"Kita sekarang sudah tidak perlu lagi mempertanyakan bagaimana kondisi Real Madrid. Tidak diragukan lagi, mereka sedang menikmati keunggulan besar sebagai pemuncak klasemen liga. Mereka memang tim yang sangat unggul, tapi kita seharusnya tidak berlebihan memperhatikan mereka. Sebaliknya, kumpulkan semua semangat untuk fokus pada setiap pertandingan yang akan datang."
"Real Madrid akan segera menghadapi jadwal neraka melawan Deportivo La Coruña, Valencia, dan Sevilla. Kami punya alasan mutlak untuk percaya bahwa Madrid akan kehilangan poin dari trio ini. Yang harus kita lakukan sekarang bukan mencari kambing hitam, tapi fokus bagaimana memenangkan setiap pertandingan."
"Banyak fans yang sulit memahami: Pasukan kita lebih kuat dibanding musim lalu, bahkan lebih baik dari dua musim saat jadi juara. Taktik kita pun sudah ditingkatkan. Tapi meski pemain lebih kompeten, koordinasi lebih harmonis, dan disiplin tim lebih ketat, setiap laga tetap terasa sulit. Alasannya sederhana: lawan sudah mempelajari kelemahan kita!"
"Ketika taktikmu terus dipelajari, dipahami, dan di-counter oleh semua lawan, setiap pertandingan akan terasa seperti medan perang. Ini menuntut kita untuk terus melakukan kalibrasi taktis dan meningkatkan kualitas permainan tanpa henti."
"Masalah lain yang perlu diperbaiki adalah ruang ganti kita. Kita harus menata kembali keteraturan ruang ganti, membangun sistem kompetisi sehat dan mekanisme penyisihan yang teratur, melindungi stabilitas ruang ganti dan sistem tim, serta menemukan strategi rotasi yang efektif. Bagaimanapun, setiap season kita harus menangani pertandingan di berbagai kompetisi!"
"Penampilan kita di Liga Champions cukup baik. Meski agak dramatis saat melawan Celtic di babak 16 besar, akhirnya kita lolos. Aku dan para pemain sangat yakin bisa mengalahkan Liverpool di babak perempat final untuk masuk semifinal!"
Di kantor Yang Chengzhuo, beberapa orang sedang menonton wawancara Pep Guardiola di TV saat jeda latihan. Seharusnya yang muncul menerima wawancara adalah pelatih kepala Barcelona, tapi sekarang justru Guardiola yang menggantikannya.
"Apakah ini bisa dianggap sebagai sinyal yang jelas?" Fernando Redondo tersenyum tipis sambil bertanya.
Menggantikan Rijkaard dengan Pep Guardiola sudah menjadi rahasia yang diketahui semua orang, tapi belum sepenuhnya dipakukan di papan besi. Konon, pihak Barcelona saat ini masih mengirim perwakilan untuk menghubungi Mourinho dan manajernya, Jorge Mendes.
Dua musim berturut-turut tertindih oleh Real Madrid, terutama musim ini, mereka mungkin akan menciptakan situasi yang sangat memalukan: berbaris di Stadion Bernabeu untuk menyambut Real Madrid yang menjadi juara lebih cepat. Ini adalah momen bersejarah yang belum pernah terjadi dalam sejarah kedua klub, sebuah adegan pionir yang akan selamanya diingat oleh fans kedua tim.
Mourinho adalah pelatih legendaris kedua setelah Yang Chengzhuo di dunia sepak bola saat ini, muda dan penuh gairah. Hanya saja taktiknya agak tidak selaras dengan sistem Barcelona. Tapi pemahamannya tentang Yang Chengzhuo dan riwayat pertarungan mereka berdua, menjadikannya pelatih paling berpotensi yang bisa direkrut Barcelona untuk mengalahkan Yang Chengzhuo di era sekarang.
"Terutama di musim lalu, Chelsea di bawah Mourinho berhasil mengeliminasi Real Madrid pimpinan Yang Chengzhuo di babak perempat final."
"Hasil undian untuk musim ini juga telah keluar. Menurut jadwal saat ini, Real Madrid akan menghadapi Arsenal di perempat final. Jika lolos ke semi final, akan bertemu pemenang antara Fenerbahçe dan Chelsea. Tak diragukan lagi, The Blues lebih mungkin menang."
"Barcelona akan berhadapan dengan Liverpool. Jika berhasil melaju ke semi final, lawan berikutnya adalah pemenang antara Roma dan Manchester United."
