Mereka yang pernah bekerja sama dengan Yang Chengzhuo tahu: pencapaiannya saat ini bukanlah kebetulan. Selain memiliki asisten-asisten yang menonjol dan kekuatan pribadi yang tangguh, ada alasan utama lain - Dia tak pernah meremehkan lawan manapun, termasuk Barcelona yang belum pernah mengalahkannya.
Pertandingan antara Barcelona melawan Chelsea, banyak yang merasa membosankan. Namun justru pertandingan semacam ini, Yang Chengzhuo menontonnya tidak kurang dari 10 kali. Setiap anggota tim pelatih dan departemen pengintai tim secara khusus menulis laporan teknis yang diserahkan kepada Yang Chengzhuo. Setelah lawan final Liga Champions dipastikan adalah Barcelona, Real Madrid bahkan mengadakan setidaknya tiga pertemuan taktis khusus membahas pertandingan ini.
Semua ini terjadi tanpa sepengetahuan siapa pun, bahkan para pemain sendiri tidak tahu. Namun Yang Chengzhuo diam-diam melakukan banyak persoalan di belakang layar.
Pertandingan tersebut berakhir 0:0, artinya kedua pihak melakukan pengendalian diri secara sangat tepat, hampir tidak memberikan kesempatan mencetak gol yang jelas kepada lawan. Dalam arti tertentu, ini menunjukkan keberhasilan taktik yang diterapkan.
Dalam laporan teknis Yang Chengzhuo, tim pelatih, dan departemen pengintai tim mengenai kegagalan Chelsea menembus pertahanan Barcelona, sebuah alasan utama yang disebutkan adalah masalah pergerakan. Jika mempelajari pertandingan itu dengan serius, akan ditemukan area menarik: setiap kali Chelsea memasuki area 32 meter Barcelona, Messi selalu mundur.
Messi jelas merupakan pemain terbaik di bidang sepakbola saat ini, ini tak terbantahkan. Banyak fans menganggap sistem Barcelona-lah yang menciptakan Messi - ini benar. Tapi adilkah jika kita bertanya: Mengapa Barcelona hanya bisa membuat satu Messi? Kenapa tidak bisa memproduksi Messi kedua atau ketiga?
Memandang lawan secara adil dan objektif adalah langkah pertama dalam membatasi mereka!
Jika kita mengesampingkan teknik bermain Lionel Messi, kemampuan membaca pertandingan di lapangan, pemahaman terhadap pertandingan, dan pra-penilaiannya benar-benar mencapai level pemain top. Bahkan Yang Chengzhuo mengakui bahwa dari segi kecerdasan bola, Cristiano Ronaldo masih lebih sedikit dibandingkan.
Namun pemain Portugal ini memiliki keunggulannya sendiri seperti daya ledak, raga, dan kelengkapan permainan.
Oleh karena itu dalam pertandingan melawan Chelsea kali ini, setelah Messi mundur, dia sengaja mengisi area segitiga antara Motta, Mikel, dan Ricardo Carvalho. Persis seperti caranya sengaja aktif bergerak di antara Xabi Alonso, De la Red, dan Thiago Silva sepanjang pertandingan.
Tapi mundurnya Messi memang memberikan keuntungan bagi pertahanan, namun kerugian pada serangan justru lebih besar, terutama ketika Pep Guardiola menarik seorang penyerang tengah dan menggantinya dengan bek tengah. Saat menyerang, di dalam kotak penalti besar tidak ada pemain yang efektif memberikan ancaman.
Ancaman Messi terletak pada dribel cantik, potongan ke dalam, dan gerakan menerobos dari belakang - disebut sebagai penyerang palsu. Meski teknik penguasaan bola Pedro tidak istimewa, kelebihannya ada pada mobilitas horizontal-vertikal dan kemampuan membangun koordinasi. Ini membuat kerjasamanya dengan Messi sangat presisi, meski Pedro lebih aktif bergerak di sayap sambil mencari ruang untuk memotong ke dalam.
