Yang Chengzhuo pernah mengajar di program pelatihan kepelatihan UEFA, kepada lebih dari seratus pelatih kepala profesional dari seluruh penjuru dunia, mengucapkan satu kalimat yang dikutip majalah Kicker sebagai klasik, dianggap sebagai tren baru sepakbola yang harus dikuasai semua pelatih kepala.
"Konsep mematok pemain di satu posisi sudah benar-benar kuno!"
Dari satu kalimat ini dapat ditafsirkan banyak makna. Jika digali lebih dalam, pasti akan ditemukan prinsip-prinsip yang terkandung serta tren sepakbola saat ini, yaitu mengejar sifat multi-posisi pemain, bahkan menuju ke arah kemaha-kuasaan.
Sejak awal dia sudah mengatakan, ketika taktik terus berkembang hingga mencapai titik di mana setiap detail posisi di lapangan sudah disempurnakan, pasti akan memunculkan pola pikir taktis baru yang menghapus batasan posisi pemain.
Lalu, dalam situasi seperti ini, bagaimana cara menunjukkan ciri khas pemain?
Dengan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan pemain, lalu menyusun taktik yang memanfaatkan kelebihan dan menutupi kekurangan mereka.
Contohnya Xabi Alonso. Kemampuan melepaskan dirinya tidak kuat, tapi umpan jauh menengahnya menonjol. Maka Yang Chengzhuo menempatkannya di depan garis pertahanan, menghindari fokus pertahanan lawan sambil memajukan garis pertahanan untuk memaksimalkan keunggulan umpan jauhnya. Itulah mengapa performanya begitu brilian.
Ada Messi, mereka yang mempelajari taktik Barcelona dengan cermat akan menemukan bahwa alasan utama Pep Guardiola memodifikasi peran Messi adalah bagaimana lebih banyak membantu Messi menguasai bola di garis depan pertahanan lawan dalam perang posisi. Akselerasi Messi dalam jarak 5-10 meter hampir tak terkalahkan, sehingga selama dia bisa menguasai bola di depan pertahanan lawan, dia akan mampu menerima bola dengan cepat dan menunjukkan keunggulan kecepatannya untuk menerobos area tembakan paling efektif.
Cristiano Ronaldo dan Sergio Agüero juga demikian pula.
Sebelumnya, Marca melakukan penyelidikan dan menemukan bahwa seiring semakin menonjolnya rekam jejak Real Madrid, formasi 4231 yang dipertahankan Yang Chengzhuo selama 3 tahun di Real Madrid secara bertahap memicu gelombang ikut-ikutan di Eropa. Kini semakin banyak pelatih kepala yang mempelajari taktik Real Madrid dan mendapatkan manfaat darinya.
Wartawan Marca pernah mewawancarai master taktik Lippi, Silver Fox merasa semua ini adalah pengaruh dari definisi ulang formasi 4231 oleh Yang Chengzhuo, "Dia membuat semua orang memiliki pemahaman baru tentang 4231."
"Dalam skuad Real Madrid, empat pemain lini depan memiliki ciri khas berbeda. Mereka menanggung empat peran serangan yang sama sekali berbeda. Baik Cristiano Ronaldo, Villa, Kaká, maupun David Silva, mereka melakukan pertukaran posisi selama serangan sehingga setiap dua peran bisa dikarang-karang kombinasi berbeda sesuai situasi di lapangan, memberikan kesulitan besar pada pertahanan."
Seperti detik ini dalam El Clásico antara Real Madrid vs Barcelona. Mewaspadai Agüero sama sekali berbeda cara bertahan dengan mengawasi Cristiano Ronaldo, mustahil dilakukan bersamaan. Maka Puyol mengandalkan Piqué yang maju merebut namun tak terjaga Agüero. Saat Raul menguasai bola, dia terpaksa menerjang keluar, tapi melewatkan CR7 yang menerobos diagonal ke kotak penalti.
