"...Pepe maju ke depan merebut bola, mengoper ke Granero..."
"...Granero mengoper ke Raul, Raul mengembalikan operan ke Özil..."
"...Özil menggiring bola ke depan, mengirim umpan terobosan diagonal ke belakang..."
"...Mata tiba-tiba menerobos masuk ke kotak penalti, menguasai bola, melakukan tembakan keras..."
"Tendangan sudut!!"
"Granero mengambil tendangan sudut, titik depan, De la Red menyundul bola ke gawang!!"
Seluruh fans Real Madrid di Stadion Bernabeu terstimulasi oleh sundulan De la Red ini, beberapa bahkan menjerit histeris, tapi sayangnya mereka semua serempak mengeluarkan desahan.
Bola hampir menyentuh tiang kanan keluar dari batas, tendangan gawang untuk Barcelona!
“Fans Real Madrid masih berharap bisa mencetak gol lagi. Saat ini mereka sudah unggul 4-0, Barcelona benar-benar pasif dan terdesak oleh serangan Real Madrid. Secara situasi pertandingan sangat menyakitkan, namun mereka berhasil bertahan di wilayah terlarang mereka sendiri.”
“Pemain Barcelona jelas-jelas sudah kehilangan semangat juang paling dasar dalam pertandingan!”
“Setelah tertinggal 4 gol, Pep Guardiola memasukkan Yaya? Toure dan Keita untuk memperkuat pertahanan di area tengah. Tapi keunggulan Real Madrid tetap sangat jelas, ini sangat terkait dengan kurangnya semangat juang yang umum dialami pemain Barcelona.”
“Pertandingan sudah memasuki menit ke-88. Real Madrid juga tidak punya niat untuk terus menyerang, mengingat mereka sudah unggul 4-0. Barcelona malah menerapkan sikap terkepung, menerima siksaan baik dari lawan maupun diri mereka sendiri.”
“Tepat ketika komentator sedang melakukan analisis, terlihat pelatih kepala Real Madrid Yang Chengzhuo mendatangi pejabat keempat.”
"Halo, Tuan Yang Cheng!" Pejabat keempat menyapa Yang Cheng dengan sopan.
"Halo!" Yang Cheng mengangguk, "Menurut saya pertandingan bisa diakhiri lebih cepat!"
Mungkin melihat kebingungan pejabat keempat, Yang Cheng tersenyum, "Kami sudah tidak akan melanjutkan serangan. Jadi menurut saya, tambahan waktu tidak bermakna. Mari kita hargai lawan kami, setuju?"
Jika Barcelona masih memiliki kemampuan melawan saat ini, pastilah Yang Cheng tidak akan bertindak seperti ini. Dia akan menyuruh semua pemain Real Madrid mengerahkan segala upaya untuk mengalahkan Barcelona dan menghancurkan mereka sepenuhnya. Namun jelas terlihat, Barcelona sudah kehilangan perlawanan dan semangat juang paling dasar.
Ini seperti musuh yang sudah menyerah dan meletakkan senjata. Siapapun yang berwibawa, setelah menang 4-0 pasti akan melakukan hal serupa. Ini bisa dianggap sebagai bagian dari semangat olahraga.
Raul dan Casillas juga masing-masing mengajukan permohonan kepada wasit di sekitar mereka, berharap pertandingan bisa segera diakhiri.
Bagi Barcelona, pertandingan ini sudah menjadi aib yang sangat besar. Real Madrid sudah menang, menang sepenuhnya. Kalau sudah begini, mengapa tidak tunjukkan kewibawaan pemenang dan maklumi tekanan serta siksaan yang diterima pecundang?
Mungkin di Area fans Barcelona di tribun Stadion Bernabeu, banyak suporter yang merasa malu melihat aksi skuat Real Madrid. Karena dulu saat mereka sedang di puncak kejayaan, hampir tak bisa menahan diri untuk tidak menghantam Real Madrid habis-habisan, sama sekali tidak paham arti pengampunan dan pemahaman.
Tapi kini, pelatih kepala dan pemain Real Madrid membuktikan dengan tindakan nyata perbedaan terbesar antara kedua klub.
Bukan hanya karena tribun Stadion Bernabeu mau memberikan tepuk tangan untuk musuh bebuyutan, tapi juga karena mereka paham cara menghormati lawan!
Menghormati lawan sama dengan menghormati diri sendiri, dan pasti bisa mendapatkan penghormatan balik dari lawan!
