"Bagus, Sergio!"
Begitu peluit tanda berakhirnya pertandingan ditiup, para pemain Real Madrid seperti ambruk, berdiri di tengah lapangan yang diguyur hujan. Beberapa mulai berjalan turun, Yang Chengzhuo yang basah kuyup mendekat dan memeluk erat Sergio Agüero yang masih dipenuhi serpihan rumput di seluruh tubuhnya.
"Sungguh luar biasa, David!" seru Yang Chengzhuo sambil berjalan mendekat, ber-tos tangan penuh semangat dengan David Beckham.
Melewati satu per satu pemain Real Madrid, di setiap sisi yang dilaluinya, Yang Chengzhuo selalu memberikan dorongan dan dukungan. Seluruh pemain berhenti bergerak, hingga akhirnya di bawah pimpinan Kapten Raul, mereka mendatangi area tribun tempat fans Real Madrid berkumpul, menyampaikan rasa terima kasih ke arah kerumunan penonton.
Dari kejauhan, Yang Chengzhuo tetap berdiri di tengah hujan. Air mengalir deras membasahi rambut dan wajahnya, tapi sama sekali tak ada niat untuk berteduh. Dengan senyum lega, matanya mengikuti setiap gerakan para pemainnya, dada yang sempat sesak kini terasa lapang.
Dalam hatinya, ia membenarkan ucapan Alfredo: Di momen genting seperti inilah kekuatan dan kelemahan suatu tim benar-benar terlihat.
Ini ibarat manusia, ada yang terlihat gagah dan kuat sehari-hari, tapi saat momen genting langsung kehilangan nyali. Semua baru sadar, "Oh, ternyata anak ini cuma sok jagoan si lemah kaki!" Di sisi lain, ada yang tak mencolok dalam keseharian, selalu menahan diri saat ada masalah. Tapi begitu tiba saat genting, mereka justru lebih garang dan berani daripada siapa pun.
Tak diragukan lagi, yang terakhir ini lebih mencirikan seorang petarung sejati!
Melalui dua pertandingan penentu ini, Real Madrid telah membuktikan kualitas mereka. Meski ada unsur hoki dalam kedua kemenangan ini, setidaknya Los Blancos meraih kemenangan dengan kemampuan sesungguhnya. Ini jauh lebih meyakinkan daripada segala retorika kosong.
Selain itu, Yang Chengzhuo punya firasat kuat: Perebutan gelar juara liga baru saja dimulai!
Sepakbola memang penuh kejutan, tapi sebenarnya ada pola yang bisa dilacak dalam setiap peristiwa.
Banyak tim yang unggul jauh di babak pertama liga, tampil tak terkalahkan, namun tiba-tiba ambruk di babak kedua seperti ejakulasi dini. Alasannya tak lain: performa puncak datang terlalu awal, atau ada masalah internal. Yang terakhir meliputi krisis kebugaran, cedera, dan faktor lainnya.
Bahkan ada tim yang memimpin sepanjang 38 pertandingan musim, menghancurkan segala rintangan, tapi di momen genting pertempuran pamungkas justru mengalami kekalahan telak yang langsung menyebabkan gelar juara direbut klub lain. Kasus seperti ini pun tidak sedikit.
Baru putaran ke-26, masih ada 12 laga tersisa dengan selisih poin 9. Yang Chengzhuo merasa Real Madrid masih punya cukup waktu dan kesempatan.
Kuncinya adalah apakah Los Blancos bisa menguasai 12 pertandingan sisa ini.
Setelah mengucapkan terima kasih pada fans, para pemain berjalan menuju saluran pemain. Saat melewati Yang Chengzhuo, satu per satu mereka memeluk dengan sukarela pelatih kepala mereka sebelum akhirnya masuk ke dalam terowongan.
Yang Chengzhuo mengangkat kepalanya, dalam rintik hujan halus ia menggelengkan kepala dengan senyum pahit, "Setidaknya, Barcelona tetap tak bisa memberikan tepuk tangan untuk Real Madrid. Sepertinya mereka kurang memiliki kewibawaan seperti ini."
……
……
"Aku sangat bangga dengan performa pemain-pemainku di Stadion Camp Nou!"
Di konferensi pers pasca-pertandingan, Yang Chengzhuo tersenyum menghadapi media dari seluruh dunia yang terus berbicara dengan lancar, membuat semua orang melihat kegembiraan dan semangatnya setelah meraih kemenangan di hati. Sebaliknya, Rijkaard yang duduk di sampingnya terlihat penuh keputusasaan.
