Jadwal perjalanan Yang Chengzhuo dan Charlize Theron selama periode pertandingan Piala Dunia telah diatur berjejal sangat rapat.
Untuk menghindari Charles ikut bolak-balik, Charles dijadwalkan menginap di rumah Mandela. Bagi keduanya, ini merupakan kehormatan besar.
Siang hari naik helikopter bolak-balik ke setiap arena pertandingan di dalam negeri Afrika Selatan untuk mengejar jadwal, malamnya menginap di hotel yang telah dipesan sebelumnya oleh Panitia Penyelenggara Piala Dunia Afrika Selatan. Yang Chengzhuo dan pasangannya hampir muncul di tribun setiap pertandingan Piala Dunia Afrika Selatan, menjadikan mereka garis pemandangan unik di arena pertandingan negeri itu.
Setelah menonton pertandingan imbang 0:0 antara Inggris dan Aljazair di Green Point Stadium Cape Town, suasana hati Yang Chengzhuo sama membosankannya dengan hasil pertandingan ini. Sebenarnya ia sudah memiliki persiapan mental terhadap situasi Tim Inggris di bawah kendali Capello, namun perkembangan situasi pertandingan ini tetap membuatnya merasa frustasi.
Dengan susah payah menyelesaikan pertandingan, ia mengajak Charlize Theron naik mobil khusus panitia menuju hotel Cape Town. Begitu membuka komputer, ia langsung menulis ulasan pertandingan hari ini dengan fokus pada dua laga: pertandingan Jerman vs Serbia dan pertandingan Inggris vs Aljazair.
Pertandingan sebelumnya juga membuatnya frustasi. Menurutnya, keputusan wasit mengeluarkan Klose terlalu dini menjadi titik balik pertandingan. Kartu merah Klose langsung mempengaruhi mental pemain Jerman. Satu menit kemudian, Serbia memanfaatkan keunggulan tinggi Žigić untuk mengoper ke Jovanović, menciptakan peluang gol yang langsung membawa keunggulan.
"Meski ketinggalan jumlah pemain, Tim Jerman sebenarnya masih mengendalikan keunggulan. Mereka punya banyak kesempatan menyamakan skor, bahkan membalikkan keadaan. Pada babak pertama, tembakan Khedira menghantam tiang gawang. Kemudian tendangan penalti Podolski juga meleset. Jerman tak berdaya menghadapi pertahanan sekuat tembok baja lawan."
"Keputusan Löw untuk bertarung habis-habisan datang terlalu terlambat. Seharusnya sejak awal babak kedua dia mengerahkan semangat khas Jerman, melakukan serangan dadakan untuk mengintimidasi lawan. Tapi di menit ke-77 ketika stamina kedua tim hampir habis, upaya melakukan serangan penentu jelas sudah agak telat."
"Kedua tim memainkan formasi 4231. Pasukan Löw unggul dalam penguasaan bola dan aspek teknis, tapi jelas tak mampu mengendalikan alur permainan. Mereka belum paham cara beristirahat dan menyesuaikan diri selama pertandingan. Belum lagi Löw yang mempertahankan lineup pembuka sama persis selama dua laga berturut-turut, ini juga..."
Saat menulis sampai di sini, Yang Cheng menghentikan gerakannya. Ia merenung sejenak sambil menghela napas. Akhirnya, beberapa paragraf terakhir itu dihapusnya dan diganti dengan nada bicara yang berbeda.
"Satu kemenangan satu kekalahan. Ghana dengan 4 poin memuncaki grup. Jerman dan Serbia sama-sama mengumpulkan 3 poin. Untuk lolos dari fase grup, Die Mannschaft harus mengalahkan sang pemuncak Ghana di pertandingan terakhir. Namun Ghana juga sedang memperebutkan tiket lolos. Maka di laga penentuan ini, tim Jerman wajib menunjukkan keberanian dan keteguhan hati layaknya menenggelamkan perahu!"