Wasit utama mempertimbangkan permintaan yang disampaikan oleh pejabat keempat dan hakim garis, akhirnya memutuskan perpanjangan waktu 1 menit. Tapi hanya berjalan beberapa detik, peluit akhir pertandingan pun dibunyikan.
Setelah pertandingan selesai, Raul segera mendekati Xavi, Iniesta dan lainnya yang berada di jarak terdekat. Casillas juga langsung menghampiri Puyol dan Pique. Banyak pemain saling menghibur lawan mereka.
Sikap sportif Real Madrid memenangkan tepuk tangan meriah dari seluruh fans mereka di tribun. Mereka berdiri dari kursinya, terus-menerus memberikan tepuk tangan yang penuh semangat. Bahkan pengikut setia Barcelona yang ikut ke kandang lawan pun ikut berdiri, memberikan apresiasi pada performa pemain Real Madrid.
Ya, bagaimanapun polarisasi di lapangan sepakbola, saling menghormati secara dasar adalah suatu keharusan!
“Relatif terhadap atmosfer sengit dan polarisasi perasaan di Stadion Camp Nou, Real Madrid memberikan pelajaran nyata bagi lawan di Stadion Santiago Bernabéu. Dengan aksi nyata, mereka menjelaskan makna aura bangsawan dan kharisma Kerajaan!”
“Di saat seperti ini, bahkan sebagai musuh bebuyutan, pemain Barcelona dan fans pasti sulit membenci Real Madrid. Karena kemampuan teknis lebih rendah, sementara tindakan Real Madrid menunjukkan pemahaman terhadap kondisi hati Barcelona. Mereka adalah pemenang paling sempurna dalam pertandingan ini!”
Tepuk tangan bergema cukup lama. Setelah menghibur lawan dari Barcelona di lapangan, semua pemain Real Madrid serempak berdiri di lapangan, memberi salam ke segala penjuru kepada fans Real Madrid sebagai ungkapan terima kasih atas dukungan mereka.
4-0 membunuh Barcelona! Ini merupakan Double Kill Real Madrid terhadap Barcelona untuk kesekian kalinya!
Dari pertandingan ini, tercermin kesenjangan besar antara kedua tim baik dalam kekuatan menyeluruh maupun strategi pelatih kepala. Poin liga yang awalnya selisih 2 poin kini telah meluas menjadi 5 poin. Dengan tersisa 4 putaran liga, Real Madrid hampir bisa mengumumkan diri sebagai juara!
Yang Chengzhuo berdiri di pinggir lapangan, membiarkan para pemain menikmati sorak-sorai fans di tribun. Saat tepuk tangan mulai mereda, barulah ia mendekat dan mengacungkan ibu jari ke Thiago Silva yang pertama turun dari lapangan, "Bagus, Thiago!"
"Terima kasih, Bos!" Thiago Silva mendekat dan memeluk erat Yang Chengzhuo.
Berikutnya giliran Arbeloa, lalu Granero, De la Red, Mata...
Para pemain Real Madrid turun dari lapangan satu per satu memeluk Yang Chengzhuo, mengucapkan beberapa patah kata sebelum kembali ke saluran pemain menuju ruang ganti. Pasti di hati mereka semua saat ini terasa kepuasan dan ketenangan.
……
……
Dalam konferensi pers pasca-pertandingan, semua wartawan pertama-tama menyoroti aksi Ibrahimović melemparkan handuk.
Meski adegan ini tidak muncul dalam siaran langsung global, para jurnalis melihatnya dengan jelas. Dari gerakan ini, retakan internal Barcelona telah tereakspos sepenuhnya.
"Saya pernah menjadi pemain profesional. Saya paham betul perasaan buruk yang menghantam ketika seorang pemain sudah mengerahkan seluruh tenaga bertarung habis-habisan, namun hasil akhirnya jauh dari harapan."
Saat menerima pertanyaan wartawan, Pep Guardiola tetap terlihat tenang, namun kerutan di dahinya sulit menyembunyikan kondisi hati yang lesu. Pasalnya, dia kembali mengalami kekalahan telak 0-4 di Stadion Santiago Bernabéu, yang secara praktis telah memvonis Barcelona tak akan meraih gelar juara apapun musim ini, kembali dengan tangan masih kosong.
"Ibrahimović saat itu baru saja digantikan dan sedang dalam kondisi kelelahan fisik maupun mental, sehingga melakukan tingkah laku ekstrem. Menurutku ini bukanlah hal besar. Saya yakin hal seperti ini pernah terjadi pada semua pemain profesional, karena dalam situasi seperti itu, sangat sulit untuk berpikir dengan jernih dan tenang."