Minimnya ancaman di kotak penalti membuat peran Messi yang mundur memang bisa menyambungkan pergerakan serangan tim. Namun serangan Barcelona kekurangan kedalaman - begitu bola mencapai area 16 meter (kotak penalti besar), mustahil untuk maju selangkah pun lagi.
Sehebat apapun seorang pemain, mungkinkah langsung menembus dua lapis pertahanan lawan sekaligus?
Keunggulan Kaká terletak pada kemampuan dribel cantiknya di tengah medan yang bisa langsung merobek dua lapis pertahanan, tapi itu terjadi dalam situasi serangan balik. Dalam perang posisi, mustahil ada pemain yang bisa melakukan hal itu.
Karena itu dalam laga melawan Chelsea, serangan Barcelona tak kunjung bisa menembus wilayah terlarang Chelsea, sehingga gagal mencapai titik vital.
Yang Chengzhuo pasti memahami hal ini. Itu sebabnya di awal pertandingan, dia mencoba memaksa Barcelona melakukan serangan mendadak: di satu sisi untuk membuat mereka melakukan tekanan ofensif, di sisi lain untuk menguji apakah Pep Guardiola bisa menyelesaikan masalah ini.
"Suruh Xabi Alonso mundur sedikit lagi, lindungi area tengah!" Ini menjadi penyesuaian pertama Yang Chengzhuo dalam pertandingan ini.
Gerakan horizontal dan vertikal Pedro, ditambah mobilitas tinggi Messi yang bolak-balik antara sayap dan tengah, membuat dua bek tengah kebingungan. Begitu Messi dan Pedro terhubung, celah antara bek tengah dan gelandang bertahan langsung terekspos.
Setelah pertandingan dimulai, serangan Barcelona kurang kedalaman dan tidak terlalu mengancam, tetapi pasti akan diperhatikan, sehingga Yang Chengzhuo sudah waspada lebih dulu. Dia ingin membuat Barcelona bahkan tidak bisa melancarkan satu serangan mengancam pun.
Xabi Alonso mundur ke depan wilayah terlarang. Dengan adanya perlindungan di depan Ramos dan Thiago Silva, mereka tidak perlu khawatir dengan masalah pertahanan ruang yang tercipta akibat pergerakan memotong Pedro dan Messi. Selain itu, posisi mundur Xabi Alonso memungkinkannya lepas dari pusat pertahanan Barcelona.
Tapi De la Red tidak bisa kembali. Dia harus menekan Xavi dan Iniesta di depan untuk meredakan tekanan Barcelona pada pertahanan Real Madrid, sekaligus membebaskan ancaman serangan Maicon dan Marcelo di kedua sayap.
"Pep Guardiola masih terlalu menyederhanakan taktiknya!" Yang Cheng menggelengkan kepala dengan nada seperti senior, "Harus diakui, menyerah pada penyerang tengah dan memakai kombinasi Pedro-Messi adalah penyesuaian efektif untuk pertahanan dan serangan Barcelona. Tapi masalahnya, penyesuaian ini terlalu ekstrem, mudah sekali menyelesaikan satu masalah tapi menimbulkan masalah baru!"
Pertahanan Barcelona sekarang memang lebih stabil, rasio penguasaan bola kembali terjamin, Alves juga bisa menerobos masuk untuk menyerang. Namun masalahnya, serangan Barcelona saat ini kurang memiliki ancaman vertikal.
Biasanya di tengah musim, pelatih kepala akan menghindari perubahan besar pada banyak posisi taktik tim kecuali terpaksa. Umumnya hanya menyesuaikan 1-2 posisi, karena semakin banyak posisi yang diubah, dampaknya akan berlipat ganda secara eksponensial. Ini bukan sekadar masalah 1+1=2, tapi efek superposisi yang kompleks.
