"Para penonton dan teman-teman, selamat datang kembali di pertandingan. Kita lihat para pemain kedua tim telah memasuki lapangan kembali!"
Begitu ucapan komentator bergema, terlihat kedua tim yang baru saja kembali ke lapangan langsung bertukar sisi. Mereka menyusun formasi pertahanan dan taktik di area masing-masing. Secara situasi pertandingan, sepertinya tidak ada perubahan pada kedua skuad.
"Aneh sekali! Manchester United tetap memakai formasi 433, Real Madrid juga masih 4231. Kedua tim sama-sama tidak melakukan perubahan atau penyesuaian!"
Kamera siaran langsung TV menampilkan close-up para pemain. Ditemukan bahwa seluruh pemain masih sama persis seperti babak pertama - ternyata benar-benar tidak ada perubahan.
“Kami semula masih berspekulasi, mengira maestro taktik seperti Yang Chengzhuo dan Ferguson pasti akan melakukan penyesuaian saat istirahat tengah. Tapi ternyata tidak ada tanda-tanda seperti ini, ini membuat kami bertanya-tanya, sebenarnya apa rencana mereka? Apakah mereka berniat melanjutkan kebuntuan seperti babak pertama?”
Dengan bunyi peluit wasit utama, seiring berjalannya situasi pertandingan, semua orang terkejut menemukan bahwa Real Madrid yang menguasai bola pertama sama sekali tidak terburu-buru. Mereka tetap kokoh mengontrol bola, meskipun terlihat tidak bisa melancarkan serangan efektif ke MU, mereka masih konsisten mengejar penguasaan bola.
MU juga seperti biasa menggunakan gerakan lari untuk mengacaukan irama permainan Real Madrid, bahkan tidak segan melakukan pelanggaran untuk menghentikan.
Suasana pertandingan terus bertahan dalam status kebuntuan seperti babak pertama, membuat banyak orang sulit memahaminya.
“Biasanya, Yang Chengzhuo dan Ferguson seharusnya sudah menemukan cara efektif untuk menaklukkan situasi lawan. Tapi sekarang terlihat mereka sama sekali tidak mempersiapkan perubahan untuk mengubah kebuntuan. Sebenarnya apa yang terjadi ini?”
Kamera siaran langsung TV pertama menyorot Yang Chengzhuo di depan bangku pelatih tim tuan rumah. Masih dengan postur menyilangkan tangan di dada, ia tegak berdiri di pinggir lapangan dengan wajah tenang penuh percaya diri. Di sebelahnya, Benitez dan Paulus Bayer mengapit kiri-kanan tanpa banyak gerakan, hanya mengawasi pertandingan dengan keseriusan.
Di belakang mereka di bangku pelatih, Tim Hank, Raul, Guti, Zinedine Zidane dan lainnya sedang berdiskusi sambil sesekali melihat perkembangan pertandingan. Namun karena jarak yang terlalu jauh, percakapan mereka tak terdengar jelas.
Ferguson sendiri duduk di bangku pelatih tim tamu, mengunyah permen karet dengan lahap. Sesekali dia berbicara dengan asisten di sampingnya bahkan bercanda, membuat khawatir jangan-jangan permen karet itu tertelan ke perut.
Meski kedua tim tidak melakukan perubahan saat istirahat tengah, situasi pertandingan semakin memberi kesan genting bagaikan badai akan melanda. Terutama para pemain dari kedua kubu yang sama sekali tidak memberi kelonggaran, bermain dengan agresif seolah lebih memilih dikorbankan daripada mundur setapak pun!
Percayalah, bukan hanya suporter di tribun Stadion Bernabeu, bahkan penonton di depan TV pun bisa merasakan ketegangan itu. Situasi ini mirip karet gelang yang semakin ditarik hingga menipis, tapi tak ada yang tahu kapan tiba-tiba akan putus dengan suara "krek"!
Namun seluruh orang justru menunggu detik-detik putusnya karet itu!
"Karena suasana seperti ini terlalu menekan, memberikan perasaan yang terlalu berat, terlalu serius!"
Para pemain cadangan di kedua tim terus-menerus keluar melakukan pemanasan, tidak terlihat siapa yang akan diganti, juga tidak diketahui kapan pergantian akan dilakukan, mungkin semuanya sedang mengatur formasi menipu untuk membingungkan lawan, tapi siapa yang tahu strategi apa yang akan mereka keluarkan?
Waktu seolah mengalir dalam hitungan seperseratus detik, membuat orang merasa perjalanannya begitu lambat. Di bawah angka 0:0 pada papan skor merah menyala, waktu berubah detik demi detik, sangat pelan.
