Selama dua minggu periode pertandingan timnas, Yang Chengzhuo menjadi cukup santai, tapi bukan berarti dia tidak perlu bekerja.
Minggu pertama dia lebih banyak berlibur, pertama tinggal beberapa hari di Danau Como, lalu kabur ke villa mewah di Danau Windermere, Inggris untuk tinggal sejenak. Musim sekarang memang tepat untuk mengunjungi tempat itu. Dengan ditemani Sienna, dia tinggal di sana beberapa hari. Kali ini dia benar-benar menikmati pemandangan indah Danau Windermere.
Setelah kembali ke Madrid, para pemain yang tidak memiliki tugas pertandingan timnas mulai menjalani pelatihan intensif. Bersamaan dengan itu, beberapa pemain Castilla yang ikut pertandingan timnas U-level juga kembali. Yang Chengzhuo menarik empat pemain muda - Parejo, Bueno, Callejon, dan Jurado - ke tim utama untuk mengikuti latihan bersama.
Sesuai rencana awal Yang Chengzhuo, pertandingan melawan Almeria pasti akan menggunakan pengganti. Tapi dia juga ingin mencoba taktik berbeda dalam pertandingan ini, berharap bisa menguji efeknya.
Karena itu, setelah kembali ke Valdebebas, Yang Chengzhuo segera membawa para pengganti ini memulai latihan taktik baru.
Di dunia sepakbola saat ini ada pepatah: "Penguasa area tengah akan menguasai Tianxia". Banyak orang hanya berpikir ini mengacu pada satu pertandingan, padahal sebenarnya tidak. Karena konfigurasi lini tengah dalam sistem taktik sepakbola modern sangat penting, bahkan melebihi peran striker dan bek. Permainan seperti apa yang bisa dihasilkan sebuah tim, bergantung pada lini tengahnya.
Oleh karena itu, saat Yang Chengzhuo membentuk tim, biasanya berpusat pada lini tengah. Contohnya Real Madrid yang dibangun berdasarkan sistem dua gelandang bertahan Xabi Alonso dan Mascherano. Kali ini pun demikian.
Hanya saja Yang ingin mencoba beberapa variasi dalam konfigurasi lini tengah, sehingga dia terus-menerus melakukan latihan dan observasi intensif selama sesi pelatihan.
Ketika pemahaman taktik seseorang mencapai tingkat tertentu, sistem taktik sebuah tim dalam persepsinya ibarat satu set alat pertandingan yang dirakit dari ciri khas teknik pemain berbeda. Dia bisa menyesuaikan dan mengubah taktik kapan saja di mana saja berdasarkan pemahaman taktiknya sendiri.
Contoh: Ketika sebuah tim gagal mencetak gol, beberapa pelatih kepala akan menyalahkan striker yang tidak kompeten (indikasi pelatih level rendah). Sebagian lain akan mengkambinghitamkan area tengah (pelatih level menengah). Pelatih top yang sejati akan menganalisis rekaman pertandingan dan pelatihan untuk mengidentifikasi mata rantai spesifik dalam pergerakan serangan tim yang bermasalah.
Kasus serupa dengan masalah area tengah yang menghambat produktivitas gol: Ada yang merekrut pemain area tengah baru untuk mengisi kekurangan dalam pergerakan serangan. Alternatif lain, memodifikasi taktik menyeluruh dengan memundurkan striker ke area tengah atau memajukan bek untuk memperkuat lini tengah - mengubah kekurangan menjadi kelebihan.
Pada fondasi utama, semua taktik - baik pertahanan-balik maupun tekanan serangan besar-besaran, baik penguasaan bola ala Barcelona maupun kontrol ruang ala Chelsea - sebenarnya konsisten dalam prinsip dasar. Semua jalan akhirnya bertemu di titik yang sama.
