“Ayo maju! Brengsek-brengsek Barcelona!!”
“Kami sudah memberi kesempatan, tapi kalian tetap gagal mencetak gol!!”
“Kalau punya kemampuan, serang balik dan cetak gol ke gawang kami!!”
Di tribun, fans Real Madrid yang ikut ke kandang lawan bersorak gembira. Mereka sudah punya keharmonisan tak terucap dengan klub, tahu betul bahwa yang paling ditakuti Madrid bukanlah duel sihir, melainkan formasi bertahan yang memampatkan area 32 meter - masalah besar bagi semua tim penyerang di alam semesta.
Merekalah yang sengaja berteriak dari tribun, ingin memancing kemarahan lawan, berharap bisa memaksa para pemain Barcelona keluar dari posisi bertahan.
Setelah merayakan di sekitar tiang bendera sudut, para pemain Real Madrid satu per satu tertawa terbahak-bahak sambil berjalan mundur, tak lupa melontarkan ucapan provokasi yang sengaja dikeraskan agar didengar pemain Barcelona: "Kami sudah mengembalikan satu kartu kuning untuk kalian, tetap saja kalian tak bisa menang, untuk apa memalukan diri seperti ini?"
Pemain Barcelona gemetar marah namun tak berdaya, karena setelah kick-off ulang, Real Madrid sama sekali tidak memberi kesempatan. Mereka terus mempertahankan tekanan dengan serangan bertubi-tubi, meredam Barcelona di separuh lapangan mereka.
Xabi Alonso dan De la Red meredam lini tengah Barcelona, terutama terhadap Xavi. Sementara Iniesta dan Alves dikepung oleh Marcelo dan Cristiano Ronaldo. Koordinasi serangan Barcelona pun lumpuh, terpaksa terus-menerus membuang bola dengan tendangan panjang dari belakang yang justru berisiko tinggi, karena Real Madrid dengan cepat bisa membangun serangan efektif kembali.
Keita memang seimbang dalam menyerang dan bertahan, tapi dalam hal kreatif dan kemampuan memegang bola, ada kesenjangan yang cukup besar dengan Iniesta. Guardiola menempatkan Iniesta di sayap awalnya berharap memperluas area serang Barcelona, namun tak disangka justru ditekan habis oleh serangan sayap kiri Real Madrid yang membuatnya terus dikejar-kejar hingga sama sekali tak efektif.
Ini persis seperti Tai Chi!
Banyak orang mengira Tai Chi ahli mengalahkan kekuatan dengan kelembutan, menggeser beban ribuan kilo dengan empat ons tenaga. Tapi mereka yang benar-benar berlatih Tai Chi tahu: premis utamanya adalah kekuatan mutlak yang bisa membuat segala teknik tak berdaya.
Dalam pertandingan ini, Yang Chengzhuo bermain di sayap kiri karena yakin bisa meredam sayap kanan Barcelona. Baik Messi maupun Iniesta bisa dikuasai. Ini sama dengan menetralisir separuh ancaman Barcelona, sekaligus membuat tekanan Madrid di tengah terhadap Xavi menjadi lebih efektif.
Guardiola menempatkan Messi sebagai penyerang palsu di area tengah, Yang Cheng segera memposisikan Ramos lebih maju dengan Thiago Silva mundur membentuk formasi bertahan berlapis. Ditambah tekanan di lini tengah, meski Messi aktif bergerak, sulit baginya menguasai bola sehingga efektivitasnya minim.
Pasca gol Real Madrid, Barcelona terus ditekan habis-habisan. Real bahkan mendapat dua peluang emas di kotak penalti: satu saat Ronaldo gagal mengarahkan sundulan dengan baik, satu lagi saat tendangan chip Agüero ditepis spektakuler Valdés ke mistar gawang.
Serangan di menit akhir babak pertama sukses memompa semangat pasukan Los Blancos, membawa keunggulan 1:0 menuju istirahat.
……
……
"Babak pertama berakhir! Real Madrid unggul 1-0 berkat gol Kaká."
Komentator langsung beralih ke analisis babak pertama saat wasit membunyikan peluit tanda berakhirnya babak pertama.
"Situasi babak pertama terlihat jelas dari serangkaian data ini!" Sebuah set data muncul di layar TV, "Real Madrid melakukan total 9 tembakan di babak pertama, 4 tembakan tepat sasaran, 1 gol tercipta, efisiensi yang sangat tinggi, mendapatkan 2 tendangan sudut, 5 offside, 5 pelanggaran, sementara tingkat keberhasilan operan mencapai 86.8% - ini data yang benar-benar mencengangkan."
