Dibandingkan dengan ruang ganti tim tamu Barcelona yang penuh ketegasan seperti pedang terhunus dan aroma bubuk mesiu kental, suasana di ruang ganti tim tuan rumah Real Madrid juga tidak kalah mencekam. Pasalnya Yang Chengzhuo sedang mengkritik beberapa kesalahan yang jelas dilakukan pemain selama babak pertama.
Menuangkan sedikit air dingin saat tim sedang dalam performa bagus adalah cara Yang menjaga pemain tetap tenang dan rasional, mencegah mereka terlena oleh kemenangan. Namun dia tidak selalu melakukan ini. Dia paham betul, terkadang para pemain seperti anak-anak yang belum dewasa - perlu dibujuk.
Lapangan sepakbola adalah medan pertempuran. Bahkan orang yang paling tenang dan rasional sekalipun akan sulit mempertahankan ketenangan dan kerenangan tersebut di medan perang.
Karena itulah banyak yang menyadari: pemain yang terlihat baik hati dan ramah sehari-hari bisa menunjukkan watak keras yang sama sekali berbeda di lapangan. Ini karena mereka terinfeksi atmosfer pertandingan hingga larut total dalam permainan.
Fungsi pelatih kepala adalah tetap tenang dan rasional ketika para pemain sudah larut dalam pertandingan!
“Bagaimana rasanya?” Yang Chengzhuo berjalan mendekati Cristiano Ronaldo.
Pemain Portugal ini sudah mengerahkan seluruh tenaga saat melawan Manchester United, kini harus bertanding melawan Barcelona. Yang Cheng menaruh perhatian pada kebugarannya.
"Hm, tidak masalah!" Cristiano Ronaldo mengangguk.
Yang Cheng memperhatikan anak muda keras kepala yang bermandikan keringat ini, lalu melihat laporan area tengah dari Tim Hank yang ada di tangannya. Setelah berpikir sejenak, ia berkata, "Babak kedua kamu istirahat saja!"
"Aku masih bisa bermain, Bos!" Cristiano Ronaldo langsung menunjukkan ketidaksenangan mendengar keputusan itu.
Yang Cheng mengernyitkan alis, "Aku tahu kamu masih kuat. Aku juga tahu kamu ingin terus bermain. Tapi aku harus mempertimbangkan pertandingan tengah pekan melawan MU. Kecuali kamu mau istirahat di pertandingan tengah pekan itu, kalau memang mau, silakan lanjutkan di babak kedua!"
Cristiano Ronaldo paham, Yang Cheng tidak akan berbicara tanpa dasar. Jika sudah bilang seperti itu, pasti dianggap kebenaran mutlak.
"Jujur, di akhir babak pertama tadi raga-nya memang terasa lelah, tapi setelah istirahat tengah ini sudah sedikit pulih, jadi dia merasa masih bisa bermain. Tapi begitu Yang Chengzhuo bilang begitu, dia langsung mengangguk, 'Aku ikuti sarannu!'"
Yang Chengzhuo tersenyum menepuk bahu si anak muda ini. Dia tahu betul karakter Cristiano Ronaldo, tapi semangat juang yang terlalu membara, ingin turun di setiap pertandingan dan selalu dikerahkan sepenuhnya, itu bukan hal bagus.
Baja berkualitas harus digunakan untuk bilah tajam!
"Mesut Özil!" Yang Chengzhuo menunjuk ke arah pemain Jerman itu.
Sang "istri kecil" Jerman itu berdiri sambil mengangguk, "Bos!"
"Babak kedua kamu turun, main sebagai sayap kiri!" perintah Yang Chengzhuo.
Özil membalas, "Tahu!"
"Ingat, koordinasikan pergerakanmu dengan Raul dan Juan! Serang celah antara pertahanan dan area tengah lawan seperti taktik babak pertama tadi. Genggam titik vital mereka, langsung hancurkan garis belakang Barcelona!"