Penyebab begitu banyak perbedaan pendapat terutama terletak pada pemahaman taktik yang berbeda antar pelatih kepala, karakteristik teknik pemain dan konfigurasi yang berlainan. Ketika pelatih kepala dengan pemahaman taktik berbeda-beda menyusun strategi berdasarkan realitas saat ini yang memiliki ciri khas teknik dan susunan personil berbeda, tentu hasilnya pun tidak mungkin sama. Inilah yang menciptakan panorama beragam gaya taktik dalam dunia sepak bola kontemporer.
Sebagai pelatih kepala terbaik di dunia sepak bola saat ini, Yang Chengzhuo yang dipuja jutaan pecinta taktik sebagai peringkat pertama dalam inovasi taktik, setelah bertahun-tahun berkecimpung dalam kepelatihan, kedalaman penguasaan taktiknya juga tak tertandingi di era modern. Oleh karena itu, ia selalu mampu mengidentifikasi jenis pemain dengan karakteristik apa yang kurang dalam timnya.
Setiap kali akan mereorganisasi satu set taktik, Yang Chengzhuo selalu menetapkan sebuah konsep dasar terlebih dahulu - efek seperti apa yang ingin dicapai oleh taktik ini, tujuan akhir apa yang hendak diraih. Berangkat dari premis ini, barulah ia menetapkan persyaratan dan karakteristik teknik untuk setiap posisi pemain. Namun ini baru tahap idealistis, selanjutnya harus menyesuaikan taktik berdasarkan konfigurasi personil yang ada.
Sama seperti kali ini, yang dia inginkan adalah satu set taktik dengan rasio penguasaan bola yang cukup, yang bisa memberikan kesempatan kepada pemain pengganti seperti Guti dan Raul untuk menunjukkan ciri khas mereka. Maka dia mulai mengubah para pemain ini di kepalanya menjadi serangkaian karakteristik teknik, lalu melakukan rekombinasi DIY berulang kali untuk setiap posisi berdasarkan karakteristik teknik tersebut.
Contohnya peran organisator. Dalam taktik 4231 Real Madrid, organisator adalah Xabi Alonso. Tapi dalam formasi sekarang, baik Guti maupun Granero bukanlah organisator khusus. Oleh karena itu, Yang Chengzhuo membagi tugas organisasi Xabi Alonso menjadi dua bagian: pertama, operan ke depan; kedua, operan ke kedua sayap.
Yang Chengzhuo menyerahkan tanggung jawab operan ke depan kepada Guti, sementara tugas distribusi bola ke kedua sayap diberikan kepada Thiago Silva di belakang. Kemampuan penguasaan bola bek Brasil ini cukup bagus, dan skill passing-nya juga memadai. Untuk itu, pelatih memposisikan bek Brasil lebih maju sedikit dengan Hierro sebagai stoper. Pemain Spanyol ini juga cukup adaptif dengan posisi barunya.
Selanjutnya, tugas Mascherano juga dipisah. Kewajiban menjaga pertahanan diserahkan kepada Thiago Silva, sementara pressing cepat setelah kehilangan bola dialihkan ke Granero. Bahkan Raul juga mendapat bagian kecil dalam sistem ini.
Dengan demikian, pembagian peran dua gelandang bertahan telah terimplementasi. Real Madrid bisa terus mempertahankan garis pertahanan yang proaktif dan agresif.
Untuk memastikan stabilitas pertahanan pasca pemajuan posisi Thiago Silva, Yang Cheng meminta Arbeloa dan Miguel Torres membatasi overlapping secara bersamaan. Posisi mereka juga sedikit dirapatkan ke tengah untuk selalu siap membantu pertahanan poros tengah.
Untuk memastikan kemampuan serangan di sayap, Yang Cheng menempatkan Mata dan Özil sebagai penyerang sayap. Selain itu, ia juga menempatkan Negredo di depan pertahanan, bahkan striker Spanyol ini pun mendapat tugas pressing lokal.
