Bagi pelatih mana pun, menyusun taktik sepakbola yang stabil adalah hal yang kontradiktif.
Semua tahu bahwa mempertahankan stabilitas taktik adalah syarat wajib untuk meraih hasil dan landasan kesuksesan tim. Namun di era ketika taktik semakin dihargai dan penelitian lawan semakin terfokus, taktik sepakbola bagaikan mendayung melawan arus. Jika tidak terus menyempurnakan dan berkembang, lawan akan cepat menemukan cara mengatasi, terutama tim elit yang selalu diawasi ketat.
Tapi jika kamu ingin mengubah dan menyesuaikan taktik, maaf, ini pasti akan mempengaruhi stabilitas tim, membawa dampak tertentu pada performa, dan akhirnya memengaruhi nilai.
Seorang pelatih kepala yang hebat dalam hal ini, yang terpenting adalah menguasai batas toleransi.
Sebagai lawan, kamu boleh mengincar titik lemahku semaksimal mungkin, tapi aku akan menutupinya dengan keunggulanku lalu menghancurkanmu. Jika perbedaan kekuatan seperti antara Real Madrid dan Valladolid, maaf, aku akan menggilasmu dengan kekuatan mutlak - perlawananmu sia-sia.
Real Betis setelah menjual banyak bintang utama, kekuatan menyeluruhnya menurun drastis. Tapi dengan dasar kokoh yang terakumulasi bertahun-tahun, tim ini tetap menjadi kekuatan yang tak boleh diremehkan di La Liga, terutama di Stadion Benito Villamarín.
Mengingat kemampuan serangan sayap Real Betis yang kuat, Yang Chengzhuo memainkan Arbeloa menggantikan Marcelo sebagai starter. Bek sayap Spanyol yang baru-baru ini mendapat tekanan dari Marcelo ini, tepat di menit ke-16 memanfaatkan gerakan diagonal tanpa bola di sisi lapangan, mengontrol bola di kotak penalti lalu melepaskan tembakan keras yang mencetak gol pembuka untuk Real Madrid.
Yang Chengzhuo sendiri agak terkejut, karena serangan ini menunjukkan pondasi teknik Arbeloa yang kokoh. Meski secara keseluruhan terkesan biasa, efektivitasnya tak terbantahkan - mulai dari penguasaan bola hingga eksekusi tembakan, semuanya dilakukan dengan stabil.
Namun di menit ke-39, umpan jauh pemain area tengah Capedevilla menemukan striker Brasil Sobis yang sukses lolos dari jebakan offside. Di bawah tekanan dan interferensi Pepe yang mengejarnya, dengan gigih ia membawa bola masuk ke kotak penalti lalu menuntaskan dengan tembakan rendah spektakuler yang menyamakan kedudukan untuk Real Betis.
Setelah itu Real Madrid terus menyerang sementara Real Betis melakukan serangan balik. Kedua tim bertarung sangat sengit hingga akhirnya di menit ke-74, Real Madrid mengandalkan tendangan jarak jauh Ramos yang menerobos masuk untuk kembali unggul skor. Skor 1-2 bertahan hingga pertandingan berakhir, mengantarkan Real Madrid membawa pulang kemenangan dari Stadion Lopera.
Hampir bersamaan, pertandingan tandang Barcelona melawan Zaragoza juga berlangsung alot. Henry mencetak gol pembuka, namun Oliveira menyamakan skor di babak kedua. Ronaldinho kemudian mencetak gol di menit ke-88 yang membawa Barcelona unggul lagi, akhirnya meraih kemenangan 2-1 di kandang lawan.
Namun sebuah kisah menarik terjadi sebelum pertandingan. Media Barcelona melaporkan bahwa klub tertarik pada striker utama Zaragoza, Diego Milito, dan berharap dapat menyatukan kedua bersaudara di Camp Nou. Mereka juga meng-hype klaim bahwa petinggi Barcelona sangat mengungguli Milito.
Diego Milito juga mengungkapkan kerinduannya pada Stadion Camp Nou dalam wawancara dengan wartawan sebelum laga, "Berbakti untuk Barcelona adalah impian sejak kecilku. Aku bahkan rela tidak digaji asal bisa bermain di Camp Nou!"
Adiknya, Gabriel Milito, menyatakan bahwa perekrutan Diego Milito akan memperkuat kemampuan ofensif Barcelona, "Dia adalah striker yang bisa menciptakan ancaman dan mencetak gol kapan saja di mana saja!"
