Persepsi Yang Chengzhuo terhadap Klinsmann selalu cukup baik, namun terkadang urusan sepakbola benar-benar sulit dipahami.
Contohnya, mengapa Bayern miliknya bisa tampil sangat tidak stabil? Bisa menang 5-1 atas Hannover 96, menang tandang 3-0 melawan Bochum, tapi justru kalah telak 1-5 dari Wolfsburg dalam laga penting antar tim tangguh?
Kekalahan memilukan seperti ini terjadi tepat sebelum kunjungan ke Bernabeu dalam babak penyisihan 8 besar Liga Champions, bagi Bayern München yang secara kekuatan sudah berada di posisi mutlak inferior, situasi ini sangat merugikan bahkan bisa dibilang fatal.
Dengan Klose dan Podolski cedera, saat ini garis depan Bayern hanya mengandalkan Mario Gomez yang direkrut musim ini dari Stuttgart. Ini pasti mempengaruhi serangan Bayern, tapi masalah terbesar justru ada di pertahanan - kombinasi bek tengah Demichelis dan Van Buyten bahkan bisa disebut sebagai tragedi.
Sebaliknya, Real Madrid justru mengerahkan pasukan terkuat. Kiper adalah Casillas, garis pertahanan terdiri dari Miguel Torres, Thiago Silva, Pepe, dan Maicon. Dua gelandang bertahan adalah Xabi Alonso dan Mascherano yang baru sembuh dari cedera. Gelandang serang adalah Cristiano Ronaldo, Kaká, dan Mata. Striker tunggal adalah Sergio Agüero.
Dari komposisi pemain, Bayern Munich dan Real Madrid bahkan bisa dikatakan tidak dalam level yang sama. Meski kedua tim kalah di pertandingan sebelumnya, situasinya berbeda total: Bayern mengalami kekalahan memalukan sementara Real sengaja kalah secara strategis. Dampak yang ditimbulkan pun tidak bisa disamakan.
Di ruang ganti sebelum pertandingan ini, Yang Chengzhuo hanya memberi dua instruksi kepada para pemain.
Pertama, jangan biarkan Gomes terlalu dekat dengan area terlarang Real. Pertahanan harus terus melakukan pressing ofensif untuk mengusir serangan Bayern keluar dari zona bahaya, sehingga benar-benar menetralisir ancaman Gomes.
Tidak peduli seberapa baik kemampuan heading-nya, penyerang tengah bertubuh tinggi yang ditempatkan di wilayah terlarang Real Madrid tetap menjadi ancaman besar. Setelah Yang Cheng memaksa Gomes keluar, dia juga mendorong Pepe dan Thiago Silva untuk terlibat dalam serangan tim jika situasi memungkinkan.
Bek tengah yang terlibat dalam serangan juga akan menjadi hal yang didorong oleh Yang Cheng selanjutnya.
Tentu saja, bukan dengan cara buta ikut menyerang, melainkan dilakukan sambil menjaga stabilitas pertahanan tim.
Bisa dikatakan, sejak awal Yang Cheng sudah berniat mengakhiri babak penyisihan ini dalam satu putaran. Karena baik Klinsmann maupun Bayern Munich, setidaknya di musim ini, tidak akan menjadi tandingan Real Madrid.
Taktik yang dikejar Klinsmann memang bagus. Dia memiliki maksud taktik yang jelas seperti mengagumi operan cantik, penyusupan, serangan cepat di sayap dan crossing akurat. Semua itu wajar saja. Masalahnya, dia terlalu melebih-lebihkan kemampuan pemain Bayern saat ini.
Selain pemain seperti Lahm, Schweinsteiger, dan beberapa pemain lain yang masih dalam masa jaya, Yang Chengzhuo benar-benar tidak melihat ada pemain yang mampu memenuhi taktik Klinsmann. Harus dikatakan, dari segi konfigurasi personil, Bayern Munich sama sekali tidak akan mampu menahan taktik seperti ini.