"Aku percaya, setelah melalui ketenangan dan rasionalitas, Ibrahimovic akan menyadari kesalahannya. Mungkin dia akan meminta maaf, tapi menurutku dunia luar tak seharusnya terlalu mempermasalahkan hal ini. Dia telah berjuang mati-matian dalam pertandingan sulit itu, menunjukkan kontribusinya sepenuh hati. Sayangnya, baik dia maupun Barcelona sama-sama menghadapi masalah, dan kita kalah!"
Harus diakui, ucapan Guardiola ini sama sekali tidak bermasalah, bahkan terasa mengandung perlindungan terhadap Ibrahimovic. Namun tiba-tiba seorang wartawan berdiri.
"Tuan Guardiola, ada kabar bahwa saat istirahat babak pertama, Ibrahimovic, Messi, dan Henry terlibat perdebatan sengit mengenai beberapa kesalahan dan peluang di babak pertama, bahkan hampir berkelahi. Benarkah ini?"
Pertanyaan ini langsung menyedot perhatian penuh ruangan. Beberapa wartawan yang belum tahu menjadi gempar.
Sebenarnya, setiap koran yang memiliki sedikit pengaruh pasti punya jalur informasi sendiri. Terkadang, gerakan pemain di ruang ganti yang sedikit berisik saja sudah cukup bagi wartawan untuk berimajinasi dan membuat hipotesis. Tapi kali ini, estimasi ulang menunjukkan banyak media akan menerima kabar ini. Bahkan jika sekarang belum ada informasi rahasia, dalam satu dua hari pasti akan banyak rahasia yang dibocorkan.
Media yang merasuk ke segala celah ini seringkali punya taktik/metode yang mustahil diantisipasi. Yang Chengzhuo sendiri sangat memahami hal ini melalui pengalaman pahitnya.
Pernah ada media yang memotretnya bersama Annie Stanton keluar-masuk villa milik Annie di Danau Como, Italia. Mereka berharap bisa menggunakan ini sebagai pertukaran untuk mendapatkan informasi rahasia tentang pemain Liverpool yang sedang dilatih Yang Chengzhuo saat itu.
Ini adalah pilihan dua opsi: Entah media yang membocorkan rahasia Yang Chengzhuo, atau Yang Chengzhuo yang membocorkan rahasia pemain. Jawaban terakhir pelatih ini hanya satu kalimat: "Pergi sana dengan ucapan sialanmu!"
Hasilnya keesokan harinya, rumor perselingkuhan antara dia dan Annie Stanton langsung menghiasi artikel utama di halaman depan sebuah majalah hiburan ternama Inggris. Sejak saat itu, Yang Chengzhuo memasukkan media tersebut dalam daftar hitam yang tidak akan diwawancarainya, bahkan termasuk tim yang ia latih.
Tapi ada berapa orang yang bisa seperti Yang Chengzhuo?
Siapa yang tidak punya rahasia? Siapa yang tidak ingin menjaga privasi dan rahasia pribadi mereka?
Ketika dihadapkan pada pilihan antara membeberkan privasi sendiri ke publik atau membocorkan rahasia orang lain secara anonim, sebagian besar umat manusia akan memilih opsi kedua. Inilah sumber informasi dan jalur distribusi yang digunakan media, atau bisa kita sebut paparazi.
Yang Chengzhuo selalu sangat menghargai interaksi dengan media. Ia rutin membagikan informasi menarik tentang pemain - yang tidak melanggar etika - ke media. Melalui kerja sama jangka panjang ini, ia menukarnya dengan perlindungan terhadap privasi pemain. Semua mekanisme ini dijalankan melalui departemen berita Real Madrid.
Dia juga percaya, di antara semua tim elit di dunia ini, pasti ada semacam aturan pertukaran yang sama.
Hanya saja, konflik internal di ruang ganti Barcelona jelas memiliki sifat berbeda dan sulit diredam.
Karena itu, ketika Pep Guardiola menghadapi pertanyaan wartawan, dia mengakui memang ada sedikit perselisihan antar pemain di ruang ganti. Tapi dengan senyum, pelatih itu menyebutnya sebagai bentuk komunikasi antar anggota tim.
"Biarkan semua orang mengungkapkan niat mereka sejujurnya, meskipun nada bicaranya mungkin keras. Bukankah ini sangat bermanfaat bagi persatuan tim?"