"Mendes pernah menyebutkan hal ini sebelumnya padaku. Dia bahkan bercanda bahwa musim depan aku akan bertemu Mourinho di La Liga!" Ekspresi Yang Cheng terlihat berat saat mengatakannya.
Mourinho jelas merupakan pelatih paling paham cara menahan Yang Cheng di dunia sepakbola saat ini. Setelah Benitez direkrut ke dalam tim pelatih Yang Cheng, Mourinho menjadi pelatih dengan taktik paling efektif melawan Yang Cheng selain dirinya sendiri. Saat ini sistem pertahanan Real Madrid masih dalam proses penyesuaian, sementara sistem serangan belum sepenuhnya sempurna. Hal ini membuat Real Madrid menghadapi risiko tertentu saat berhadapan dengan Chelsea.
Jika musim depan Mourinho benar-benar mengambil alih jabatan di Barcelona, hal ini pasti akan membawa ancaman besar bagi Real Madrid pimpinan Yang Cheng. Karena hal ini menuntut setiap langkah Yang Cheng harus dijalani dengan kewaspadaan ekstrim, sama sekali tidak boleh lengah.
"Tapi Johan Cruyff sepertinya menjadi penentang vokal terhadap rencana pengangkatan Mourinho di Barcelona!" ujar Benitez.
Yang Chengzhuo tersenyum pasrah, mengenai hal seperti ini, dia juga tidak tahu. Tapi dari penjelasan Mendes, kontak antara Barcelona dan Mourinho sudah sangat mendalam. Kalau tidak, dengan sifat manajer Portugal itu, pasti tidak akan membuat lelucon seperti ini pada Yang Chengzhuo.
"Mungkin demi nilai!" Paulus Bayer berpendapat.
Rekam jejak musim ini sangat memilukan, ditambah lagi konsep taktik Barcelona memang menemui hambatan. Ini mengharuskan Barcelona harus melakukan penyesuaian dan perubahan. Jika tetap menggunakan pelatih kepala aliran Cruyff, perubahan yang terjadi pasti tak berarti. Dalam situasi seperti ini, kedatangan Mourinho malah mungkin menghancurkan yang lama untuk membangun yang baru.
Lagipula, bukankah Mourinho juga mantan pelatih Barcelona?
Paling-paling hanya bisa dibilang, fans Barcelona tidak menyukai orang Portugal ini!
"Masalah kita dengan Barcelona sebenarnya hampir sama!" Benitez terkekeh. "Mereka kurang kedalaman dalam penguasaan bola, sementara kami perlu menggali lebih dalam dalam serangan. Jujur, jika benar sudah mencapai tingkat seperti yang kamu katakan, siapa yang lebih berpeluang menang?" Orang Spanyol itu menatap Yang Chengzhuo setelah berkata demikian.
Masalah Barcelona saat ini adalah rasio penguasaan bola yang terlalu tinggi dengan waktu penguasaan tidak efektif yang terlalu lama. Mungkin sulit dipahami, sederhananya, penguasaan bola mereka lebih banyak terkonsentrasi di garis tengah lini tengah - antara Xavi dan Iniesta - yang posisinya berada di luar area 32 meter ancaman lawan.
Oleh karena itu, semua orang bisa melihat: Begitu area 32 meter dipertahankan rapat, Barcelona akan kesulitan mengirim umpan masuk. Begitu Yaya? Touré kehilangan posisi, maka Xavi dan Iniesta akan terjebak dalam situasi sulit penguasaan bola. Begitu bola direbut lawan, serangan balik pun terjadi.
Semua orang tahu, kehilangan kedalaman dan terlalu banyak operan melintang di area horizontal tertentu berarti setiap kali kehilangan bola akan menjadi serangan balik lawan. Dulu Yang Chengzhuo melakukan ini tepat di Stadion Camp Nou!
Jika Yang Cheng yang memilih, dia tidak akan seperti saran beberapa media dan sosok sepakbola - berpindah dari satu ekstrem ke ekstrem lain. Dia tidak akan menyerah penguasaan bola, malah menambah kedalaman penguasaan yang stabil.
Sederhana saja: Di belakang Xavi dan Iniesta, atur titik operan stabil. Yaya? Touré cukup menjalankan tugas bertahan dengan baik. Jika tidak memungkinkan, Busquets bisa menggantikan. Bek tengah pun bisa menerobos masuk.
Tapi ini hanya mempertahankan kedalaman dalam rasio penguasaan bola. Untuk menciptakan kedalaman serangan, perlu menempatkan titik sambutan di area 32 meter. Messi bisa bergerak ke area tengah lapangan, membuka sayap untuk Alves melakukan serangan menerobos. Kemampuan Messi dalam menguasai bola di ruang sempit di bawah tekanan intensitas tinggi membuatnya menjadi titik sambutan stabil Barcelona di area 32 meter.