Artinya, ketika seorang pelatih kepala memiliki kualitas taktis yang memadai, ia bisa memecah seluruh persyaratan karakteristik teknis setiap posisi di lapangan, lalu mendistribusikannya kembali ke pemain di posisi berbeda. Karena dalam konfigurasi lini tengah, faktor-faktor yang sama selalu berperan. Asalkan semua elemen ini terpenuhi, serangan dan pertahanan tim ini takkan bermasalah.
Contohnya operan horizontal dan penjadwalan untuk membuka lebar lapangan, dribel ofensif untuk menciptakan kedalaman serangan, serangan menerobos dari belakang yang lebih tersembunyi, perlindungan area 32 meter dan garis pertahanan...dsb. Selama aspek-aspek ini terpenuhi, tak peduli bagaimana caramu mengatur tim, serangan dan pertahanan tim ini takkan bermasalah besar.
Mungkin ada yang bertanya-tanya, kalau striker dan bek tidak bisa?
Sebenarnya, dalam hal kemampuan dibentuk dan transformasi, striker dan bek jauh tertinggal dibanding lini tengah. Oleh karena itu seiring meningkatnya urgensi taktik, peran lini tengah akan semakin vital.
Contohnya Didier Drogba, dia sebenarnya menanggung sebagian besar tugas pertahanan lini tengah. Setelah Yang Cheng memberi Drogba tanggung jawab ini, beban pertahanan Gerrard berkurang sehingga fokusnya beralih ke serangan. Inilah alasan mengapa Gerrard kemudian mati-matian mencetak gol.
Taktik seringkali bisa diibaratkan seperti bermain balok susun. Kau bisa menumpuknya sesuka hati membentuk pola yang diinginkan. Jika roboh, itu bukti kegagalan. Jika tetap berdiri, itu tanda kesuksesan. Sesederhana itu!
Tapi kesederhanaan ini hanya dalam konsep ideal. Dalam praktiknya pasti muncul banyak masalah - bagaimana memastikan koordinasi pergerakan pemain yang harmonis, menjaga jarak optimal antar pemain di lapangan untuk memudahkan passing efektif, semua ini membutuhkan latihan intensif dan pembentukan keharmonisan tak terucap.
Rotasi besar-besaran yang tiba-tiba dilakukan Yang Chengzhuo ini terlihat seperti keputusan impulsif, namun sebenarnya ia telah mempersiapkan taktik ini sejak masa pelatihan musim panas. Jadi lineup pembuka bukanlah keputusan dadakan, melainkan kombinasi yang terus ia eksperimenkan.
……
……
15 September, malam hari, Stadion Santiago Bernabéu
Setelah melalui 45 menit babak pertama, kedua tim kembali ke arena pertandingan.
Papan skor merah menyala di Bernabeu menampilkan skor 0:1 - sesuai konvensi internasional, tim tuan rumah di depan, tim tamu di belakang.
Benar, tidak ada yang salah lihat! Real Madrid kebobolan di kandang sendiri!
Almería dengan bangga merampas kebobolan pertama musim ini dari Madrid. Fans Los Blancos pasti akan mengingat momen ini, karena tim yang belum pernah bertemu selama 16 tahun ini langsung memberi peringatan keras.
Performa Madrid di pertandingan ini terlihat sangat aneh!
Ini adalah komentar langsung dari komentator pertandingan. Bukan hanya dia, semua fans Real Madrid juga menyadarinya karena mereka melihat Real Madrid ternyata bermain dengan menguasai bola, dan melakukannya dengan cukup terstruktur.
Dalam 45 menit babak pertama, rasio penguasaan bola Real Madrid mencapai 67.8% - angka yang jarang terlihat dalam taktik Real Madrid sebelumnya. Namun jumlah tembakan mereka justru lebih sedikit daripada Almeria yang bermain bertahan-balik: hanya 6 kali tembakan (1 tepat sasaran) berbanding 7 tembakan lawan, dengan sisanya merupakan tembakan melambung tinggi.
Apa makna data ini?
