Meski sebelum pertandingan, Yang Chengzhuo tetap keras kepala menyatakan bahwa Real Madrid mampu mengalahkan Chelsea di tandang dan melakukan comeback; meski fans Real Madrid terus menegaskan keyakinan bahwa tim pasti bisa menang di kandang lawan; meski para pemain Real Madrid juga terus menyatakan bahwa meski kehilangan Kaká dan Xabi Alonso, tim tetap bisa mengalahkan Chelsea, meski...
Tapi saat Real Madrid datang ke London dengan angin kemenangan 5-0 atas Athletic Bilbao, seluruh Eropa masih diselimuti suasana pesimis. Bahkan laporan dan prakiraan Marca maupun AS terasa muram bagai angin dingin di tepi Sungai Yi, karena semua tahu sebenarnya sangat sulit bagi Madrid meraih kemenangan tandang.
Saat menerima wawancara, Kapten Raul bersumpah, "Jika semua orang bilang Real Madrid 100% tidak bisa mengalahkan Chelsea, maka kami akan mengerahkan 150% bahkan 200%! Kami akan mempertaruhkan nyawa di Stamford Bridge. Dengan segala taktik, kami akan membawa pulang kemenangan dari kandang lawan!"
Pertandingan berjalan seperti biasa. Raul dan Granero yang menggantikan posisi starter Kaká dan Xabi Alonso menunjukkan ketekunan luar biasa. Sejak menit pertama, mereka total terjun ke pertandingan dengan segenap tenaga. Real Madrid terus mengoyak pertahanan Chelsea melalui kombinasi operan presisi, gerakan taktis, dan serangan pahat berulang.
Real Madrid tetap mendominasi inisiatif serangan seperti pada laga pertama. Gelombang serangan bergiliran dilancarkan tanpa henti, bagaikan roda yang terus menggilas. Namun Chelsea membangun tembok tembaga dan dinding besi yang solid, membuat gawang mereka hanya menerima tekanan tanpa bahaya nyata.
Mascherano, yang dijuluki sebagai gelandang bertahan top terhebat Real Madrid pasca Makelele, dalam pertandingan ini menutupi area pertahanannya hingga depan wilayah terlarang Chelsea. Bahkan ia melepaskan tembakan jarak jauh berkualitas tinggi, namun performa menonjol Čech berhasil menghentikan tendangan gelandang Argentina itu di depan gawang.
Raul bukan hanya kapten tim dan gelandang serang, tapi juga seorang defender. Larinya yang nyaris tak kenal henti seolah ia memiliki stamina fisik tak terbatas. Namun sebenarnya, semua orang tahu ia sedang menggigit gigi bertahan.
Masih ada Ramos, Arbeloa, Villa, David Silva, Mata, Beckham, Thiago Silva, Pepe, Casillas...
Pertandingan sudah mencapai tahap terakhir ini, sama sekali bukan lagi sekadar pertentangan taktik teknik semata. Ini juga adalah pertarungan darah bersaing dan keyakinan kedua pihak. Karena di situasi di mana kedua belah pihak sudah saling tidak punya rahasia lagi, dan kebugaran pemain sudah terkuras serius, segala taktik teknik telah kehilangan tempatnya.
Guti turun ke lapangan. Ia mengubah kebiasaan malas berlari-nya di masa lalu, mulai meniru Raul dengan berlari ke mana-mana, mencari-cari celah. Sekali demi sekali ia mengirim bola ke wilayah terlarang Chelsea, tapi selalu berhasil diatasi. Karena ia akan menemukan, di dalam sana penuh sesak oleh orang.
"Semula semua orang mengira, di leg kedua yang merupakan kandang sendiri Chelsea, dengan skor tandang 0:0 yang ideal, mereka seharusnya menindih keluar untuk menyerang. Situasi pertandingan seharusnya lebih terbuka. Tapi akhirnya kami menyadari semua salah. Tim Mourinho tidak punya sedikit pun niat untuk memancing keluar permainan."
"Tampaknya Mourinho sangat paham, bermain ofensif, Chelsea takkan bisa menyaingi Real Madrid. Jadi dia memilih bertahan. Sekarang ini sangat berbahaya bagi Real Madrid, karena meski menguasai inisiatif, tapi tiga lini Chelsea merapat dengan posisi dan formasi yang sangat kompak. Real Madrid meski memberi tekanan, tapi tak bisa menciptakan ancaman."