Dengan demikian, baik di depan maupun belakang telah ada titik oper. Jalur penguasaan dan distribusi bola memiliki dimensi vertikal. Ditambah harmoni sempurna antara Messi, Xavi, dan Iniesta, daya gedor serangan Barcelona akan meningkat berkali-kali lipat dibanding sekarang!
Sedangkan kedalaman serangan Real Madrid lebih bersifat penyiksaan dan pengrusakan terhadap pertahanan lawan.
Mereka benar - jika serangan Barcelona diibaratkan YJ, maka serangan Real Madrid adalah QJ.
Sekarang posisi Kaká lebih fleksibel. Meski ini membuat ancaman serangannya saat menerobos lebih besar dan punya elemen kejutan, tapi tarikan dan interferensi terhadap pertahanan lawan di depan masih kurang, tekanan yang diberikan juga tidak cukup. Hanya mengandalkan Villa seorang diri masih tidak bisa. Oleh karena itu, Yang Cheng ingin menemukan pemain yang bisa menyiksa pertahanan lawan setiap saat, seperti Cristiano Ronaldo.
Yang tidak kurang saat ini di Real Madrid adalah kesempatan. Sistem taktik lengkap Yang Cheng bisa memastikan tim terus-menerus memasukkan bola ke area ancaman lawan semaksimal mungkin. Kuncinya adalah bagaimana memastikan kemampuan menguasai momentum tepat di area ancaman tersebut.
Jadi sekilas, baik Real Madrid maupun Barcelona sama-sama butuh kedalaman. Tapi kedalaman yang dibutuhkan kedua tim ini sama sekali berbeda.
"Baik Mourinho maupun Pep Guardiola, kecuali mereka benar-benar menghancurkan sistem taktik menyeluruh Barcelona, kalau tidak, dengan terus mengikuti arah perkembangan saat ini, satu-satunya jalan adalah membentuk titik sambutan vertikal. Dan selama mereka melakukan ini, aku punya cara untuk memberikan mereka pelajaran yang keras!"
Jika Yang Chengzhuo bisa memikirkannya, pasti ada cara untuk menahan diri!
……
……
Di lapangan sepakbola, selalu penuh dengan berbagai peristiwa misterius.
Seperti kutukan ruang ganti Stadion Millennium Cardiff, kutukan Pelatih Terbaik Liga Premier, sementara bagi Real Madrid, kutukan terbesar adalah Kutukan Riazor.
Satu tim yang selama belasan tahun terakhir mendominasi Benua Eropa, pernah tak terkalahkan sebagai raksasa La Liga. Satu tim lainnya hanya kelas semi-elit, bahkan belum layak disebut elit, hanya sesekali menunjukkan kekuatan menonjol di musim tertentu - Deportivo La Coruña. Keduanya berada di liga yang sama, setiap musim harus bertandang ke Stadion Riazor. Tapi Real Madrid selama 17 tahun terakhir tak pernah menang di sana.
Apa sebenarnya alasan di balik ini?
Apakah benar-benar karena ada kutukan di stadion ini, sehingga setiap kali Los Blancos masuk ke sini, mereka sulit mengalahkan lawan?
Sama sekali tidak!
Menurut Yang Cheng, faktor utama "Kutukan Riazor" yang dialami Real Madrid adalah tekanan psikologis. Hal ini membuat pasukan putih selalu diliputi keraguan dan kekhawatiran. Sebaliknya, Deportivo justru memiliki keunggulan mental saat menghadapi Madrid di kandang sendiri. Kondisi ini memicu performa luar biasa skuad biru-putih, terlebih mereka sudah 17 tahun tak pernah kalah dari Madrid di sini.
Dalam 17 tahun terakhir ini, Real Madrid mengalami terlalu banyak bencana di Stadion Riazor. Yang paling terkenal adalah dua pertandingan pada tahun 1999 dan 2000.
Tahun 1999, Real Madrid tandang melawan Deportivo. Babak pertama kalah 0-3, Mijatović dan Seedorf terlibat konflik internal sengit yang membuat semua fans Real Madrid kecewa - tim tidak hanya kalah pertandingan tapi juga kehilangan martabat. Tahun 2000, Real Madrid kalah 2-5 di tandang melawan Deportivo. Viktor, mantan pemain Real Madrid, mencetak gol ketiga untuk Deportivo yang mengunci kemenangan. Saat dikenai kartu merah, dia meludahi Ketua Real Madrid Sanz di tribun penonton, menimbulkan respons besar.