Lihatlah berapa posisi yang pernah disesuaikan Ferguson di Manchester United selama bertahun-tahun?
Real Madrid telah memainkan formasi 4231 selama empat tahun, pernahkah kalian melihat Yang Cheng mencabut satu posisi pun? Paling-paling hanya menarik posisi yang semula milik David Silva ke area tengah untuk terlibat dalam penghubungan dan bantuan, memungkinkan Kaká lebih banyak bergerak ke sisi kanan, berubah menjadi 433.
Penyesuaian besar-besaran adalah pantangan besar, karena tanpa ujian dan penyesuaian tim yang cukup lama, siapa yang tahu apakah taktik yang diubah akan mengekspos masalah lebih serius dibanding sebelumnya? Dan selama proses pertandingan, mustahil memberi waktu cukup untuk menyelesaikan masalah-masalah ini, akhirnya hanya akan menjadi siklus jahat.
"Mereka bilang, dengan pasukan sekuat ini, Real Madrid bisa memonopoli Liga Champions 4-5 tahun tanpa masalah. Tapi jika aku punya satu Messi lagi, aku bisa monopoli Liga Champions sepuluh tahun!" kata Yang Cheng dengan penuh keyakinan.
Banyak orang bilang sistem Barcelona yang membentuk Messi, ini agak masuk akal. Tapi sejak Pep Guardiola naik panggung, situasi berubah. Messi-lah yang menopang sistem taktik Barcelona sekarang, karena sistem penguasaan bola mereka punya satu masalah dan kekurangan sangat besar.
Barcelona yang terjebak dalam permainan mereka sendiri, baik Rijkaard, Pep Guardiola, maupun Johan Cruyff, tidak menyadari masalah ini: kurangnya fleksibilitas dalam formasi lini tengah-depan mereka!
Xavi harus memastikan penguasaan bola di area 32 meter, di sampingnya perlu pemain pendukung sehingga dibutuhkan Iniesta. Ketika diganti Keita? Maaf, tidak efektif. Di belakang perlu titik tumpu sehingga Busquets harus ada. Yaya? Touré terlalu nekat, Barcelona tidak menyukainya.
Penguasaan bola di area 32 meter ibarat tali kekang yang membatasi gerakan kuda-kuda liar pemain Barcelona. Iniesta boleh bergerak, tapi beranikah ia menjauh dari Xavi? Beranikah Busquets meninggalkan posisinya? Beranikah Pedro seperti Cristiano Ronaldo masuk ke tengah atau maju ke posisi paling depan? Beranikah Messi maju lebih ke depan atau bergeser ke sisi kanan?
Formasi lini tengah-depan Barcelona terlihat rumit, namun sebenarnya hanya memiliki satu inti: mempertahankan penguasaan bola di area 32 meter dengan segala cara!
Satu set ini sebenarnya sudah dipahami oleh semua tim. Barcelona sekarang akan menyadari, bermain melawan tim kuat saja sulit, bahkan menghadapi tim lemah pun terkadang sangat kesulitan. Tapi mereka hanya mengira ini masalah kondisi pemain, tak ada hubungannya dengan sistem tim. Sebenarnya justru sebaliknya, ini masalah sistem. Hanya saat kondisi pemain bagus, atau saat kekuatan mereka lebih kuat dari lawan, masalah ini bisa ditutupi.
Inilah titik tujuh inci Barcelona!
Prinsipnya, pukul ular harus tepat di tujuh inci. Yang Yang Chengzhuo incar adalah serangan mematikan sekaligus. Karena itu dia sama sekali tidak terburu-buru. Pertama, Xabi Alonso dimundurkan untuk mengubur interferensi dan ancaman Messi-Pedro terhadap bek tengah. Lalu De la Red meredam Xavi dan Iniesta. Posisi Kaká dan David Silva agak dimundurkan untuk mengalihkan perhatian Busquets ke kiri dan kanan.