Meskipun raut wajah Guardiola terlihat santai, sebenarnya para wartawan tak mungkin puas. Mereka pasti akan terus menggali lebih dalam.
"Tuan Yang Cheng!" Setelah gagal mengorek informasi baru dari mulut Guardiola tentang insiden konflik internal, para jurnalis segera mengalihkan topik ke Yang Chengzhuo yang memiliki nilai jurnalistik lebih besar dibanding pelatih Barcelona itu.
"Mengapa Anda tiba-tiba meminta untuk mengakhiri pertandingan lebih cepat di menit-menit akhir? Apakah saat itu Anda ingin membuktikan kemenangan dan kewibawan sebagai pemenang? Bukankah ini sangat tidak adil bagi Barcelona? Bisa saja mereka mencetak gol dalam beberapa menit terakhir!"
Yang Cheng tersenyum menanggapi tuduhan tajam tersebut.
Pertanyaan wartawan yang menusuk ini sengaja memancing emosi. Jika Anda naik pitam, mereka justru akan menuduh Anda berpura-pura dan terjebak dalam teori konspirasi.
Dalam berinteraksi dengan para wartawan ini, Anda harus menjaga konsentrasi 120% karena tujuan mereka hanyalah meningkatkan penjualan dengan segala cara. Di dunia ini juga banyak penggemar fanatik teori konspirasi.
"Kalau begitu katakan saja aku sengaja mengakhiri pertandingan cepat karena takut Barcelona mencetak gol!" jawabnya sambil bercanda.
Sebagian besar wartawan di TKP tertawa terbahak-bahak, karena semua tahu Yang Cheng sedang menyindir sang wartawan dengan meminjam ucapannya sendiri, membuat serangkaian pertanyaan berikutnya dari wartawan itu terkunci mati.
"Tuan Yang Cheng, mohon jawab pertanyaan saya dengan serius!" Wartawan itu memerah padam, menekankan kembali permintaannya.
"Aku sangat serius!" Yang Cheng menunjuk ke arahnya, "Menurutku yang paling tidak serius justru kamu!"
"Saya?" Wartawan itu mulai kesal.
Yang Cheng mengangguk dengan penuh kesungguhan, "Benar. Aku hanya mengajukan usulan. Tapi keputusan untuk mempercepat berakhirnya pertandingan ada di tangan wasit utama. Ini tak ada hubungannya denganku. Jadi kalau mau bertanya, seharusnya tanya wasit utama. Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu."
Usai berkata demikian, ia menggelengkan kepala sambil tersenyum lalu melambaikan tangan, "Selanjutnya!" Secara spontan mengambil alih peran pembawa acara.
Sang wartawan itu melihat dirinya sengaja diabaikan oleh Yang Chengzhuo, dalam hatinya penuh ketidakrelaan. Namun saat melihat wartawan lain berdiri untuk mengajukan pertanyaan, ia terpaksa duduk kembali dengan kecewa. Diam-diam ia bertekad akan menulis laporan negatif yang menghancurkan reputasi Yang Chengzhuo, idealnya mengungkap niat buruknya agar seluruh alam semesta menghinanya.
Andai Yang Chengzhuo mengetahui pikiran wartawan ini, pasti ia akan tertawa terbahak sambil bertanya: "Kakak, dari koran mana ini? Apa kemampuanmu sampai bisa membuat seantero alam semesta menghina aku? Punyakah kau keahlian sehebat itu?"
Akibat ulah wartawan tadi ditambah upaya Yang Chengzhuo yang sengaja mengalihkan topik ke sepakbola, serangkaian pertanyaan berikutnya seluruhnya berkaitan dengan pertandingan dan dunia sepakbola.
"Tuan Yang Cheng, dengan kemenangan kandang 4-0 dalam El Clásico, selisih poin dengan Barcelona telah meluas menjadi 5 poin. Dalam situasi liga masih tersisa 4 pertandingan, banyak yang mengatakan Real Madrid telah mengunci gelar juara lebih cepat. Bagaimana menurutmu?" tanya seorang wartawan El País sambil berdiri.
Yang Chengzhuo menggelengkan kepala, "Tidak. Seperti katamu, liga masih ada 4 laga tersisa meski kami unggul 5 poin. Tak ada yang bisa bilang kami sudah menjadi juara liga lebih cepat!"