Alasannya sederhana, sebelum pertandingan media membocorkan bahwa Sanz kalah berjudi di kasino pasar gelap, lalu menggelapkan dana klub untuk melunasi utang judinya. Pemberitaan wartawan ini memicu kecaman jutaan fans Real Madrid. Bahkan insiden Viktor meludahi Sanz justru mendapat dukungan luas dari para pendukung Los Blancos.
Bukan karena Sanz miskin tak bisa bayar utang. Saat itu dia jelas masih orang kaya ternama, jauh dari kesan terpuruk sekarang. Tapi tindakannya menggunakan uang klub untuk urusan pribadi ini bukan sekadar masalah penggelapan dana. Ini menyangkut integritas pribadinya serta komitmennya terhadap klub.
Sebenarnya sejak era Mendoza, Sanz sudah tak disukai. Dia bisa jadi Ketua terutama karena Mendoza pensiun dini akibat sakit. Sebagai Wakil Ketua, Sanz merebut kendali Real Madrid lewat manuver dewan direksi - persis seperti cara Calderon menguasai klub nantinya.
Jika ingin membahas prestasi Sanz dalam mengelola Real Madrid, sebenarnya tidak ada yang istimewa untuk dikatakan: 5 tahun, 1 gelar La Liga dan 2 gelar Liga Champions. Yang terakhir sering disebut-sebut oleh jutaan orang, tapi lihatlah bagaimana dua gelar Liga Champions itu diraih - hampir seluruhnya adalah jasa pelatih kepala. Baik gelar pertama bersama Heynckes maupun gelar kedua bersama del Bosque, semuanya seperti itu.
Ketika Real Madrid mengalahkan Juventus di final tahun itu, seluruh alam semesta terkagum-kagum menyebut Madrid menghasilkan kejutan besar. Adapun del Bosque yang bangkit dari status pelatih kepala pemadam api menciptakan legenda setengah musim, menyelamatkan krisis liga Madrid, bertekad mengubah formasi, lalu memimpin Los Blancos hingga lolos ke final Liga Champions dan mengangkat piala - itu jelas merupakan karya puncak dalam karir kepelatihan klub del Bosque.
Namun manusia adalah makhluk yang aneh. Karena tiga tahun kegelapan era Galácticos edisi pertama, semua orang mulai beralih ke ekstrem lain: terlalu membanggakan Real Madrid di era Sanz, namun mengabaikan fakta bahwa dalam lima tahun ia mengganti 7 pelatih kepala untuk Real Madrid (belum termasuk dua kali intervensi darurat Del Bosque). Satu-satunya gelar juara liga pun diraih berkat pembersihan skala besar dan rekrutmen mahal oleh Capello.
Namun karena Sanz ingin anaknya mendapat posisi starter di Real Madrid, ia memberi tekanan pada Capello. Pelatih baja asal Italia itu menganggap kemampuan anak Sanz terlalu biasa. Pertengkaran kerap terjadi antara mereka. Setelah meraih gelar, Capello pindah ke AC Milan. Sanz kemudian membersihkan dan mereorganisasi seluruh basis pemain peninggalan Capello.
Dalam situasi seperti inilah Viktor Sanchez, pemain inti era Capello dan lulusan akademi, menjadi pemain cadangan dan akhirnya pindah ke Racing Santander pada tahun 98. Banyak yang saat itu bingung, mengapa Viktor justru ditinggalkan padahal tim kekurangan pemain sayap kanan?
Dendam historis ini ditambah berbagai skandal Sanz yang terbongkar, melatarbelakangi insiden pemain akademi Real Madrid meludahi ketua klub di Stadion Riazor.
Akumulasi pengalaman bertahun-tahun inilah yang membuat setiap kunjungan Real Madrid ke Riazor selalu sarat makna filosofis tersembunyi.
Lingkaran setan 17 tahun, catatan tanpa kemenangan 17 tahun, ditambah performa gemilang Los Blancos di La Liga musim ini - semua ini memicu harapan besar bahwa Kun Yang dan skuadnya bisa mengakhiri mimpi buruk 17 tahun di Stadion Riazor.
Namun sebelum pertandingan dimulai, Mascherano absen karena akumulasi kartu kuning, lalu Pepe juga cedera saat pelatihan. Hal ini membuat kunjungan Real Madrid ke Riazor terkelabui bayangan. Bagaimana tidak, pertandingan belum mulai, dua jenderal andalan sudah tumbang. Ini jelas bukan hal bagus.