Yang Chengzhuo tidak ingin memberi tekanan pada Löw, karena menurutnya, tim Jerman saat ini benar-benar bisa dikatakan sebagai tim yang kekurangan aura pantang menyerah. Begitu tiba di momen krisis langsung kacau balau, begitu sampai momen genting langsung gagal.
Dalam pertandingan melawan Serbia, Jerman memiliki setidaknya beberapa kesempatan untuk meraih gol saat tertinggal. Kamu jangan bicara soal membalikkan keadaan, kamu masukkan satu gol saja, situasinya akan sama sekali berbeda. Tapi kamu ternyata justru kacau di saat paling butuh gol, bahkan titik penalti pun gagal dimasukkan, akhirnya secara sia-sia menciptakan lawan terberat Serbia dalam perebutan kelulusan tim dari babak grup.
Terkadang, babak grup memang pertarungan habis-habisan seperti ini. Dia akhirnya mulai sedikit paham, kenapa Ballack selalu mengkritik para pemain timnas Jerman ini. Mereka seperti sekumpulan bunga yang tumbuh di lingkungan steril, dimanjakan dan kurang diasah, setidaknya dalam jangka pendek sulit menjadi hebat!
"Jangan terus-menerus mengeluh dan menghela nafas." Charlize Theron berjalan mendekat, tersenyum sambil duduk di meja komputer di hadapannya.
Usai mandi, tubuh memikatnya dibalut handuk mandi sensual yang tak sepenuhnya menutupi bagian terekspos, memancarkan aroma segar pasca-mandi. Dengan percaya diri ia duduk di atas meja, memandangi lelaki di depannya dengan tatapan menggoda bak benang sutra.
"Berakting sampai segitunya!" Yang Chengzhuo tersenyum pahit.
Dulunya dia mengaku ingin menjadi komentator sepakbola profesional yang objektif, namun begitu pertandingan dimulai, bias tak terhindarkan muncul. Misalnya dukungannya pada Jerman dan Inggris - tim yang selalu dia dukung. Melihat kedua kesebelasan ini kalah telak dan imbang dengan performa sangat buruk, hatinya terus terasa perih.
"Kalau begitu, bagaimana jika aku yang menyelamatkanmu?" ujanya sambil tersenyum.
"Menyelamatkan dengan cara apa?"
Charlize Theron mencibir, "Pergi mandi dulu, cepat! Nanti setelah keluar kubocarkan rahasianya!"
"Layanan level presiden?"
“Hehe, hari ini kamu dapat keuntungan ekstra, layanan super presiden!”
Yang Chengzhuo terkekeh. Ia penasaran: jika layanan tingkat presiden saja sudah mencabut nyawa, bagaimana dengan versi supernya? Namun ia tahu Charlize Theron sengaja menghiburnya melihat suasana hatinya yang buruk.
Memikirkan ini, seluruh jiwa-raganya seperti terbang. Ia mandi secepat kilat, langsung kabur ke selimut, merangkul sang dewi tanpa sehelai benang. Episode mesra yang mematikan berkecamuk, hingga akhirnya—di bawah "layanan super presiden" sang kekasih—ia meluapkan segala beban dengan kenyamanan total sebelum terlelap dalam mimpi.
Tepat pukul 2 dini hari, dering ponsel di podium tiba-tiba mengganggu keheningan.
"Sialan!" geram Yang Chengzhuo yang masih lemas dan mengantuk berat.
“Jangan angkat, biarkan dia mati!” Setengah raga Charlieze Theron masih dalam selimut, kepalanya menempel di tangan Yang Chengzhuo. Begitu Yang Chengzhuo terbangun, dia pun langsung tersadar. Seluruh tubuhnya menindih badan Yang Chengzhuo, tangan menjulur memutar ponsel di podium hingga bunyi bel berhenti tiba-tiba.
Ini produk ponsel dari perusahaan teknologi Yang Chengzhuo yang dikembangkan Google sejak tahun 06. Kelahirannya memicu gelombang penjualan ganas, popularitas sesaatnya tidak kalah dari IPHONE era dulu. Ditambah status Yang Chengzhuo sebagai juru bicara, membuat seluruh produk perusahaannya meledak di pasaran.
