"Saya tidak sepenuhnya puas dengan performa para pemain dalam pertandingan ini!"
Di konferensi pers pasca-pertandingan Stadion Olimpiade, jawaban pertama Yang Cheng saat diwawancarai wartawan justru menuangkan air dingin bagi timnya. Meski menang telak 4:0 atas lawan terkuat di grup, dinamika tim Jerman memang benar-benar di luar kendali. Tapi menurutnya, yang lebih penting sekarang adalah pembelajaran rendah hati dan kemajuan.
"Dalam pertandingan ini kami punya banyak kesempatan mencetak gol. Podolski menembakkan tembakan melambung tinggi di depan gawang, Klose menyia-nyiakan peluang one-on-one, Thomas Müller terburu-buru dalam menangani dua tembakan, dribel Özil kurang mengancam dan kemampuan serangannya. Aku tidak bisa puas dengan performa mereka."
Ucapan Yang Cheng secara alami memicu gempar di antara media dan wartawan. Tapi banyak yang sudah terbiasa dengan gaya khas pelatih ini. Mereka yang selama bertahun-tahun meliputi perjalanan Yang paham kebiasaannya dan mengerti maksud tersembunyi di balik kata-katanya.
"Beberapa media dan wartawan yang pulang pasti akan membuat laporan besar-besaran tentang ketidakpuasan Yang Cheng dengan semangat ingin dunia kacau, sementara jurnalis dan media lain mungkin menganggap niat baik Yang Cheng. Singkatnya, wartawan dengan posisi berbeda dan niat berbeda akan membuat laporan berbeda - kuncinya tergantung bahan berita seperti apa yang ingin disaksikan fans."
"Tentu saja, kami tidak menyangkal bahwa secara keseluruhan kami bermain optimal dalam pertandingan ini. Kami berhasil menembus gawang Turki 4 kali. Bagi kami, ini adalah pertandingan paling berkesan, tapi menurutku masih ada ruang untuk kemajuan yang besar."
Di bawah, segera ada wartawan lain mengangkat tangan kanan. Setelah mendapatkan izin, dia berdiri.
"Tuan Yang Cheng, Mesut Özil meraih Pemain Terbaik sepanjang pertandingan ini. Hampir semua orang merasa gerakan, dribel, dan operannya dalam laga ini sangat klasik dan sempurna. Apakah Tuan tidak merasa permintaan Tuan terlalu kritis terhadapnya? Seperti protes Khedira terhadap tuntutan Tuan yang berlebihan!"
Wartawan ini jelas ingin menyelesaikan perhitungan lama dan baru sekaligus, menghubungkan tuntutan tinggi Yang Chengzhuo terhadap Özil dengan Khedira yang dikucilkan dari timnas. Atau lebih tepatnya, Özil sebagai anak buah kesayangan dan umat beriman Yang Chengzhuo tidak akan menimbulkan skandal besar meski dikritik habis-habisan, tapi Khedira yang sedang dilanda api permusuhan di hati adalah kasus berbeda.
"Mungkin di mata kalian dan fans saat ini, Mesut adalah pemain merah yang hampir ungu. Tapi aku ingin katakan, dia jauh belum sebaik gambaran dan imajinasi kalian."
Banyak jurnalis di bawah panggung gempar karena ucapan Yang Chengzhuo terkesan sengaja merendahkan Özil.
"Saya mengatakan ini bukan karena merasa dia tidak punya kekuatan dan potensi, sebaliknya, ini karena saya tahu potensinya. Dia bisa mencapai tingkat dan ketinggian yang lebih tinggi, mampu membawa sensasi sepakbola yang unik bagi semua orang termasuk fans di seluruh dunia. Tapi sekarang dia masih sangat jauh dari tahap itu."
"Sering saya katakan padanya, kau bisa bermain lebih baik dari sekarang, tapi premisnya dia harus memperbaiki kekurangannya. Misalnya kemampuan mencetak gol yang kurang, kesadaran melawan dalam pertandingan yang tidak memadai, terutama dalam hal dribel cantik. Saya rasa ada tren penurunan, bagi pemain dengan kemampuan menguasai bola tinggi ini mutlak merupakan kemunduran!"
"Tentu saja, Özil sangat penting bagi tim Jerman saat ini. Dialah arah serangan tim. Saya yakin dia akan tampil lebih baik dan semakin menonjol!" Kalimat Yang Cheng ini tuntas mengekspos dukungan dan kepercayaannya pada Mesut Özil.