Satu putaran hype ini membuat Diego Milito tampil biasa-biasa saja di pertandingan ini. Setelah pertandingan, pihak Zaragoza memberinya peringatan, menganggapnya lengah karena hype media dan beberapa pernyataannya dianggap tidak menghormati klub. Diego Milito meminta maaf atas hal ini, sementara pihak Barcelona sama sekali tidak membahas rencana merekrut striker Argentina tersebut.
Terhadap urusan-urusan ini, Yang Chengzhuo tidak punya banyak waktu untuk menghiraukannya, karena di tengah pekan ia harus terbang ke Lyon menghadapi tantangan tandang.
……
……
Di alam sepakbola, ada dua tipe pemain yang paling disukai pelatih kepala: pemain yang sangat cerdas dan pemain berbakat. Keduanya adalah tipe yang jika digunakan dengan tepat bisa membuat pertandingan berubah secara luar biasa.
Diego Milito yang belakangan dihubungkan dengan Barcelona termasuk kategori pemain sangat cerdas, agak mirip dengan Van Nistelrooy.
Banyak orang menganggap aneh: Kenapa efisiensi mencetak gol Van Nistelrooy bisa setinggi itu?
Alasan sederhananya, sebelum menerima bola, dia sudah memiliki penilaian yang sangat jelas di kepalanya, area mana di gawang yang ingin dituju setelah menerima bola. Hampir secara naluriah, begitu bola datang, dia langsung menentukan cara terbaik untuk mengantarkan bola ke area yang diinginkan. Itulah mengapa efisiensinya sangat tinggi.
Mungkin ada yang bertanya-tanya, mengapa tidak menunggu bola datang dulu baru berpikir?
Jawabannya sederhana: Begitu bola sampai di kaki Anda, tidak ada waktu untuk ragu-ragu memikirkan hal ini karena bek lawan akan segera muncul di hadapan untuk menghentikan Anda. Jika tidak bisa menguasai momen penerimaan bola dan langsung menembak, sangat mudah ditutup oleh lawan.
Diego Milito juga bermain dengan kecerdasan serupa, tapi berbeda dengan Van Nistelrooy. Dia lebih adaptif dengan taktik sepakbola modern. Bukan pembunuh di kotak penalti seperti Van Nistelrooy, melainkan rubah licik di garis depan yang terus mencari celah. Tidak hanya mampu mencetak gol, tapi juga menjadi penyuplai bola bagi rekan setim.
Kecerdasan Van Nistelrooy terletak pada kemampuannya menciptakan ancaman segera setelah bola menyentuh kakinya. Oleh karena itu, pelatih kepala yang memiliki striker tipe ini harus memprioritaskan taktik pengiriman bola ke area operannya. MU di kehidupan sebelumnya sangat ahli dalam aspek ini, sementara Inter Milan pimpinan Yang Chengzuo di kehidupan sekarang juga menunjukkan performa yang sama gemilang.
Kecerdasan Diego Milito justru terletak pada stabilitasnya sebagai titik penguasaan bola di garis depan yang tetap bisa bergerak cepat dan muncul di segala penjuru. Karakteristik ini memberikan nilai taktis yang sangat besar bagi tim manapun yang memilikinya.
Kedua pemain ini memiliki banyak kesamaan: pondasi teknik yang sangat kokoh (mampu mengulangi gerakan identik 10 kali tanpa kesalahan), serta teknik mengontrol bola yang luar biasa matang.
Kemampuan menghentikan laju bola adalah tolok ukur utama yang menentukan seberapa tinggi level seorang pemain bisa mencapai.
Tipe kedua pemain berbakat yang biasanya disukai pelatih kepala, tetapi bakat ini berbeda dengan jenis bakat seperti Pelé atau Maradona, juga bukan jenis yang sering digembar-gemborkan media luar seperti Robinho atau Quaresma. Meski gaya bermain mereka megah, tapi cenderung lebih style daripada substansi, sulit beradaptasi dengan sepakbola modern. Sebaliknya, Benzema adalah contoh pemain berbakat modern yang langsung menarik perhatian pelatih kepala berpenglihatan tajam.
Kemampuan mempertahankan bola yang luar biasa - ini adalah kesan pertama semua orang yang menyaksikan Benzema bermain. Dia berbeda tipe dengan Villa. Jika Villa termasuk tipe fleksibel yang bermain ala gerilya, maka Benzema adalah tipe penyerang kuat yang mampu mendorong maju. Kemampuan lari dan menjaga bolanya yang sangat baik memastikannya bisa tetap stabil menguasai bola bahkan di area 32 meter pertahanan paling padat, lalu mendesak pertahanan lawan mundur ke wilayah terlarang.
