"Benar-benar mau pergi?"
Kalimat sederhana ini justru menjadi ucapan yang paling sering didengar Yang Chengzhuo beberapa hari terakhir, sampai telinganya hampir kapalan.
Yang bertanya selalu orang yang sama, tapi penanya dan lokasinya berbeda-beda setiap kali.
Kali ini di Place du Palais, Monaco, sebelum persiapan ritual pengundian babak grup Liga Champions UEFA, Ferguson yang duduk di sebelang Yang Chengzhuo bertanya dengan ekspresi penuh perhatian. Jelas terlihat ketulusan dari raut wajahnya.
"Sir, akhirnya aku yakin kita adalah teman baik!" ujar Yang Chengzhuo dengan nada haru seolah menemukan bestie sejati. "Setidaknya kau tidak seperti beberapa orang yang bersukacita atas kepergianku. Pasti sekarang dia sedang senang-senang di hati, berpikir bisa jadi bos setelah aku pergi!"
Begitu kata-kata ini meluncur, ekspresi Mourinho yang duduk terpisah satu kursi dari Ferguson langsung membeku. Senyumnya berubah pucat pasi, sorot matanya menyala-nyala penuh niat membunuh. Seandainya ada pisau di tangannya, mungkin dia akan benar-benar menusuk jantung brengsek itu sampai tewas.
Ekspresi wajah Mourinho yang seperti mayat hidup ini justru menggelikan. Ferguson dan yang lain sampai harus menahan tawa, merasa anggota tim ini benar-benar terlalu... yah, 'itu'-lah.
“Aku sudah berkali-kali bilang, aku ingin memanfaatkan masa mudaku untuk berjuang habis-habisan mewujudkan semua keinginanku. Saat usiaku sudah senja, aku akan pensiun dan menikmati kehidupan dengan tenang. Setidaknya jangan seperti Kakak yang selalu kepayahan begini!” Yang Chengzhuo menepuk bahu Ferguson dengan ekspresi iba seolah merasa usaha Ferguson tidak sepadan.
“Brengsek!” Ferguson menampar tangan Yang Chengzhuo hingga terlepas. Ia paham betul candaan sinis itu.
Yang Chengzhuo segera menarik kembali tangannya sambil terus tertawa. Ferguson hanya bisa memandanginya dengan kesal. Dalam hati, pelatih legendaris itu menyesali momen ketika ia terlalu banyak curhat saat mabuk dulu, sehingga kini jadi bahan ejekan yang mengikis kewibawaannya.
Tapi Ferguson sendiri juga tak pernah introspeksi - bukankah ia pun kerap mengolok-olok Yang Chengzhuo?
Bukankah saling sindir dan canda itu ciri khas hubungan persahabatan yang erat?
"Tapi kalau dipikir-pikir, jika Yang Cheng benar-benar pergi, bidang sepakbola akan menjadi jauh lebih membosankan. Setidaknya dunia sepakbola kehilangan sosok legendaris seperti Kaisar Yang Chengzhuo. Orang-orang seperti Ferguson jelas kehilangan seorang lawan dan arah perjuangan."
"Aku tahu, kalian tidak perlu berpura-pura sedih. Sebenarnya di hati kalian senang bukan main, sangat ingin aku segera pergi. Aku terlalu paham isi hati kalian. Selama aku masih ada, kalian takkan pernah bisa merebut gelar juara. Makanya sekarang kalian sampai ingin teriak-teriak merayakan kepergianku."
Melihat sikap Yang Cheng, Mourinho mengangguk serius, "Hei, kamu benar-benar mengenaliku!"
Yang Cheng terdiam dibuatnya. Semua orang tertawa melihat mereka berdua yang memang sudah biasa bertengkar.
"Setelah pergi kali ini, benar-benar tidak kembali?" Tanya Wenger penuh perhatian, mengingat usia Yang Cheng yang masih muda.
"Bahkan jika kembali, pasti tidak akan menjadi rival terberat kalian!" Yang Chengzhuo tersenyum tipis. Untuk sementara dia belum memiliki rencana pengembangan yang konkret, jadi tidak ingin menutup semua kemungkinan dengan ucapan yang terlalu pasti, menyisakan sedikit jalan mundur.
"Sialan, keputusanmu ini benar-benar bikin kagum sekaligus membenci!" Ferguson tidak tahan lagi memaki.