"Rasio penguasaan bola juga mencapai 62.9%, ini juga data yang sangat jarang dalam pertandingan Real Madrid. Bagaimana pendapat kalian tentang data ini? Karena sangat berbeda dengan pertandingan Real Madrid sebelumnya, terutama rasio penguasaan bola!"
Sacchi meneruskan pembicaraan sambil mengangguk, "Ya, saya yakin ini transformasi yang sangat baik. Ini membuktikan kedewasaan gaya bermain Real Madrid. Sebenarnya menurut saya ini menunjukkan hubungan perkembangan yang terstruktur dengan jelas."
"Artinya, dulu Real Madrid tidak mengejar rasio penguasaan bola karena Yang Chengzhuo menganggap mengejar secara buta itu percuma. Tapi sekarang ini bukan pengejaran buta, melainkan kemajuan yang muncul secara alami - tingkat keberhasilan operan meningkat, pergerakan pemain lebih lincah, sehingga rasio penguasaan bola otomatis naik, sementara kualitas penguasaan bola tetap terjaga!"
"Saya juga memperhatikan total jarak lari Real Madrid sebanding dengan Barcelona. Tapi secara visual, pergerakan Real terlihat lebih lincah. Barcelona melakukan 13 pelanggaran sementara Real hanya 5. Ini membuktikan Barcelona kesulitan mengimbangi irama permainan dan mobilitas Real Madrid sehingga terpaksa melanggar."
"Kita harus menyoroti fakta meski Real hanya melakukan 9 tembakan, namun dari frekuensi serangan berbahaya yang masuk area 32 meter dan wilayah terlarang, Real mutlak unggul jauh atas Barcelona. Ini membuktikan rasio penguasaan bola tinggi Real Madrid tetap efektif, sehingga konsep pelatihan Yang Chengzhuo memang konsisten terjaga."
Komentator di tempat mengangguk, "Maksudmu, dulu kekuatan Real Madrid hanya mampu mempertahankan penguasaan bola efektif sekitar 35-45%, tapi sekarang bisa meningkat hingga 63% penguasaan bola efektif. Ini kemajuan, benarkah?"
"Tepat sekali! Karena Barcelona sudah agak kewalahan mengikuti langkah Real Madrid!" ujar Sacchi sambil tersenyum.
Komentator menatap Johan Cruyff, "Bagaimana menurutmu, John?"
"Saya tidak setuju Barcelona ketinggalan. Mungkin tim ini mengalami kelelahan fisik. Real Madrid lolos dari babak grup Liga Champions dengan memainkan semua pemain pengganti saat melawan Zurich, sedangkan Barcelona mengerahkan seluruh tenaga - pasti ada kelelahan fisik."
"Selain itu, Guardiola melakukan kesalahan dalam persiapan taktik sebelum pertandingan. Dia terlalu ingin mengendalikan lawan, tapi melupakan satu hal: Tim mana pun yang mencoba mengontrol Real Madrid akan hancur berantakan karena serangan kilat mereka mampu menghancurkan pertahanan yang rapuh."
"Sudah kukatakan, Barcelona ingin membatasi Real Madrid, yang paling dibutuhkan adalah integritas taktis menyeluruh. Tapi dalam pertandingan mereka terlalu kacau, kurang kesadaran kolektif. Sense positioning pemain di lapangan sangat buruk, mudah sekali tergoda oleh serangan Madrid sehingga kehilangan posisi. Ini membuat performa dan tingkat keberhasilan operan mereka melemah drastis."
"Selain itu, menurutku yang harus diperhatikan adalah posisi Messi yang terlalu statis. Saat Iniesta tidak bisa membuka celah di sayap kanan, Messi seharusnya lebih sering berpindah ke kanan untuk berkoordinasi dengan Iniesta. Barcelona sudah cukup kuat di tengah dengan Pedro, Xavi, dan Keita yang terus menerus mengalir ke area itu. Yang kita butuhkan adalah membuka pertahanan lawan melalui sayap kanan."
Setelah Cruyff selesai berbicara, Sacchi jelas memiliki pendapat yang berbeda.
"Menurutku, masalah yang kamu sebutkan justru disebabkan oleh taktik Real Madrid sendiri!"
"Alasan Barcelona tidak bisa menguasai sense positioning adalah karena Real Madrid selalu lebih dulu mengendalikan area efektif. Pra-penilaian seperti ini membuat kontrol Real Madrid atas area sangat kuat. Begitu area hilang, ingin merebut kembali akan sulit. Jadi mereka terpaksa kehilangan posisi. Ini bukan masalah pemain Barcelona, tapi akibat yang diciptakan Real Madrid!"