Jika sepuluh menit pertama Barcelona masih bisa menciptakan sedikit ancaman, maka setelah sepuluh menit tersebut, penguasaan bola yang lincah, cepat, dan mahir seperti yang diharapkan Johan Cruyff sebelumnya tidak muncul. Sebaliknya, permainan Barca di lapangan mulai menjadi lambat, kesalahan semakin bertambah, dan rasio penguasaan bola perlahan menurun.
De la Red adalah pemain yang cerdas. Meski bukan pria perkasa berbadan besar dengan stamina abadi, kecerdasannya dalam membaca pertandingan dan pra-penilaian yang luar biasa memungkinkannya sukses menghentikan operasi aliran bola Barcelona meski menghadapi Xavi dan Iniesta. Dibantu oleh Kaká dan David Silva yang menarik perhatian Busquets, serta tekanan Marcelo pada Alves, Real Madrid berhasil menargetkan dan meredam penguasaan bola Barca dengan efektif.
Ini adalah masalah tak tersolusi, karena Xavi sendiri juga sadar betul, tanpa bisa membentuk penguasaan bola efektif di area 32 meter, sistem Barcelona tidak akan bisa beroperasi dengan lancar. Begitu sistem Barcelona dibatasi, lalu apa yang menanti mereka selanjutnya?
……
……
"Sejak menit ke-11 hingga menit ke-20, rasio penguasaan bola Barcelona turun drastis dari sebelumnya melebihi 70% menjadi 62% sekarang. Mereka juga terlihat terkekang secara situasi pertandingan, tak kunjung bisa mengorganisir serangan efektif." Komentator menggelengkan kepala sambil menghela napas, "Banyak kesalahan passing antara Xavi dan Iniesta, apakah perlu mengubah arah dan strategi?"
Cruyff mendengarkan lalu merasakan kepahitan dalam hati. Sejujurnya, penguasaan bola Barcelona yang terlihat fluiditasnya tinggi itu, jika dilihat dari area yang ditempati pemain dalam formasi taktik Barcelona, mereka hampir diam berdiri saja.
Dengan kata lain, pemain Barcelona terlihat banyak berlari, tapi sebenarnya dalam banyak kasus mereka berlari di area mereka sendiri yang sudah tetap, jarang meninggalkan zona mereka. Alasannya sederhana: untuk memastikan pemegang bola bisa menemukan jalur oper kapan saja di mana saja. Makanya ada yang bilang, bahkan jika pemain Barcelona menutup mata, mereka tetap tahu ke mana harus mengoper bola – inilah alasannya.
Tapi pendekatan ini juga punya banyak masalah, terutama ketika berhadapan dengan tim kuat seperti Real Madrid, sangat mudah untuk ditekan oleh lawan.
Sebaliknya, pergerakan tanpa bola Real Madrid lebih variatif dan lebih sulit diantisipasi. Cristiano Ronaldo bisa menerobos menyusur garis lapangan, memotong ke dalam area terlarang, atau menggiring bola ke samping. Karena dia sangat paham, rekan setimnya akan mengkoordinasikan pergerakan dengannya, lalu pemain berikutnya akan menyelaraskan lagi dengan mereka – seperti rantai yang saling bertautan.
Inilah mengapa semua orang bilang permainan Real Madrid lebih menarik ditonton, karena memiliki elemen kejutan yang lebih besar. Sementara Barcelona lebih mekanis, sehingga serangan mereka relatif lebih mudah diantisipasi.
"Pep Guardiola harus segera menemukan cara untuk menyelesaikan masalah, membantu Messi dan Xavi melepaskan diri dari sangkar yang dipasang Real Madrid. Hanya dengan melepaskan diri dari penjara ini, serangan dan organisasi Barcelona baru bisa mencapai pembebasan, dan kembali menunjukkan ancaman. Jika tidak bisa melakukan ini, serangan Barcelona akan semakin sulit dimunculkan!"