Ini menunjukkan pergerakan serangan Real Madrid mengalami masalah besar. Pemain sama sekali tidak mampu mengirim bola ke area berbahaya secara efektif untuk menciptakan peluang tembakan berkualitas, sehingga akhirnya hanya mengandalkan kemampuan individu dan tembakan jarak jauh.
Menyikapi hal ini, Yang Chengzhuo melakukan penyesuaian taktis selama istirahat tengah.
"Taktik barumu tidak ada masalah, kami juga telah mencapai tujuan. Dalam hal penguasaan bola, kami unggul dari lawan. Kami juga mampu menekan lawan di area pertahanan mereka. Sekarang tinggal satu langkah terakhir: bagaimana mengubah penguasaan bola menjadi ancaman efektif." Benitez berdiri di samping Yang Chengzhuo, mengawasi wasit membunyikan peluit yang menandai permulaan babak kedua.
Yang Chengzhuo tersenyum, memalingkan wajah ke arah rekannya. "Jika kita kalah dalam pertandingan ini, besok semua orang akan mencemoohku! Mereka akan menganggapku seperti Dongshi yang meniru Xi Shi, berani-barinya ingin meniru Barcelona bermain penguasaan bola!"
"Taktik kita berbeda dengan Barcelona!" Fernando Redondo membela.
Benitez menggelengkan kepala. "Tak ada yang akan peduli dengan perbedaan itu. Jika kalah, bahkan upaya membela diri pun akan terasa sia-sia!"
"Tapi kita perlu ban cadangan. Mustahil kita mengandalkan satu set taktik saja untuk menaklukkan semua lawan, bukan?" kata Redondo.
Ini fakta yang diketahui semua orang, meski sebagian orang - seperti wartawan - punya kebiasaan pribadi untuk mengabaikannya.
Setelah penyesuaian di jeda babak, Yang Chengzhuo memerintahkan Arbeloa dan Miguel Torres untuk memberikan lebih banyak bantuan kepada Mata dan Özil. Saluran sayap dibuka seluas mungkin untuk memaksimalkan peran Negredo di dalam kotak penalti. Posisi Guti dimajukan lebih ke depan, sementara Granero sedikit mundur bertugas sebagai penghubung antara Thiago Silva dan Guti. Dalam taktik Yang Chengzhuo, dia berfungsi sebagai pembantu lini tengah yang bisa maju memberikan umpan silang atau langsung melakukan pressing, juga bisa mundur membagi bola ke sayap bahkan membantu pertahanan.
Setelah lebih dari satu tahun, seluruh skuad Real Madrid telah sepenuhnya memahami sistem pergerakan tanpa bola ala Yang Chengzhuo. Mereka semua paham cara menjaga jarak taktis dan membantu rekan setim. Yang menjadi masalah sekarang adalah kurangnya keharmonisan dalam koordinasi dan tempo serangan yang masih terlalu lambat.
Tapi Yang Cheng memiliki perasaan bahwa masalah ini akan membaik secara signifikan seiring pemain beradaptasi dengan tekanan pertahanan Almeria, ditambah pengeluaran energi lawan yang parah dan penurunan kekuatan defensif mereka.
Jadi bahkan ketika tim tertinggal dalam waktu lama, dia tetap tidak melakukan penyesuaian pergantian pemain. Hal ini membuat semua orang merasa sulit percaya, bahkan komentator langsung berpikir Yang Cheng sedang mempertahankan kesalahannya dengan keras kepala.
"Kita harus mengakui dia luar biasa, tapi dalam 60 menit pertama pertandingan ini, Real Madrid bermain kacau, tidak bisa mengorganisir serangan mengancam yang efektif. Dia harus segera melakukan penyesuaian, kalau tidak, kemenangan beruntun Los Blancos mungkin terhenti di 16 pertandingan!"
Fans Real Madrid di Bernabeu justru tidak memberikan siulan, malah memberikan dorongan kepada tim.
