Di antara lautan pria tampan skuad Real Madrid, David Silva mungkin bahkan tidak masuk 10 besar.
Tingginya hanya 1,7 meter, postur tubuhnya kurus lemah, sering kalah dalam duel fisik. Namun diam-diam ia berhasil mengukuhkan posisinya sebagai starter tetap di tim yang penuh pemain tangguh ini.
Dari posisi awal sebagai sayap kiri saat baru bergabung, kemudian ditambahkan tugas menyerang dari sayap kiri, hingga kini dialihkan ke posisi sayap kanan - David Silva tetap menggunakan kelengkapan permainan yang nyaris tak terpercaya untuk menafsirkan peran yang tak mencolok namun vital.
Teknisi halus dengan kecepatan menonjol dan frekuensi gerakan kakinya yang cepat membuatnya memiliki kemampuan perubahan kecepatan-arah serta akselerasi optimal. Inilah yang mengantarkannya sebagai sayap kiri terbaik La Liga musim lalu. Namun kemampuan mengoper, luasnya pandangan, analisis pertandingan, plus skill organisasi serangan dan operannya juga luar biasa.
Pernah suatu ketika, Yang Chengzhuo merasa pusing dalam menentukan peran David Silva dan mengadakan diskusi intensif berkali-kali dengannya. Menurutnya, gaya bermain David Silva agak mirip Andres Iniesta namun dengan kecepatan dan kemampuan serang yang lebih unggul, meski kemampuan organisasinya kalah dari sang pemain baru. Lagipula di skuad Real Madrid tidak ada sosok seperti Iniesta.
Akhirnya Yang Chengzhuo memutuskan menempatkan David Silva di sayap kanan sebagai sweeper di lini depan sebelah kanan. Pemain ini bebas bergerak sesuai situasi lapangan: saat tim perlu menyerang, ia bisa melakukan pressing ofensif untuk mengorganisir serangan dari luar kotak - inilah alasan statistik assistnya melimpah; saat tim terjebak kebuntuan, ia mampu mundur membantu Xabi Alonso dalam membangun serangan.
Yang Chengzhuo telah tegas menyatakan kepada David Silva bahwa ciri khasnya jelas hanya akan membuatnya tidak bisa menjadi inti pengatur permainan di lini tengah. Karena hanya pemain bertipe seperti Xabi Alonso, Andrea Pirlo, Michael Carrick, bahkan Busquets dan Yaya Touré-lah yang mampu beradaptasi dengan taktik saat ini dan menjadi organisator yang memenuhi syarat.
Sementara David Silva, terbatas oleh ciri khas teknik dan bentuk tubuhnya, sulit menjadi pemain seperti itu. Maka seharusnya dia melanjutkan jalur berbeda - menjadi pendorong serangan tim!
Teknik mengontrol bola David Silva sangat baik. Dengan sengaja meningkatkan pergerakan fleksibelnya, kontribusinya di sektor serangan semakin meningkat. Perlahan-lahan, para penyerang di lini depan mulai mempercayainya. Mereka tahu ketika tidak mendapat kesempatan, mengoper bola ke si mungil ini seringkali bisa segera menunjukkan arah serangan baru bagi tim dalam waktu singkat. Bahkan David Silva sendiri pernah mengatakan dalam wawancara, di kepalanya selalu dipersiapkan dua rute serangan setiap saat.
Seberapa besar pengaruh keberadaan seorang pemain seperti ini di lini depan terhadap kekuatan serangan?
Formasi Real Madrid secara resmi 4231, tapi sebenarnya seiring meningkatnya keharmonisan tak terucap antar pemain dan kemahiran taktik menyeluruh tim, posisi dan formasi tidak lagi kaku. Contohnya Kaká, ia dan David Silva selalu menjaga jarak tertentu dengan harmonis. Bahkan sering terjadi situasi dimana keduanya muncul di area tengah medan.
Cristiano Ronaldo disebut sebagai sayap kiri, tapi dia sering memotong ke dalam dan maju ke depan, bahkan kerap bertukar peran dengan Villa saat serangan balik untuk menjadi ujung tombak. Begitu pula Maicon dan Marcelo yang sama-sama tidak bisa diam, terutama Marcelo yang sering mengambil peran sebagai sayap kiri.
Satu-satunya area yang ketat secara taktis adalah duo gelandang bertahan. Xabi Alonso tetap bertahan di posisi tengah, sementara Mascherano melakukan pertahanan luas. Ditambah dengan dua bek tengah di belakang, pertahanan area kritis Real Madrid benar-benar terjamin.