Yang lebih membingungkan, Yang Cheng dalam pertandingan ini menerapkan taktik 433. Lini pertahanan tetap sama, hanya menggunakan Ramos yang ditarik ke posisi bek tengah menggantikan Pepe. Arbelota bermain di sayap kanan, sementara sayap kiri diisi Marcelo. Partner bek tengah lainnya adalah Thiago Silva yang menunjukkan stabilitas luar biasa sepanjang musim ini.
Trio lini tengah justru mengejutkan: Xabi Alonso, Granero, dan Beckham - semuanya pemain bertipe teknisi. Sedangkan trio depan diisi Villa, Kaká, dan Agüero.
Sejak awal pertandingan, strategi Real Madrid tampak sangat tegas. Tim Yang Chengzhuo tidak melakukan pressing agresif seperti sebelumnya, melainkan menggunakan posisi pertahanan standar. Namun baik Thiago Silva maupun Ramos aktif terlibat dalam tekanan ke area tengah dan menyambut operan bola.
Posisi Kaká cenderung lebih mundur, sementara Villa dan Sergio Agüero terus-menerus melakukan pergerakan menyusup di area depan untuk mencari celah.
Deportivo La Coruña mempertahankan strategi klasik mereka melawan Real Madrid dengan memperkuat pressing dan pertahanan di area tengah. Karena gelandang Real Madrid yang cenderung mundur, serta lebih banyak mengandalkan serangan maju bek sayap, memaksa lini tengah Deportivo harus melakukan tekanan keluar. Hal ini meninggalkan ruang kosong di belakang yang dimanfaatkan Real Madrid untuk serangan individual.
Menit ke-13, Marcelo yang maju ke depan sayap kiri menerima umpan terobosan diagonal dari Xabi Alonso ke sisi, turun ke garis bawah lalu menerobos dan melakukan crossing. Bek tengah Deportivo La Coruña melakukan header penyelamatan keluar wilayah terlarang, namun gelombang serangan kedua Real Madrid sudah siap. Esteban Granero di depan wilayah terlarang (tepi area penalti sebelah kiri) mengontrol bola dengan dada lalu menembak dengan kaki kanan sebuah tembakan jarak menengah-jauh.
Bola meluncur dengan lintasan melengkung langsung ke titik buta gawang Deportivo, 0:1!
Setelah unggul lebih dulu, Real Madrid menunjukkan permainan yang stabil, terutama dalam penguasaan bola. Koordinasi operan dan pergerakan tanpa bola yang mahir memaksimalkan penggunaan umpan untuk menguras stamina lawan. Pada menit ke-40, David Villa menerobos sayap kiri lalu mengembalikan umpan diagonal ke Kaká yang kemudian memberikan umpan terobosan ke sisi kanan gawang. Sergio Agüero yang menguntit menyelesaikan dengan tembakan tenang, menambah keunggulan menjadi 0:2!
Gol beruntun membuat Real Madrid masuk ke istirahat tengah dengan keunggulan 2-0, memberi harapan bagi semua fans El Real untuk memecahkan "Kutukan Riazor". Namun Yang Chengzhuo tetap mengingatkan pemainnya di ruang ganti: "Jangan terlalu optimis, kita harus mulai bermain dengan kesabaran lebih."
Tekanan sistemik Deportivo memang menciptakan banyak kesalahan bagi Madrid. Namun dengan pertahanan yang mengerut, serangan balik La Coruña gagal menciptakan peluang berarti. Justru setelah stamina mereka turun, kendali pertandingan kembali ke tangan Los Blancos.
Di menit 82 dan 87, Madrid melancarkan gelombang serangan akhir. Ramos dan Raul (pemain pengganti) masing-masing mencetak gol, mengantarkan kemenangan spektakuler 4-0 dari Kandang Riazor.
Ini juga merupakan kemenangan pertama Real Madrid di Stadion Riazor dalam 17 tahun terakhir, sekaligus membantai rasa malu akibat kekalahan musim lalu di stadion yang sama. Hal ini sangat meningkatkan semangat seluruh jajaran Real Madrid, terutama fans yang sampai histeris meneriakkan "Hidup Sang Kaisar" sebagai bentuk penghormatan dan kecintaan pada pelatih kepala mereka.
Namun sehari setelah pertandingan ini berakhir, Barcelona ditahan imbang 2-2 secara memalukan oleh Almería di kandang lawan. Selisih poin antara kedua tim melebar menjadi 22, namun karena Villarreal menang, keunggulan Real Madrid hanya tersisa 20 poin!