Kehilangan 5 poin dalam dua pertandingan, ini benar-benar bukan fenomena baik bagi Barcelona yang sebelumnya menghancurkan segala rintangan di babak pertama musim ini.
Namun yang lebih parah, saat ini internal tim Barcelona telah mengekspos masalah besar. Contohnya adalah dendam antara Eto'o dan Ronaldinho, krisis kebugaran yang terungkap di tim, serta Real Madrid yang pasti akan mendadak memberikan tekanan pada Barcelona. Semua ini merupakan ancaman dan tantangan besar bagi Barcelona.
Kalah dalam El Clásico, ini sama saja memaksa Barcelona masuk ke jalan buntu. Terutama bagi Rijkaard, karena bahkan dirinya sendiri pun tidak tahu bagaimana masa depan karirnya nanti.
"Tuan Yang Cheng, banyak orang merasa aneh: Kenapa Real Madrid belakangan tiba-tiba mengalami letusan? Apakah Anda melakukan perubahan tertentu pada tim? Ataukah ada persoalan yang terjadi di internal skuad?"
Yang Cheng menggelengkan kepala, "Tidak."
"Sebenarnya banyak media dan fans yang menyalahkan rekam jelek Real Madrid, menurutku ini tergantung pada objek perbandingan mereka. Jika dibandingkan dengan Barcelona, memang benar kami lebih buruk karena Barcelona menunjukkan performa sangat menonjol dalam 24 putaran pertama. Kesenjangan performa kami dengan mereka mencapai 14 poin."
"Apakah rekam kami benar-benar buruk? Dalam konteks La Liga beberapa musim terakhir, kami hanya kalah dari Barcelona musim 05/06 yang saat itu menjadi juara liga lebih cepat dengan keunggulan 12 poin. Tapi jika melihat ke periode sebelumnya, performa kami tidak kalah dari tim mana pun yang akhirnya menjadi juara pada periode yang sama di musim-musim sebelumnya, setidaknya tidak tertinggal terlalu jauh."
“Ya, kami sering kalah, tapi perlu diketahui, dalam kompetisi sengit memperebutkan gelar La Liga, jumlah kekalahan umumnya berada di kisaran 6-8 pertandingan. Untuk tim juara La Liga dengan perbedaan kekuatan yang mencolok, angka ini sekitar 4-6 pertandingan. Artinya, performa kami di 24 pertandingan awal sebenarnya tidak terlalu buruk. Hanya saja tuntutan fans terlalu tinggi, dan dibandingkan Barcelona yang tampil luar biasa, kami terlihat terlalu payah.”
“Sejak awal musim, saya terus-menerus mengingatkan satu hal: jangan sekali-kali memakai Barcelona sebagai patokan kami. Ini sangat tidak adil bagi kami. Sayangnya, media suka melakukan hal seperti ini, dan fans sering terpengaruh serta terprovokasi oleh media, sehingga banyak masalah terjadi.”
“Menurut saya lingkungan sepakbola saat ini terlalu dipenuhi kegelisahan. Ini bukan fenomena yang baik, benar-benar!” ujar Yang Cheng dengan nada penuh perenungan.
Bahkan dirinya di Real Madrid pun harus mengalami persoalan seperti ini. Seandainya pelatih kepala lain yang mengalaminya, mungkin sudah dipecat sebelum El Clásico tiba. Ketika pelatih baru datang membawa arah pemikiran dan taktik permainan baru, pendahulunya akan langsung dicap sebagai barang tiruan.
"Berapa rekor Barcelona juara La Liga musim 03/04 dalam 20 laga pertama? 7 menang, 7 imbang, 6 kalah - buruk bukan?"
Lebih parah lagi, saat itu Barcelona kalah 1-5 di kandang Malaga dan 0-3 di markas Racing Santander. Pada laga ke-6 dan ke-7 liga di kandang sendiri, mereka juga kalah 0-1 dari Valencia dan 0-2 dari Deportivo La Coruña. Tim Rijkaard saat itu dihujani kritik klise, bahkan kehadiran bintang top seperti Ronaldinho pun tak membantu.
"Tapi hasilnya? Setelah 38 laga, Barcelona merebut gelar juara La Liga pertama mereka dalam sepuluh tahun!"
Ucapan Yang Chengzhuo jelas merupakan peluapan tekanan dan kritikan yang telah ia terima selama periode terakhir ini.
Alasan memilih bicara sekarang karena hanya sekarang ada yang mau mendengar. Jika diucapkan sebelum dua pertandingan ini, semua orang pasti menganggap Yang Chengzhuo sedang mengeluarkan omong kosong, tapi situasi sekarang sudah berbeda.