"Yang Chengzhuo pernah mengatakan: Pertandingan sepakbola itu seperti bermain catur, pelatih kepala adalah pemain caturnya. Sebagai pemain catur, yang terpenting adalah bisa bertahan menghadapi tekanan, tetap tenang kapan saja di mana saja, baru bisa menilai situasi setiap langkah dengan akurat, bahkan membuat pra-penilaian sebelumnya!"
“Sekarang aku tiba-tiba ingin memberi tahu dua penganut catur yang patut dikagumi, Yang Chengzhuo dan Ferguson...” komentator menggelengkan kepala dengan senyum pahit, “Kumohon, berikan kami keputusan yang langsung! Jangan terus menyiksa!”
Ini mungkin mewakili suara hati semua fans. Mereka ingin menyaksikan pertandingan yang berjalan lancar tanpa hambatan. Namun saat ini suasana di lapangan seperti kebuntuan - tak ada yang unggul maupun dirugikan. Beberapa peluang sempat tercipta, tapi semuanya bukan kesempatan bagus dan tak ada yang berhasil dimanfaatkan.
……
……
Meski bagi orang awam - bahkan banyak profesional - situasi pertandingan terlihat stagnan, bagi Yang Cheng yang terlibat langsung dalam strategi ini, permainan justru semakin menguntungkan Real Madrid. Pasalnya Manchester United mulai terus-menerus mundur ke belakang.
"Retreat semacam ini sangat kecil, mungkin banyak orang tidak menyadarinya untuk sementara waktu, tapi Yang Chengzhuo melihatnya dengan jelas. Jadi dia hampir tidak mempertimbangkan apakah Ferguson juga melihatnya. Saat menerima data tentang Gary Neville dari Tim Hank di belakangnya dan memastikan idenya, dia langsung melakukan pergantian pemain."
"Klose menggantikan David Silva di lapangan!"
"Menit ke-56, Yang Chengzhuo akhirnya tidak tahan lagi melakukan penyesuaian pergantian pemain, menggunakan striker Jerman Klose untuk menggantikan gelandang Spanyol David Silva. Terlihat ini adalah penyesuaian pergantian pemain teknis!"
"Setelah berpelukan dengan Klose, David Silva menghampiri Yang Chengzhuo. Saat berpelukan, pelatih menjelaskan maksud pergantian pemain. David Silva mengangguk tanda paham, lalu berjalan menuju bangku cadangan."
"Ferguson sepertinya juga akan melakukan pergantian anggota, dia memanggil Park Ji-Sung untuk memberikan penjadwalan dan transformasi!" Kamera siaran langsung juga menyorot area bangku pelatih MU, Ferguson terlihat sedang membisikkan sesuatu sambil memegang Park Ji-Sung.
Namun setelah pertandingan dilanjutkan kembali, pergantian pemain harus menunggu kesempatan bola mati baru bisa dilakukan.
Terlihat setelah menyelesaikan penyesuaian pergantian pemain, taktik Real Madrid mengalami transformasi: Striker Jerman Klose ditempatkan di posisi paling depan, Cristiano Ronaldo dipindahkan ke sayap kanan oleh Yang Chengzhuo, Villa beralih ke sayap kiri, sementara Kaká tetap bertahan di posisi gelandang serang. Meski tampak tak ada perubahan signifikan, Real Madrid justru langsung melancarkan serangan sangat mengancam.
Real Madrid menguasai bola di tengah lapangan melalui Xabi Alonso, yang terakhir mengoper ke De la Red. Gelandang Spanyol itu menggiring bola maju, setelah mendapat interferensi dari Paul Scholes, ia mengoper ke Maicon di sayap kanan. Yang terakhir khawatir dikepung oleh Ryan Giggs dan Wayne Rooney, segera mengembalikan bola ke Sergio Ramos. Ramos kemudian, di bawah gangguan simbolis dari Dimitar Berbatov, mengoper ke Thiago Silva.
Thiago Silva menggiring bola diagonal ke kiri sambil menerobos masuk, setelah berhasil mengalihkan perhatian Karim Benzema, segera mengoper ke Marcelo yang berada di sisi lapangan. Yang terakhir meminjam momentum untuk menyerbu maju dengan kecepatan sangat tinggi, melibas zona pertahanan Darren Fletcher di sayap kiri dengan kecepatan tinggi, sementara Fletcher terus mengejar ketat dari belakang.