Ketika pertandingan memasuki menit ke-67, Thiago Silva menghadapi rekan sebangsanya dari Brasil Felipe? Melo yang sedang membawa bola maju, dengan stabil menguasai posisi lalu merebut bola dari kaki Melo, kemudian dengan cepat menyerahkan ke Miguel Torres di sayap kanan.
Pemain muda Castilla langsung membawa bola maju setelah menguasainya, memberikan umpan terobosan ke Mesut Özil di sisi kanan.
Pemuda Jerman ini menguasai bola dengan posisi membopong, menghadapi Bruno yang memiliki posisi bertahan dan kontribusi defensif yang hebat. Özil tidak memilih untuk terus melakukan dribel satu lawan satu, melainkan memanfaatkan keunggulan kaki kirinya dengan menyamping sambil membawa bola ke tengah. Setelah berhasil mengalihkan perhatian defender, ia mengoper bola ke Guti di depan wilayah terlarang.
Guti yang mendapatkan bola sama sekali tidak menunjukkan keraguan. Karena dikelilingi pemain bertahan, bola seolah menabrak kakinya dan terpantul ke udara, kemudian mendarat di area agak ke kanan wilayah terlarang.
"Negredo berada di area yang agak ke kiri, sementara Raul menerobos dari luar kotak penalti, berbalik membelakangi gawang, mengontrol umpan Guti dengan dada ke sisi kanannya, berputar, lalu melepas tendangan keras!"
"Seluruh gerakan mengalir mulus bagai air, sangat elegan dan tenang."
"Bola meluncur melewati kaki penjaga gawang Cobeño dan menggelinding masuk ke dalam jala!"
""1:1! Real Madrid mencetak gol!!!"
"Raul melesat keluar dari kotak penalti, mengayunkan lengannya penuh semangat sambil berteriak ke arah fans Real Madrid di tribun, meminta sorak-sorai mereka semakin dahsyat."
"Seluruh Stadion Bernabeu bergemuruh, semua fans Los Blancos meneriakkan nama Raul."
""Gol yang sangat-sangat spektakuler! Umpan Guti merobek pertahanan belakang Almeria, sementara kontrol bola dan tendangan voli keras Raul juga luar biasa. Ini manifestasi murni dari kilau kemampuan bintang individu!""
Tapi benarkah ini hanya manifestasi kilau kemampuan bintang individu? Benarkah tidak ada fungsi taktis di baliknya?
Dengan cepat, Real Madrid menggulingkan pernyataan itu lewat gol kedua yang tercipta hanya 5 menit kemudian.
Gelombang Pertama serangan dimulai ketika Mesut Özil berhasil mencapai area sayap kanan dan mengirim umpan ke kotak penalti. Tembakan berani Álvaro Negredo dihalangi bek tengah Juanito, kemudian upaya kedua Guti juga digagalkan oleh Bruno, sebelum Carlos García membuang bola dengan Kaki Besar keluar dari kotak penalti - namun bola mendarat di kaki Thiago Silva yang berada di posisi belakang.
Bek tengah asal Brasil ini menampilkan posisi sangat maju dalam pertandingan ini. Setelah menguasai bola, ia mentransfer permainan ke sisi kiri lapangan dimana Álvaro Arbeloa menggiring bola maju sebelum memberikan operan kepada Juan Mata. Pejuang sayap kiri ini kemudian melakukan breakthrough dengan menyusur garis lapangan untuk melakukan crossing akurat.
Negredo di titik belakang merebut header dengan Juanito, namun sudut tembakannya terbatas. Dia melompat dan mengayuh bola ke titik depan. Raul yang seperti rubah licik bersembunyi di wilayah terlarang, menerobos masuk dan menyundul umpan Negredo untuk kedua kalinya menghantam gawang Almeria.
“GOALLLLLLLLLLLL！！！！！！！”
"5 menit, Real Madrid mencetak dua gol dalam 5 menit!!!"