Raul, Özil, dan Mata mengangguk serempak.
Sebenarnya, Raul dan Mata tidak sebaik Özil dalam penyusupan dan kemampuan membaca pertandingan, jadi Yang Chengzhuo juga fokus pada sisi Özil saat menyusun detail taktis. Dia berharap orang Jerman itu bisa menunjukkan kelebihannya.
"Kerja bagus, berani sedikit, percaya pada penilaian diri sendiri, paham?" Yang Chengzhuo memberi dorongan pada Özil.
Yang terakhir mengangguk dengan mantap.
Setelah bergabung dengan Real Madrid, dia seolah memasuki platform luas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di sini ada rekan satu tim bintang top paling menonjol di alam semesta, ada pelatih kepala paling hebat di dunia yang membimbing kemajuannya. Ini membuat Özil meski tak bisa menjadi pasukan inti di Real Madrid, tetap sangat menyukai Bernabeu.
Yang Chengzhuo memahami ciri khas teknik Özil dengan baik. Jadi dia yakin, setelah Özil turun ke lapangan, pasti bisa mengubah situasi dan membuat keunggulan Real Madrid semakin jelas terlihat.
……
……
Lahir di Gelsenkirchen, Jerman, sebuah kota yang pernah terkenal dengan tambang batu bara. Karena kebutuhan penambangan, kota ini menjadi tempat berkumpulnya sejumlah besar orang Turki yang datang ke Jerman untuk bekerja di pertambangan. Keluarga Özil adalah salah satunya.
Keinginan orang-orang Turki yang datang ke Jerman ini sederhana: memiliki pekerjaan dengan gaji yang layak untuk menghidupi keluarga. Itu sudah cukup!
Namun ketika suatu hari tambang batu bara berhenti menyediakan pekerjaan, mereka pun menjadi pengangguran!
Selama periode yang cukup panjang, bahkan hingga sekarang, Gelsenkirchen tetap menjadi salah satu kota dengan tingkat pengangguran tertinggi di Jerman. Di kota ini populer sebuah pepatah: "Jika tidak bisa menjadi pemain profesional, nasibmu hanya pengangguran!"
Penderitaan akibat pengangguran telah Özil saksikan sejak kecil. Maka sejak dini ia menetapkan target: harus mendapatkan pekerjaan stabil, menjauhi pengangguran, menjadi pemain profesional, dan menghidupi seluruh keluarga melalui karir sepakbola.
Saat itu, Yang Chengzhuo dan Beckenbauer sedang menerapkan reformasi akademi sepak bola baru di Jerman. Langkah pertama adalah membangun kerja sama antara klub dengan sekolah-sekolah di sekitarnya. Schalke 04 pun menjadi mitra sekolah tempat Özil belajar. Setiap minggu, dia mendapat beberapa kali pelatihan dari pelatih kepala profesional. Dari mulut para pelatih inilah, untuk pertama kalinya dia mendengar sebuah nama legendaris: Kaisar Yang Chengzhuo!
Tanpa dia, Özil tak mungkin mendapat kesempatan masuk ke akademi pelatihan Schalke 04. Tanpa dia, Özil juga tak mungkin mengikuti pusat pelatihan elit di Area Ruhr untuk menerima bimbingan akademi sepak bola level tinggi. Tanpa dia, Özil tak akan pernah menyadari sejak awal bahwa bermain sepakbola bisa menjadi profesi untuk menghidupi diri sendiri dan keluarga.
Pertama kali bertemu Yang Cheng adalah di kamp pelatihan elit. Saat itu Yang Cheng masih muda, didampingi Beckenbauer dan lainnya untuk inspeksi, serta mengajukan banyak masukan. Hingga saat Özil bergabung dengan Real Madrid dan mengingatkan Yang Cheng, orang Tionghoa itu sudah lupa pernah mengunjungi kamp pelatihan tempat Özil berada.