Kekaguman terutama datang dari kelapangan hati Yang Chengzhuo yang mampu memilih pergi di puncak karier dan kecemerlangan hidupnya. Kelapangan hati seperti ini bukan hal yang bisa dilakukan orang biasa. Setidaknya Ferguson di usia 60 tahunnya tidak berhasil pensiun tuntas. Dalam hatinya dia paham, masih ada sedikit ketidakmampuan mencapai kelapangan hati seluas Yang Chengzhuo saat ini.
Mengenai kebencian, itu pasti. Selama bertahun-tahun ini, pertarungan mereka dengan Yang Chengzhuo selalu lebih banyak kekalahan daripada kemenangan. Secara keseluruhan, mereka selalu dimakan mentah-mentah. Jika Yang Cheng masih melanjutkan kepelatihan, mungkin mereka masih punya kesempatan untuk membalas dendam. Tapi jika Yang Cheng pensiun, kepada siapa lagi mereka bisa menuntut balas dendam di masa depan?
Keputusan Yang Chengzhuo untuk mundur terhormat di puncak kejayaan, atau keluar dari bidang kepelatihan profesional, harus diakui sebagai pilihan yang sangat bijaksana. Setidaknya, di kemudian hari ketika orang membicarakan Yang Cheng, mereka hanya akan mengingat sejarah gemilangnya dan rekam jejak kecemerlangannya.
Namun jika dia tetap bertahan dan terus melatih, tak bisa dihindari akan mengalami kegagalan seperti Waterloo, menghadapi kekalahan yang tak terelakkan.
Ada pepatah yang tepat: "Guci tanah liat sulit lepas dari pecahnya tepi sumur, jenderal tak bisa hindari binasa di medan perang." Pilihan Yang Chengzhuo untuk mundur di saat puncak, bukankah ini juga bentuk kebijaksanaan?
“Kamu lebih bijak melihat daripada aku!” Ferguson menepuk bahu Yang Chengzhuo, memuji.
Yang Cheng tersenyum tipis, tak berkata apa-apa. Ferguson adalah senior yang sangat ia hormati, bahkan hingga sekarang!
……
……
Sebelumnya, upacara penghargaan tahunan UEFA selalu memberikan kategori Kiper Terbaik, Bek, Gelandang, Striker, dan Pemain Terbaik. Namun setelah penggabungan Ballon d'Or France Football dengan Pemain Terbaik Dunia FIFA tahun lalu, UEFA bekerja sama dengan Aliansi Media Olahraga Eropa meluncurkan penghargaan baru: Pemain Terbaik Eropa.
Untuk menonjolkan penghargaan ini, UEFA mengumumkan pembatalan empat kategori posisi lainnya, fokus mengangkat Pemain Terbaik Eropa. Bahkan terlihat upaya untuk menyaingi Ballon d'Or FIFA lewat penghargaan ini. Cakupan pemilihannya mencakup pemain yang berlaga di liga di bawah jurisdiksi UEFA, dengan voting dilakukan oleh wartawan dari 53 negara dan wilayah Eropa.
Namun, perbedaan besar dengan pemilihan sebelumnya terletak pada perubahan aturan penilaian.
Pemilihan Pemain Terbaik Eropa dibagi menjadi dua putaran voting, dengan wartawan dari 53 negara dan wilayah memberikan suara. Sistem pemberian poin berdasarkan peringkat membuat tiga besar otomatis masuk ke putaran kedua. Menurut data resmi yang dirilis sebelumnya, Real Madrid mendominasi tiga besar ini: Cristiano Ronaldo, David Silva, dan Kaká.
Artinya, bagaimanapun hasil voting putaran kedua, gelar Pemain Terbaik Eropa perdana pasti akan jatuh ke Bernabeu.
Yang menarik, dalam acara pemberian penghargaan dan pengundian ini, Ketua UEFA baru Olsen mengumumkan bahwa para wartawan dari 53 negara anggota yang hadir akan melakukan voting langsung di tempat untuk menentukan peringkat ketiga pemain tersebut. Setiap orang memiliki satu tiket suara yang bisa digunakan untuk abstain, tetapi tidak boleh memilih dua pemain sekaligus.
Seluruh mata rantai berjalan dengan sangat keramaian, seolah-olah seperti merayakan hari raya. Mereka bahkan khusus mengundang tiga pemain ke podium untuk melakukan wawancara sederhana sebagai bentuk kampanye dukungan. Banyak hal internal Real Madrid dibahas, termasuk topik kemungkinan Yang Chengzhuo meninggalkan Real Madrid di akhir musim ini. Para pemain secara umum menyatakan harapan agar Yang Chengzhuo tetap mempertahankan posisinya.