“Biar aku yang mati dulu!” Yang Chengzhuo langsung merangkulnya ke pelukan. Sentuhan anggota tubuh yang terjerat ini membuatnya agak enggan bergerak.
“Jangan, aku sudah tidak mau lagi!” Charlieze Theron menghentikannya, “Sudah 2 kali! Kalau lanjut, besok kamu pasti tidak bisa bangun dari ranjang!”
“Aku pasti akan membuatmu tidak bisa bangun dari ranjang!” Dalam kondisi setengah sadar, Yang Chengzhuo tetap berhasil membalikkan posisi dan menindih kembali sang cantik yang terkekeh-gekek penuh kemenangan di atas tempat tidur, dengan strategi serangan soliter yang mendalam, genderang Halilintar bergemuruh.
Tapi baru saja api pertempuran menyala, bel ponsel sialan itu kembali berdering.
"Jangan hiraukan!" Yang Chengzhuo menarik kembali tangan Charlize Theron, "Biarkan terus berbunyi, lihat sampai berapa lama benda sialan ini bisa bertahan!" Di dalam hatinya pun kesal, mana ada orang yang mengganggu mimpi indah di tengah malam seperti ini?
Lagipula ponselnya telah diatur dengan sistem bel khusus - panggilan keluarga pasti menggunakan nada dering berbeda, hanya urusan pekerjaan yang menggunakan nada ini. Karena itu ia tak ingin urusan kantor mempengaruhi kehangatan tubuh lembut yang sedang digenggamnya.
Demikianlah, setiap beberapa menit ponsel itu berdering lagi, persis seperti alarm, terus berlanjut hingga pertempuran usai sekalipun, si pengganggu tetap saja belum berhenti.
“Aku kalah dari dia!” Yang Chengzhuo menghela nafas, dalam ekspresi menjengkelkan Charlieze Theron yang terus tertawa gek gek, meraih ponsel dari pelukannya yang menggoda. Ternyata yang menelepon adalah Supervisor Departemen Berita Asosiasi Sepak Bola Jerman, Stenger.
“Akhirnya kamu mau menerima telepon juga!” Nada suara lawan bicara jelas terdengar masam. Menelepon hampir satu jam memang cukup menyiksa, tapi dia tak punya pilihan selain terus mencoba.
“Kumohon, tadi aku mengatur ponsel ke mode senyap lalu tidur. Kalau bukan karena terus bergetar sampai terjatuh ke lantai, aku bahkan takkan terbangun. Ada-ada saja menelepon tengah malam begini!” Yang Chengzhuo balik menyalahkan, terlihat lebih merasa benar daripada siapa pun.
Charlieze Theron dibuatnya ingin tertawa melihat sikapnya, tapi buru-buru menutup mulut. Namun pelukannya pada Yang justru semakin erat.
“Aku juga tak ingin!” Stenger tersenyum pahit, menyadari tak memiliki dasar hukum. Menelepon di tengah malam memang tindakan yang kakinya nyaris tak mampu menopang.
“Langsung saja, ada keperluan apa?” tanya Yang Chengzhuo.
Stangel segera teringat urusan penting, menghela nafas, "Löw mengundurkan diri!"
"Apa?!" Yang Chengzhuo terdiam.
……
……
Mengundurkan diri atau memberhentikan pelatih kepala selama final Piala Dunia memang bukan tanpa preseden. Cha Bum-Kun dan Parreira pernah dibatalkan jabatannya selama babak grup Piala Dunia, tapi mengundurkan diri secara sukarela sepertinya belum pernah terjadi.