Tanpa konfigurasi personil yang cukup sebagai dasar, mematuhi taktik mereka sendiri mungkin bisa menghancurkan tim lemah dengan mudah. Tapi ketika menghadapi tim kuat, seringkali menjadi bingung tak tentu arah.
Masalah lain adalah manajemen Bayern Munich mulai menunjukkan gejala buruk setelah kepergian Beckenbauer. Hoeneß dan Karl-Heinz Rummenigge sekarang tidak begitu melindungi pelatih kepala mereka sendiri. Pemberhentian pelatih-pelatih sebelumnya seperti Hitzfeld dan Magath jelas merupakan tanda gejolak internal di Bayern.
Sejujurnya, Yang Chengzhuo memiliki ikatan emosional tertentu dengan Bayern Munich saat ini. Pasalnya, banyak mantan pemainnya yang masih bermain di tim ini seperti Klose, Podolski, Schweinsteiger, Van Bommel, serta Toni Kroos yang sudah dua season bermain di tim utama.
Mereka semua adalah pemain seniornya, atau pemain muda yang dulu dibina Yang Chengzhuo di Jerman. Kini mereka telah dewasa menjadi tulang punggung Bayern. Meski Yang berharap mereka bisa meraih prestasi, sayangnya mereka harus berhadapan dengan Real Madrid.
Sebelum pertandingan, tidak terjadi interaksi antar kedua kubu. Hanya pelatih kepala Bayern Klinsmann dan Yang yang sempat berbincang singkat di pintu masuk saluran pemain. Para komentator kemudian memperkenalkan hubungan antara Yang Chengzhuo dengan beberapa pemain Bayern dan sepak bola Jerman secara umum.
Namun ketika pertandingan benar-benar dimulai, Yang sama sekali tidak menahan diri.
Berbeda dengan Real Madrid yang biasanya langsung melancarkan serangan kilat di awal, pada pertandingan ini Los Blancos memulai dengan tempo lambat. Mereka mencari irama terlebih dahulu, perlahan-lahan mendorong formasi ke wilayah Bayern Munich dengan pola yang sudah dikuasai.
Jika Klinsmann menyadari bahaya saat itu, seharusnya dia memperkuat pressing di lini tengah-depan dan melancarkan serangan balik mengancam untuk memaksa Real Madrid tidak berani gegabah maju. Dengan demikian pertandingan akan terjebak kebuntuan dan masih bisa diperebutkan.
Namun jelas Klinsmann tidak berani mengambil risiko itu. Pertimbangan utamanya adalah masalah kronis di lini belakang sendiri dan pertahanan yang goyah. Dalam pertarungan kandang lawan, prioritas utama adalah memastikan bisa meraih hasil imbang terlebih dahulu dengan menahan serangan El Real.
Masalahnya adalah, ketika Bayern München tanpa sadar mundur ke belakang, memungkinkan Real Madrid berhasil memajukan garis pertahanan hingga lingkaran tengah dan mempertahankannya, kehadiran Gomez seperti tak berarti. Namun semua serangan Madrid mengarahkan meriam mereka ke gawang Bayern München.
Begitu dua gelandang bertahan memasuki zona bahaya, umpan jauh Xabi Alonso dan Thiago Silva bisa mengirim bola ke setiap sudut lapangan Bayern kapan saja. Umpan terobosan Kaká selalu bisa menembus ke dalam kotak penalti untuk menciptakan peluang mematikan. Jalur sprint Cristiano Ronaldo, Sergio Agüero, dan Juan Mata pun memendek, memaksimalkan kecepatan dan keunggulan serangan frontal mereka.
Sebaliknya, Bayern yang terus mundur bertahan hanya bisa mengandalkan umpan jauh untuk serangan balik. Tapi tanpa umpan akurat dan kecepatan, bagaimana mungkin melancarkan serangan yang efektif?