Aku bisa menguasai bola dalam 32 meter. Jika pertahananmu tidak merapat ke area penalti membentuk kedalaman, setiap operanku akan menembus belakang. Bagaimana mau bertahan?
Jika Benzema hanya punya kemampuan seperti ini, paling-paling dia cuma bakat biasa. Bakat sesungguhnya terletak pada pikiran yang selalu jernih dan tenang. Kapan saja di mana saja dia tahu harus berbuat apa, seolah terlahir dengan pemahaman mendalam akan lingkungan sekitar, bagai sedang menonton rekaman pertandingan.
Mengapa semua bek merasa Ronaldo sulit dihadapi?
Karena biasanya orang yang menghadapi Ronaldo akan menyadari: Dalam situasi tertentu, kau mengira dia akan bertindak A, tapi saat dieksekusi ternyata sama sekali berbeda dengan perkiraanmu. Ini karena pemahamannya yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar.
Hal ini juga dikuasai Benzema dengan gemilang. Entah saat berbalik sambil mengontrol bola lalu menembak, maupun koordinasi langkah dan irama, semuanya dilakukan dengan sempurna. Seluruh tekniknya terstandar, keseimbangan kaki kiri-kanan prima - semua ini merupakan bakat alami yang menjadikannya striker top.
Hanya bakat, bisakah menjadi striker top? Masalah utama tergantung pada kesempatan dan perkembangan masa depannya.
Tentu saja, bukan berarti kemampuan menguasai bola tidak memadai atau bakat kurang menonjol membuat seseorang tidak pantas disebut pemain top. Di dunia ini tidak ada hal yang mutlak, seperti saat musim dingin tahun lalu ketika broker Argentina merekomendasikan pemain muda River Plate, Higuain ke Real Madrid.
Yang Chengzhuo langsung memberikan saran kepada Hidalgo. Menurutnya, Higuain tidak cocok dengan permintaan taktik saat ini karena kemampuan penguasaan bolanya buruk. Namun sebagai teman, Yang juga mengajukan proposal agar Higuain meninggalkan pengejaran permukaan bola dan beralih ke pengembangan permainan tanpa bola.
Kenyataannya, ketika Higuain bergabung dengan Real Madrid di kehidupan sebelumnya Yang Chengzhuo, keahlian bermain bolanya juga buruk. Fans Real Madrid sempat mengkritiknya sebagai bukti uang gelap Mijatović. Namun setelah Higuain bertransformasi ke permainan tanpa bola dengan mengamati Raul, Van Nistelrooy dan pemain lain, barulah ia meraih kesuksesan di kemudian hari.
Tapi saat ini taktik Real Madrid tidak sepadan dengan ciri khas perkembangan masa depan Higuain. Karena itu Yang Chengzhuo menolak usulan Hidalgo.
Bukan karena dia punya prasangka terhadap Higuain. Sebaliknya, ini murni pilihan taktik teknik. Karena jika harus mengubah taktik menyeluruh tim demi satu Higuain, bukankah itu kerugian lebih besar daripada keuntungan?
Bagaimanapun, sistem taktik ini telah melalui proses penyesuaian hampir dua tahun. Dengan berbagai perbaikan dan kemajuan terus-menerus, perubahan besar akan menjadi tindakan yang tidak strategis!
Jika Higuain adalah semi-jadi yang hanya menyelesaikan 50%, sementara Diego Milito adalah produk jadi yang matang terlambat dengan semua aspek telah mencapai kesempurnaan total, maka Benzema saat ini adalah hampir jadi, telah mencapai 75% dan hanya membutuhkan langkah terakhir. Itulah mengapa performanya baik di Ligue 1 maupun kancah Eropa benar-benar tak terbantahkan.
Setidaknya dalam pertandingan melawan Real Madrid kali ini, Benzema kembali mencetak gol. Sayangnya, upayanya tak cukup untuk mencegah timnya kalah 1-2 di kandang sendiri. Real Madrid pimpinan Yang Chengzhuo sekali lagi berhasil meraih kemenangan.
Setiap kali menyaksikan Benzema mencetak gol, Yang Chengzhuo selalu takjub pada ketenangan sang pemain di wilayah terlarang. Mirip seperti Agüero, ketenangan alami pembunuh sejati. Dengan ketenangan seperti ini, teknik menembak yang sempurna tak diperlukan - eksekusi yang tuntas lebih berharga daripada striker dengan teknik memukau tapi mental labil.