"Satu lagi, menurut saya daya tembus serangan Real Madrid adalah terkuat di antara semua tim Eropa. Mereka memiliki kemampuan luar biasa untuk menembus dua garis pertahanan dalam sekejap. Xabi Alonso, De la Red, Thiago Silva dan lainnya memiliki kemampuan seperti ini. Hal ini membuat Barcelona sangat kesulitan dalam menangani jenis pertahanan seperti itu."
“Tapi ada satu poin yang menurutku kamu benar, yaitu Barcelona harus memperluas ruang gerak tim di babak kedua untuk mengubah situasi babak pertama. Namun karakteristik passing Barcelona adalah taktik umpan pendek yang tidak bisa mengendalikan situasi pertandingan. Jika Barcelona gegabah memperluas taktik serangan, sangat mungkin kesempatan justru dimanfaatkan Real Madrid secara balik.”
Intinya, taktik Barcelona dan Real Madrid sama-sama dibangun di atas dasar yang sangat penting: pengendalian.
Siapa yang menguasai irama pertandingan, mengendalikan penguasaan bola, dan mengontrol ruang, dialah yang bisa mengendalikan lawan!
Kehilangan kontrol berarti terpaksa berperang dengan pertahanan pasif, ini pasti terjadi!
Melalui berbagai pertandingan musim lalu dan musim ini, serta munculnya ulasan-ulasan taktik yang menargetkan Real Madrid, semakin banyak orang yang memiliki pemahaman lebih mendalam tentang taktik Los Blancos. Namun mereka menghadapi masalah bersama: bagaimana menantangkan penguasaan permainan Real Madrid.
Kontrol penguasaan bola sangat jelas terlihat, lihat saja rasio penguasaan bola; Kontrol terhadap ruang juga tidak bisa dianggap kosong, lihat situasi di pertandingan; Kontrol terhadap irama permainan juga tidak sulit dipahami, pelatih kepala yang mampu melatih di liga top seharusnya memiliki kemampuan tersebut.
Masalahnya adalah, mengetahui itu satu hal, cara menantangkannya adalah hal lain!
Taktik Real Madrid musim ini menunjukkan kemajuan besar, yaitu fokus pada diri sendiri. Yang Chengzhuo mengatur satu sesi pelatihan Bayangan setiap minggu, bertujuan agar semua pemain tidak mempertimbangkan bagaimana lawan, tapi bagaimana diri mereka sendiri bisa memastikan kendali penuh atas pertandingan.
Peningkatan ini terlihat jelas, seperti dikatakan Sacchi: Real Madrid selalu lebih dulu melangkah, selalu merebut inisiatif, karena mereka aktif. Pemain Real Madrid sangat paham apa yang harus dilakukan, sementara Barcelona hanya bertahan pasif, menunggu aksi Real Madrid baru bereaksi, sehingga selalu terlambat merespons.
"Tentu saja, bukan tidak ada pra-penilaian, tapi itu hanya sedikit! Real Madrid mengendalikan probabilitas besar!"
Banyak juga yang bilang, kemampuan Real Madrid memainkan sepakbola seperti saat ini berkat para bintang top yang direkrut Yang Chengzhuo. Memang benar, tapi berapa usia para bintang ini sekarang? Berapa tahun lagi mereka bisa bertahan? Berapa lama taktik Real Madrid bisa menjaga stabilitas? Level apa yang bisa dicapai Five Little Eagles dari akademi sepakbola Real Madrid setelah muncul? Ini juga topik penting yang banyak dibahas.
Seperti Cruyff dan Sacchi, dalam ulasannya juga tahu menunjukkan celah dan cara perbaikan. Tapi masalahnya, bagaimana mewujudkannya?
Inilah yang membuat Guardiola tertekan, sekaligus menjadi masalah global!
……
……
"Pemain kedua tim kembali ke stadion!"
Setelah 15 menit istirahat, komentator melihat para pemain dari kedua tim kembali berjalan ke lapangan.
“Kita bisa lihat, kedua tim tidak melakukan penyesuaian pergantian pemain. Guardiola jelas juga tidak berencana mengubah taktik. Tapi apa yang sebenarnya akan dilakukannya? Bisakah dia membalikkan kelemahan di babak pertama?”
Bersamaan dengan bunyi peluit wasit, Barcelona memulai tendangan. Messi segera mengoper bola ke belakang. Puyol menguasai bola.