Lebih dari itu, contoh Barcelona musim 03/04 yang digunakan Yang juga bermaksud memotivasi pemainnya: Jika Barcelona dengan rekam lebih buruk dari Real Madrid saja bisa jadi juara, kenapa Real Madrid tidak?
Dua putaran sebelumnya Real tertinggal 14 poin dari Barcelona, namun setelah dua pertandingan selisih poin menyusut jadi 9. Bukankah ini pembuktian? Tidakkah ini membuat seluruh pemain Real Madrid kembali melihat harapan merebut gelar juara liga?
Tidak bisa tidak diakui, status Yang Chengzhuo di dunia sepak bola saat ini memang sangat tinggi. Diejek seperti ini, baik media yang dulu memanfaatkan situasi maupun yang tidak, kini semuanya diam membisu. Bahkan banyak media yang dekat dengan Real Madrid merasa sepakat dengan ucapannya.
Hal yang bisa dicapai Barcelona di masa lalu, mengapa Real Madrid saat ini tidak mampu?
"Beberapa media bahkan menyerang keras, mengatakan saya tidak merekrut bintang top karena ingin menjadi bintang paling menyilaukan di Real Madrid. Sungguh, saya rasa orang yang bicara seperti ini otaknya pasti idiot. Tapi saya bisa memakluminya, karena dia sama sekali tidak paham definisi bintang top. Dalam promosi dan hype yang menyelimuti langit dan bumi, istilah 'bintang top' sudah benar-benar disalahgunakan!"
Yang Chengzhuo bahkan berani mengatakan, setelah pemain-pemain era emas seperti Zinedine Zidane, Ronaldo, Ronaldinho dan lainnya perlahan mulai merosot, jumlah pemain yang layak disebut bintang top mungkin tak sampai sepuluh jari. Namun masalahnya, di bawah promosi media yang berlebihan, semua seolah berubah menjadi super bintang.
Jika benar seperti ini, maka bisa dikatakan bintang top memang sudah murah meriah!
Bukan Yang tidak merekrut bintang top. Dia ingin Kaká, AC Milan tidak mau jual. Dia mengincar Cristiano Ronaldo, Liverpool menolak. Ingin dapatkan John Terry, Chelsea ogah. Lalu siapa lagi yang bisa dituju?
Rekrut Nedvěd ke Real Madrid untuk persiapan pensiun? Kalau begitu kenapa dulu mengirim pergi Zidane?
Bawa Pirlo? Lalu di mana posisi Xabi Alonso dan David Beckham?
Vieira? Masih pantas disebut bintang top? Sudah lewat puncak kejayaannya!
Kelemahan dari Strategi Galácticos yang pernah dijalankan Real Madrid sebelumnya, pertama adalah tim dipenuhi bintang-bintang top yang posisinya tumpang tindih, kedua adalah proses operasi dan perekrutan bintang tersebut menghabiskan energi dan waktu yang sangat besar, menyebabkan pengabaian terhadap transfer pemain lain dan rekrutmen posisi yang diperlukan.
Transfer sebenarnya adalah hasil dari operasi berkelanjutan. Real Madrid telah mulai menyusun strategi rekrutmen musim panas sejak Februari tahun ini, Yang Chengzhuo sendiri terlibat langsung dalam perencanaan transfer ini. Saat ini klub terus beroperasi diam-diam, hanya saja tidak diketahui dunia luar.
Jika merekrut seorang bintang top, waktu yang dibutuhkan biasanya jauh lebih lama. Benarkah ada yang mengira bahwa mengeluarkan puluhan juta euro untuk merekrut bintang besar hanya memakan waktu sebulan, bahkan beberapa hari saja?
Inilah mengapa hampir sebagian besar tim lebih memilih transfer musim panas, karena proses operasinya lebih matang, sekaligus memberikan waktu observasi pemain yang cukup. Transfer masa liburan musim dingin relatif lebih berisiko, lebih mirip menambal tambalan untuk skuad yang ada.
Banyak hal, fans sebenarnya sering mudah terpancing oleh media dan orang-orang konspirasi, selalu langsung percaya kabar angin, mudah kehilangan penilaian rasional. Banyak fans Real Madrid terutama seperti ini.
Tentu saja, tidak sedikit pula fans tipe rasional yang berpikir jernih.