Contoh paling memilukan adalah Piala Dunia Prancis 1998. Pada dua laga pertama babak grup, Arab Saudi, Korea, dan Tunisia semuanya menderita dua kekalahan beruntun. Arab Saudi dan Korea bahkan kalah telak, sehingga setelah dua putaran, ketiga pelatih kepala tim tersebut turun jabatan - termasuk Parreira (pelatih juara Brasil 1994) untuk Arab Saudi dan Cha Bum-Kun untuk Korea.
Yang menarik, setelah pergantian pelatih, ketiga tim ini meraih hasil imbang di putaran ketiga: Arab Saudi 2-2 vs Afrika Selatan, Korea 1-1 vs Belgia, Tunisia 1-1 vs Rumania. Meski berhasil mengamankan poin, mereka tetap tersingkir dengan memilukan.
Secara logika, meski tim Jerman hanya menang satu dan kalah satu di babak grup, tapi dengan kemenangan spektakuler 4-0 atas Australia sebelumnya, posisi Löw sebagai pelatih seharusnya tidak goyah hanya karena kekalahan dari Serbia. Kok tiba-tiba mengundurkan diri?
Dengan perasaan bingung tanpa alasan, Yang Chengzhuo meninggalkan Charlize Theron di Cape Town dan terbang menggunakan helikopter pribadi ke Johannesburg. Saat tiba, hari sudah pagi.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Begitu pesawat pribadi Yang Chengzhuo mendarat di bandara, ia langsung dijemput mobil Stange. Baru masuk mobil, pria itu langsung bertanya tentang alasan di balik pengunduran diri itu. Ia tak percaya Löw tiba-tiba mengundurkan diri tanpa sebab.
“Hal ini ceritanya panjang, mereka semua sedang menunggu di hotel!” Setelah berkata demikian, Stangel tidak bersuara lagi. Kecepatan mobil sangat tinggi, membawa Yang Cheng langsung mencapai hotel tempat tim Jerman menginap di Johannesburg. Mereka juga baru saja tiba di Johannesburg untuk mempersiapkan laga babak grup ketiga melawan Ghana.
Sepanjang jalan mengikuti Stangel memasuki salah satu ruangan di lantai yang ditempati tim Jerman, Yang Cheng melihat hampir semua orang yang seharusnya hadir sudah berada di sana. Termasuk Sekjen Niersbach, Beckenbauer, dan Wakil Kepala Departemen Berita Brautzer, hampir seluruh pimpinan Asosiasi Sepak Bola Jerman sudah berkumpul.
“Hah, siapa yang berani meneleponku tengah malam begini?” Begitu masuk pintu, Yang Cheng tersenyum sambil memulai 'serangan' kepada para anggota tim ini.
Beckenbauer dan Niersbach sudah mengenal Yang Chengzhuo selama bertahun-tahun dengan hubungan persahabatan yang erat. Kecuali Brautzer, sebagian besar orang disini sudah dikenal baik oleh Yang Chengzhuo. Bercanda santai bukan masalah, sehingga saat dia berkata demikian, Niersbach langsung menunjuk ke Beckenbauer.
"Sudah kuduga ini ulah brengsek tua macam kamu!" Yang Chengzhuo mendekat sambil berpura-pura akan menampar bahunya dengan keras. Ketua UEFA itu tertawa terbahak-bahak menerima gelar tersebut, toh bagi persahabatan mereka hal seperti ini bukan masalah besar.
"Sekarang keadaan sebenarnya seperti apa? Ada perlu apa memanggilku kemari?" Yang Chengzhuo duduk bersandar di sebelah Beckenbauer sambil bertanya dengan penuh perhatian.
Sang kaisar sepakbola Jerman tersenyum pasrah, "Setelah pertandingan melawan Serbia tadi malam usai, tim baru saja tiba di Johannesburg. Löw menerima telepon dari Tschentscher, keduanya jelas terlibat Perdebatan Sengit sekali lagi. Setelah itu, Löw mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pelatih kepala Timnas Jerman, efektif seketika. Tschentscher juga menyetujui pengunduran dirinya."
Yang Chengzhuo membeku sejenak, ada hal seperti ini?