Bergabungnya bintang-bintang top seperti Kaká dan Cristiano Ronaldo ke Real Madrid telah memicu peningkatan signifikan pada level permainan David Silva, Villa, Mata, Granero, dan Agüero.
Ini hal yang wajar. Berlatih setiap hari bersama pemain-pemain top dunia, setiap anggota tim pasti akan mengalami peningkatan kemampuan secara gradual meski tanpa disadari.
Setelah penentuan ulang peran dan posisi, kontribusi David Silva untuk tim semakin besar. Namun seringkali, perhatian para pemain lebih terfokus pada pencetak gol seperti Kaká, Villa, dan Cristiano Ronaldo, atau beralih ke inti pengatur permainan di belakang seperti Xabi Alonso. Mereka luput melihat peran penting Silva sebagai penghubung antara dua kelompok tersebut.
Orang lain mungkin tidak tahu, tapi Yang Chengzhuo saling memahami. Itu sebabnya pelatih selalu memberikan kepercayaan penuh dan menyerahkan tugas berat kepada David Silva. Dia yakin gelandang Spanyol ini takkan pernah mengecewakannya!
……
……
"David Silva, 22 tahun."
Saat David Silva berdiri di titik penalti, komentator yang membawakan siaran langsung masih terdengar kagum. Bagaimana tidak, di usia 22 tahun, pemain asal Kepulauan Canary ini sudah menjadi starter Real Madrid selama 3 musim berturut-turut. Artinya, dia sudah masuk dalam pasukan terbaik La Liga sejak usia 19 tahun, bahkan dinobatkan Marca sebagai Pemain Lokal Terbaik musim lalu.
"Bagi seorang pemain berusia 22 tahun yang masih sering disebut sebagai pemain muda, ini benar-benar sudah sangat luar biasa."
Komposisi skuad Real Madrid saat ini sangat muda, di tim utama terdapat banyak pemain muda seperti David Silva, Mata, Özil, Granerol. Musim ini, Parejo, Canales dan Bueno juga mendapat kesempatan bermain di piala, bahkan pernah main di Liga Champions. Meski kandang sendiri sempat disamakan Zenit, tapi terlihat jelas besarnya kepercayaan Yang Chengzhuo dalam mempromosikan pemain-pemain muda.
"Yang Chengzhuo mengatakan David Silva adalah wakil komandan Real Madrid, asisten Kaká, tapi juga disebut sebagai pendorong serangan tim. Seorang pemain berbakat yang dibina dan dikembangkan oleh Yang Chengzhuo sejak datang ke La Liga, dijuluki oleh dunia luar sebagai gelandang serang bintang top baru."
"Barcelona jelas sangat menghargai tendangan bebas tidak langsung yang sedekat ini, bertahan dengan hati-hati. Tinggal lihat bagaimana Real Madrid akan mengolah serangan kali ini, siapa yang benar-benar akan mengambil eksekusi tendangan ini!"
Saat komentator masih berbicara, wasit telah menyiapkan segalanya. Ia berjalan ke area antara David Silva dan kotak penalti, lalu membunyikan peluit tanda eksekusi tendangan.
Terlihat David Silva menarik napas dalam, mengangkat tangan kirinya. Setelah beberapa langkah ancang-ancang, kaki kirinya menyodorkan tendangan melengkung dengan putaran kuat. Kotak penalti Barcelona langsung kacau balau, berubah menjadi medan pertarungan jarak dekat.
Terlihat beberapa titik tinggi Real Madrid termasuk Thiago Silva dan Cristiano Ronaldo langsung menindih area belakang saat peluit berbunyi, sementara Kaká dan Ramos di titik depan mempertahankan posisi. Terutama Ramos yang dengan solid menghalangi Piqué di belakangnya, lalu melompat tinggi menyambut umpan.
Posisi Ramos sudah melewati tiang gawang dekat, kemungkinan untuk menembak sangat kecil. Melihat aksinya, Valdés langsung berteriak "Area belakang!" sambil mengantisipasi umpan silang.
Bola menyentuh kepala Ramos, melewati bek tengah, dan mendarat di titik belakang. Cristiano Ronaldo melesat seperti daun bawang tercabut dari tanah gersang, menghujamkan bola ke tanah untuk memanfaatkan pantulan.
Tapi Valdés yang pertama bereaksi. Meski berhasil mempertahankan posisi, tangannya hanya sempat menghalau bola ke depan yang kemudian memantul di dalam kotak penalti.
Tapi saat Puyol bergegas datang untuk membebaskan, tiba-tiba muncul siluman dari luar kotak penalti besar yang menghujam ke dalam, menyambut bola pantulan Valdés dengan tendangan dorongan. Bola menyelinap melewati sisi kanan Puyol dan kiri Valdés, merayap masuk ke gawang.