Menit ke-6, ketika Mata di sayap kanan menerima operan dari Maicon, mengumpan diagonal ke depan wilayah terlarang. Kaka datang menyambut lalu menyodorkan umpan terobosan, mengirimkan bola ke dalam wilayah terlarang. Agüero dengan andalan kecepatan menembus rekan senegaranya Demichelis dan Van Buyten, kemudian mencetak gol dari jarak dekat. 1:0.
Tapi gol ini hanyalah sebuah permulaan.
Menit ke-9, Cristiano Ronaldo di sayap kiri menguasai bola lalu breakthrough melawan Oddo. Setelah mengalihkan perhatian pertahanan Bayern, ia mengembalikan operan ke Kaka yang langsung mengoper ke Agüero. Yang terakhir mengoper silang ke area pertahanan hampa di sisi kanan wilayah terlarang. Mata melakukan gerakan menerobos dari belakang dan dari 10 meter di depan pintu gawang, mencetak gol ke gawang Bayern dengan kaki kirinya yang kidal. 2:0.
Menit ke-12, memanfaatkan situasi Bayern yang kebobolan dua gol dan gejolak internal, Real Madrid meningkatkan serangan dahsyat. Mata di sayap kanan melakukan koordinasi beruntun dengan Maicon, lalu menggunakan kaki kanannya (yang sebenarnya bukan keahlian utamanya) untuk mengirimkan umpan diagonal dari celah pertahanan, menerobos garis belakang pertahanan Bayern. Cristiano Ronaldo dan Van Buyten hampir sejajar saat melakukan sprint, dan berhasil menaklukkan gawang Butt untuk ketiga kalinya, 3:0!
Gelombang serangan Real Madrid yang tak henti membuat Bayern München tak berdaya, memicu euforia luar biasa di tribun penggemar Los Blancos yang hampir lupa diri.
Ironisnya, Bayern yang dulu menjadi momok dan sumber siksaan bagi Real Madrid, kini justru dibantai tiga gol dalam waktu enam menit di kandang sendiri Santiago Bernabéu - pembalasan dendam yang sempurna!
Jika pada babak penyisihan 16 besar, Bayern Munich membuat decak kagum dengan mengeliminasi Sporting Lisbon melalui skor telak 12-1 yang mengejutkan, maka pada momen ini mereka justru harus menyembah di hadapan gempuran dahsyat Real Madrid.
"Ini sama sekali bukan pertandingan dan pertarungan setara. Laga ini telah mengekspos jurang perbedaan level antara kedua tim. Real Madrid sengaja menyimpan tenaga saat melawan Malaga, sementara target Yang Chengzhuo adalah meraih gelar Liga Champions ke-10. Dengan mengerahkan seluruh kekuatan, Real Madrid berhasil menjebol pertahanan Bayern menjadi seperti ayakan hanya dalam 6 menit singkat."
"Sebenarnya, ketiga gol Real Madrid memiliki pola serupa: memulai serangan dari sayap, menarik pertahanan lawan, lalu tiba-tiba beralih ke tengah untuk membuka celah mematikan. Apakah akan menyerang celah pertahanan atau melakukan umpan terobosan ke belakang - Bayern sama sekali gagal dalam mengantisipasi taktik semacam ini."
Sementara komentator terus memberikan penjelasan langsung, Klinsmann juga segera melakukan penyesuaian. Ditambah dengan resistensi yang semakin kuat setelah serangan ganas Real Madrid, tekanan ofensif mereka untuk sementara diperlambat. Namun formasi pertahanan tetap erat menindih hingga lingkaran tengah, memungkinkan dua gelandang bertahan mereka mendekati area 32 meter Bayern.
"Selama dua tahun ini, ada ungkapan populer di La Liga: Serangan Real Madrid tidak mengerikan. Yang mengerikan adalah jika kamu membiarkan mereka sepenuhnya menunjukkan keunggulan sistem mereka!"