Tak ada yang bertahan, tak ada yang mengganggu, Cristiano Ronaldo mengontrol bola, melakukan tembakan jarak menengah-jauh, dengan tenang, sama sekali tak ada alasan untuk gagal mencetak gol!
……
……
Setelah melihat situasi kembali terjerat dalam fase kebuntuan oleh Barcelona, tribun Stadion Bernabeu mulai dihantui kecemasan. Bagaimana tidak, keunggulan besar sebelumnya gagal dimanfaatkan, kini keunggulan itu sirna. Mampukah Real Madrid mencetak gol?
Pesona terbesar sepakbola terletak pada ketidaktahuan: kapan sebuah gol akan tercipta!
Sementara daya tarik utama sepakbola adalah setiap gol yang tercipta selalu membawa kejutan, kegembiraan, dan semangat yang meluap-luap!
Saat tendangan keras Cristiano Ronaldo melesat lurus bak peluru, menyelinap di celah sempit antara tiang kiri dan kiper Valdés, menyasar jala gawang Barcelona, 80.000 suporter di tribun Bernabeu terpaku bisu selama dua detik penuh.
Fans Real Madrid terkejut karena gol ini datang terlalu tiba-tiba dan mengejutkan; sementara fans Barcelona terpukul oleh gol mendadak ini, linglung layaknya pemain Barcelona di lapangan.
Dari perebutan bola Maicon, operan De la Red, koordinasi Mata dan Raul, hingga bantuan taktis Agüero tanpa bola - seluruh proses terjadi dalam sekejap mata, memanifestasikan serangan cepat, mendadak, dan acak Real Madrid.
Semakin acak serangan, semakin besar tekanan pada defender!
"Cristiano... Ronaldo!!!!!!!!"
Para fans Real Madrid berhamburan dari kursi, bersorak gegap gempita menyambut pemain Portugal yang melesat keluar kotak penalti, sambil bertepuk tangan meriah untuk Raul yang memberikan umpan silang brilian kepada Cristiano Ronaldo!
Seperti yang dikatakan Yang Chengzhuo, pergerakan Raul sangat cerdik. Posisi penerimaan bola dan jarak dengan Carles Puyol tepat sempurna. Saat menerima bola, Raul berada dalam keadaan tak terjaga. Reaksi pertama Puyol adalah mencegah Raul melepas tembakan di depan wilayah terlarang, sehingga ia menerjang keluar dengan kecepatan maksimal. Tapi ini justru membuat posisinya buyar seketika.
Inilah kecerdikannya Raul!
Kadang bermain bola tak perlu mengandalkan kekuatan fisik. Menggunakan kepala seringkali memberi hasil yang lebih baik.
Seluruh pemain Real Madrid berhamburan ke bawah tribun penonton, berkumpul merayakan gol pembuka Cristiano Ronaldo. Meski bergabung dengan harga transfer selangit, pemain Portugal ini terus membuktikan nilai pasarnya sepadan melalui performa gemilang dan gol-gol spektakulernya.
Yang Cheng di pinggir lapangan juga bertepuk tangan dengan gesit. Dia sangat puas dengan serangan balik tim kali ini yang dimainkan dengan indah. Operan bola dan dukungan tanpa bola berhasil meregangkan pertahanan Barcelona, menciptakan kesulitan bertahan.
"Terus pertahankan taktik bermain seperti ini!"
"Jangan mundur, pertahankan tekanan serangan ke Barcelona. Gempur balik serangan balik mereka!"
Yang Cheng terus meneriakkan instruksi pertandingan di pinggir lapangan. Dia sama sekali tidak memperhatikan pemain Barcelona di sekitarnya, maupun kekhawatiran bahwa Guardiola mungkin mendengar - karena memang tidak dikhawatirkannya.
Justru dia sangat berharap menyaksikan Barcelona bermain terbuka melawan Madrid!
……
……
Guardiola mengernyitkan alis sambil memantau jalannya pertandingan.