Villa sebelumnya juga aktif di sisi kiri, namun setelah melihat Marcelo menggiring bola maju ke depan, dia selalu menjaga jarak dengan Gary Neville sambil berpindah ke area tengah-kiri bek Inggris. Ketika bek sayap Brasil itu melaju cepat ke lini depan dan melakukan pemberhentian mendadak di bawah tekanan Fletcher, Gary Neville yang mengikuti gerakan itu pun kehilangan keseimbangan, sehingga bola berhasil sampai ke kaki Villa.
Setelah menyambar bola, Villa langsung menendang kembali ke belakang Gary Neville di sisi kiri.
Marcelo yang bergerak tanpa bola langsung melesat dengan kecepatan penuh ke belakang Gary Neville. Kesenjangan kecepatan antara pemain muda dan veteran langsung terekspos, terutama mengingat kebugaran Gary Neville sudah terkuras parah setelah 60 menit pertandingan.
Fletcher yang berhenti mendadak lalu menoleh, langsung melihat Marcelo sudah melewati Gary Neville. Setelah menguasai bola, dia menyerang sisi kiri kotak penalti Manchester United. Ferdinand segera menutup posisi itu, tapi Marcelo melakukan pemberhentian mendadak lalu tiba-tiba berakselerasi, mengelabui Ferdinand sejarak satu badan. Tanpa menunggu Ferdinand menyadari, dia langsung mengirim umpan silang dengan kaki kiri.
Dalam kondisi normal, Wes Brown seharusnya memperhatikan Klose yang menerobos masuk ke titik depan area penalti. Ini memang benar, dan dia sudah melakukan itu. Tapi dia justru terhalangi oleh Klose yang menggunakan tubuhnya untuk menghalangi Wes Brown. Sementara Van der Sar terus mengawasi ketat Klose.
Dalam situasi seperti ini, hampir mustahil bagi Klose untuk menyundul bola ke gawang. Kecuali dia bisa menyundul ke sudut jauh dengan gangguan Wes Brown, kalau tidak, sundulan ke sudut dekat akan mudah disambar Van der Sar, bahkan mungkin langsung masuk ke pelukannya. Tapi tingkat kesulitan menyundul ke sudut jauh bukanlah hal yang bisa dilakukan orang biasa. Maka dia memilih untuk mengayuh bola.
Bola menyentuh bagian atas kepalanya, melewati kepala Wes Brown, lalu mulai turun.
Kaká yang selama ini lebih banyak berkeliaran di luar kotak penalti besar, melihat Wes Brown menempel ketat Klose. Meski tak tahu strategi apa yang akan digunakan Klose, nalurinya membawanya menyusup ke celah pertahanan MU. Saat Klose melakukan umpan silang, Kaká sudah berada di belakang Wes Brown, tepat di depan tiang kanan gawang.
Menariknya, posisi Kaká ini sangat mirip dengan lokasi Benzema saat melepas tendangan di awal pertandingan. Perbedaannya, Benzema menerima umpan datar rendah sedangkan Kaká mendapat bola lambung. Dengan kemampuan heading yang biasa-biasa saja, Kaká tak bisa melakukan pertimbangan rumit seperti Benzema dalam menentukan sudut. Langsung saja ia menyundul bola ke sudut dekat gawang.
Bola yang menyentuh kepala Kaká berbelok arah, melesat tepat ke sudut kanan atas gawang.
Sundulan Klose kali ini biasa saja, mengingat dilakukan di bawah interferensi Wes Brown dan keputusannya yang terburu-buru. Tapi posisi Kaká sangat dekat dengan gawang! Asalkan bola tidak melambung tinggi atau menyamping, sembilan dari sepuluh peluang seperti ini pasti gol!
Van der Sar berusaha melakukan penyelamatan, namun semuanya terjadi dalam sekejap mata. Sundulan Kaká telah menyusup masuk ke sudut kanan atas gawang sebelum kiper Belanda itu sempat bereaksi—sungguh sebuah titik buta yang sempurna!
“GOALLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL！！！！！”
Di bawah teriakan komentator yang membahana, diselimuti sorak-sorai gegap gempita puluhan ribu fans Real Madrid di Stadion Santiago Bernabéu, Kaká yang bersemangat melesat keluar dari kotak penalti MU! Seluruh tubuhnya menyusuri lapangan hingga ke bawah tribun pendukung Los Blancos. Dengan kedua tangan terangkat tinggi-tinggi, ia seolah ingin menyerap segala bentuk euforia yang dipersembahkan para penggemarnya!
Kaká! Kaká!! Kaká!!!
Gemuruh dukungan dari tribun penonton menyelimuti langit dan bumi, semua meneriakkan satu nama: Kaká!
