“Jurgen, banyak yang bilang Anda adalah pelopor reformasi taktik Timnas Jerman. Löw melanjutkan dan mengembangkan ide Anda lebih jauh. Kalian memiliki DNA yang sama. Jadi, saya yakin semua fans ingin mendengar, sebenarnya apa perbedaan besar antara Timnas Jerman aliran Yang Chengzhuo dengan konsep timnas ideal versi kalian?”
Pertanyaan ini dilontarkan wartawan Jerman kepada pelatih kepala Timnas Amerika Serikat yang juga mantan pelatih Timnas Jerman, Jurgen Klinsmann, saat Jerman bermain imbang 3-3 melawan Amerika Serikat di kandang sendiri. Sang "Bomber Emas" yang kini menetap di Amerika sering diejek fans sebagai "orang Amerika".
Mungkin melihat keraguan di wajah Klinsmann yang sedang berpikir, sang wartawan cepat-cepat mengajukan alternatif: "Atau, bisa kita lihat dari sudut ini: Anda berhasil membawa Amerika Serikat menyamakan kedudukan 3-3 di kandang Jerman yang sedang membidik gelar Piala Eropa dan Piala Dunia. Bisakah Anda jelaskan kelebihan dan kekurangan tim ini?"
Klinsmann tersenyum dengan gaya khas politisi Amerika, "Menurutku, hasil seri pertandingan ini sebenarnya dalam tingkat tertentu bisa dilihat sebagai eksperimen Yang Chengzhuo. Aku benar-benar merasa dia sedang mencoba konsep baru dalam pertandingan ini, suatu pemikiran yang sama sekali segar!"
"Bisa dijelaskan lebih konkret?" tanya wartawan.
"Sebelum pertandingan, aku sudah memperingatkan pemainku untuk mewaspadai tekanan saat bola memasuki area pertahanan Jerman. Kelemahan tim Jerman sangat jelas: postur pemain pertahanan yang tinggi, kemampuan defensif frontal yang hebat, tapi lambat saat berbalik dan mengejar balik. Inilah yang membuat mereka sebelumnya tidak memajukan zona tekanan dan garis pertahanan."
"Tapi dalam pertandingan ini, aku menemukan sesuatu yang sangat khusus. Pertahanan Jerman mulai mencoba maju ke depan. Aku memahami taktik ini karena seiring meningkatnya reputasi dan kekuatan Jerman, semakin banyak lawan yang pasti akan mengambil sikap bertahan tradisional saat menghadapi mereka."
"Ketika lawan menerapkan formasi kontraksi pertahanan dan mulai melakukan serangan balik secara sengaja dan terencana, masalah tim Jerman menjadi sangat jelas terpapar. Mereka harus terus melakukan ofensif, sementara Yang Chengzhuo harus memberikan solusi baru untuk mengeliminasi risiko yang timbul dari strategi ofensif ini."
Wartawan mengangguk setuju setelah mendengar penjelasan tersebut, "Jika menurut penjelasan Anda, berarti Yang Chengzhuo belum berhasil menyelesaikan rentetan masalah ini. Apakah ini berarti Anda secara pribadi tidak memprediksi prospek tim Jerman di Piala Eropa?"
Klinsmann spontan tertawa getir sambil terus menggelengkan kepala, "Jangan sampai pernyataan seperti itu muncul!"
Yang Chengzhuo pernah memberikan dukungan penuh terhadap perpanjangan kontrak Klinsmann, hal yang membuat Klinsmann sangat berterima kasih. Klinsmann sendiri mengakui bahwa gaya kepelatihannya, terutama dalam metode pelatihan ilmiah, sangat dipengaruhi oleh Yang Chengzhuo. Karena alasan inilah ia sengaja memilih untuk melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat.
"Sejak lama, Klinsmann selalu mengagumi taktik Yang Chengzhuo dan pribadinya sendiri, sehingga dia tidak akan terjebak jebakan wartawan."
"Menurutku, situasi Jerman saat ini sangat canggung. Jika dikatakan kuat, memang mereka lebih kuat. Mereka bisa mencetak kemenangan yang terlihat keren dan menyenangkan melawan beberapa lawan, terutama di bawah kepelatihan Yang Chengzhuo yang telah melatih serangan menjadi sangat mumpuni. Tapi jika dikatakan lemah, memang mereka sangat lemah."