Pada periode itu Yang Cheng benar-benar terlalu sibuk, sehingga wajar tidak ingat. Namun di mata Özil, ia tak pernah melupakan nama yang membawa perubahan luar biasa dalam hidupnya ini.
Ia yakin, di antara pemain muda generasi baru Jerman, pasti banyak yang memiliki pemikiran serupa. Setidaknya teman-temannya yang dekat seperti Thomas Müller dan Toni Kroos memiliki niat yang sama.
Begitu kuatnya, hingga saat menerima undangan dari Real Madrid dan Yang Cheng, ia hampir tanpa ragu memilih untuk menyetujui. Karena ini merupakan harapan yang terpancar dari hatinya saat pertama kali melihat Yang Cheng dulu.
“Suatu hari nanti aku ingin menjadi pemainnya!”
Dari Schalke 04 hingga Real Madrid, Özil selalu bekerja keras tanpa mengeluh.
Performanya di Real Madrid sebenarnya cukup baik, jumlah golnya tidak banyak tapi banyak memberikan umpan silang. Meski belum bisa menyaingi bintang top seperti David Silva, Kaká, atau Cristiano Ronaldo, keyakinannya untuk bertahan di Real Madrid tetap kuat. Setiap turun ke lapangan, dia selalu mengerahkan seluruh tenaga untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya.
Karena bermain untuk Yang Chengzhuo adalah target yang telah ditetapkannya sejak kecil!
……
……
Siapa pun yang melihat Özil bermain pasti merasakan: anak muda ini punya bakat yang sangat spesial.
Pemahamannya terhadap pertandingan, kemampuan mengarahkan dan memanfaatkan situasi pertandingan, benar-benar berbeda dari pemain lain.
Pada babak kedua, Real Madrid langsung mengambil inisiatif menekan ke depan dan mendominasi Barcelona sejak awal. Sementara Barcelona mulai melakukan kontraksi tiga garis dengan sengaja untuk mempertahankan pertahanan. Posisi Özil pun sangat ditekan oleh Alves, Xavi, dan Puyol. Di awal, gelandang Jerman itu tampak tak berdaya dengan beberapa kali penguasaan bola yang direbut lawan.
Di pinggir lapangan, Yang Chengzhuo menyadari masalah ini. Ia memerintahkan Raul untuk maju lebih depan dan memperluas area gerak Özil. Granero dan De la Red diminta mengalihkan perhatian lini tengah Barcelona agar tidak terlalu membelenggu Özil. Strategi ini bertujuan menciptakan ruang bermain yang lebih longgar bagi sang maestro asal Jerman tersebut.
Penyesuaian yang dilakukan tim membawa transformasi yang sangat dirasakan Özil. Entah bagaimana ia bisa memahami semua ini, namun benar-benar merasakan bahwa gelandang Barcelona berusaha menekan dua gelandang bertahan Real Madrid, sementara pertahanan yang dijepit Agüero dan Mata berada dalam jarak agak jauh.
Situasi ini mirip dengan babak pertama. De la Red segera memindahkan bola ke bawah kaki Özil.
Pertahanan Barcelona siaga penuh. Alves, Puyol, Piqué, dan Abidal membentuk pertahanan kain di area depan wilayah terlarang. Raul yang bertukar posisi dengan Özil berada di sisi kiri diawasi Alves. Agüero dan Mata di sisi kanan dijaga ketat Piqué dan Abidal, sementara Puyol berfungsi sebagai pasukan cadangan yang bergerak bebas.
Özil berlari ke area tengah menguasai bola, langsung bergerak maju mendekati Piqué. Sementara Mata yang sudah sering berkoordinasi dengannya di sesi latihan segera menarik ke sisi kanan, terlihat seperti menunggu umpan terobosan diagonal Özil ke belakang pertahanan. Abidal langsung mengikuti pergerakan Mata. Kedua aksi ini terjadi bersamaan, membuat formasi pertahanan Barcelona yang sebelumnya padat mulai terkoyak.