Seperti kehidupan sebelumnya Yang Chengzhuo, sebagai fans Real Madrid selama bertahun-tahun, mengalami puncak dan titik terendah, dia tak pernah mengeluarkan pernyataan ekstrem tentang Real Madrid. Saat Raul dan Guti hengkang, dia hanya mengungkapkan kekhawatiran akan tradisi semangat yang tersesat, lalu tak pernah berkomentar lebih. Selama ini diam-diam mengikuti berita tim, diam-diam menunggu kemunculan kembali tim, hanya segitu.
"Melalui dua pertandingan ini, saya percaya akan lebih mudah membuat kita melihat jelas diri kita sendiri."
Yang Chengzhuo dengan wajah masam menatap seluruh wartawan media, "Bukan hanya saya, pemain kami juga bisa semakin paham dari dua pertandingan ini bahwa kita tidak selemah itu. Kita bisa melakukan banyak hal yang sebelumnya tidak berani kita bayangkan."
"Begitu juga fans kami. Saya harap semua fans Real Madrid bisa memberikan lingkungan yang lebih longgar, lebih banyak kesabaran, dan waktu kepada tim. Saya yakin perebutan gelar juara La Liga musim ini, baru saja dimulai!"
Setelah berkata demikian, Yang Chengzhuo tidak melanjutkan pembicaraan lagi.
Sebenarnya meski tidak menyebut media secara langsung, setiap katanya menyimpan protes terhadap media. Karena tanpa dorongan mereka, dan jika mereka bisa berbicara lebih seimbang, badai ini tidak akan membesar hingga seperti ini.
Kini terlihat jelas, ada yang murni mencari masalah sendiri!
……
……
Dari Camp Nou kembali ke Hotel Juan Carlos I, para fans Real Madrid yang sebelumnya duduk di tribun Stadion Camp Nou sudah berdatangan ke hotel untuk merayakan kemenangan tim. Namun tak sedikit pula pendukung setia Barcelona yang datang memberikan sorakan ejekan dan demonstrasi kepada bus tim Real Madrid, meluapkan kekecewaan setelah kekalahan.
Namun semua ini terisolasi di luar hotel setelah bus tim masuk melalui gerbang utama hotel.
Saat Yang Chengzhuo dan rombongan turun dari kendaraan, mereka bisa menyaksikan kedua kubu fans yang bertengkar sengit di luar. Para polisi di TKP berjaga-jaga dengan sigap, khawatir terjadi konflik antar kedua pihak.
Untungnya, para penggemar cukup menahan diri dalam hal seperti ini.
Di tengah malam, setelah kembali ke hotel, banyak pemain yang kelelahan langsung tertidur di ranjang. Sebagian lainnya masih gembira bukan kepalang karena mengalahkan Barcelona, berkumpul di paviliun danau di taman hotel sambil berbincang.
"Rasanya seperti bermimpi!" Ramos merangkul kepala, duduk di lantai dingin paviliun danau, bersandar pada pilar halus, dengan ekspresi tak percaya. Karena saat ini ketika mengingat kembali, dia sendiri hampir tak percaya bisa mengalahkan Barcelona bersama Real Madrid.
Perlu diketahui, di musim lalu Real Madrid justru ditekan Barcelona hingga hampir sesak napas.
"Aku benar-benar merasa ucapan Bos kita sangat tepat! Asalkan kita percaya, pasti bisa melakukannya!" Arbeloa menatap langit malam dengan wajah penuh kekaguman. Kini dia telah menjadi umat beriman setia Yang Chengzhuo yang paling taat.
Tapi pantas saja. Setengah tahun lebih yang lalu, dia masih berkeliaran di Castilla. Namun setengah tahun lebih kemudian, dia sukses membekukan Ronaldinho. Meski dalam pertandingan ini kontribusinya di sektor serangan tidak sebanyak Miguel Torres, tapi di pertahanan dia hampir membuat Ronaldinho tak terlihat.
Meski orang Brasil itu mencetak satu gol, selain gol tersebut, performanya sepanjang pertandingan sangat buruk.
"Menurutku, baik itu Messi, Ronaldinho, maupun Xavi, Iniesta dan lainnya, tidak sekuat yang kita bayangkan sebelumnya. Lawan kita sama seperti kita, hanyalah sekumpulan orang biasa," kata Granero dengan datar.
"Aku ingat ada buku yang mengatakan, manusia seringkali cenderung memberikan khayalan mistis pada hal-hal asing yang tidak mereka pahami. Sebelumnya kita juga begitu, selalu berimajinasi betapa hebatnya Ronaldinho, seberapa dashyat Messi, atau bagaimana hebatnya Iniesta. Padahal sebenarnya itu karena kita tidak mengenal mereka."