"Tuan Yang Cheng, tim Jerman sejak dibentuk hingga sekarang meraih tiga kemenangan beruntun dan menempati peringkat pertama grup. Gaya bermainnya memukau dengan ofensif yang kuat. Banyak yang memprediksi tim ini akan mencapai prestasi gemilang, terutama di bawah kepemimpinan Anda. Bagaimana pendapat Anda sendiri?" Seorang wartawan Jerman berdiri dan bertanya dengan sopan.
Yang Chengzhuo merenung sejenak, kemudian tersenyum tipis. "Saya tidak melihat tim Jerman saat ini mampu mencapai sesuatu yang berarti. Jika kami diberi kesempatan lagi bertemu Spanyol di arena pertandingan, kami tetap akan kalah. Berhadapan dengan Italia pun kami akan tumbang. Ini karena masih banyak hal-hal tersirat yang belum kami rapikan."
Seluruh orang di TKP bisa merasakan kecemasan dan kegelisahan yang tersembunyi di balik ekspresi Yang Chengzhuo.
"Saat melatih Chemnitzer FC, seluruh pecinta sepakbola Jerman merasa sepak bola Jerman bisa mendominasi dunia. Saat itu mereka memuji trio legendaris 'Tiga Kuda Kereta', Sammer, Kahn, Effenberg. Tapi aku langsung bertanya: Berapa umur mereka sebenarnya?"
Semua yang paham sejarah sepak bola Jerman tahu, setelah memenangkan Piala Eropa 1996 dan dominasi Bayern Munich serta Borussia Dortmund di kancah Eropa, sepak bola Jerman ingin menjadikan liganya sebagai yang terbaik di dunia. Yang Chengzhuo bersama Beckenbauer termasuk sedikit pihak yang rasional. Tekanan berat mereka hadapi demi menerapkan sistem pembinaan pemain muda yang akhirnya membawa kemajuan besar.
"Kekalahan telak di dua turnamen besar tahun 98 dan 00 membawa bencana menghancurkan bagi sepak bola Jerman secara keseluruhan. Meski meraih runner-up di Piala Dunia Korea-Jepang 2002, coba kalian lihat berapa banyak pemain tim Jerman saat itu yang benar-benar berada di masa jaya? Pada event tahun 04 dan 06, Jerman mulai melakukan transformasi dan beradaptasi dengan efek serta hasil yang dihasilkan sistem pembinaan pemain muda."
"Tapi yang ingin kusampaikan adalah, transformasi selama bertahun-tahun ini telah memberikan imbalan yang sangat sukses. Semua orang mulai menyadari bahwa Jerman sekarang sama sekali berbeda dengan Jerman masa lalu - bermain lebih indah, menerapkan kontrol bola ketat, menekankan oper satu sentuhan, mengembangkan serangan megah nan indah. Ini bagus sekali, sangat idealis, tapi sayangnya kita justru kehilangan elemen terpenting yang sebelumnya dimiliki!"
"Di dua turnamen besar 08 dan 10, Jerman selalu tumbang di final, dan yang mengejutkan sama-sama dikalahkan Spanyol. Kalau kalah sekali mungkin masih bisa disebut kebetulan, tapi kalah dua kali, itupun dengan kekalahan telak seperti itu, masihkah disebut kebetulan?"
"Kita perlu menemukan kembali beberapa hal dari masa lalu, menemukan kembali semangat dan tradisi yang telah dilupakan atau terlupakan oleh timnas Jerman baru ini, karena kita semua paham, hanya dengan menemukan kembali inti jiwa, barulah sebuah tim bisa meraih penghargaan kunci!"
"Ini membutuhkan waktu, membutuhkan waktu yang lebih lama dan lebih banyak. Jadi saya harap semua orang, termasuk manajemen asosiasi sepakbola, media, dan para pemain sendiri, harus memiliki konsep yang jelas: tim Jerman saat ini masih berada di jalan kebangkitan, masih dalam proses pembentukan dan penyesuaian tim. Jangan sembarangan bicara tentang gelar juara atau kejayaan, itu hanya akan membuat diri mereka tersesat!"
Setelah mengatakan ini, Yang Chengzhuo kembali tersenyum, "Tentu saja, saya mengharapkan pemain yang punya ambisi dan target. Jadi saya tidak keberatan jika pemain memiliki harapan dan tujuan lebih tinggi untuk tim maupun diri sendiri di dalam hati. Tapi yang terpenting adalah tetap menjaga ketenangan!"