Kebobolan satu gol sebenarnya sudah diantisipasinya. Sebelum pertandingan, dia bahkan telah menyiapkan skenario terburuk termasuk kemungkinan kebobolan sejak menit awal, sehingga sudah membuat persiapan strategis untuk situasi ini.
Setelah tendangan dimulai kembali, pemain Barcelona juga mengikuti persiapan pra-pertandingan Guardiola dengan memindahkan bola ke belakang mereka sendiri, mengontrol bola perlahan-lahan, menstabilkan irama permainan terlebih dahulu.
Tapi Real Madrid justru melakukan tekanan agresif ke depan, melancarkan pressing balik dan gangguan di lini tengah-depan, garis pertahanan juga maju sepenuhnya, langsung menekan Barcelona di separuh lapangan mereka sambil berharap bisa segera merebut bola.
Gerard Piqué tidak tahan dengan gangguan Sergio Agüero, langsung menendang bola jauh-jauh. Zlatan Ibrahimović menggunakan tubuhnya untuk menghalangi Pepe, lalu menghentikan bola.
Memang, tinggi badan pemain Swedia itu memberikan ancaman meredam yang sangat efektif terhadap pertahanan Real Madrid. Begitu dia mengontrol bola, Lionel Messi langsung bersiap berlari. Saat Ibrahimović mengoper bola, Thiago Silva tiba-tiba maju ke depan.
Kecepatan pemain Brasil itu benar-benar luar biasa, berhasil mendahului Messi dan menyodokkan bola ke Granero yang sedang mengejar dari belakang Messi.
Granero mengoper ke Arbeloa, yang terakhir melakukan umpan jauh ke Raul yang berlari ke area kosong di sebelah kiri. Raul memindahkan bola ke kaki Cristiano Ronaldo, tapi pemain Portugal ini terkekang ketat oleh Puyol saat membawa bola maju, terpaksa melakukan tembakan jarak jauh sebelum masuk ke zona bahaya, hasilnya diselamatkan oleh Valdés.
Namun hanya berselang satu menit, Maicon mengoper ke Mata. Pemain terakhir ini membawa bola maju dari celah antara bek, mengalihkan perhatian Abidal sebelum mengoper ke dekat Piqué. Piqué ingin merebut bola, tapi Agüero lebih cepat menendang bola ke depan lalu berakselerasi mengejar, melakukan tembakan dari jarak 10 meter di kotak penalti yang kembali ditepis Valdés ke luar garis gawang.
Tendangan sudut Real Madrid berikutnya dikepruk keluar kotak penalti oleh Puyol, kemudian tembakan jarak jauh De la Red melambung tinggi.
Di pinggir lapangan, Pep Guardiola juga menyadari bahwa serangan Real Madrid mulai bangkit perlahan. Pertahanan mereka sudah maju ke depan dengan tepat, Barcelona bermain sangat pasif, setiap sudut diredam, tidak bisa mengeluarkan bola secara efektif.
Ibrahimović memang titik tumpu yang bagus, tapi Real Madrid baik dalam bertahan dengan memotong lintasan maupun menghentikan Ibrahimović berbalik, semuanya dilakukan dengan baik. Justru koordinasi antara Ibrahimović dengan Messi dan Henry hanya efektif ketika Ibrahimović mempertahankan posisi. Begitu dia mundur mengambil bola atau menarik ke sisi untuk menguasai bola, mudah saja terjadi tumpang tindih gerakan dengan Henry dan Messi.
Meski belum genap satu musim bergabung dengan Barcelona, julukan Ibrahimović 【Finisher Messi】 bukanlah asal diberikan.
Guardiola sendiri juga sangat paham, dalam menghadapi El Clásico melawan Real Madrid kali ini, Barcelona sudah tertinggal secara psikologis sejak awal. Kondisi mental pemain mustahil tetap tenang, terutama setelah kebobolan. Pemain seperti Busquets dan Messi terlihat dilanda kecemasan dan kegelisahan, bahkan agak terburu-buru, sehingga meningkatkan jumlah kesalahan tim.