"Jika tak segera menemukan cara untuk memecahkan kebuntuan situasi di lapangan, terus seperti ini, alur permainan akan semakin tidak menguntungkan bagi Real Madrid."
Menghadapi gempuran garang Real Madrid, Mourinho memilih kompromi. Tanpa ragu dia terus mempertahankan taktik tandang di kandang sendiri. Formasinya terlihat seperti 433, tapi sebenarnya bisa dibilang 460, bahkan 550, karena Torres jarang berada di posisi striker paling depan.
Yang Chengzhuo sangat menyadari, Chelsea sedang mengintai serangan balik. Kesempatan itu akan muncul seiring semakin terkurasnya stamina pemain Real Madrid!
Dia tidak bisa, terpaksa terus menyerang seperti ini, karena begitu merapatkan formasi, begitu semangat tim ini mereda, maka Real Madrid akan runtuh!
Bertarung habis-habisan, masih ada kesempatan menang. Tidak bertarung, hanya kekalahan yang menanti!
Hoki tak mungkin selamanya menyertai diri, kekuatan juga belum tentu selalu membawa kemenangan. Ini pelajaran berharga Yang Chengzhuo yang kaya pengalaman kepelatihan. Karena itu dia bisa menerima semua ini.
Hanya di hati terasa kepasrahan. Chelsea yang punya bintang-bintang menonjol seperti Torres, Malouda, Joe? Cole, Lampard, Ashley? Cole, ternyata harus memakai taktik sepakbola pasif. Bukan kesedihan, tapi keterpaksaan.
Lagipula Liga Champions adalah dunia yang penuh realitas: Raja menang bandit kalah. Kucing Hitam atau Kucing Putih, yang bisa menangkap tikuslah kucing baik. Selama bisa menang, taktik apapun layak dihormati!
Setelah 90 menit pertandingan, skor tetap 0:0, memasuki babak perpanjangan waktu.
Tapi di saat seperti ini, kebugaran pemain Real Madrid yang aktif menyerang telah mencapai batas kemampuannya. Meski semua pemain menggigit gigi bertahan, akhirnya kesalahan tetap muncul!
……
……
Thiago Silva bisa merasakan kedua kakinya gemetar lemas tak berdaya.
Keringat mengalir dari dahi ke pelipis, pipi hingga dagu, menetes ke kaus yang sudah basah kuyup menempel di dada, terasa agak berat.
Jika dalam kondisi normal, berat seperti ini sama sekali tak dipedulikan. Tapi di saat seperti ini, kaus terasa begitu berat sampai-sampai rasanya tak sanggup ditanggung.
Tenggorokan serasa terbakar, bibir sekering gurun pasir. Ingin menelan ludah, tapi mulut hanya menyisakan sedikit cairan lengket yang tak bisa ditelan. Lidah mencoba membasahi bibir kering, tapi malah menemukan keduanya sama-sama gersang.
Dia tidak berani menengok ke arah waktu, karena khawatir melihat jam akan menimbulkan sikap leha-leha dalam dirinya.
Psikolog tim pernah memberitahunya, setiap orang punya kecenderungan bawah sadar untuk bersantai. Bahkan setelah berjuang 89 menit mati-matian, meski otak terus dijejali mantra "jangan kendor" setelah melihat jam, raga yang kelelahan tetap ingin mengelak kerja sesaat.
Ini refleks alami, manusia sama sekali tak bisa mengendalikannya!
Maka solusi terbaik adalah tidak melihat jam. Cukup dengarkan: tiupan peluit wasit, teriakan rekan setim.
Semua pemain mulai kehabisan tenaga. Setelah 90 menit plus perpanjangan waktu, bahkan tubuh baja pemain Real Madrid sekalipun sulit bertahan. Chelsea pun sama - langkah mereka mulai berat.
Namun tekanan Los Blancos ke The Blues mulai melemah. Ada tanda-tanda kebangkitan si biru, walau belum jelas.
Tugas Thiago Silva dalam pertandingan ini adalah mengawasi Torres. Dia melakukannya dengan sangat bagus, beberapa serangan balik berhasil direbutnya sehingga tidak membentuk ancaman. Selain bertahan dari Torres, Thiago Silva juga aktif terlibat dalam pertahanan dan serangan di area tengah, membuat cakupan aktivitasnya sangat luas dengan pengeluaran energi yang serius.
