiri kotak penalti, Ramos juga sudah kembali ke posisi. Keduanya bersama Beckham yang menempel ketat pada Cannavaro dan berlari kembali bertahan sambil menggunakan tubuhnya menghalangi Eto'o dan Ronaldinho, membentuk penjepitan empat penjuru.
Harus diakui, kemampuan individu Eto'o memang bagus. Tapi satu orang melawan empat, mustahil dia punya peluang menang. Bola nya segera berhasil direbut Cannavaro yang lalu meminjam momentum untuk menyerahkan ke Beckham.
Xiao Bei menyambar bola tanpa jeda, langsung melakukan crossing akurat sebelum Iniesta dan kawan-kawan menekan, mengirim bola ke sisi kiri timnya. Xabi Alonso mengontrol bola dengan dada, lalu kaki kanannya langsung mengoper ke Guti yang berada di belakang Xavi.
Guti menyambar bola, langsung mengirimkan operan ke sisi kiri lapangan.
Raul terlihat berlari dari belakang, menggunakan tubuhnya untuk menghalangi Oleguer di sisi kanannya (area dekat gawang), sementara kaki kirinya dengan mahir menguasai bola.
Meski penguasaan bola Raul stabil, kurangnya kecepatan membuatnya terdesak oleh Oleguer ke sayap kiri. Ia pun terpaksa mengembalikan bola ke tengah lapangan.
Guti yang menguasai bola di depan wilayah terlarang langsung menerobos area penalty. Setelah melewati Puyol, ia segera mengoper melintang ke depan gawang.
Valdés tidak berani maju menyongsong, Villa dan Beckham berada dalam formasi satu di tengah dan satu di belakang, dua titik sambatan muncul. Namun keduanya gagal menguasai bola karena gangguan Milito dan Abidal. Abidal menyapu bola lebih cepat dari Beckham, membersihkannya keluar dari kotak penalti.
Namun serangan Real Madrid kali ini benar-benar membuat Barcelona mengeluarkan keringat dingin.
"Kita bisa melihat, serangan Real Madrid masih mengejar koordinasi tim. Kedalaman teknis pemain sangat bagus, koordinasi passing stabil dan cepat, hanya agak kurang kecepatan. Jika Raul bisa langsung membentuk terobosan setelah menguasai bola, tentu serangan Madrid akan lebih mengancam."
"Tapi kita juga harus melihat, koordinasi serangan Madrid sangat indah. Hampir semua operan satu sentuhan, perpindahan dan pergerakan sangat tertata rapi. Jelas pelatihan Yang Chengzhuo selama sebagian besar musim ini sangat sukses."
"Kita juga bisa memahami maksudnya menggunakan Raul dan Guti. David Silva memang bagus, tapi dia sudah bermain beberapa pertandingan dan masih pemain muda. Pada momen genting, pemain senior tetap lebih bisa diandalkan. Begitu pula dengan Sergio Agüero. Tapi semua pemain ini duduk di bangku cadangan, jelas kapan saja di mana saja bisa digantikan."
Sementara komentator berbicara, Barcelona yang sedang membawa bola maju kembali direbut. Xabi Alonso melakukan umpan jauh untuk memulai serangan balik. Kali ini yang menarik ke sayap kiri adalah Villa. Baru saja Yang Chengzhuo menyesuaikan pembagian peran mereka. Setelah Villa menguasai bola, dia mengoper melintang ke Guti yang kemudian mengembalikan operan, membentuk koordinasi tembok satu-dua. Villa melepas tembakan dari sudut kiri kotak penalti, namun dijatuhkan oleh Valdés.
"Ini merupakan tembakan pertama kedua tim dalam pertandingan ini. Kita bisa melihat Real Madrid bermain sangat agresif di awal laga, terus-menerus melakukan pressing di sekitar lingkaran tengah. Begitu mendapatkan peluang, mereka langsung melancarkan serangan balik melalui umpan jauh David Beckham dan Xabi Alonso. Namun serangan balik Madrid tidak terburu-buru, jika gagal langsung mengembalikan operan ke Guti yang sepanjang babak pertama jarang menyentuh bola, tapi hampir setiap sentuhannya menciptakan ancaman."
"Para pemain Barcelona terkesan kurang bersemangat. Márquez di posisi tengah juga gagal membentuk pertahanan efektif, memberikan kebebasan terlalu banyak kepada Guti. Ini jelas bukan fenomena yang baik."
Pertahanan Barcelona memang lemah. Dengan lini tengah diisi Xavi dan Iniesta, peran gelandang bertahan menjadi satu-satunya penyeimbang di lini tengah Blaugrana. Namun baik Márquez maupun Edmílson, performa mereka belakangan ini sama-sama tidak memuaskan - jelas berkaitan erat dengan penurunan performa Barcelona akhir-akhir ini.
Serangan Real Madrid meski aktif, tapi untuk sementara waktu belum bisa mengancam Barcelona. Justru kiper Barcelona sendiri, Valdés, yang terlihat sombong saat menerima umpan balik dari Abidal di sisi kiri. Saat mengontrol bola, dia malah melanjutkan dengan menggiring bola, jelas ingin pamer skill. Tapi tiba-tiba Villa maju menekan, membuatnya kaget dan buru-buru menendang bola keluar lapangan, memberikan lemparan ke dalam kepada Real Madrid.
Fans Camp Nou yang menyaksikan performa buruk Valdés itu serempak bersiul, menganggap kiper "Tangan Mentega" ini benar-benar tidak bisa diandalkan, sampai berani mempertontonkan akrobatnya di pertandingan penting!