Terlihat sejak awal babak kedua, trio Henry, Messi, dan Iniesta langsung menekan pertahanan Real Madrid, memaksa Los Blancos harus mundur. Sementara Puyol, Busquets, dan Xavi sibuk melakukan passing bolak-balik sambil perlahan maju.
“Guardiola terlihat ingin melancarkan serangan kilat segera di awal babak kedua, mengambil inisiatif pertandingan!” kata Benitez yang memicingkan mata - efek dari postur tubuhnya yang gemuk membuatnya terlihat seperti sedang tertidur.
Yang Cheng tersenyum, menatap Paulus Bayer di sampingnya, "Suruh mereka tetap kompak, jangan mundur terlalu dalam, Ramos maju sedikit, waspadai Messi!"
Paulus Bayer segera mengangguk setuju dan pergi, segera menyampaikan penyesuaian terbaru Yang Cheng ke lapangan.
Dengan konfigurasi personil Real Madrid saat ini, pertahanan yang menyeluruh memang sangat kokoh. Terutama dalam formasi rapat, dari Aguero di paling depan hingga Thiago Silva di belakang, mempertahankan jarak sekitar 25 meter dengan kedap udara. Hal ini membuat Sacchi selaku komentator terus-menerus mengangguk takjub.
"Integritas Real Madrid luar biasa kuat! Jarak antar-pemain dan sense positioning mereka sangat menonjol. Ini membuat infiltrasi umpan pendek Barcelona sangat tersiksa, sulit mengoper bola ke zona bahaya. Formasi Real Madrid saat ini punya 4 garis pertahanan dengan jarak 25 meter yang terkompresi rapat, pembatasan ruang nyaris mencapai kesempurnaan!"
Kontraksi Real Madrid ini membuat tingkat kesalahan operan Barcelona sangat tinggi, terutama dalam koordinasi di area gelandang tengah.
Menit ke-53, Keita yang menguasai bola diganggu oleh David Silva yang mundur, operannya direbut oleh De la Red yang kemudian memberikan umpan terobosan ke Kaká yang sedang mundur. Gelandang Brasil ini menguasai bola dengan posisi menyamping, menggunakan tubuhnya untuk menghalangi Busquets yang mendekat dari belakang, mengontrol bola dengan kaki kanan lalu memanfaatkan momentum untuk melewati sisi kiri Busquets, berusaha melakukan akselerasi breakthrough.
Busquets sangat paham kemampuan Kaká. Breakthrough tengah secara paksa sang Brasil adalah yang terbaik. Dalam kepadatan pertahanan, hanya satu niat yang terlintas di benaknya: menghentikan Kaká. Secara refleks, saat sudah mustahil menjangkau bola, ia menjulurkan kaki untuk menjatuhkan Kaká.
Hampir bersamaan, peluit wasit utama berbunyi.
Seketika seluruh fans Barcelona di Stadion Camp Nou melontarkan siulan protes yang menyelimuti langit dan bumi.
"Haha, fans Barcelona sedang memberikan tekanan kepada wasit, tapi terlihat wasit sama sekali tidak takut. Busquets sudah diperingatkan karena diving palsu di babak pertama, kali ini jelas-jelas pelanggaran. Wasit sama sekali tidak ragu-ragu..."
"Langsung memberikan kartu kuning!" teriak komentator, "Ini pelanggaran blocking yang terlihat jelas dan normal. Jika Busquets tidak menghentikan Kaká, orang Brasil itu begitu berhasil melakukan terobosan akan langsung membahayakan. Tapi dia juga harus berhati-hati, di pertandingan ini emosi Busquets terlihat terlalu bersemangat dan kurang rasional, harus bisa dikendalikan."
Terlihat Busquets tidak puas dengan kartu yang diterimanya. Dia jelas ingin menekan wasit, namun wasit terus-menerus menggelengkan kepala. Busquets yang emosional akhirnya dihentikan oleh Xavi, sementara Pep Guardiola di pinggir lapangan juga berteriak ke arahnya.
"Sepertinya dia tidak cukup tenang sekarang, apakah perlu dilakukan pergantian pemain?" tanya komentator langsung.
Cruyff mengangguk, "Emosi Busquets memang terlalu meluap-luap, tapi soal pergantian pemain, masih tergantung pertimbangan Guardiola!"
Setelah Busquets mendapatkan kartu kuning, intensitas serangan mendadak Barcelona terhadap Real Madrid melemah. Serangan balik Los Blancos perlahan mulai menunjukkan peningkatan, terutama di menit ke-58 ketika CR7 berhasil melakukan gerakan anti-offside di sayap kiri. Dari sisi lapangan, ia menerobos hingga depan kotak penalti Barcelona lalu memberikan umpan terobosan cerdik ke belakang pertahanan. Agüero yang berada di dalam kotak penalti berhasil mengelabui Piqué, kemudian melepas tendangan dari jarak sekitar 10 meter di depan gawang, namun berhasil dihalau Puyol yang merentangkan kaki tepat waktu.