Pelatih kepala Yang Chengzhuo telah mengatakan sebelum pertandingan, laga ini bukan lagi tentang pertarungan taktik teknik maupun kekuatan tim, melainkan pertarungan menyeluruh di mana pemenang akan menjadi pihak yang melakukan kesalahan paling sedikit.
Kondisi mental Chelsea jelas juga demikian. Mereka bertahan mati-matian di gawang dan wilayah terlarang, sementara Real Madrid hingga saat ini belum melakukan kesalahan, terus mencari peluang dengan penuh kesabaran.
Namun terkadang, sedikit kesalahan yang hampir tak terlihat pun bisa mengubah situasi pertandingan.
Chelsea melancarkan serangan balik, sama seperti serangan balik sebelumnya, bola telah didorong ke area pertahanan Real Madrid. Thiago Silva melihat Torres menarik diri keluar dari kotak penalti untuk menyambut lemparan ke dalam, segera menempel keluar sambil mendesak striker Spanyol itu.
Bahkan hanya bergerak beberapa langkah, dia bisa merasakan otot-otot di kedua kakinya berdenyut-denyut sakit, gemetar, hampir tak kuat menahan beban hingga hampir terjatuh. Namun dia tetap menggigit gigi bertahan, karena tahu rekan-rekan setimnya juga sedang bertahan. Setelah 119 menit pertandingan, semua orang telah mencapai batas kemampuannya.
Tidak boleh membiarkan Torres berbalik badan - ini tugas yang ditetapkan Yang Chengzhuo. Striker Spanyol itu kemampuan menguasai bola dengan posisi membopong memang buruk, tapi begitu berbalik dan menghadap langsung sambil menggiring bola, ancamannya akan sangat berbeda. Maka Thiago Silva dengan gigih mendesak Torres, mengawasi setiap gerakan sang striker Spanyol yang berusaha berbalik, lalu menghalau dengan kaki kanannya.
Torres sempoyongan, tubuhnya berhasil melewati, namun bola tertinggal di tempat.
Wasit tidak membunyikan peluit, ini adalah pertahanan yang sangat cantik. Thiago Silva merasa lega, secara tidak sadar berpikir untuk melakukan serangan balik atas serangan balik lawan.
Tapi saat dia baru saja bersiap membawa bola keluar, tiba-tiba seorang pemain menyambar, menusuk bola di kakinya. Bola langsung terlepas, membuatnya kaget. Hampir secara naluriah, dia berbalik badan. Saat itu, bahkan ingin mengulurkan tangan untuk menjatuhkan lawan.
Wong ini di depan wilayah terlarang, menarik lawan paling-paling dapat kartu merah. Lebih baik daripada membiarkan lawan menghadap langsung ke gawang.
Tapi terlambat!
Lampard yang baru saja merebut bola langsung menyelinap ke area penalti, melepas tendangan menyusur tanah. Casillas agak lambat bereaksi karena tak menyangka Thiago Silva akan kehilangan bola. Hanya bisa menonton bola masuk jaring, 1:0!
Gol bernilai puluhan ribu koin emas tercipta seperti ini!
Tragisnya, Thiago Silva yang matanya kosong sepenuhnya menjadi daun hijau bagi Lampard yang merayakan dengan sorak-sorai gegap gempita bak orang gila. Kaki gemetarnya akhirnya limbung menopang raganya, tumbang di atas lapangan.
Ingin menangis, tapi tak ada air mata!
Pertandingan telah berakhir!
Seluruh pemain Real Madrid berjatuhan duduk di rumput Stadion Stamford Bridge. Tak ada yang tega menyalahkan Thiago Silva, karena ini adalah satu-satunya kesalahan jelas yang dilakukan orang Brasil itu sepanjang pertandingan - sebuah slip di menit ke-119, namun dimanfaatkan lawan untuk mencetak gol!
Orang Brasil itu berlutut di atas rumput, merangkul kepalanya seolah ingin menyusup masuk ke dalam tanah. Tanpa isak tangis, hanya diam dengan dahi menempel rumput, mempertahankan pose yang sangat tidak wajar, seperti sedang menghukum diri sendiri.
Raul berjalan bagai mayat berjalan di lapangan, kedua tangan menekan pinggang. Ia tidak rela, tapi juga sadar, rekan satu timnya sudah mengerahkan segala upaya.