"Maksud kebijakan ini adalah tidak boleh memberikan ruang dan kesempatan yang cukup bagi pemain Real Madrid di lapangan. Harus ada batasan ketat. Chelsea dalam dua musim terakhir menunjukkan performa bagus dalam hal ini. Namun Klinsmann jelas tidak belajar pelajaran berharga apa pun, bahkan memilih merapatkan formasi sejak awal pertandingan - ini adalah kekurangan taktis terbesar!"
"Di sisi lain, dua bek sayap Bayern, Oddo kurang kecepatan, sedangkan Lahm seimbang dalam menyerang dan bertahan. Masalahnya rekan-rekannya tidak memberikan dukungan yang cukup di sampingnya, membuat serangan Real Madrid melalui kedua sayap dan penyusupan ke celah pertahanan hampir tidak mengalami hambatan berarti."
Dalam situasi ini terlihat meski permainan Real Madrid lambat, mereka tetap mencari kesempatan dengan sabar sambil mempertahankan inisiatif di lapangan. Beberapa kali menciptakan krisis melalui operan bola dan pergerakan taktis, tapi Bayern yang mulai memperkuat pertahanan dengan merapatkan tiga garis utama berhasil menahan serangan sementara dan menggagalkan penciptaan peluang.
Namun konsekuensinya, serangan Bayern sendiri praktis lumpuh.
"Banyak yang bilang serangan adalah pertahanan terbaik. Tapi masalahnya, seranganmu harus punya kekuatan memadai seperti Real Madrid sekarang ini. Hanya ketika seranganmu cukup kuat untuk memaksa lawan bertahan, barulah pantas mengucapkan kalimat itu!"
“Klinsmann harus segera mencari solusi, kalau tidak, membiarkan situasi dikendalikan Real Madrid, lambat laun pasti akan muncul celah lagi. Saat itu tiba, Bayern akan kalah lebih tragis!”
Tapi, tanpa persiapan matang sebelum pertandingan, mungkinkah seorang pelatih kepala bisa menemukan cara mengatasi dan menahan lawan dalam proses pertandingan berirama cepat hanya dalam hitungan menit?
Karena itu, setelah dibuat limbung oleh Real Madrid yang langsung mencetak 3-0 di awal permainan, Klinsmann terpaksa memilih bertahan demi memulihkan stabilitas terlebih dahulu, baru perlahan mencari akal. Namun Real Madrid jelas takkan memberi Bayern kesempatan seperti ini. Pemain Real Madrid yang telah mahir dan alami dalam mengalahkan lawan, sedang aktif mempersiapkan gelombang serangan berikutnya.
Menit ke-39, serangan balik Bayern berakhir dengan direbutnya bola di kaki Gomes. Thiago Silva melakukan tackling dengan sangat tegas, mempertahankan postur tubuh setelah merebut bola, lalu menendang bola jauh ke belakang pertahanan Bayern.
Oddo dan Cristiano Ronaldo berlomba kecepatan di sayap kiri, namun kesenjangan kemampuan fisik keduanya tak terbantahkan. Tak diragukan lagi, pemain Portugal ini lebih cepat menguasai bola di dekat garis lapangan. Namun Oddo berhasil menghalangi jalur potong ke dalam Ronaldo.
Setelah menguasai bola, Ronaldo berpura-pura akan menerobos kotak penalti lagi, sukses menipu Oddo. Tiba-tiba ia mengembalikan operan ke Kaká yang berada di sudut kiri kotak penalti. Gelandang Brasil ini langsung menerobos melewati Demichelis, lalu mengirimkan umpan rendah ke tengah. Sergio Agüero yang menerobos ke depan menusukkan kaki menyambut umpan sedekat itu, mengantarkan bola ke gawang Bayern. 4-0!
Gol ini hampir menjadikan pertahanan Bayern Munich seperti monyet yang dipermainkan. Baik saat Cristiano Ronaldo menipu Oddo, maupun ketika Kaká menarik perhatian Demichelis lalu tiba-tiba menerobos dengan membawa bola, semuanya mencerminkan kesenjangan kemampuan individu pemain yang sangat mencolok.