Xavi dan Mei Xi adalah dua pemain kunci Barcelona di posisi belakang dan depan. Begitu mereka dikendalikan, Barcelona juga terkena dampak berakibat fatal, terutama di lini depan. Jika Messi tidak bisa dibebaskan, hanya mengandalkan Pedro seorang diri, sama sekali tidak bisa menciptakan ancaman.
Relatif terhadap Barcelona yang semakin tidak bisa melakukan serangan efektif dengan penguasaan bola yang melemah, serangan Real Madrid justru semakin mengancam. Terutama serangan di kedua sayap Real Madrid, semakin menunjukkan vitalitas.
Dengan andalan Xabi Alonso, Barcelona hanya memiliki dua pemain serang depan yaitu Messi dan Pedro. Oleh karena itu, Yang Cheng dengan nyaman mengerahkan Marcelo dan Maicon untuk terlibat dalam serangan. Sayap Real Madrid semakin lincah bergerak.
Pada menit ke-27, setelah Real Madrid merebut bola dari Pedro, sayap kanan melancarkan satu gelombang serangan.
Maicon yang menguasai bola di sayap kanan langsung memanfaatkan momentum, menggiring bola cepat menyusur sisi kanan hingga masuk ke area pertahanan Barcelona.
Karena Abidal dari Barcelona ditempatkan di posisi belakang dan lini tengah kurang perlindungan efektif, Andres Iniesta terpaksa meninggalkan posisi tengah untuk menutupinya. Namun bersamaan dengan pergerakan Iniesta, David Silva juga melakukan overlapping run ke belakang.
Maicon menghadapi David Silva, dia menyambar sebelum Andres Iniesta dan mengoper bola ke David Silva. Yang terakhir menghentikan bola dengan sekali sentuhan, lalu menghadapi Xavi yang berlari mendekat. Dengan sentuhan kaki kiri dan sentilan tumit, bola seolah memiliki mata, terbang dari bawah kaki David Silva menembus belakang Iniesta.
"Oper tumit yang sangat indah, berasal dari David Silva!" Komentator di TKP tak kuasa menahan kekaguman.
Fans Real Madrid di lokasi serempak memberikan tepuk tangan gemuruh dan sorak sorai. Tapi jelas, sorak mereka seharusnya tak berhenti karena Maicon segera melampaui Iniesta dengan kecepatan penuh.
Kecepatan orang awam tidak bisa dibandingkan dengan Maicon yang sedang melaju kencang, sehingga orang Brasil ini lebih cepat menyambar bola dibanding Iniesta yang mengejar, lalu melanjutkan pergerakan membawa bola maju. Namun kali ini dia tidak memilih untuk tetap menempel di sisi kanan, melainkan menyadari bahwa Iniesta telah tertinggal di belakangnya, dan area depan sebelah kanan wilayah terlarang Barcelona adalah titik lemah.
Setelah memotong diagonal ke dalam dengan dribel, Maicon seperti seorang sayap yang membawa bola dari kanan ke tengah, memaksa Abidal yang maju merebut untuk mengikuti pergerakannya. Sementara Busquets bahkan segera berpindah ke sisi kanan untuk melindungi area depan wilayah terlarang.
Villa juga langsung mundur dari kotak penalti. Dengan pergerakan cerdik, dia menempati celah antara Busquets dan Piqué. Sementara Maicon, sebelum dikepung oleh Busquets dan Abidal, mengirimkan operan rendah ke depan kotak penalti. Villa yang sedang mundur tepat menggunakan tubuhnya untuk menghalangi Piqué, menyambar bola lalu langsung mengoperkannya ke sisi kiri dengan sentuhan pertama.
Kaká muncul di posisi yang sebelumnya ditempati Busquets. Umpan Villa tepat mendarat di kakinya. Begitupun menguasai bola, Milito langsung menerjang keluar dari kotak penalti. Kakā memanfaatkan momentum untuk mengelabui ke kiri, melewati Milito yang terlalu agresif, berpura-pura akan membawa bola masuk ke kotak penalti. Saat Puyol teralihkan perhatiannya, ia mengirimkan umpan presisi dengan kaki kirinya.