"Dia adalah pelatih kepala yang sangat sulit dipahami. Dia tidak hanya memimpin kami untuk menang, tetapi juga mengajarkan cara meraih kemenangan. Dia tidak hanya membuat kami mencicipi kesuksesan, tetapi juga membuat kami paham bagaimana mencapai kesuksesan. Untuk kami, dia telah mendirikan satu set struktur tim dan arah pemikiran yang bisa terus mempertahankan kesuksesan secara berkelanjutan. Ini tak diragukan lagi merupakan kekayaan paling berharga yang dia tinggalkan bagi kami!"
David Silva memuji Yang Chengzhuo tanpa henti saat diwawancarai oleh pembawa acara.
"Kami semua memiliki keyakinan yang sama - Real Madrid tahun ini akan menjadi lebih kuat daripada masa manapun sebelumnya!"
Tapi sayangnya, meskipun David Silva mendapatkan 11 suara dan setara dengan Kaká di posisi kedua, tetap saja tak bisa menghentikan Cristiano Ronaldo yang menggondol 30 suara untuk meraih gelar Pemain Terbaik Eropa edisi perdana. Dari 53 wartawan, satu orang memilih abstain karena kesulitan memutuskan, sehingga total suara sah menjadi 52.
Saat menerima penghargaan, Cristiano Ronaldo kembali menegaskan harapannya agar Yang Chengzhuo tetap bertahan: "Saya yakin semua pecinta sepakbola ingin Beliau tetap di sini. Beliau adalah pelatih terhebat di dunia ini, seharusnya Beliau selamanya bersama kami, selamanya menjadi Bos kami!"
Seluruh hadirin di TKP langsung membalas pidato penghargaan sang bintang dengan tepuk tangan meriah. Jelas apresiasi ini tak hanya untuk Ronaldo, tapi juga untuk Sang Kaisar yang duduk di barisan terdepan - sosok yang hampir menjelma menjadi fenomena legenda dalam dunia sepakbola modern.
Setelah penghargaan Pemain Terbaik Eropa selesai, acara langsung memasuki ritual pengundian babak grup Liga Champions.
Sebagai tim terkuat di dunia sepakbola saat ini, Real Madrid tak pelak menjadi objek yang membuat pusing semua tim. Tak ada yang ingin satu grup dengan Los Blancos, terutama AC Milan yang malang berada di tier kedua dan Manchester City di tier ketiga sebagai tim figur kompeten. Mereka semua paham, satu grup dengan Real Madrid artinya nestapa.
Hal ini membuat seluruh pemain dan manajemen Real Madrid merasa kebanggaan. Dulu, Los Merengues dihina semua orang di Liga Champions, bertahun-tahun cuma juara 16 besar. Bahkan tim macam Lyon berani menargetkan mereka, citra klub elit pun terkikis habis.
"Setelah Yang Chengzhuo naik jabatan, dia langsung meneriakkan tekadnya: membuat semua tim yang berhadapan dengan Real Madrid di masa depan merasa takut, membuat seluruh tim elite Eropa menghindari Los Blancos. Kini, janji itu terwujud!"
Real Madrid akhirnya berada satu grup dengan Lyon, Ajax, dan Dinamo Zagreb. Menilai ketiga lawan ini tidak terlalu kuat, Yang yakin timnya bisa mengalahkan mereka dengan stabil. Dalam hati, pelatih itu sudah yakin: tiket lolos babak selanjutnya PASTI menjadi milik El Real.
"Hati-hati, jangan sampai dapat peringkat kedua grup!" ujar Ferguson sambil terkekeh ke arah Wenger dan Mourinho.
Kedua pelatih itu menggelengkan kepala sambil tersenyum pahit penuh kesepahaman. Posisi pertama grup ini sudah pasti direbut Madrid. Siapa yang ceroboh sampai berada di posisi runner-up, bersiaplah menghadapi mesin perang Los Blancos di babak penyisihan - situasi yang sama sekali tidak menyenangkan.
“Kalau begitu sampai ketemu di perempat final!” Yang Chengzhuo tersenyum sambil berdiri, dengan santai meraih kancing jasnya dan mengancingkannya, lalu berjalan keluar dari tempat pertemuan undian. Ekspresi dan gerak-geriknya menunjukkan kepercayaan diri yang tak terbantahkan.