"Perkataan Yang Cheng, sebagian besar orang memberikan persetujuan. Namun ada yang merasa ucapannya terlalu sombong dan berlebihan, mengingat kekuatan dan prestasi tim Jerman sudah jelas. Tapi karena ini keluar dari mulut Yang Cheng, mereka tak bisa membantah."
"Setelah itu media terus mengajukan pertanyaan terkait pemain dan tim, semuanya dijawab satu per satu oleh Yang Cheng. Salah satu pertanyaan menyangkut Toni Kroos dan Schweinsteiger."
"'Toni adalah pemain yang sangat cerdas. Setelah masuk sebagai pemain pengganti di pertandingan ini, permainannya sangat bagus dengan gerakan aktif dan koordinasi harmonis dengan Schweinsteiger. Saya yakin dia akan mendapat lebih banyak kesempatan di timnas.'"
"Mengenai rencana jangka panjang tim, Yang Cheng menegaskan target terpentingnya saat ini adalah memenangkan pertandingan kualifikasi satu per satu."
Pembentukan aura dan inti jiwa sebuah tim memiliki dasar yang sangat penting yaitu prestasi, atau lebih tepatnya kemenangan!
Ini adalah fenomena yang sangat realistis dalam semua olahraga kompetitif!
Hanya dengan menang dan memenangkan penghargaan, barulah layak membahas aura maupun inti jiwa tim - tim yang gagal mana mungkin memilikinya?
Athletic Bilbao pantas disebut sebagai tim paling layak berbicara tradisi dan semangat, tapi semua orang mengakui bahwa tradisi dan semangat tim ini semakin tersesat, karena kecemerlangan era dulu sudah lama hilang.
Kegagalan menyebabkan semangat tim tercerai-berai. Begitu semangat runtuh, semua konsep spiritual dan tradisi menjadi omong kosong. Ketika kekalahan menjadi kebiasaan, jadilah tim lemah yang dihina semua orang - sepenuhnya tim figuran!
Jadi Yang Cheng juga sangat paham, untuk membangun kembali semangat dan tradisi tim Jerman, bukan dengan retorika kosong atau ucapan belaka, tapi harus diraih melalui prestasi gemilang! Di atas dasar prestasi tersebut, semangat tim ini akan dibangun kembali langkah demi langkah!
Keanggunan legendaris Manchester United, keeleganan Real Madrid, bukan diperoleh dalam sehari. Semua itu diraih melalui akumulasi waktu yang panjang!
……
……
Jerman Perkasa Menang Telak 4-0 atas Turki!
Sang Raja Elf Özil Merespons Siulan Fans dengan Dua Gol!
Kaisar Pilihan Langit! Jerman Raih Tiga Kemenangan Beruntun, Kuasai Puncak Klasemen Grup!
……
Keesokan harinya, headline berbagai koran besar Jerman dan Eropa memuat berita kemenangan telak Jerman 4-0 atas Turki. Bild bahkan mengutip wawancara pelatih Turki Hiddink.
Pelatih legendaris Belanda mengakui pertandingan ini Turki kalah dengan lapang dada. Dia menilai tim Jerman lebih unggul dalam kekuatan menyeluruh dan eksekusi taktis, sementara pemain Turki jelas memiliki kesenjangan tertentu. Namun dia juga menyatakan Turki tidak akan terpengaruh oleh pertandingan ini, dan yakin timnya masih memiliki kesempatan lolos.
"Yang membuat kesan paling mendalam dalam pertandingan ini adalah Mesut Özil. Kita kalah dari pemain berkekuatan luar biasa ini. Dia menampilkan pertunjukan kelas dunia. Kita dikalahkannya. Aku merasa sangat menyesal karena dia tidak berbakti untuk Turki, kalau tidak, mungkin kemenangan pertandingan ini akan menjadi milik kita."
Saat membahas Pemain Terbaik sepanjang pertandingan Özil, Hiddink tegas menyebut Özil sebagai Fenomena.
"Menurutku yang terpenting sekarang adalah dia harus meninggalkan Real Madrid. Kau tahu, di Real Madrid ada terlalu banyak bintang-bintang berbakat seperti David Silva, Kaká, Mata, Cristiano Ronaldo? dan lain-lain. Sistem grup bakat sepakbola tingkat tertinggi ini masing-masing tidak kalah dari Özil, tapi justru bermain di tim yang sama dengan kompetisi sangat sengit."