Begitulah pertandingan sepakbola: tidak ada pemenang abadi, dan tak ada yang pasti bisa menang!
Menyerang selalu lebih sulit dibanding bertahan, itulah alasan mengapa gol dalam sepakbola begitu jarang!
Dibanding setahun lalu, kali ini tak ada pemain Real Madrid yang menangis karena tak tahan menerima kekalahan. Mereka hanya duduk dalam diam. Perlahan, mereka akan menerima kekalahan ini. Nantinya, mereka akan menjadi lebih kuat dari sekarang.
Seperti yang diungkapkan Yang Chengzhuo: "Kalah berarti kemampuan teknis kita lebih rendah, jadi kekalahan bukan aib. Yang memalukan adalah saat kita tak tahu penyebab kekalahan, dan saat kita tak pernah berniat untuk menang!"
Tim yang ingin menang bertemu dengan tim yang enggan kalah - ini selamanya akan menjadi masalah paling tak terpecahkan di dunia ini.
Yang Chengzhuo berdiri di pinggir lapangan, sejak awal hingga akhir dia memimpin pertandingan dengan cara seperti ini. Wajahnya khidmat, mengawasi pemain di lapangan dalam diam. Real Madrid yang duduk di tanah menjadi latar belakang Chelsea yang sedang merayakan kemenangan dengan gegap gempita. Sungguh sebuah pemandangan penuh ironi yang dipaksanya untuk diingat!
Dengan mengingatnya, barulah semangat bertanding akan semakin membara!
"Sudah kukatakan, kalian takkan dapat kesempatan!" Mourinho tentu takkan melewatkan peluang emas untuk menghantam rival ini. Begitu pertandingan berakhir, dia langsung berjalan mendekat dengan antusias.
Yang Chengzhuo tersenyum kecut, agak dipaksakan, dengan kepahitan tersirat, "Kami akan membalas dendam!"
"Tahun lalu kau juga bilang begitu!" Mourinho tertawa terbahak-bahak.
Justru kini Yang Chengzhuo tersenyum lebar. Dia tahu Mourinho sengaja ingin memancing amarahnya. Jika dia marah, justru memenuhi keinginan pelatih rival itu, "Tenang saja, babak semifinal belum bisa menguburku. Kita lihat saja nanti!"
Mourinho mengangkat bahu, "Bagus!" Lalu berjalan bergabung dengan para pemain untuk merayakan kemenangan.
Chelsea-nya akhirnya lolos ke final, sungguh tidak mudah setelah sekian tahun!
Dunia ini sangat realistis—tidak ada yang akan mengasihani pihak yang lemah atau menyesali pecundang. Mereka hanya akan meninggikan pemenang dan menginjak-injak pecundang!
……
……
"Saya harus memberikan restu untuk Chelsea. Mereka menunjukkan ketahanan dan usaha yang luar biasa. Mereka memberikan pelajaran hidup tentang kesadaran akan keterbatasan diri kita. Menurut saya, kemenangan mereka mutlak tak terbantahkan!"
Dalam konferensi pers pasca-pertandingan, Yang Chengzhuo dengan murah hati menyatakan afirmasinya atas kemenangan Chelsea saat diwawancarai wartawan.
"Setiap individu punya prinsipnya masing-masing. Hakikat sepakbola bisa dilihat dari berbagai perspektif. Kemenangan sepakbola tidak harus selalu dicapai lewat permainan ofensif. Perkembangan sepakbola justru membutuhkan keberagaman gaya dan pelestarian variasi. Oleh karena itu, saya pun meyakini kemenangan Chelsea adalah bagian dari kemenangan sepakbola itu sendiri."
“Saya tidak akan mengatakan performa kami buruk, sebaliknya, saya rasa pemain saya tampil sangat baik dalam dua leg pertandingan, terutama Thiago Silva yang merupakan pemain paling stabil di lini pertahanan tim kami. Saya yakin melalui pertandingan malam ini, dia akan menjadi semakin matang sepenuhnya dan semakin stabil.”
“Apa yang ingin kamu dapatkan, kejarlah itu. Saya rasa ini adalah hukum abadi yang tak berubah di lapangan sepakbola. Kami tidak hanya menginginkan hasil, kami juga ingin memperoleh lebih banyak. Karena itu kami harus berusaha lebih keras. Meski dalam proses ini kami menghadapi rintangan dan kegagalan, kami tetap akan menggigit gigi dan terus maju!”