“Ini adalah gol yang benar-benar memecahkan kebuntuan skor di lapangan!”
“Berasal dari koordinasi Marcelo dan Villa di sayap kiri, serta operan sundulan Klose, sebenarnya ini adalah gol tim khas! Meski kontribusi Kaká cukup besar, tetapi gol ini adalah hasil fungsi tim Real Madrid!”
Melalui adegan slow-motion yang diputar ulang berkali-kali, setiap langkah bisa terlihat sangat jelas. Dari sudut pandang berbeda, terlihat bagaimana Cristiano Ronaldo mengalihkan perhatian Evra di sayap kanan, menciptakan celah antara Evra dan Wes Brown di kotak penalti. Celah inilah yang dimanfaatkan Kaká untuk mencetak gol.
Jelas, ini adalah prestasi yang diraih melalui koordinasi seluruh tim, bukan sekadar aksi individu!
“Gary Neville benar-benar dikalahkan oleh dribel cepat Marcelo. Kecepatannya sama sekali tidak bisa menyaingi Marcelo, terlihat lamban dan kikuk. Sementara Paul Scholes dan Ryan Giggs juga gagal kembali ke posisi pertahanan di kotak penalti pada saat kritis, sehingga memungkinkan Kaká melakukan gerakan menerobos dari belakang dengan mudah!”
"Pada detik Real Madrid tiba-tiba melancarkan serangan cepat, mereka mampu memanfaatkan keunggulan kecepatan mereka secara menyeluruh, membuat tiga garis utama Manchester United terputus koneksinya, sehingga menciptakan kesempatan mencetak gol. Gol ini memang mengandung unsur kebetulan, tapi juga memiliki keniscayaan yang besar!"
Kecepatan Manchester United lebih terlihat pada serangan balik, tapi mereka tidak menggunakan pergerakan menyeluruh melainkan mengandalkan Wayne Rooney, Benzema, bahkan Berbatov. Striker Bulgaria ini lebih berperan sebagai titik tumpu, tidak punya keunggulan dalam serangan cepat.
Namun di lini belakang-tengah, keberadaan tiga pemain senior membuat MU mudah terputus koneksinya begitu menghadapi serangan kilat yang tak terduga. Hal ini terlihat dari kegagalan Ryan Giggs dan Paul Scholes menjaga ketat Kaká secara real-time.
“Real Madrid unggul 1:0!” Setelah pemain Real Madrid selesai merayakan, komentator di TKP tersenyum, “Sekarang bagi Manchester United, situasi pertandingan pasti cukup tidak menguntungkan, tapi yang terpenting bukanlah memikirkan menyamakan skor, melainkan harus menstabilkan formasi terlebih dahulu. Tim seperti Real Madrid sangat ahli dalam mengambil momentum!”
Komentator di TKP sama sekali tidak salah, Real Madrid memang sangat pandai memanfaatkan momentum!
Yang disebut sebagai momentum sebenarnya adalah konsep yang sangat abstrak, namun bisa tercermin melalui irama permainan.
Pihak yang menguasai momentum biasanya akan mendominasi inisiatif dan mengontrol irama, sementara pihak yang kehilangan momentum harus pasif menangani serangan.
Setelah Real Madrid mencetak gol, Yang Chengzhuo tidak ragu sedikit pun. Dia meminta semua pemainnya melancarkan serangan kilat ke Manchester United. Sementara itu, Ferguson segera menggantikan Ryan Giggs dengan Park Ji-Sung, sekaligus menukar Gary Neville dengan O'Shea untuk semakin memperkuat stabilitas di lini pertahanan.
Dia terlalu memahami Yang Cheng. Dalam pandangannya, Yang Cheng adalah sosok brengsek yang begitu mendapatkan pembenaran tak mau mengampuni, tidak akan melepas kuncian sebelum benar-benar mengalahkanmu. Jadi untuk bertahan hidup di bawah komandonya, harus memiliki kekuatan yang cukup.
Namun memanfaatkan momentum gol, serangan Real Madrid sangat ganas. Terutama Klose yang baru turun, tampil sangat agresif. Melihat kondisi fisik Villa mulai menurun, Yang Cheng segera menggantikannya dengan Mata untuk memperkuat daya serang sayap kiri.
Mata yang bermain di sayap kiri bertugas melakukan sayap lalu memberikan crossing akurat. Sementara Klose mencari celah di area tengah yang bertugas mengalihkan perhatian pertahanan, menciptakan kesempatan untuk gerakan menerobos dari belakang Kaká dan Cristiano Ronaldo.