"4 lawan terakhir kami sangat kuat - 3 pertarungan kandang lawan dan 1 kandang sendiri. Lawan tandang kami adalah Valencia, Villarreal, dan Osasuna di putaran terakhir. Tekanan pertandingan tandang sangat besar, sementara laga kandang ke-37 melawan Mallorca juga tak kalah sulit. Jadi kami sama sekali tidak boleh lengah."
Ada satu hal yang tidak disebutkan oleh Yang Chengzhuo, yaitu pertandingan melawan Valencia tepat jatuh setelah leg kedua melawan Manchester United. Jika berhasil melewati rintangan MU, maka final Liga Champions pada 27 Mei akan dijadwalkan di antara pertandingan ke-37 dan 38, yang juga akan mempengaruhi daya tempur Real Madrid di liga.
Chelsea unggul tipis 1-0 di kandang sendiri pada leg pertama melawan Arsenal, dengan peluang besar untuk lolos ke final. Real Madrid yang telah mengalami kekalahan telak dari Chelsea selama dua musim berturut-turut pasti akan menghadapi final yang sulit. Yang Chengzhuo bertekad untuk merebut kemenangan dalam pertandingan ini, sehingga harus mengistirahatkan pemain inti di liga.
Namun semua yang menyaksikan pertandingan ini tidak akan lagi meragukan kedalaman bangku cadangan dan kualitas pemain pengganti Real Madrid. Kemampuan skuad cadangan mengalahkan Barcelona 4-0 di Bernabeu telah membuktikan daya saing mereka. Harapan untuk mengalahkan lawan-lawan lain di liga juga sangat besar.
Alasan Yang Chengzhuo enggan mengatakan bahwa timnya telah menguasai medan di liga adalah untuk mencegah pemain menjadi malas. Dia berharap semua orang bisa mempertahankan semangat juang dan aura yang terjaga sepanjang musim ini hingga akhir kompetisi, meraih hasil di kedua garis pertempuran, dan merebut gelar juara ganda.
Hal ini membuat Yang Chengzhuo selalu menyisipkan poin-poin merugikan Real Madrid saat menjawab pertanyaan wartawan, bahkan secara aktif membela Barcelona. Dia menganggap Barcelona belum membuang harapan dan tekad mengejar gelar juara.
"Aku yakin kesenjangan 5 poin tak mampu mencegah Barcelona. Mereka tak akan menyerah. Ini mengharuskan semua pemain kita untuk memperlakukan setiap pertandingan selanjutnya dengan khidmat. Hanya dengan mengalahkan setiap laga, kita bisa memastikan kemenangan di akhir kompetisi ini."
Bagi lawan Barcelona, Yang Chengzhuo juga menunjukkan kewibawaan dengan menyatakan, "Pertandingan ini mengandung unsur kebetulan tertentu. Skor tidak mencerminkan kesenjangan dalam kekuatan. Saya yakin mereka akan segera keluar dari tekanan."
Namun sejak Peristiwa CD Mourinho, Yang Chengzhuo tidak terlalu menyukai Pep Guardiola. Oleh karena itu kali ini dia tidak secara aktif membela Guardiola, hanya menolak menerima pertanyaan semacam itu. Meski demikian, usai konferensi pers, dia tetap menjabat tangan Guardiola dengan sopan untuk berpamitan.
Seluruh proses tersebut, Yang Chengzhuo benar-benar memanifestasikan keramahan dan kewibawaan dirinya, sekaligus memenangkan pengakuan dari sebagian besar wartawan yang hadir.
Seorang individu yang berpura-pura tidak akan mampu bertahan lama - lambat laun pasti akan menunjukkan celah. Namun sejak debut hingga kini, Yang Chengzhuo selalu mempertahankan gaya kepemimpinannya. Meski terjadi perubahan setelah karakteristiknya matang sepenuhnya, dia tetap setia pada jati diri.
Seperti yang dikatakan oleh pemimpin redaksi AS Alfredo, orang seperti ini hanya ada dua kemungkinan: benar-benar berkepala batu atau penjahat kelas kakap.
Tapi dari sudut manapun dilihat, Yang Chengzhuo sama sekali tidak mirip dengan tipe penjahat besar. Oleh karena itu, seiring waktu keraguan terhadap gaya kerjanya perlahan mereda. Hanya tersisa segelintir fanatik anti-Yang seperti anggota Aliansi Pembebas yang masih bersuara, tapi sudah tidak menarik perhatian lagi.
Waktu adalah senjata terkuat untuk membuktikan segalanya!