"Özil jelas tidak bisa bermain di semua pertandingan di Real Madrid. Ini akan menghentikan kemajuannya. Menurutku yang terpenting sekarang adalah dia harus meninggalkan Real Madrid, pergi ke tim yang bisa menjadikannya sebagai inti untuk membangun serangan, tim yang bisa memberikan kepercayaan dan dukungan. Ini akan membuat kekuatannya naik ke lapisan berikutnya."
Sebenarnya, apa yang dikatakan Hiddink juga merupakan pemikiran banyak media Jerman sebelumnya. Karena lini tengah-depan Real Madrid memang dipenuhi oleh terlalu banyak bintang top berbakat. Özil sulit menonjol di antara sistem grup ini. Ditambah lagi, Madrid saat ini juga dikaitkan dengan kreator hebat seperti Messi dan Iniesta, yang pasti akan meningkatkan tekanan kompetisi di dalam skuad.
Meninggalkan Real Madrid sebenarnya bukan pilihan buruk bagi Özil. Setidaknya, banyak tim di dunia sepak bola saat ini yang tertarik padanya. Mengingat pemain ini telah menunjukkan kekuatan menonjol baik di Real Madrid maupun Timnas Jerman sebelumnya, ia sama sekali tidak kekurangan rumah baru.
Selain Özil, seluruh orang juga menganggap bahwa di antara poin penting pemain Timnas Jerman saat ini, Klose juga termasuk di dalamnya.
Setelah mencetak 1 gol dalam pertandingan melawan Turki, Klose telah sukses mengungguli penyerang Jerman Timur sebelumnya, Joachim Streich, menjadi pemain dengan gol terbanyak kedua dalam sejarah sepak bola Jerman. Saat ini total golnya mencapai 57, hanya terpaut 11 gol dari rekor 68 gol legenda Gerd Müller.
"Jika Klose bisa mempertahankan performa saat ini untuk melanjutkan pengejaran bahkan mengungguli Müller, premis utamanya adalah dia harus terus mendapatkan kepercayaan dan dukungan Yang Chengzhuo!"
Keuntungan besar Yang Chengzhuo memimpin tim Jerman adalah tidak ada lagi yang berani ikut campur urusan timnas. Berbeda dengan era Löw dulu dimana banyak bos klub dan tokoh sepakbola saling berebut memberi intervensi, kehadiran Yang Chengzhuo membuat semua pihak harus patuh. Tak ada yang berani mengomentari urusan timnas.
Dengan demikian, hal ini secara tertentu telah menciptakan lingkungan yang longgar bagi para pemain untuk bermain dan menunjukkan kemampuan terbaik mereka.
Penggunaan dan kepercayaan Yang Chengzhuo terhadap pemain juga tidak ada yang berani mempertanyakan. Seperti keputusannya mencoret Khedira, para profesional paling-paling hanya menyatakan kecurigaan, tapi tidak ada yang berkomentar seharusnya memanggil Khedira atau mencurigai motif tersembunyi Yang. Bagaimanapun, timnas Jerman di bawah kepemimpinannya telah meraih tiga kemenangan beruntun yang menghancurkan segala rintangan.
Aspek lain yang sangat diapresiasi dari Yang Chengzhuo adalah komitmennya terhadap peremajaan tim, sama seperti Löw. Selama masa kepemimpinannya, dia telah merekrut banyak bintang muda seperti Lars Bender, Sven Bender, Götze, André Schürrle, dan Mats Hummels - semuanya pertama kali masuk skuad timnas, tentu saja menjadi catatan prestasi Yang.
……
……
12 Oktober 2010, malam, Kazakhstan.
Pertandingan tandang melawan Kazakhstan ini bagi Yang Chengzhuo murni bersifat ajang latihan, mengingat kekuatan lawan tak sulit memberi pengaruh berarti pada tim Jerman.
Susunan starting lineup yang diatur Yang Cheng untuk pertandingan ini adalah: kiper Neuer; lini pertahanan terdiri dari Lahm, Badstuber, Mertesacker, dan Jérôme Boateng. Kombinasi pertahanan ini mengadopsi konsep "pemain senior membimbing pemain baru". Lewat kesempatan ini, Yang Cheng berharap bisa mengasah kemampuan Badstuber sekaligus memberi tekanan pada Jérôme Boateng dengan memanfaatkan kehadiran Westermann.
Di sektor gelandang, Yang Cheng mengubah alur normal sebelumnya dengan menempatkan Sven Bender sebagai gelandang bertahan. Schweinsteiger dan Toni Kroos membentuk duo gelandang tengah. Sementara di lini depan, trio penyerang terdiri dari Thomas Müller, Mesut Özil, dan Lukas Podolski.