Memanfaatkan gol ini, Real Madrid kembali melancarkan serangan. Meski Bastian Schweinsteiger berhasil membuat peluang tembakan berbahaya melalui tendangan jarak jauh yang tiba-tiba dalam serangan balik, Los Blancos segera membalas dengan cepat.
Pada menit ke-43, Juan Mata menerobos di sayap kanan lalu mengoper ke belakang kepada Maicon yang sedang maju. Maicon membawa bola ke dalam, mengalihkan perhatian bek lawan, lalu mengirimkan bola ke kotak penalti. Sergio Agüero berhasil melewati Daniel Van Buyten namun sudut tembakannya diblokir Butt. Ia memilih untuk memberikan operan silang ke sayap kiri di mana Cristiano Ronaldo sudah menunggu, dan dengan tenang menuntaskan bola ke gawang kosong, 5-0!
"Gila! Real Madrid benar-benar bermain gila-gilaan!!!"
Komentator di TKP pun terdengar mengeluarkan teriakan takjul yang sulit dipahami!
5 gol di babak pertama, itupun dalam babak penyisihan perempat final Liga Champions yang disebut-sebut sebagai kompetisi klub tingkat tertinggi di dunia. Ini bukan sekadar kesenjangan kemampuan pemain, bahkan bisa dikatakan sebagai kesenjangan kekuatan menyeluruh antara kedua klub.
Tanpa taktik Yang Chengzhuo, tanpa kekuatan pemain yang menonjol, tanpa stabilitas klub, mustahil ada pertandingan dan performa seperti ini.
"Kekalahan ini, Klinsmann harus memikul sebagian besar tanggung jawab. Baik dari segi taktik maupun konfigurasi personil, jelas terlihat dia tidak memiliki arah pemikiran yang jelas. Bahkan mungkin dia sendiri tidak punya kepastian - apakah mau menyerang atau bertahan-balik. Persiapan pra-pertandingan yang tidak pasti seperti ini membuat para pemain bingung tak tentu arah."
"Sebenarnya, bahkan terhadap tim-tim klasemen menengah La Liga seperti Malaga dan Getafe, Real Madrid bukanlah tim yang tak mampu dikalahkan. Masalah utamanya adalah apakah taktikmu cukup tepat - melakukan pressing ganas intensitas tinggi sejak lini tengah-depan, sebisa mungkin menyabotase irama permainan Real Madrid melalui taktik merebut bola dan pelanggaran. Namun Klinsmann jelas tidak melihat ini, atau mungkin tidak berniat melakukannya."
"Formasi merapatkan Bayern yang besar-besaran dan performa buruk di sektor pertahanan mereka, memberikan ruang paling nyaman bagi Real Madrid. Tentu saja Yang Chengzhuo juga tidak akan terlalu formal, langsung menyantap tawaran itu. 5 gol di babak pertama meninggalkan ketidakpercayaan, sepenuhnya mengekspos buruknya pertahanan Bayern saat ini, terutama pressing ganas di lini tengah-depan mereka."
Dalam atmosfer seperti ini, dengan skor telak 5:0, wasit utama membunyikan peluit tanda berakhirnya babak pertama.
Bisa dikatakan, dengan skor seperti ini di babak pertama, kemenangan/kekalahan sudah tidak memiliki ketegangan sama sekali. Masalah utamanya tergantung pada pertimbangan Klinsmann sendiri. Jika ingin mencetak gol, sangat mungkin memicu lebih banyak kebobolan. Jadi semuanya kembali pada analisis rasionalnya.
Pada akhirnya, Klinsmann memilih untuk menyerah!
Saat istirahat tengah, dia melakukan dua kali pergantian pemain, mengganti pemain serang dengan defender. Jelas ini upaya memperkuat pertahanan sekaligus sinyal pembatalan partisipasi dalam pertandingan.