“GOALLLLLLLLLLLLLLLLLL！！！！！”
"Marcelo!!!"
"Ya Tuhan! Di momen genting, Marcelo yang menerobos dari belakang memanfaatkan perkelahian kacau di kotak penalti Barcelona, mencetak gol penyundul untuk Real Madrid! 1-2! Hanya dalam 5 menit, Madrid berhasil membalikkan skor dengan 2 gol beruntun!"
Marcelo bersemangat melesat keluar kotak penalti, seluruh dirinya bergelora di pinggir lapangan dengan melompat-lompat histeris. Lalu ia berpelukan erat dengan Cristiano Ronaldo, Kaká, Maicon, David Silva dan lainnya yang menyusul, merayakan gol kemenangannya.
"Jika gol pertama Barcelona berasal dari kesalahan Marcelo, maka sekarang, bek kiri asal Brasil ini menebus kesalahannya dengan mencetak gol sendiri!" TV menayangkan ulang adegan slow-motion aksi tersebut, "Tendangan keras yang sangat tenang, Valdés juga melakukan kesalahan fatal. Seharusnya dia menyambar bola itu, bukan memilih untuk menghalau."
"1-2, Barcelona yang baru memimpin selama 2 menit langsung diimbangi, namun hanya 5 menit kemudian, Real Madrid berhasil membalikkan kedudukan! Sungguh menggembirakan, kedua tim bermain sangat agresif dalam pertandingan ini tanpa sikap defensif sama sekali. Baik Real Madrid maupun Barcelona sama-sama aktif menekan keluar untuk menyerang - hal yang sangat langka di era sekarang!"
Setelah kebobolan dua gol beruntun, para pemain Barcelona terlihat lesu semangat. Momentum psikologis mereka yang sedang membara setelah baru saja mencetak gol tiba-tiba dipatahkan oleh dua kebobolan beruntun. Pukulan dan perbedaan yang terlalu besar ini pasti mempengaruhi mental mereka secara psikologis.
“Saat ini yang paling penting bagi Pep Guardiola adalah segera menyesuaikan semangat para pemain. Real Madrid sekarang sudah menyalip skor dan semangat mereka sedang tinggi. Sebaliknya, Barcelona harus secepatnya bangkit dari bayangan kehilangan gol. Kalau tidak, dengan momentum Real Madrid saat ini, Barcelona akan sulit menghentikan mereka!”
Komentator di TKP terlihat cukup netral. Dia jelas mewakili harapan tersembunyi fans yang ingin menyaksikan El Clásico abad ini yang klasik, duel sihir yang tampak memesona.
……
……
Jika harapan fans adalah menyaksikan duel sihir, maka di mata Johan Cruyff yang berada di tribun, pertandingan seperti ini memang menyenangkan penggemar tapi mengorbankan pelatih kepala, karena ini berarti kegagalan taktik.
Taktik, sebenarnya adalah membatasi lawan dan menghentikan mereka mencetak gol!
Gol Barcelona mengekspos celah Real Madrid, yaitu bahaya bek sayap kiri Marcelo dalam sistem pertahanan. Tapi dua gol yang kebobolan juga menunjukkan masalah Barcelona: bola lambung.
Gol pertama yang kebobolan adalah umpan silang Kaká ke Cristiano Ronaldo. Alasan Carles Puyol gagal menyundul karena tinggi badannya kurang. Jika dia setinggi Cristiano Ronaldo, bola pasti berhasil dihentikan. Gol kedua yang kebobolan juga masalah pertahanan bola lambung. Gerard Piqué tidak bisa meredam Sergio Ramos, Carles Puyol gagal mengatasi Cristiano Ronaldo, sehingga menyebabkan perkelahian kacau di wilayah terlarang.
Tentu bukan berarti hanya itu kekurangan kedua tim. Tiga gol yang tercipta telah mengekspos masalah-masalah tersebut.
Namun bagi Johan Cruyff, pertandingan ini semakin mengarah ke situasi yang tidak menguntungkan bagi Barcelona.
Mengapa?
Alasannya sederhana: irama permainan Barcelona dikoordinasikan oleh Real Madrid!
Dalam tekanan agresif Real Madrid di lini tengah-depan Barcelona, Los Blancos memanfaatkan koordinasi passing yang mahir untuk melakukan pergerakan cepat. Agar bisa merebut penguasaan bola, Barcelona harus terus berlari. Ketidakaktifan Zlatan Ibrahimović dalam pressing depan memaksa pemain lain Barcelona mengalokasikan lebih banyak tenaga di sektor ini.