Kemarin juga, dalam pertandingan Prancis vs Meksiko, Anelka memaki kasar pelatih Domenech. Hal ini sudah ramai diperbincangkan media. Sekarang tim Jerman malah ganti pelatih di tengah pertandingan, apa ini bukan ikut-ikutan nimbrung keramaian?
"Tschentscher benar-benar piawai mengatur pekerjaan!" Ucap Yang Chengzhuo yang juga tak punya rasa suka berarti pada Ketua Asosiasi Sepak Bola Jerman ini.
Pada Februari tahun ini, skandal seksual terjadi di kalangan wasit Jerman. Namun Tschentscher menangani kasus ini secara tidak tepat, sehingga dibombardir media Jerman. Karena wasit internasional berusia 27 tahun Kempter adalah binaan Asosiasi Sepak Bola Jerman, sedangkan yang menodainya adalah pejabat pengelola wasit asosiasi Amereir. Yang terakhir ini juga merupakan guru spiritual Kempter, yang oleh Bild dibongkar sebagai hubungan cinta sejenis dengan perbedaan usia besar.
Tschentscher terlalu dulu mengekspos kasus ke media dan mengeluarkan pernyataan merugikan Amereir sebelum menyelidiki kebenaran persoalan. Namun Amereir segera melakukan serangan balik dengan menyediakan bukti yang membuktikan bahwa Kempter-lah yang aktif menggoda dirinya. Sekaligus mengarahkan tombak kritik ke Asosiasi Sepak Bola Jerman, menyatakan akan mengajukan gugatan terhadap asosiasi tersebut.
Akhirnya melalui proses koordinasi, ditambah laporan Bild yang membocorkan lebih banyak skandal seks antara Amereel dengan beberapa wasit muda, citra Amereel menjadi rusak. Persoalan ini tidak berubah menjadi pertempuran hukum, Amereel mengurungkan niat menggugat. Namun Tschentscher justru kehilangan kredibilitas besar, banyak fans yang menuntutnya mengundurkan diri.
Piala Dunia Afrika Selatan kali ini menjadi tumpuan harapan besarnya. Dia berharap tim Löw bisa memulihkan martabatnya. Untuk itu, dia sering campur tangan dalam urusan tim. Löw sebenarnya sudah lama kesal, terutama setelah kemenangan atas Australia, Tschentscher secara terbuka mengklaim kemenangan itu sebagai prestasinya, bahkan dengan sombong membeberkan detail-detail persiapan pertandingan kepada media.
Sedangkan di leg kedua yang kalah dari Serbia, Tschentscher yang sebelumnya sudah kembali ke Jerman di tengah jalan langsung marah besar begitu menerima kabar. Dia segera menelepon Löw, mencela dengan keras bahwa pelatih itu adalah biang keladi utama kekalahan tim dan harus bertanggung jawab atas kekalahan tersebut. Sekaligus memperingatkan Löw untuk tidak terus-terusan memikirkan uang, menyatakan bahwa kekalahan tim disebabkan oleh keinginan Löw menaikkan gaji yang sengaja menunda-nunda perpanjangan kontrak. Hal ini membuat Löw sangat kesal, terjadi pertengkaran sengit antara mereka berdua, dan akhirnya Löw mengajukan pengunduran diri secara sukarela.
"Löw sudah pergi meninggalkan hotel tadi malam!" Niersbach menggelengkan kepala sambil menghela napas.
Semua rencana yang seharusnya dilakukan setelah Piala Dunia berakhir, tapi pengunduran diri mendadak Löw kini benar-benar membuat mereka kaget. Inilah hal yang paling membuat Niersbach tidak puas terhadap Tschentscher - pria yang bisa dibilang arogan ini ternyata sudah membuat situasi menjadi sekacau ini.
"Kanselir Merkel sekarang juga sangat tidak puas dengan tindakan Tschentscher, dan menuntut kami harus segera merumuskan rencana untuk memastikan tim Jerman tidak melakukan hal yang memalukan di Piala Dunia!" ujar Niersbach.