Real Madrid yang sudah yakin menang tidak melanjutkan serangan intensif. Meski menciptakan beberapa peluang, para pemain lebih fokus menjaga gawang tetap bersih demi meraih kemenangan mutlak sekaligus mencegah Bayern mencetak gol tandang.
Dalam situasi seperti ini, serangan Bayern sangat minim sementara Madrid juga tak berniat menekan. Pertandingan berubah menjadi permainan penguluran waktu dimana kedua belah pihak tidak mengerahkan pasukan untuk menyerang.
Pada menit ke-60, Yang Chengzhuo yang sudah memahami niat Klinsmann segera melakukan penyesuaian pergantian pemain. Cristiano Ronaldo, Kaká, dan Thiago Silva digantikan sekaligus untuk memberi kesempatan latihan kepada pemain muda seperti Vincent Kompany.
Akhirnya Real Madrid meraih kemenangan mutlak 5-0 atas Bayern München di Stadion Santiago Bernabéu.
Usai pertandingan, Yang Chengzhuo menyapa Bastian Schweinsteiger, Mark van Bommel, Thomas Müller yang duduk di bangku cadangan, Toni Kroos, serta Lukas Podolski dan Miroslav Klose yang datang khusus ke kandang lawan meski sedang cedera.
Sebagian dari pemain ini pernah menjadi bawahan lamanya di 1. FC Kaiserslautern. Toni Kroos bahkan mengidolakan Yang Chengzhuo. Pertemuan kali ini diwarnai keharuan karena Bayern kalah telak, namun semua pihak menjaga keharmonisan tak terucap dengan menghindari topik sepakbola.
Thomas Müller dan Toni Kroos musim ini menunjukkan performa yang sangat bagus di Bayern Munich. Bersama Podolski dan Schweinsteiger, mereka adalah generasi baru yang tumbuh di bawah kebijakan akademi sepak bola Yang Chengzhuo. Sang pelatih terus memberi dorongan agar mereka mampu menunjukkan keunggulan teknis secara maksimal.
Namun di hati Yang Chengzhuo sendiri, beliau sangat paham: Kekalahan 1:5 di Wolfsburg dan 0:5 di Madrid, dua kekalahan telak secara berturut-turut seperti ini membuat posisi Klinsmann di Bayern Munich sangat terancam. Bisa dikatakan, pelatih Jerman itu mungkin akan langsung turun jabatan.
Terhadap hal ini Yang sama sekali tidak merasa perlu menyalahkan diri sendiri. Sebab dia hanya menunjukkan kekuatan timnya secara sportif - tidak mencuri taktik maupun merebut peluang secara tidak fair. Lalu apa yang perlu disesali?
Dia hanya merasa menyesal, Klinsmann bukan hanya seorang pemain yang sangat baik, tetapi juga memiliki kesempatan untuk menjadi pelatih kepala yang hebat. Namun seperti yang diungkapkan Yang Chengzhuo sendiri, terkadang manusia mudah tergoda oleh dorongan Setan, sehingga tidak bisa melihat situasi saat ini dengan jelas dan menilai kekuatan diri sendiri secara objektif.
Klinsmann saat ini sedang berada pada tahap seperti ini - semuanya tergantung apakah dia mampu melewati rintangan ini.
Dalam konferensi pers pasca-pertandingan, Yang Chengzhuo memberikan afirmatif dan dorongan besar kepada Klinsmann. Meski usianya lebih muda, di dunia kepelatihan dia layak disebut sebagai senior Klinsmann, bahkan lebih dari pantas menjadi gurunya.
Menghadapi dukungan dari Yang Chengzhuo, Klinsmann menyatakan pertandingan ini membuatnya memahami banyak hal baru dan memperoleh pelajaran berharga. Dia yakin Bayern akan tampil lebih baik di masa mendatang.