Setelah mendekati Piqué, Özil dengan tenang menghitung jarak. Saat Piqué maju menghadang, pemain Jerman itu dengan cerdik melakukan pemberhentian mendadak, tiba-tiba bergerak diagonal ke kiri seolah mengarah ke Puyol yang menjaga area tengah.
Piqué masih terpaut satu langkah dari Özil tapi tak bisa menghentikannya. Di belakang Piqué, Agüero sudah tidak dijaga siapa-siapa, hanya Puyol yang siap membantu menutup ruang. Maka manuver dribel diagonal tiba-tiba Özil menciptakan ketidakpastian: bisa memilih mengoper ke Raul atau langsung mengalihkan perhatian Puyol.
Keistimewaan Mesut Özil terletak pada ketajamannya yang seolah bawaan lahir dalam memahami ruang. Setelah memutar menghindari Gerard Piqué, ia memanfaatkan kecepatan mengaktifkan yang menjadi ciri khasnya, tetap mempertahankan inisiatif operan. Begitu berhasil menarik perhatian Carles Puyol, tepat saat bek Barcelona itu bersiap melakukan jepit bersama Piqué, dari celah sempit di antara dua pemain, tiba-tiba ia menyodorkan umpan silang dengan kaki kiri.
Bola menyusup lewat celah sempit antara Puyol dan Piqué. Di belakang Piqué, Sergio Agüero yang dengan cermat menjaga posisi sejajar untuk menghindari offside telah menunggu. Begitupun bola menyentuh kakinya, dengan memanfaatkan momentum ia langsung menerobos masuk wilayah terlarang, menciptakan situasi anti-offside dan berhadapan satu lawan satu dengan kiper!
Postur Puyol masih menghadap ke arah Özil, sementara Piqué dalam posisi miring ke arah gawang. Konsentrasi keduanya masih tertuju pada gelandang Jerman itu. Saat Agüero menerima bola, barulah mereka tersadar. Namun ketika hendak mengejar, striker Argentina itu sudah melesak masuk kotak penalti.
"Valdés langsung bereaksi, memilih maju menyongsong, tapi Agüero melakukan tendangan chip yang mulus melewati Valdés, menghunjam ke sudut gawang Barcelona!!"
"GOALLLLLLLLLLLLLLLLL！！！!" Komentator di TKP berteriak penuh semangat!
"Mesut Özil, dengan umpan terobosan diagonal tajam di depan wilayah terlarang, membantu Agüero menciptakan situasi one-on-one! Pemain muda Argentina itu mendinginkan kepala dan mencungkil bola melewati kiper, 3-0!!"
Seluruh fans Bernabeu serentak bangkit berdiri, bersorak histeris menyemangati para pejuang Real Madrid!
Skor 3-0, hampir bisa dikatakan menjadi angka yang menenggelamkan pemain Barcelona dalam keputusasaan total!
Bukan Barcelona yang lemah, tapi Real Madrid yang terlalu kuat!
Baik dari segi kemampuan individu pemain, koordinasi tim secara menyeluruh, maupun taktik permainan - semuanya menunjukkan dominasi mutlak. Barcelona nyaris tak memiliki celah keunggulan di aspek mana pun.
"Sergio Agüero berlari penuh semangat di pinggir lapangan, mencetak dua gol melawan Barcelona lagi, tidak ada alasan baginya untuk tidak gembira!"
Pemain Real Madrid serempak menerjang ke pinggir lapangan merayakan gol ketiga tim, terutama Mesut Özil yang bahkan dipeluk erat oleh Agüero. Sebagai sebaya, striker Argentina yang ahli melakukan pergerakan fleksibel ini memang sering mendapat keuntungan dari umpan tajam ke belakang bek ala gelandang Jerman itu!