Baik, kamu boleh tidak banyak berlari, tapi begitu umpan Real Madrid menemui blokade, segera mengoper ke zona pertahanan Ibrahimović. Lagipula pemain Swedia ini hampir tidak berlari, juga tidak melakukan marking ketat. Mengoper ke Ramos dan Thiago Silva adalah pilihan paling aman, lalu mengeluarkan bola dari kaki bek tengah untuk reorganisasi.
Ini bagaikan menemui simpul mati: Jika tidak berlari, bola dikuasai Real Madrid, irama pun hilang; Jika berlari, gerakan meningkat, pengeluaran energi semakin cepat. Terutama setelah keunggulan tersalip, para pemain yang ingin membalikkan situasi mulai berlari kencang tanpa mempedulikan stamina, menyebabkan pemborosan dan pengurasan energi yang sangat parah.
Apa yang dilakukan Real Madrid sekarang?
Menjauhi monyet!
Ironisnya, pemain Barcelona yang paling ahli dalam permainan menjauhi monyet, kini justru menjadi monyet yang dijauhi, bagai lalat tak berkepala berlarian tak tentu arah di depan.
Jika saja Ibrahimović digantikan oleh Eto'o yang lebih aktif berlari dan menekan, atau bahkan Bojan, situasi pertandingan ini tidak akan sial begini. Tapi sekarang...
"Seharusnya sudah kusadari dari dulu, Bach!" Johan Cruyff menggelengkan kepala sambil berkesedihan.
"Menyadari apa?" Asisten Bach bertanya.
"Bagaimana mungkin memaksa raksasa setinggi 1,95 meter untuk segesit dan dijaga ketat seperti anak kecil 1,7 meter?" Cruyff menghela nafas dalam-dalam. Ia merasa bukan hanya Pep Guardiola yang bersalah dalam hal ini, tapi dirinya juga salah menilai.
Tinggi badan Ibrahimović memang dibutuhkan Barcelona, tapi justru posturnya itulah yang menjadi rintangan terbesar untuk menyatu ke dalam gaya bermain Barca!
Sebenarnya tidak hanya Ibrahimović, pressing depan Henry juga tidak aktif, malah Pedro dari akademi sepak bola Barcelona yang lebih baik dalam hal ini. Karena itu situasi Henry di musim ini juga kurang ideal, sementara dukungan untuk mempromosikan pemain akademi Barcelona semakin menguat.
"Menurutmu, pertandingan ini sudah tidak bisa dilanjutkan?" tanya Bach sambil mengernyitkan alis.
Cruyff memandang Yang Chengzhuo di pinggir lapangan, lalu melihat ke arah Pep Guardiola. Keduanya berdiri di pinggir lapangan, hanya saja Yang diam tak bergerak sementara Guardiola sibuk memberi instruksi dan berteriak, terlihat sang manajer Barcelona agak panik.
"Tidak juga. Pertandingan sepakbola tidak hanya bergantung pada taktik, apalagi dalam laga antara tim-tim tangguh seperti ini. Real Madrid tidak mungkin membiarkan Barcelona sama sekali tanpa kesempatan. Kuncinya adalah apakah Barcelona bisa menahan serangan Madrid sekaligus menguasai kesempatan yang mereka ciptakan sendiri. Jika berhasil, pertandingan masih bisa diperjuangkan!"
……
……
Meski sudah sukses mengubah skor menjadi unggul, Real Madrid tetap tidak puas dengan situasi sekarang. Mereka masih terus melancarkan serangan gila-gilaan ke Barcelona, hampir membuat tim Catalan terdesak sepanjang pertandingan.
Barcelona yang baru saja mengalami tragedi kebobolan dua kali dalam 5 menit, cepat berhasil menstabilkan situasi. Para pemain Blaugrana di hati masing-masing sangat paham: selama bisa bertahan dalam kondisi seperti ini, masih ada kesempatan. Tapi begitu dihancurkan Real Madrid, semuanya akan berakhir.
Tak satu pun pemain Barcelona mau menyaksikan Real Madrid menang tiga musim berturut-turut. Terutama setelah melewati dua kekalahan memilukan 0:5 musim lalu, mereka semua menahan amarah dalam hati. Sayangnya sampai sekarang belum menemukan cara efektif untuk meredam serangan Los Blancos.