“Saya yakin, keteguhan dan usaha pasti akan membuahkan hasil!”
Ucapan Yang Chengzhuo mendapat tepuk tangan meriah dari para wartawan di TKP, bahkan Mourinho pun tak tahan untuk mengangguk.
Meski konsep kepelatihan mereka berbeda, hal itu sama sekali tidak menghentikan perasaan kompleks Mourinho terhadap Yang Chengzhuo yang sekaligus merupakan mentor-sahabat sekaligus musuh bebuyutan.
"Tuan Yang Cheng, semua orang merasa menyesal melihat Real Madrid tersingkir oleh Chelsea dengan cara seperti ini. Bagaimana menurutmu?"
Yang Cheng menggelengkan kepala, "Menurutku tidak ada yang perlu disesali. Kami kalah karena kemampuan teknis kami lebih rendah. Hanya dengan mengakui ini, kami tidak akan terus menerus kalah. Kalah ya kalah, tidak perlu mencari-cari alasan!"
"Tapi hasil imbang 0:0 di pertandingan pertama, ditambah cedera Xabi Alonso dan Kaká, semuanya membawa kesulitan besar bagi Real Madrid. Tidakkah Tuan merasa ini alasan utama kekalahan tandang kami?"
"Ada sedikit!" Yang Cheng mengangguk, "Tapi performa Raul dan Granero juga sangat menonjol. Kami tetap mengendalikan situasi pertandingan dengan erat. Hanya bisa kukatakan, penyebab terbesar kekalahan kami dalam pertandingan ini adalah karena kekuatan kami belum cukup kuat!"
"Tapi mengenai hal ini, saya rasa tidak aneh. Usia rata-rata tim kami masih rendah, banyak pemain muda, dan masih banyak kekurangan. Jadi saya yakin, seiring pertumbuhan dan kematangan pemain, masa depan kita akan semakin kuat."
Seorang wartawan di bawah langsung berdiri, tertawa lebar bertanya, "Tuan Yang Cheng, tahun lalu Real Madrid terhenti di 8 besar, Anda bilang tim masih muda dan kurang pengalaman. Musim ini terhenti di 4 besar, jawaban Anda sama. Bagaimana tahun depan?"
Yang Chengzhuo mengenali ini wartawan media yang dekat dengan Barcelona, tersenyum tipis, "Anda sendiri bilang, tahun lalu 16 besar, tahun lalu 8 besar, tahun ini 4 besar. Menurut tren perkembangan dua tahun berturut-turut, tahun depan Real Madrid akan lolos ke final. Tahun depan kami PASTI merebut Liga Champions!"
Wartawan di bawah langsung gempar, karena sampai sekarang belum ada pelatih kepala yang berani mengumumkan target juara Liga Champions dengan spesifik seperti ini. Yang berani mengeluarkan slogan seperti ini SEBELUM musim dimulai, mungkin hanya Yang Chengzhuo.
Tapi Yang Chengzhuo juga tidak asal ngomong. Ini didasari pertimbangan situasi tim saat ini. Dia harus menetapkan target yang lebih tinggi bagi tim, sekaligus memberikan motivasi pertandingan lebih besar bagi para pemain. Mereka perlu paham tujuan perjuangan mereka, dan diberi harapan serta ekspektasi.
Memang agak terlalu dini menyuarakan slogan seperti ini sekarang. Tapi langkah ini bisa mengatasi dampak kekalahan di semifinal Liga Champions secara maksimal, sekaligus memfokuskan para pemain pada pertandingan sisa musim ini.
Namun Yang Chengzhuo juga bisa memprediksi: setelah terhenti di semifinal, media pasti akan membesar-besarkan kegagalan Real Madrid. Para anggota media yang ingin dunia kacau ini takkan melewatkan bahan hype seperti ini. Dengan mengumumkan target juara, perhatian media bisa dialihkan dari menyalahkan pemain atas kekalahan, menghindarkan tekanan tidak perlu pada skuad.
Bagaimanapun, Real Madrid masih memiliki beberapa pertandingan liga dan satu laga El Clásico melawan Barcelona. Ini adalah pertandingan yang tidak ingin dikalahkan oleh Yang Chengzhuo, seluruh pemain Real Madrid, maupun fans mereka.
Pilihan terbaik adalah melampiaskan frustrasi dari Liga Champions ke Barcelona!