Selain itu, disiplin taktis Real Madrid memberikan dampak besar. Pergerakan Raul dan Mata selalu memblokade area antara pertahanan Barcelona dengan lini tengah, membuat jarak antara garis tengah dan belakang terlalu lebar sehingga terjadi diskoneksi struktural.
Saat ini bagi Guardiola, ini adalah situasi dilema.
Untuk mempertahankan kompaknya tiga garis utama dengan teratur, hanya ada dua pilihan: melakukan pressing ofensif dengan menggeser garis belakang maju, atau menarik mundur pemain lini depan untuk merapatkan formasi.
Jika memilih opsi pertama, mengingat serangan Real Madrid yang begitu ganas ditambah kecepatan pemain dan serangan balik mereka yang mumpuni, risikonya terlalu besar. Tapi kalau memilih opsi kedua dengan menarik kembali pemain lini depan, itu artinya Barcelona harus bermain bertahan mati seperti Chelsea, situasi pertandingan akan berubah menjadi sangat pasif - hal yang tidak ingin dilihat Pep Guardiola.
Kedua pilihan sama-sama memiliki keuntungan dan kerugian, dengan risiko yang sama besarnya.
Fans yang sering menonton pertandingan pasti memperhatikan, meski para pengamat berpengalaman tahu tim sedang tertekan, pelatih kepala tetap tidak melakukan penyesuaian. Ini karena para pelatih di TKP paham betul: semua pilihan adalah Dilema Pilihan.
Pada akhirnya, kekuatan dan taktik sama-sama dikalahkan - situasi seperti ini sangat sulit untuk dibalikkan!
Tentu saja, taktik Real Madrid juga tidak mungkin kebal, dan tidak sempurna tanpa cela. Hanya saja saat ini tim yang mampu mengimbangi Real Madrid tidak banyak, Chelsea bisa dibilang yang terbaik. Namun taktik bertahan mati-matian Mourinho justru tidak mau diterima oleh Barcelona.
Kesenjangan kekuatan menyeluruh hampir membuat Pep Guardiola tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa terus mengawasi pertandingan dengan perasaan tak berdaya.
……
……
Setelah Real Madrid mencetak gol, situasi pertandingan seolah kembali ke fase awal. Real Madrid kembali menindih Barcelona dengan pukulan racun dan pukulan menyakitkan dalam satu putaran.
Namun kini dengan 1 gol di tangan, Real Madrid bermain lebih sabar dan semakin cerdas.
Menit ke-43, Thiago Silva mengirimkan umpan jauh ke sayap kanan Barcelona (sayap kiri Real Madrid). Cristiano Ronaldo menyambar bola lalu langsung menerjang maju. Dani Alves yang terlalu ofensif berusaha mengejar namun tak mungkin menyusul.
Saat Cristiano Ronaldo menggiring bola hingga masuk area penalti Barcelona, Carles Puyol sudah kembali ke posisi bertahan. Bek Barcelona itu berdiri tepat di jalur serangannya. Namun pemain Portugal ini tiba-tiba melakukan pemberhentian mendadak, lalu berakselerasi cepat hingga berhasil menggeser posisi Puyol setengah langkah. Dengan cekatan, ia mencungkil bola untuk umpan silang.
Bola melayang melewati kaki Puyol dengan ketinggian rendah, lalu jatuh di depan tiang kiri gawang. Sergio Agüero yang telah mengikuti pergerakan Ronaldo dari belakang langsung menerjang maju, memanfaatkan momentum untuk mendorong bola ke sudut kanan bawah gawang.
Wasit baru saja meniup peluit tanda gol sah ketika Gerard Piqué yang berlari kembali baru sampai di belakang Agüero.
Seluruh Stadion Bernabeu meledak dalam riuh rendah!
Seluruh fans Real Madrid bersorak histeris memekikkan nama Agüero!