Fakta membuktikan, ketika Real Madrid melakukan tekanan serang, mereka lebih banyak melakukan pergerakan melalui kedua sayap, lalu menyelesaikan proses serangan dari sayap ke area tengah di lini depan. Dalam situasi seperti ini, Alves terpaksa kembali ke posisi bek kanannya untuk menghadapi Cristiano Ronaldo, memberikan kesempatan luas bagi Marcelo untuk melakukan serangan ofensif maju ke depan.
Menit ke-22, Marcelo membawa bola maju ke area pertahanan Barcelona, mengoper ke Cristiano Ronaldo. Pemain Portugal ini menghalangi Alves, melakukan dribel diagonal ke dalam, lalu memberikan umpan terobosan ke wilayah terlarang. Upaya penyelesaian Villa di depan gawang berhasil diselamatkan Valdés, berubah menjadi tendangan sudut.
Tendangan sudut Xabi Alonso menemukan Ramos di titik depan dengan presisi, namun header bek Spanyol itu menghantam tiang kanan dan melenceng keluar garis lapangan.
3 menit kemudian, setelah memotong bola di area tengah, Xabi Alonso melakukan umpan silang akurat ke belakang Puyol dan Alves. Cristiano Ronaldo dengan cepat melewati kedua bek tersebut, menerjang langsung ke jantung pertahanan. Namun saat baru masuk kotak penalti, hakim garis mengangkat bendera menandai offside pemain Portugal itu, menggagalkan peluang gol pasti!
Replay slow-motion menunjukkan akselerasi Cristiano Ronaldo memang sedikit lebih awal, jelas berada dalam posisi offside.
Tapi segera, Real Madrid di sayap kanan melalui Maicon, Mascherano, dan David Silva menyelesaikan koordinasi tembok beruntun. Dengan kecepatan tinggi, mereka menembus pertahanan Barcelona. Maicon membawa bola masuk ke sisi kanan kotak penalti, memberikan operan rendah ke titik depan. Tendangan voli keras Villa dari belakang gagal dikontrol, menghantam mistar gawang dan memantul kembali ke lapangan. David Silva yang menerobos kemudian melepaskan tembakan dengan sudut terlalu langsung, mudah ditangkap Valdés.
Real Madrid melancarkan serangan gila-gilaan setelah istirahat, namun meski Barcelona bertahan dengan terburu-buru, mereka tetap tidak memberi kesempatan. Terutama tiga garis pertahanan mereka yang merapat rapat, mengawal gawang dengan erat, membuat Real Madrid sulit menembus dalam waktu dekat.
Yang Chengzhuo juga menyadari bahaya dominasi serangan tanpa hasil. Dia berulang kali meminta pemainnya untuk memulihkan stabilitas permainan dan tidak nekat. Namun akhirnya Barcelona kembali memanfaatkan peluang.
Menit ke-36, setelah menyerang belasan menit, Real Madrid menunjukkan celah. Carles Puyol tiba-tiba maju merebut bola di area tengah, memotong umpan untuk Andres Iniesta sambil terus menerjang ke depan.
Orang awam itu berbalik sambil mengontrol bola, baru hendak mulai dribel. Tapi Javier Mascherano yang mendekat melakukan tackle presisi, menyundul bola yang kemudian mendarat di kaki Sergio Busquets di belakangnya. Busquets langsung memindahkan bola ke Xavi.
Setelah Xavi menguasai bola, tanpa menghiraukan Mascherano yang menerjang, ia melakukan umpan diagonal ke sisi kiri kepada Henry.
Henry menggiring bola di sisi kiri, berkoordinasi dengan Messi yang datang membantu. Setelah melewati Maicon dengan operan satu-dua, ia melakukan crossing akurat ke kotak penalti Real Madrid dari sisi kiri.
Ibrahimović menyambar di titik depan. Saat bek Real Madrid bergegas kembali, seluruh perhatian tertuju pada Ibrahimović, namun luput melihat Carles Puyol yang menyelinap di belakang. Ketika bola jatuh ke titik belakang, Puyol yang hampir bisa dikatakan tak dijaga ini menyundul umpan Henry melewati punggung Thiago Silva ke gawang Casillas, 2-2!
"Gol!!!!"
"Puyol! 2-2! Barcelona akhirnya menyamakan kedudukan!!"
"Serangan balik yang sangat cepat! Real Madrid akhirnya membayar harga atas kenekatan mereka. Meski Yang Chengzhuo sudah jelas-jelas memperingatkan para pemainnya, dalam atmosfer pertandingan yang sengit, emosi pemain sudah sulit dikendalikan. Barcelona memanfaatkan sedikit peluang yang ada sejauh ini, meraih satu gol untuk menyamakan kedudukan!"
"Sekarang kedua tim kembali ke garis start yang sama!"