"Setelah 10 menit pertama babak kedua dengan serangan mendadak, Real Madrid mulai memperlambat tempo permainan. Tiba-tiba Özil membawa bola maju dengan kecepatan penuh, kembali merobek pertahanan Barcelona dalam sekejap!"
“Ini dapat dilihat sebagai manifestasi kemampuan individu Mesut Özil, namun, peran Juan Mata yang menarik ke sisi untuk membuka ruang bagi Sergio Agüero mengalahkan Eric Abidal, serta Raul yang mengalihkan perhatian Dani Alves di sisi kiri, juga memiliki kontribusi yang tak kalah penting. Alih-alih hanya menyoroti sorotan individu Özil dan tendangan penentu Agüero, ini sebenarnya juga merupakan perwujudan taktik menyeluruh Real Madrid.”
“Tertinggal 3 gol, para pemain Barcelona terlihat sangat lesu. Namun sekarang yang terpenting bukanlah berlarut dalam kekecewaan, melainkan segera membangkitkan semangat kembali dan mencari cara untuk membalikkan keadaan di lapangan. Inilah poin krusial yang harus diprioritaskan!”
Persis ketika komentator sedang melakukan analisis, Pep Guardiola akhirnya melakukan substitusi pertama Barcelona dalam pertandingan ini.
Setelah Yang Chengzhuo mengganti Cristiano Ronaldo dengan Mesut Özil saat istirahat tengah, Guardiola langsung menurunkan Eidur Gudjohnsen menggantikan Zlatan Ibrahimović yang performanya buruk sepanjang laga, tepat setelah Madrid mencetak gol ketiga di menit ke-58.
Tapi saat Ibrahimović turun dari lapangan, kamera siaran langsung TV mengarah ke Gudjohnsen yang naik ke lapangan. Namun di bagian bawah layar yang tak terlihat penonton, Ibrahimović tak mendekat untuk memeluk Guardiola, hanya melintas di sampingnya sambil marah-marah menerima handuk dari staf dan melemparnya keras-keras ke kursinya.
Gerakan ini bahkan membuat Yang Chengzhuo terkejut. Namun ia juga melihat Guardiola hanya menoleh sebentar ke Ibrahimović sebelum kembali fokus menyaksikan pertandingan.
"Sepertinya dia mulai kesulitan mengendalikan para bintang ini!" ujar Yang sambil menggelengkan kepala dan menghela napas.
Sebagai lawan, tentu ia senang melihat konflik internal Barcelona. Tapi di sisi lain, ia juga merasa Guardiola layak mendapat simpati.
Dengan pengalaman, status, dan pengaruh yang dimilikinya sekarang, sulit baginya menaklukkan Messi apalagi Ibrahimović. Bagaimana akhir cerita ini, tak seorang pun bisa memprediksi.
“Konon, saat istirahat tengah, Ibrahimović dan Messi hampir berkelahi. Akhirnya Carles Puyol yang melerai mereka. Pep Guardiola sama sekali tidak berpengaruh!” Paulus Bayer berkomentar di samping.
Bisa dikatakan, sejak awal Yang Chengzuo tidak yakin Ibrahimović bisa sukses di Barcelona. Menurutnya dari awal sampai akhir, ini lebih seperti khayalan sepihak dan kesalahpahaman Barcelona. Mustahil memaksa pemain tinggi besar seperti Ibrahimović melakukan tugas yang dirancang untuk pemain kecil seperti Messi. Hanya orang bodoh yang percaya pada strategi seperti ini.
“Dari situasi babak kedua, pasti ada pengaruhnya!” kata Benitez.
Di babak kedua, trio trisula Ibrahimović-Messi-Henry bertindak sendiri-sendiri. Serangan Barcelona kacau-balau, pressing depan pun minim. Ini memaksa lini tengah Xavi-Iniesta-Busquets bertarung lebih ganas. Kalau tidak, pertahanan lemah Barcelona akan terekspos sepenuhnya di hadapan peluru Real Madrid.