Perlu diketahui, dalam sejarah Timnas Jerman, mereka belum pernah tersingkir di babak grup Piala Dunia. Jika kali ini tersingkir di babak grup, itu akan menjadi pertama kalinya dalam sejarah sepak bola Jerman, dan akan ditertawakan oleh jutaan orang serta mempermalukan sepak bola Jerman.
Ini bukan persoalan kecil!
Di Jerman, sepakbola diumpamakan sebagai agama, bintang bola adalah santo, stadion adalah gereja, teriakan fans adalah himne suci. Meski orang Jerman terkenal terkendali dan rigor, begitu topik menyentuh sepakbola, mereka akan menjadi komunikatif dan bersemangat. Stadion juga menjadi salah satu wilayah langka tempat mereka bisa meluapkan perasaan dan menunjukkan karakter vulgar.
Pernah ada yang mengatakan, orang Jerman hanya punya dua minat: satu sepakbola, satu politik. Sebelum tahun 06, orang Jerman pernah mengkritik Merkel karena tidak terlibat dalam sepakbola, mendorong Kanselir Jerman kemudian demi kampanye tidak bisa diabaikan untuk bergabung dalam barisan Piala Dunia. Edisi kali ini Piala Dunia, dia khusus terbang langsung dari Kanada ke Afrika Selatan demi menyaksikan pertandingan tim Jerman.
Sebelumnya saat Merkel tiba di Afrika Selatan mengunjungi kamp pelatihan timnas, Tschentscher justru meninggalkan posnya tanpa izin dan kembali ke Jerman. Pekerjaan menerima Merkel jatuh ke tangan Sekjen Niersbach. Ia sibuk menyiapkan tiket dan hotel untuk Merkel, tindakan hands-on-nya memenangkan afirmatif Merkel.
Beckenbauer curiga, kemarahan Tschentscher kali ini juga sebagian dimotivasi keinginan memulihkan reputasinya. Sebelumnya, Merkel secara tersirat menyatakan ketidakpuasan lewat wawancara media Jerman. Menurutnya sebagai Ketua Asosiasi Sepak Bola Jerman, Tschentscher tak semestinya meninggalkan tim nasional hanya karena merasa tak ada tugas penting.
"Seorang pemimpin sejati wajib senantiasa menyatu dengan timnya, berjuang bahu-membahu!"
Ucapan Merkel jelas memancing reaksi Tschentscher. Tujuan utama dirinya memimpin asosiasi sepakbola memang untuk mencatatkan prestasi politik. Tekanan dari Merkel memaksanya menunjukkan eksistensi melalui berbagai kebijakan. Namun langkah penekanan ini justru berbalik memicu kemarahan Löw, hingga akhirnya sang pelatih memutuskan hengkang dari timnas.
“Bukankah sebelumnya Tschentscher bilang, jika memungkinkan dia ingin menikah dengan Löw?” Yang Chengzhuo menggelengkan kepala dengan senyum getir, “Baru menyadari bahwa pernikahan ini bahkan belum dilangsungkan sudah bercerai, bahkan tidak membagi harta warisan!”
Löw kali ini benar-benar keluar tanpa membawa apapun, tapi meninggalkan kekacauan yang parah.
“Apa rencana kalian sekarang?” Tiba-tiba Yang Chengzhuo berpikir, jangan-jangan para anggota tim yang mengajaknya datang di tengah malam ini punya maksud lain selain membahas hal ini?
Beckenbauer jelas merasakan sorot mata semua orang tertuju padanya. Dia tahu, hanya dirinyalah yang bisa berbicara kepada Yang Chengzhuo karena hubungan khusus mereka, sehingga terkekeh pendek.
“Dalam situasi seperti ini, sudah jelas tidak bisa dipulihkan. Yang terpenting sekarang adalah memastikan tim bisa tetap bertanding di Piala Dunia. Jadi kami sepakat untuk mengundangmu mengambil alih sementara jabatan pelatih kepala Timnas Jerman!”