Bola meluncur melewati sisi kiri Puyol menuju belakangnya. Cristiano Ronaldo yang sebelumnya menyamar di luar kotak penalti, tepat saat itu menembus pertahanan di belakang Puyol. Setelah menguasai bola, langsung melepaskan tembakan jarak menengah-jauh. Bola menyusup di antara Valdés dan tiang kiri, masuk ke dalam gawang.
Tembakan ini keras bertenaga, saat masuk jala masih membawa riakan gelombang jaring. Setelah jatuh ke tanah, bola terus berdenyut-denyut tak henti.
“GOALLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL！！！！！！”
Dalam teriakan marah seorang komentator langsung, seluruh fans Real Madrid di stadion serentak melompat dari kursi mereka, berteriak kompak. Untuk sesaat mereka lupa slogan apa yang harus diteriakkan, membuat teriakan mereka terdengar berantakan. Barulah setelah melihat Cristiano Ronaldo berbalik dan melesat keluar dari area penalti, mereka mulai meneriakkan nama sang bintang dengan gegap gempita.
"Cristiano? Ronaldo!!"
Seluruh tribun bergema oleh teriakan nama itu. Pemain Portugal itu mengangkat tangannya tinggi-tinggi, melompat ke depan tribun selatan fans Real Madrid, menerima sorak-sorai dari sekelompok fans paling setia Los Blancos.
"Menit ke-27, Real Madrid lebih dulu membobol gawang Barcelona, 1-0!"
"Ini adalah gol koordinasi tim yang sangat indah! Pergerakan antar-pemain Real Madrid begitu harmonis, kerja sama passing mereka begitu mulus. Seluruh prosesnya, Barcelona ternyata tak mampu menghentikan aliran serangan El Real. Sungguh sebuah gol yang memukau!"
Saat melihat Cristiano Ronaldo dan Kaká berpelukan di pinggir lapangan sambil merayakan gol pertama mereka, Johan Cruyff tampak tak berdaya, terus-menerus menggelengkan kepala sambil berkesedihan.
"Sudah kukatakan, serangan Real Madrid sangat mumpuni. Ini terlihat dari koordinasi pergerakan setiap pemain dan penguasaan mereka atas jarak permainan. Kecerdasan bermain seperti ini sungguh tak terbayangkan! Barcelona jelas menunjukkan celah terlalu besar, terutama setelah titik lemah mematikannya diputus dengan kejam oleh Madrid. Bahkan serangan balik efektif pun tak bisa mereka lakukan."
Pada layar besar stadion, terlihat Yang Chengzhuo mengepal tinju dengan erat. Langsung disambut sorakan kompak dari seluruh fans Real Madrid di lokasi.
Di kandang ini, dialah Sang Penguasa dan pemimpin tak terbantahkan!
"Penyesuaian Yang Chengzhuo sangat tegas dan kejam. Serangan mendadak Barcelona hanya bertahan sekitar 10 menit. Kini di menit ke-27 sudah kebobolan, semua ini jelas akan menggagalkan rencana keseluruhan Pep Guardiola."
Johan Cruyff menganalisis, tetapi juga mengingatkan: "Tapi yang terpenting bagi Pep Guardiola sekarang adalah harus mencegah satu perasaan, yaitu transisi dari percaya diri ke rasa inferior. Sangat mungkin pemain akan kehilangan kepercayaan diri karena taktik mereka ditantahkan, situasi pertandingan merosot, kehilangan bola dan pengaruh multi-faktor lainnya, menyebabkan mereka kehilangan rasa terhadap pertandingan. Itu akan membuat posisi tim semakin pasif."
"Sebagai pelatih kepala tim, Pep Guardiola harus menghentikan situasi seperti ini terjadi."