Namun ketiga pemain ini juga bukan tipe pemain yang mahir bertahan. Menghadapi Real Madrid yang ganas seperti serigala dan harimau, mereka sama sekali tak mampu menahan!
"Memasukkan Gudjohnsen seharusnya untuk memperkuat intensitas pressing di lini depan, menstabilkan kembali pertahanan tim!" Paulus Bayer berkata.
Yang Chengzhuo mengangguk, tapi tak melakukan apa-apa. Karena saat ini Real Madrid sudah sepenuhnya menguasai inisiatif pertandingan dengan keunggulan yang hampir mutlak. Pemain Barcelona tanpa semangat, terus-menerus dikejar, namun tak bisa menghentikan Los Blancos.
Menit ke-67, Mesut Özil lagi-lagi memanfaatkan area kosong yang tercipta akibat diskoneksi antara lini belakang dan tengah Barcelona. Setelah menyambar bola, ia memberikan umpan terobosan cerdik ke belakang pertahanan. Sergio Agüero yang melakukan gerakan menerobos dari belakang, dengan tenang mengeksekusi tendangan keras di kotak penalti untuk menambah keunggulan Real Madrid menjadi 4-0!
Agüero yang baru saja mencatatkan hat-trick berlari penuh euforia ke pinggir lapangan. Ia merangkak di atas rumput, membiarkan rekan setimnya mengejar dari belakang dan menindihnya satu per satu, membentuk tumpukan manusia ala "roda keberuntungan".
Berbeda dengan pemain Real Madrid yang gembira merayakan gol lagi, pemain Barcelona bagaikan mayat berjalan dengan kepala tertunduk lesu, tanpa kehidupan, seolah alam semesta sedang kiamat.
Valdés untuk keempat kalinya dalam pertandingan ini mengeluarkan bola dari gawang, langsung menendangnya terbang ke area tengah untuk meluapkan amarah dalam hatinya. Dalam laga ini dia kebobolan 4 gol oleh Real Madrid, membuatnya merasa marah.
Tapi dia tak punya kekuasaan untuk menyalahkan orang lain, karena performanya sendiri juga buruk!
Bukan hanya dia, seluruh tim Barcelona dari depan ke belakang tampil payah. Sejak awal taktik mereka dikalahkan oleh Real Madrid, secara psikologis pun berada di posisi lemah. Sedikit ketidakberuntungan langsung membuat mereka retakan parau!
Segala kemenangan beruntun sebelumnya, segala ketakalahan, segala rekam jejak kesombongan - semua itu hanyalah ilusi. Barulah ketika tiba perang besar yang menjadi bagian terpenting, semua orang termasuk Barcelona sendiri akhirnya tersadar: psikologi mereka ternyata begitu rapuh, dan "kekuatan" yang mereka klaim masih memiliki kesenjangan sangat besar dibandingkan Real Madrid.
Pep Guardiola menutupi mulutnya, membuat orang tak bisa melihat ekspresinya dengan jelas. Tapi dari gerak-geriknya, kita bisa memahami kebingungan yang menyelimutinya di saat seperti ini. Dia tak tahu langkah apa yang harus diambil berikutnya, juga tak mengerti bagaimana menghadapi situasi ini!
Jika dalam kondisi biasa, tanpa ragu dia akan mengundurkan diri dan memikul segala tanggung jawab. Tapi sebelumnya Laporta dan Johan Cruyff berharap dia mempertahankan posisinya, dan dia pun setuju. Karena Barcelona saat ini sangat sulit menemukan pelatih kepala yang lebih cocok daripada Pep Guardiola.
"Kebingungan pelatih kepala juga mewakili kebingungan dan kebingungan para pemain Barcelona di lapangan, seolah-olah ini adalah penyakit menular yang mengerikan, membuat orang merasa tidak melihat harapan!"