Untuk itu, setelah pertandingan selesai, saat Yang Cheng hendak kembali usai menjabat tangan pelatih Lyon Alain Perrin, kebetulan bertemu Benzema yang sedang menuju ruang ganti. Dengan senyum, Yang Cheng mengangguk ke arah Benzema, "Bagus, Karim!"
Seandainya orang lain yang disapa aktif oleh Yang Cheng, meski tak sampai histeris mendekat untuk berbincang, setidaknya akan merespons dengan sopan. Tapi pemain Prancis yang introvert ini hanya mengangguk singkat pada Yang Cheng, lalu masuk ke ruang ganti dengan wajah bingung, meninggalkan Yang Cheng di luar.
Jika ada satu kekurangan Benzema sebagai pemain seusianya, pastilah sifat aslinya.
Terlalu introvert jelas bukan hal baik bagi pemain profesional. Sifat tertutup seringkali berarti penyendiri, bahkan cenderung eksentrik - faktor yang sangat menghambat adaptasi di lingkungan baru. Contoh nyata adalah Anelka, jenius eksentrik Prancis yang sebenarnya juga terlalu tertutup.
Melihat bayangan dari belakang Benzema, Yang Chengzhuo tidak ambil pusing. Dia tahu striker Prancis itu tidak sengaja, hanya menggelengkan kepala dengan senyum pahit pasrah, lalu berbalik menuju bangku pelatihnya.
……
……
Pada pertandingan ke-25 Liga, Barcelona bermain satu hari lebih awal dari Real Madrid. Hasilnya, Barcelona membantai Levante 5-1 di kandang sendiri lewat hat-trick Eto'o, ditambah gol dari Messi dan Xavi. Namun pertandingan ini sama sekali tidak semudah skor yang tertera, setidaknya sepanjang babak pertama Barcelona sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi Levante.
Berselang satu hari setelah Barcelona, lawan sudah memenangkan pertandingan. Ditambah lawan di putaran ini adalah Getafe yang kontribusi defensif-nya hebat, hal ini jelas memberikan tekanan besar bagi Real Madrid dalam laga di Bernabeu. Apalagi performa Los Blancos belakangan memang sedang mengalami pasang surut.
Namun bagaimanapun, mengumpulkan poin secara stabil lebih penting dari segalanya. Dengan gol dari Villa di menit ke-64, Real Madrid menang tipis 1:0 atas Getafe di kandang sendiri, mempertahankan keunggulan 14 poin atas Barcelona.
Di pertengahan pekan, Real Madrid yang memainkan skuad campuran antara pemain inti dan cadangan berhasil mengalahkan Racing Santander 3-1 di semifinal Piala Raja di kandang sendiri. De la Red, Agüero, dan Raul mendirikan kontribusi besar bagi kemenangan Los Blancos di pertandingan pertama.
Skor agregat 3:1 ini memberikan dasar yang kuat bagi Real Madrid untuk lolos ke final. Selama tidak mengalami kekalahan besar di kandang lawan, lolosnya Madrid ke final tidak masalah besar. Di pertandingan lain, Valencia berhasil membawa pulang hasil imbang 1-1 dari Stadion Camp Nou menghadapi Barcelona yang juga bermain dengan setengah skuad inti dan cadangan.
Tapi Barcelona yang sial tak hanya karena bermain imbang di kandang sendiri yang membuat mereka sulit lolos di Copa del Rey. Tiga hari kemudian di Stadion Calderon, meski menguasai bola 68%, Barcelona justru kalah 2-4 dari Atletico Madrid.
Barcelona seolah telah masuk ke jalan buntu. Terutama setelah pertandingan usai, pelatih Atletico Aguirre dengan tersenyum mengatakan kepada wartawan bahwa dia mendapat inspirasi dari pertandingan melawan Real Madrid dan Barcelona.
"Menurutku taktik Yang Chengzhuo melawan Barcelona sangat efektif. Dia benar-benar memahami tim ini. Aku ingat dia pernah berkata, yang terpenting melawan Barcelona adalah bagaimana mencegah mereka mengoper bola ke area berbahaya kami. Jadi fokus pertahanan kami di pertandingan ini memang di area berbahaya."