“Kamu pakai jas, orang lain juga pakai jas, tapi dia terlihat lebih keren dan lebih berwibawa dibandingmu, José!” Ferguson memiringkan kepalanya, menatap Yang Chengzhuo yang semakin menjauh, baru kemudian melontarkan candaan ke Mourinho.
Mourinho yang kebetulan juga sedang berdiri tiba-tiba menghentikan gerakan setengah jadi mengancingkan jasnya. Dengan mendengus keras ke arah Ferguson, ia langsung melangkah melewati pelatih senior itu tanpa sekilas pun menoleh.
Ferguson terus tertawa terbahak-bahak. Kelemahan mematikan Mourinho memang selalu terkait Yang Chengzhuo – bagaimana tidak? Pelatih Portugal ini sudah dua kali kalah dari sang jenius di final Liga Champions. Inilah yang disebut "sesuatu yang bisa mengalahkannya"!
……
……
Transformasi Yang Chengzhuo terhadap Real Madrid musim ini menuai kontroversi besar.
Ada yang berpendapat taktik Real Madrid saat ini lebih agresif, lebih ofensif, dan lebih otoriter. Seringkali sepanjang pertandingan memberi kesan seperti orang dewasa menginjak-injak anak kecil, lawan sama sekali tak berdaya. Hal ini sangat jelas terlihat baik dalam dua pertandingan melawan Barcelona di Piala Super Spanyol maupun di pertandingan Piala Bernabeu.
Tapi ada juga yang mengkritik modifikasi Yang Chengzhuo tidak ideal. Untuk mempertahankan kompaknya formasi, pertahanan maju ke depan terlalu ekstrem - hampir menutupi area 32 meter lawan. Ini sama saja mengekspos ruang kosong besar di belakang mereka. Jika lawan melakukan umpan jauh ke depan dan dipasangkan dengan pemain berkecepatan tinggi, hampir bisa dipastikan setiap serangan akan tepat sasaran.
Sebenarnya dari sudut pandang mana pun, tidak ada taktik yang sempurna tanpa cela atau bebas risiko.
Jika Kamu mau menyerang, celah pertahanan pasti terekspos. Jika bertahan, alokasi serangan tidak bisa maksimal - ini fakta yang diakui umum. Pelatih legendaris top yang hebat selalu selektif dalam memilih taktik sambil aktif menghindari kelemahan saat merancang strategi.
Misalnya, untuk mengatasi masalah pertahanan Real Madrid yang terlalu maju, Yang Chengzhuo menerapkan taktik pressing intensif di lini depan.
Jika garis pertahanan maju hingga area 32 meter, artinya di zona seluas 32 meter ini terdapat 21 pemain dari kedua tim (termasuk kiper pihak bertahan) yang praktis memenuhi seluruh ruang.
Oleh karena itu, untuk meminimalkan risiko serangan balik lawan via umpan jauh, Real Madrid perlu mengerahkan seluruh pemain dalam pressing lokal. Efektivitas taktik ini muncul karena tiga garis utama dipadatkan: siapa pun lawan yang menguasai bola, pemain Real Madrid langsung menekan tanpa memberi waktu berpikir atau reorganisasi.
Ini agak mirip dengan Barcelona dalam kehidupan sebelumnya Yang Chengzhuo. Banyak tim yang melawan Barcelona tahu, asalkan ada satu orang yang bisa memegang erat bola dalam pertahanan rapat, lalu mengeluarkan operan, itu cukup untuk menghancurkan Barcelona. Tapi kenapa tim yang bisa melakukan ini bisa dihitung jari?
Alasannya tepat terletak pada pressing ganas di lini depan Barcelona dan tekanan ketat jarak dekat mereka.
Tekanan intensitas tinggi telah menjadi mata rantai yang tidak terhindarkan dalam taktik sepakbola modern. Real Madrid yang diasah Yang Chengzhuo selama lima tahun ini adalah ahli di bidang ini. Jadi Madrid bukan tidak takut serangan balik, tapi bisa meminimalisirnya semaksimal mungkin.
Atau, sebelum lawan menemukan kesempatan untuk serangan balik, serangan Madrid sudah cukup untuk menghancurkan kehendak pertahanan lawan!
"Serangan adalah pertahanan terbaik" - ucapan ini bagi Real Madrid saat ini, sama sekali tidak salah!
Dalam pertandingan Piala Super Eropa melawan Porto, taktik Porto sebenarnya ingin memainkan pertahanan-balik. Begitu mendapat bola langsung mencari Moutinho, berharap pemain terakhir bisa mengeluarkan bola untuk serangan balik melalui Hulk dan striker lain di depan.