Taktik baru ini memiliki perbedaan utama dalam posisi Mesut Özil yang lebih maju. Di pertandingan, dia lebih aktif di area antara bek tengah lawan dan gelandang bertahan, bertugas menarik keluar bek tengah lawan dari zona pertahanan. Hal ini memungkinkan Thomas Müller dan Lukas Podolski melakukan penetrasi diagonal ke kotak penalti untuk menyelesaikan tembakan akhir.
Kombinasi Bastian Schweinsteiger dan Toni Kroos sangat diandalkan oleh Yang Chengzhuo. Kedua pemain ini secara taktis saling melengkapi dan memiliki chemistry baik. Sven Bender yang bertahan di lini belakang bertugas menjaga pertahanan, sementara Philipp Lahm bisa sepenuhnya menunjukkan kemampuan ofensifnya. Di sisi kanan, Jérôme Boateng juga diberi kebebasan untuk sesekali melakukan overlapping dan terlibat dalam serangan.
Meski taktiknya baru, sebenarnya tim Jerman tidak menunjukkan banyak keasingan. Di awal pertandingan, mereka langsung mencetak gol melalui Podolski yang melewati dua pemain lawan dari sayap kanan, lalu memberikan umpan terobosan diagonal ke belakang saat Özil menarik bek tengah keluar. Thomas Müller menyelesaikan dengan sempurna, mencetak gol pembuka untuk Jerman.
Setelah mencetak gol, tim Jerman terlihat semakin berbahaya. Koordinasi di lini tengah antara Schweinsteiger, Toni Kroos, dan Sven Bender semakin harmonis, menjadi unit penggerak tim. Mereka tidak hanya memberikan dukungan ke lini depan, tetapi juga terus-menerus mengirimkan umpan-umpan mematikan.
Toni Kroos dan Sven Bender masing-masing mencetak gol melalui gerakan menerobos dari belakang. Thomas Müller menyelesaikan brace, sementara Özil mencetak gol di dua pertandingan berturut-turut. Tim Jerman akhirnya menghancurkan Kazakhstan 5-0 di kandang lawan.
Dua pertandingan berturut-turut meraih kemenangan mutlak dan besar dengan 9 gol masuk tanpa kebobolan, performa tim Jerman sungguh luar biasa. Seluruh negeri memandang takjub dan mengakui kehebatan timnas Jerman saat ini, terutama dalam pertandingan ini ketika Yang Chengzhuo memilih melakukan rotasi Klose dengan taktik tanpa striker, membuat orang tercengang.
Meski tak menggunakan striker, nyatanya tim Jerman tetap memiliki pukulan pamungkas. Gerakan menerobos Thomas Müller dan Podolski dari belakang sangat mengancam, sementara Özil menunjukkan kemampuan luar biasa dalam pergerakan fleksibel, selalu bisa berpindah ke area paling berbahaya untuk menguasai bola, menciptakan ancaman dan mengacaukan formasi pertahanan lawan.
Tapi harus diakui, kekuatan Kazakhstan tidak seberapa, tidak memiliki nilai referensi yang besar. Mengalahkan tim ini tidak bisa dijadikan patokan seberapa hebat kekuatan tim Jerman. Jika tidak, yang terkuat adalah Hungaria yang membantai San Marino 8-0, sementara Swedia juga menghancurkan Finlandia 5-0 dengan Ibrahimovic menyelesaikan hat-trick.
Namun semua orang juga menyadari maksud Yang Chengzhuo dari pertandingan ini: tanpa striker kuat yang bisa meneruskan "senjata" dari tangan Klose, dia ingin mencoba taktik tanpa striker. Tapi bagaimana penjadwalan konkretnya dan seberapa besar kekuatan yang bisa ditunjukkan, semua ini membutuhkan observasi dan penyesuaian lebih lanjut.
Setelah mengalahkan Kazakhstan, Kualifikasi Piala Eropa Jerman untuk sementara berakhir. Turnamen baru harus menunggu hingga 2011. Oleh karena itu, dalam beberapa waktu ke depan, Yang Chengzhuo akan lebih memfokuskan perhatiannya pada kompetisi La Liga.
Namun persoalan yang benar-benar mengganggunya masih banyak, misalnya pemilihan Ketua Asosiasi Sepak Bola Jerman yang akan segera datang, serta Derby El Clásico melawan Barcelona. Dia masih belum bisa beristirahat!