Striker Argentina yang baru saja menandatangani perpanjatan kontrak dan menolak tawaran perekrutan dari Barcelona ini, dengan satu gol menentukan, telah mengantarkan rival abadinya ke jurang kekalahan!
“2：0，Real Madrid menambah gol di menit ke-43，posisi Barcelona sudah sangat berbahaya！！”
Komentator TKP juga tidak menyangka perkembangan situasi pertandingan，setidaknya mereka semua semula mengira，Real Madrid yang berperang di dua front seharusnya sangat kelelahan，bahkan dengan pemain pengganti sekalipun，secara kekuatan seharusnya ada kesenjangan dengan Barcelona，paling-paling hanya bisa bersaing ketat.
Namun dari proses pertandingan terlihat，taktik Real Madrid sepenuhnya meredam performa Barcelona，terutama penyesuaian halus Yang Chengzhuo，semakin membawa bencana wipe bagi Barcelona，mendominasi secara mutlak di Bernabeu！
Inilah kesenjangan！
Bukan hanya perbedaan kekuatan menyeluruh tim，tetapi juga jurang taktik antar tim！
Menghadapi kesenjangan seperti ini，Pep Guardiola benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa！
"Babak pertama akan segera berakhir. Barcelona harus memanfaatkan 15 menit istirahat tengah ini dengan baik untuk menemukan solusi menahan Real Madrid. Kalau tidak, mereka akan sulit menunjukkan performa di babak kedua dan mungkin terus ditekan oleh Los Blancos."
Saat komentator masih berbicara, wasit utama resmi membunyikan peluit penutup babak pertama.
Real Madrid masuk ke istirahat tengah dengan skor 2-0.
……
……
"Kamu akan menjadi bagian penting dalam serangan tim, memainkan peran inti!"
Di ruang ganti tim tamu Bernabeu, Ibrahimović menundukkan kepala. Keringat mengalir di rambut panjangnya dan menetes ke lantai, tenggelam dalam keriuhan ruang ganti tempat para pemain Barcelona saling menyalahkan atas kejadian selama babak pertama.
Henry menyalahkan Messi karena tidak memberinya operan bola, padahal ia sudah berlari ke posisi yang sangat menguntungkan; Messi mengeluh rekan setimnya tidak memberinya cukup umpan matang; sementara para bek lawan saling menyalahkan atas dua gol kebobolan dan saling lempar tanggung jawab.
Seluruh ruang ganti riuh oleh keributan, hanya beberapa pemain termasuk Ibrahimović yang tidak terlibat dalam kericuhan itu.
Pemain Swedia itu menundukkan kepala, terengah-engah, namun dalam otaknya terbayang ucapan Pep Guardiola saat pertama kali bergabung dengan tim - sebuah kalimat yang dianggapnya sebagai harapan dan janji sang pelatih kepala padanya.
Dulu, ia menyimpan harapan sangat tinggi untuk petualangannya di Barcelona. Ia tahu, di platform sebesar Barça, meraih penghargaan tertinggi seperti Ballon d'Or akan lebih mungkin. Kala itu, ia bahkan tak pernah membayangkan akan mengalami mimpi buruk seperti ini.
Apakah performanya buruk? Tidak juga terlalu parah!
"Pep Guardiola pernah berulang kali secara pribadi menyatakan kepada Ibrahimović bahwa dialah yang memiliki kontribusi besar dan pengorbanan tak terhapuskan dalam membentuk taktik Barcelona saat ini. Tapi ketika media mengkritik bahkan menghakimi Ibrahimović, Guardiola malah memilih melindungi Messi daripada membela Ibrahimović."
"Mengapa banyak orang menyebut Ibrahimović sebagai【Messi】?"
"Ini karena Guardiola sengaja membentuk Messi sebagai penyerang tengah palsu. Dalam taktiknya, dia memaksa Ibrahimović harus koordinasi dengan Messi dalam pergerakan, meningkatkan pressing di lini depan, dan menambah intensitas lari."