"Kami benar-benar menyerah untuk memperebutkan penguasaan bola dengan Barcelona. Mereka hampir tidak memiliki umpan mengancam. Dua gol yang kami kebobolan murni karena kilatan kemampuan individu bintang-bintang lawan. Meski mendominasi rasio penguasaan bola, mereka kesulitan melakukan umpan tembus yang berbahaya, sehingga ancaman mereka minim."
"Dulu Barcelona sangat mistis bagi semua tim, termasuk klub-klub La Liga. Hampir semua pelatih memeras otak mencari cara menahan permainan mereka. Tapi sekarang, setelah beberapa pertandingan di musim lalu dan musim ini, kami sudah memahami taktik tim ini. Bagi pelatih, pemahaman itu memudahkan penanganan!"
Sehari lebih lambat dari Barcelona, Real Madrid menghadapi tantangan tandang melawan Recreativo de Huelva.
Ini lagi-lagi tim yang performa kandangnya luar biasa bagus, namun Real Madrid akhirnya berhasil meraih kemenangan 3-1 di kandang lawan dengan dua gol David Silva dan satu gol tambahan dari pemain pengganti Raul, memperlebar selisih poin dengan Barcelona menjadi 17 poin.
Melihat Real Madrid mengalahkan Recreativo Huelva dengan sisa 12 pertandingan liga, keunggulan 17 poin membuat semua pihak yakin gelar La Liga musim ini sudah tak lagi memiliki suspense.
Johan Cruyff dalam kolomnya mengakui dengan pasrah, "Kami tak bisa mengejar lagi, gelar juara sudah menjadi hak Real Madrid!"
Frank Rijkaard menggelengkan kepala saat diwawancarai, "Dengan performa Real Madrid saat ini, mustahil bagi kami untuk menghentikan mereka. Gelar La Liga musim ini jelas-jelas milik Madrid, tak ada keraguan!"
Namun pernyataan keduanya langsung memicu protes dari fans Barcelona.
"Dalam kondisi seperti ini, baik sebagai legenda tim yang sangat dicintai maupun pelatih kepala tim saat ini, mereka seharusnya tidak mengucapkan kata-kata yang merusak semangat tim ketika liga belum berakhir. Ini tidak hanya merupakan penghinaan terhadap tradisi dan kebanggaan tim, tetapi juga pengkhianatan terhadap fans!"
"Kami sama sekali tidak bisa menerima tim kami harus bersiap formasi di Bernabeu untuk menyambut Real Madrid yang menjadi juara liga lebih cepat. Jika hal seperti ini benar-benar terjadi, ini akan menjadi noda dalam sejarah Barcelona yang takkan pernah terhapus selamanya. Baik ketua, pelatih, maupun pemain - semua akan menjadi pendosa bagi orang Catalan!"
"Masih ada 12 putaran! Meski bukan untuk memperebutkan gelar juara, kita harus mengejar untuk menghindari penghinaan, bukan menyerah duluan!"
Fans meluapkan amarah dengan desakan massa, lebih banyak menyayat hati atas ketidakmampuan diri tim, bahkan fans Barcelona sampai menggelar parade protes di depan pintu klub. Di bawah tekanan, Rijkaard mengadakan konferensi pers untuk mengakui ketidaktepatan ucapannya dan menegaskan bahwa tim tidak akan menyerah bagaimanapun keadaannya.
Sayangnya, baik pernyataan kontroversial pelatih, komentar Johan Cruyff yang menurunkan semangat, maupun protes keras fans, semuanya menjadi pukulan telak bagi atmosfer internal Barcelona. Hal ini menyebabkan mereka kalah 1-2 di kandang sendiri saat menghadapi pertandingan kritis melawan Villarreal.
Kekalahan ini mengembalikan Villarreal ke posisi runner-up Liga. Karena Villarreal berhasil mengalahkan Barcelona dengan skor 3-1 di kandang sendiri dan 2-1 di markas lawan musim ini, nilai poin kedua tim menjadi setara. Dengan keunggulan head-to-head, Villarreal berhak menduduki peringkat kedua klasemen.
Sedangkan Real Madrid yang bertanding lebih awal sehari dari Barcelona, berhasil mengalahkan Espanyol 2-0 di kandang sendiri, memperluas keunggulan poin liga menjadi 20 poin.
Ini jelas sudah menjadi keunggulan yang sangat jauh tak terjangkau!
Jika dalam situasi seperti ini masih ada yang berpikir Barcelona bisa membalikkan keadaan Real Madrid, pasti akan dikritik habis-habisan!