De la Red menepuk kepala lulusan universitas top Granero sambil tertawa terbahak-bak, "Menurutku, kekuatan dan potensi Juan tidak kalah jauh dari Messi. Kekuatan David juga sebanding dengan Iniesta. Kuncinya ada di lingkungan."
Berapa tahun Wenger membina Fabregas?
Berapa tahun Barcelona membina Messi?
Pertumbuhan bakat muda tak lepas dari lingkungan dan perhatian yang diberikan tim!
"Setuju! Saat ini tim perlahan membaik. Kita punya kekuatan untuk mengguncang pasukan inti, tapi syaratnya kita harus lebih percaya diri." Miguel Torres mengatakannya sambil mengepalkan tangan.
Para pemuda itu serentak menatap Miguel Torres. Anak muda ini terkekeh sambil garuk-garuk kepala, "Kata Bos!"
Semua langsung memukul dahi sekuat tenaga, merasa pelatih Real Madrid dapat umat beriman baru.
Setelah bercanda di paviliun tepi danau, pandangan semua beralih ke Thiago Silva dan Marcelo.
Semua masih muda, usianya tidak terlalu berbeda, dan sama-sama berbakti di Real Madrid, ditambah Yang Chengzhuo yang sangat memperhatikan persatuan internal tim. Tim sering mengadakan aktivitas internal seperti makan bersama di area liar atau kegiatan lainnya. Raul juga sering mengajak rekan setim ke rumahnya, sehingga hubungan mereka sangat baik.
"Jangan kecewa, Thiago, semuanya akan membaik!" Ramos bergerak mendekat dengan gaya bergengsi layaknya kakak senior, menepuk tangan Thiago Silva.
Harus diakui, anak muda ini saat tidak membuat masalah memang sangat cocok jadi pemimpin. Sikap bicaranya memancarkan aura bos sejati, ditambah kekuatan pengambilan keputusan dan kemampuan kepemimpinan yang kuat. Kemampuan fisiknya yang luar biasa membuat semua orang memprediksikan masa depannya cerah.
Thiago Silva hanya tersenyum tipis tanpa berkata apa-apa.
Di samping, Marcelo terkekeh sambil mengangguk, "Tepat sekali, menurutku pemain muda belum tentu tidak punya kesempatan. Yang terpenting adalah memperkuat kemampuan diri sendiri!"
Ramos mengamati sekilas pemuda Brasil botak ini, lalu mengangguk, "Jadi?" Dia merasa pasti ada kelanjutannya, setidaknya sesuai sifat asli Marcelo.
Benar saja, si bocah ini tertawa terbahak-bahak, "Makanya, aku memutuskan mulai sekarang menjadikan David Beckham sebagai idolaku. Aku akan belajar crossing akurat dari sayap. Tunggu sampai teknik crossingku sehebat Beckham, haha..."
"Cih!" Semua orang serempak mengacungkan jari tengah, merasa si bocah ini tidak tepercaya sama sekali.
"Jangan cih-cih! Lihat saja nanti, aku bertekad baja untuk jadi pasukan inti!" Orang Brasil ini memang ambisius.
"Latihan fisikmu dulu, perkuat pertahanan sampai benar-benar kokoh, baru bicara!" Ramos semakin memberi pukulan mental padanya.
Setelah berhenti sejenak, Ramos justru mengakui, "Menurutku, banyak pengalaman dan teknik anggota veteran yang patut kita pelajari. Sang Pelatih juga terus menekankan hal ini. Tapi kita tak perlu meniru secara membabi buta. Setiap orang punya kondisi berbeda, ciri khas teknik pasti tidak mungkin sama persis. Karena itu, kita harus memadukan pembelajaran dengan karakteristik diri sendiri, hingga mendapatkan sesuatu yang benar-benar milik kita sendiri."
"Jadi?" Marcelo bertanya sambil tertawa lebar.
"Jadi kau ini seperti monyet nakal yang tidak punya kesabaran untuk mempelajari teknik crossing akurat ala Beckham!" Arbeloa menyambung dengan senyum.
"Lihat saja nanti! Aku pasti akan membuktikannya pada kalian!" Marcelo mencebik, dalam hatinya bergumam, "Berani-beraninya meremehkanku?"
Semua yang melihatnya tertawa terbahak-bahak, tapi tak ada yang percaya dengan omongannya.
Hanya Thiago Silva yang tidak berbicara, hanya mendengarkan dalam diam, memandangi bintang-bintang terang di langit malam, namun otaknya memunculkan fragmen kenangan yang jauh.