"Masalahnya, mampukah Ibrahimović melakukan semua ini?"
"Di menit ke-26, aku sudah jelas memberimu isyarat. Kenapa kamu masih masuk ke wilayah terlarang?"
Messi tiba-tiba sudah berdiri di hadapan Ibrahimović, suaranya dingin menuduh.
"Apa kamu tidak sadar kita tumpang tindih gerakan? Sia-sia melewatkan peluang serangan!"
Meski postur pemain Argentina ini kecil, tetapi aksinya menuduh penuh wibawa dan aura yang kuat.
Pantas saja, dia adalah bintang utama Barcelona yang dianggap sebagai "Anakku" sendiri. Setelah kepergian Ronaldinho dan Eto'o, setelah Xavi dan Iniesta terbiasa melayani Messi, sudah wajar dia menjadi bintang utama tim ini dengan segudang hak istimewa.
Pep Guardiola pernah berulang kali mengatakan: "Segala serangan Barcelona dirancang untuk mengorbitkan Messi!"
"Lalu ketika posisiku lebih baik darimu, kenapa kamu memilih menembak alih-alih mengoper?" Ibra menengadah bertanya. Ternyata dia juga bukan orang yang mudah diintimidasi.
Sejak pertandingan berjalan, Ibrahimović sudah kesal sambil melambaikan tangan ke arah Messi. Saat itu posisinya lebih strategis, tapi sang pemain Argentina malah nekat menembak sendiri hingga bola melambung tinggi.
Dalam persepsinya, jika dia telah melayani Messi, bukankah Messi seharusnya membalasnya dengan imbalan yang setimpal?
"Jujur saja, bagi seorang Ibrahimovic yang selalu bermain dengan gaya egosentris, kemauannya untuk merendahkan diri membuatkan umpan untuk Messi dan menarik garis pertahanan lawan sudah merupakan hal yang sangat langka. Tapi Messi sama sekali tidak berterima kasih, malah merasa itu wajar saja."
"Seandainya ini Henry, mungkin dia akan menerima. Situasi lebih kuat dari individu. Kemampuan dan potensi Messi memang tak terbantahkan sebagai pemain utama Barcelona, ditambah dukungan penuh manajemen dan tim pelatih, memang pantas dia memiliki berbagai hak istimewa."
"Tapi sifat asli Ibrahimovic memang trouble maker. Pemain yang dijuluki si sombong dan jago retorika ini karakternya jauh lebih 'liar' dibanding gaya bermainnya. Apalagi saat ini Barcelona tertinggal, performanya sendiri kurang maksimal, sedang dilanda amarah."
"Aku memilih menembak karena yakin bisa mencetak gol!" Messi membelalak ke arah Ibrahimovic yang membantah.
Tiba-tiba Ibrahimović bangkit berdiri. Postur tubuhnya yang besar langsung menutupi Messi sepenuhnya. Terutama ekspresi marahnya yang tak terbendung, membuat semua orang di ruang ganti menoleh ke arah mereka, "Kendali yang kau sebut-sebut itu malah membuat bolamu melesat ke tribun! Dan 'kendali' sialanmu itu hanya membuang-buang kesempatan yang kami ciptakan untukmu berulang kali!"
"Aku datang ke Barcelona untuk bermain sepakbola, bukan jadi batu pijakan bagi para pemegang hak istimewa!" Ibrahimović menunjuk Messi, berteriak kata demi kata.
Puyol dan Piqué segera berlari menghampiri. Mereka khawatir Ibrahimović tak sengaja menghajar Messi, langsung menghalangi di antara keduanya.
Guardiola yang baru saja membuka pintu ruang ganti terpaku melihat dua orang yang hampir berkelahi di hadapannya. Aroma bubuk mesiu yang kental membuat ekspresinya serius bagaikan menghadapi kiamat, tapi tak sepatah kata pun bisa diucapkan!