"Dua gol indah, ini adalah transkrip nilai unggul yang Raul berikan setelah kembali ke lineup pembuka!"
"Pengepungan bersama yang cantik. Setelah menyamakan skor, Real Madrid menghajar habis-habisan Almeria di separuh lapangan mereka. Gelombang serangan demi gelombang tiada henti, Almeria bahkan tak mampu membangun kontrol bola yang efektif."
Setelah berhasil melakukan, Yang Cheng melakukan pergantian pemain pertama kali sepanjang pertandingan. Dia menggantikan Hierro dengan Xavi García, mengembalikan Thiago Silva ke posisi bek tengah mundur, sementara Xavi García mengambil alih posisi Thiago Silva.
Hasilnya di menit ke-78, Xavi García yang menerobos masuk dan mengoper bola membantu Mesut Özil di sayap kanan menerobos wilayah terlarang Almería. Orang Jerman itu melepaskan tembakan jenius, namun kekuatan dinamis kurang, diselamatkan kiper. Negredo menyambar bola tambahan berhasil, 3-1!
Dengan medan gaya semakin terbuka lebar, ditambah semangat Almería yang semakin merosot setelah kebobolan terus oleh Real Madrid, intensitas pertahanan mereka menurun. Yang Cheng memasukkan Callejon menggantikan Guti, menggeser Özil ke tengah medan sementara Callejon mengisi sayap kanan. Tak lama kemudian, pemain muda Bueno menggantikan kapten yang menonjol Raul. Dua kapten tim ini turun lapangan disambut sorak-sorai gegap gempita dan tepuk tangan dari fans Real Madrid di seluruh stadion.
Pada menit ke-88, Granero melakukan umpan silang penuh imajinasi di area kanan dalam serangan balik cepat. Negredo menyambut dengan tendangan voli spektakuler yang kembali membobol gawang Almeria, 4-1!
Real Madrid yang mencetak 4 gol beruntun menunjukkan dinamika yang tak pernah puas. Para pemain pengganti dan bakat muda tim yang akhirnya mendapat kesempatan bermain di liga ini, kini semua bertekad menunjukkan kemampuan di hadapan Yang Chengzhuo. Bahkan hingga saat-saat terakhir pertandingan, mereka terus mengancam gawang Almeria, membuat pelatih kepala Almeria berkeringat dingin.
Akhirnya, Real Madrid meraih kemenangan 4-1 atas Almeria di Stadion Santiago Bernabéu, mencatatkan 17 kemenangan beruntun di La Liga!
Kabar yang lebih baik adalah, setelah pertandingan berakhir, dari Stadion El Sadar milik Osasuna datang kabar brilian: setelah 90 menit pertandingan berakhir, kedua pihak justru bermain imbang 0:0.
Yang paling menyedihkan adalah Barcelona memiliki rasio penguasaan bola 69.5% namun tak kunjung berhasil menembus gawang Osasuna. Sebaliknya dalam pertandingan ini, Real Madrid yang juga memiliki rasio penguasaan bola setinggi 70.5% berhasil membalikkan keadaan menjadi 4-1 melawan Almeria berkat letusan kreativitas di setengah jam terakhir.
Dua pertandingan ini seketika menjadi buah bibir semua orang. Semua berharap bisa menemukan masalah sebenarnya yang dihadapi Barcelona, sekaligus memahami alasan di balik metamorfosis besar yang terjadi pada Real Madrid.
World Sport bahkan mengeluarkan ratapan pilu di koran keesokan harinya, menerbitkan artikel berjudul [Dengan Apa Kami Harus Menyelamatkanmu, Barcelona Kami!] yang menganggap ketertinggalan 4 poin dari Real Madrid dalam 3 pertandingan membuat Barcelona sudah kehilangan kesempatan juara liga di awal musim.
Ini membuat Real Madrid yang menunjukkan performa otoriter akhir-akhir ini kembali menarik perhatian fans seantero alam semesta!