Pada menit ke-66, Mata berhasil mengelabui O'Shea dengan dua gerakan tipuan berturut-turut di sayap kiri, lalu menyusur garis lapangan untuk melakukan crossing akurat.
Tapi bola langsung dikepruk keluar area oleh Ferdinand. Di hadapan Ferdinand, Klose benar-benar tidak memiliki banyak keunggulan, hanya bisa menonton si raja udara merusak serangan sambil menghela nafas.
Namun setelah bola keluar area, dikendalikan Xabi Alonso yang langsung membagikannya ke kanan. De la Red langsung melepaskan tendangan jarak jauh. Tendangan keras anak muda ini memiliki kekuatan dahsyat dan dilakukan secara tiba-tiba.
Beruntung Van der Sar menunjukkan teknik dan refleks luar biasa di garis gawang. Dengan gesit ia menepis bola satu tangan keluar garis. Tendangan sudut!
Xabi Alonso mengambil tendangan sudut. Ramos di titik belakang, meski dijaga ketat beberapa pemain MU, berhasil melepaskan diri dari kawalan. Dengan lompatan eksplosif seperti mencabut daun bawang dari tanah gersang, ia menyundul bola tajam ke gawang MU.
Tapi sundulan pasti Ramos cuma membentur mistar gawang dengan suara "Brak!", lalu memantul keluar lapangan!
Bek Spanyol itu menyesal sampai-sampai ingin menancapkan kepalanya ke rumput, mengayunkan kaki yang melayang seperti daun bawang, karena baru saja ia terlalu fokus mencari sudut tendangan. Jika sedikit dikurangi tensinya, mungkin bola itu sudah masuk!
Pemain Real Madrid bergantian menghampiri anggota yang gagal memanfaatkan momen emas ini. Dengan saraf baja, dia cepat kembali tenang, mundur cepat ke area pertahanannya sendiri, menunggu Van der Sar melakukan tendangan gawang.
Di tangan Yang Chengzhuo dan Ferguson masih tersisa satu slot pergantian. Kedua pihak terlihat belum berniat menyerah.
"Situasi MU saat ini memang tidak menguntungkan. Tapi niat Ferguson seharusnya adalah mencetak gol di kandang lawan. Meski jika kembali kebobolan hingga skor 1-2, saat kembali ke Stadion Old Trafford, mereka masih punya peluang membalikkan situasi dan mengeliminasi Real Madrid."
Setelah gol Real Madrid, situasi kini sudah sepenuhnya terbuka. Niat dan rencana tersembunyi masing-masing pihak menjadi sangat jelas.
Yang Chengzhuo dan Ferguson sama-sama memegang satu slot pergantian terakhir, sama-sama menunggu.
Tepat ketika waktu memasuki menit ke-70, Real Madrid melalui serangan yang dilancarkan sekali demi sekali memberi tekanan besar pada pertahanan MU. Ditambah pengeluaran kebugaran, membuat saraf antar-pemain terikat kencang.
Ramos maju merebut bola yang hendak dioper ke Berbatov, lalu cepat mengirimkan ke Maicon. Bek kanan Brasil ini menyambar bola di sayap kanan lalu cepat melakukan serangan balik. Lini tengah-depan Madrid juga bergerak maju cepat, sementara pertahanan MU terus mundur.
Evra mengikuti Cristiano Ronaldo ketat, yang telah menjadi pisau tajam dalam serangan balik Madrid. Maicon memang segera mencungkil bola melewati pemain MU yang mengejar, ingin mengoper ke Cristiano Ronaldo.
Evra dan Cristiano Ronaldo serentak mengejar, keduanya berlomba kecepatan. Tepat ketika Ronaldo hampir menyusul, Evra tiba-tiba melambaikan tangan menyentuh bola setengah tinggi yang melintas di sampingnya, mengubah arah bola. Ia lalu berbalik dengan cepat berpura-pura menghentikan bola.
"Hei, handball!!" Ronaldo mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi sambil menunjuk Evra.
Wasit utama mengejar dari belakang sambil terengah-engah. Meski serangan balik Real Madrid sangat cepat, ia bisa menilai dengan jelas bahwa memang terjadi handball. Kalau tidak, bola takkan tiba-tiba berubah arah.
Ia segera membunyikan peluit, tapi tidak memberikan hukuman berat. Evra hanya diberi kartu kuning, sementara Real Madrid mendapat tendangan langsung sekitar 25 meter dari gawang, tepat di area tengah.
Tak diragukan lagi, Cristiano Ronaldo mutlak layak berdiri di titik penalti. Jarak ini persis sesuai kemampuannya!