Meski tidak menghasilkan gol, serangan Real Madrid sukses membuat Barcelona berkeringat dingin. Gaya permainan serangan cepat El Blaugrana pun mulai kehilangan taring, mengingat lini belakang mereka sendiri belum stabil - bagaimana bisa bicara soal ofensif jika pertahanan masih goyah?
"Saling mengimbangi, Real Madrid kembali mengendalikan situasi di arena pertandingan. Pada menit ke-62, David Silva melakukan umpan terobosan tajam dari sisi kanan kotak penalti, menusuk celah antara Piqué dan Abidal, menembus masuk ke wilayah terlarang Barcelona. Kaká yang bergerak cepat dari belakang hampir menyambar, namun bola berhasil disambar Valdés yang maju menyongsong."
"Seluruh Stadion Camp Nou serentak mengeluarkan teriakan 'Ahhhh!', hampir saja mengalami jantung copot akibat serangan Real Madrid."
"Inilah daya tembus serangan Real Madrid! Serangan mereka memiliki penetrasi yang luar biasa - baik melalui umpan jauh jarak panjang maupun infiltrasi umpan pendek jarak dekat. Ini membuat pertahanan apapun menjadi sangat berbahaya menghadapi tim seperti Madrid. Tidak boleh menyisakan celah sekecil apa pun, kalau tidak kesempatan pasti akan dimanfaatkan."
Sacchi memuji taktik Real Madrid saat ini, beliau telah berbagai kali menyampaikan pernyataan tentang Real Madrid di media. Namun beliau juga sangat setuju bahwa hanya lingkungan seperti La Liga yang mampu melahirkan tim sehebat Real Madrid.
"Sekarang Barcelona harus sangat berhati-hati!" Johan Cruyff pun tidak bisa memberikan strategi penanggulangan yang efektif.
Ketika Guardiola menemui Cruyff sebelum pertandingan, beliau hanya menyarankan untuk merebut inisiatif. Tapi bagaimana caranya jika gagal mengambil kendali awal, Cruyff pun tidak bisa memberikan solusi praktis.
Faktanya, minimnya pengalaman kepelatihan membuat konsep sepakbola Cruyff terlalu teoritis, kurang aplikatif secara praktis. Ditambah ketiadaan pengalaman menghadapi situasi krusial di lapangan, membuat Cruyff sulit menyusun strategi efektif melawan Real Madrid.
Waktunya lebih banyak dihabiskan untuk bermain golf daripada menonton rekaman pertandingan, mana mungkin bisa merumuskan taktik?
Menyaksikan Real Madrid semakin menguasai inisiatif pertandingan, Barcelona terpaksa kembali merapat ke wilayah pertahanan sendiri. Mereka harus mewaspadai serangan penetrasi Real Madrid, di mana memampatkan area pertahanan menjadi taktik pertahanan paling efektif.
Metode ini telah terbukti melalui pengalaman sukses Chelsea, menjadi solusi terakhir yang terpaksa digunakan semua tim saat menghadapi Real Madrid!
Namun formasi bertahan pun tidak menjamin keselamatan mutlak. Real Madrid terus melancarkan tekanan ganas kepada pertahanan Barcelona.
Pada menit ke-72, Xabi Alonso yang menguasai bola di sekitar 32 meter segera mengirim umpan terobosan ke Kaká yang berlari kembali dari belakang Xavi. Gelandang Brasil itu kembali memutar badan, mengoper bola ke David Silva yang telah bergerak ke tengah lapangan. Busquets secara refleks berusaha mengantisipasi.
Umpan Kaká melayang tepat di atas rumput. Busquets yang terlambat mengangkat kaki kini terjebak dalam dilema. Dengan mentalitas spekulatif, ia langsung membungkuk dan menjulurkan tangan kiri untuk menepis bola.
Bola terlepas dari arah umpan awal Kaká, mengarah ke belakang David Silva. Abidal yang kemudian mengikuti langsung menendang keras, mengembalikan bola ke area pertahanan Real Madrid.
Karena seluruh proses terjadi sangat cepat, banyak yang mengira Busquets mengait bola dengan kakinya. Mereka semua menghela napas lega.
Tapi tiba-tiba, peluit wasit utama kembali berbunyi!