Tapi bagaimana efek nyatanya?
Saat pertahanan Porto kurang tegas, Real Madrid langsung mencetak gol di menit ke-10.
Iniesta yang menerima operan dari De la Red di lini tengah, berkoordinasi tembok satu-dua dengan Kaká membelah pertahanan lawan. Umpan terobosan diagonalnya yang presisi bagai pisau bedah tajam membelah celah pertahanan Porto, menemukan CR7 yang menerobos dari sayap kiri. Striker Portugal itu melepaskan tembakan keras dari jarak 15 meter.
Arah bola sedikit tinggi tapi tetap menelanjangi jala gawang, 1-0!
Gol ini benar-benar mengacaukan rencana Porto, pertahanan mereka sama sekali tidak mampu menahan serangan Real Madrid.
Sesuai dengan rencana sebelum pertandingan, bertahan dulu baru perlahan merencanakan serangan balik. Tapi dalam pertandingan, mereka menemukan bahwa Real Madrid terus-menerus melakukan pergerakan, mencari celah, dan mengirim operan berbahaya sepanjang pertandingan. Hal ini membuat mereka terus-menerus dikejar, Moutinho bukan hanya kesulitan mencari celah, malah harus berperan seperti gelandang bertahan.
Striker-striker di lini depan harus membantu pertahanan belakang, siapa lagi yang punya waktu cukup untuk melakukan pola pergerakan?
Menit ke-39, Sousa di area tengah melakukan kesalahan operan mundur karena gangguan Kaka. Thiago Silva yang menguasai bola kemudian melakukan umpan silang akurat ke depan wilayah terlarang lawan. Messi yang telah melepaskan diri dari bek lawan langsung menerobos area penalti, mengontrol bola, mencungkil, lalu menembak keras. Seluruh rangkaian gerakan ini mulus bagai air mengalir, bola menyelinap di samping kiper yang keluar dan masuk ke gawang, 2-0!
Porto mengalami retakan parau total. Mereka sudah menduga Real Madrid kuat, tapi sama sekali tidak menyangka akan sekuat level ini. Bahkan kesempatan mengontrol bola dengan santai di separuh lapangan lawan pun tidak mereka miliki. Seringkali begitu bola masuk ke separuh lapangan Real Madrid, langsung terpaksa dikembalikan lagi. Entah karena kesalahan serangan, atau terblokir di depan sehingga harus dioper kembali untuk reorganisasi.
Hasil pertandingan dimana mereka terkepung di separuh lapangan sendiri dan diserang dengan brutal seperti ini benar-benar di luar dugaan seluruh anggota Porto. Terutama Boas yang dijuluki Mourinho II karena performa gemilang musim lalu saat memimpin Porto. Ia benar-benar tidak menyangka kekuatan ofensif taktis Real Madrid musim ini akan sebegitu dahsyat.
Sebenarnya tidak sulit ditebak, Cristiano Ronaldo, Sergio Agüero, Lionel Messi, Kaká, David Silva, dan Andres Iniesta — enam playmaker terhebat di dunia yang membentuk formasi serangan dan gelombang bertahap ini — benar-benar menjadi mimpi buruk bagi semua pertahanan. Mereka memiliki kemampuan untuk menemukan atau menciptakan celah dan kelemahan di garis pertahanan jenis apa pun.
Ketika di babak kedua, Real Madrid langsung melancarkan serangan ganas di menit awal dan menghujani Porto dengan dua gol beruntun, Boas benar-benar merasakan kepasrahan yang menyedihkan. Karena timnya bahkan tidak mampu bertahan dari serangan Los Blancos, apalagi membalas?
Belum lagi lini belakang Madrid yang diisi Sergio Ramos, Thiago Silva, dan Álvaro Arbeloa — semuanya memiliki kecepatan yang mengesankan, kontribusi defensif solid, dan kemampuan membaca permainan yang tajam. Pemain Porto benar-benar tidak memiliki keunggulan apa pun saat berhadapan dengan mereka.
Dalam situasi kalah secara menyeluruh, Boas dan Porto-nya terpaksa menelan buah pahit kekalahan!
Juara Piala Alliance musim lalu dihajar 0-4 oleh juara Liga Champions musim lalu, tersungkur kalah di Piala Super Eropa musim ini. Sementara Real Madrid meraih kemenangan spektakuler dengan merebut dua piala pra-musim melalui pertandingan ini, menembakkan tembakan pertama untuk musim baru.