"Di dunia sepakbola Jerman kontemporer, mencari bek tengah yang meyakinkan sungguh sulit. Kekuatan Sebastian Kehl sendiri tidak diragukan, tapi kondisi fisiknya adalah bahaya laten. Oleh karena itu, dalam pemilihan bek tengah, Yang Chengzhuo bahkan bisa dikatakan tidak punya opsi bagus. Badstuber, Mertesacker, dan Hummels - ketiganya memang kandidat baik, tapi kekurangan mereka serupa tanpa komplementaritas. Bahkan eksperimennya dengan Jérôme Boateng pun demikian."
"Saya sudah menemukan masalah ini selama pertandingan, jadi kami menerapkan formasi kontraksi pertahanan dan melakukan serangan balik, hasilnya setiap serangan tepat sasaran. Saya yakin Yang Cheng sendiri juga sangat paham dengan masalah ini, tapi untuk sementara dia belum punya solusi efektif karena pilihan pemainnya sudah fixed, tidak ada opsi lain yang bisa dipilih."
Wartawan terkekeh mendengar ini, "Teman baik Yang Cheng, Grant Neck, pernah bercanda: Kalau diberi satu Thiago Silva, Tim Jerman akan langsung menjadi kandidat utama favorit Piala Eropa."
Tak disangka, Klinsmann menggelengkan kepala dengan gesit, "Tidak, tidak perlu Thiago Silva. Beri dia satu Vincent Kompany saja, Tim Jerman sudah akan sangat menonjol. Performa bek tengah asuhan Yang Cheng di Belgia itu benar-benar eye-catching!"
"Banyak wartawan menyebut ini pertandingan yang kacau, bagaimana pendapat pribadi Anda?" tanya wartawan lagi.
Klinsmann kembali menunjukkan senyum khas politisinya, "Tentu akan terlihat agak kacau, tapi menurutku Yang Chengzhuo seharusnya bisa mendapat pelajaran berharga dari pertandingan ini. Dia akan melihat masalah-masalah yang bahkan tak terlihat oleh wartawan maupun kita."
"Artinya Anda masih sangat yakin dengan Yang Chengzhuo?" tanya wartawan lagi.
Klinsmann mengangguk, "Ya, tak diragukan lagi. Saya penggemar dan pendukung setianya. Saya yakin dia telah dan terus membawa perubahan positif bagi Timnas Jerman. Dia berpeluang meraih kesuksesan di skuad ini."
"Jelaskan lebih konkret!" desak wartawan.
Klinsmann mengangguk, "Begini, saat pertama kali menerima tanggung jawab melatih Timnas Jerman, saya dan Löw sudah paham betul: untuk mengubah tim tua itu, kita harus menyuntikkan pengetahuan baru. Kami sangat menghargai kecepatan transisi serangan-tahanan karena sadar betul bahwa strategi pertahanan-balik adalah kunci meraih prestasi bagus."
"Bukankah kamu baru saja bertanya, apa perbedaan antara tim Jerman di bawah kepemimpinan Yang Chengzhuo dengan era saya dan Löw? Menurut saya perbedaan terbesarnya terletak pada fakta bahwa dia sama sekali tidak perlu seperti kami dulu yang sibuk mengoperasikan stopwatch menghitung durasi passing tim dan waktu serangan balik, lalu menggunakan itu untuk menilai apakah serangan tim sudah menunjukkan kemajuan. Dia tidak perlu melakukan semua itu."
"Seperti sudah kukatakan sebelumnya, pencapaian terbaik Jerman sejak saya memimpin adalah serangan kilat setelah merebut bola. Banyak yang bilang gaya saya dan Löw - terutama Löw - bermain sepak bola ofensif. Sebenarnya menurut saya tidak sepenuhnya benar, karena tim Jerman era Löw pada dasarnya masih memposisikan diri dalam mentalitas pihak yang lebih lemah."
"Alasan utama kegagalan Löw menurut saya adalah kurangnya kesadaran sebagai petarung kuat, bahkan saya sendiri pun tak cukup. Tapi Yang Chengzhuo memiliki kesadaran kuat sebagai pemenang. Dia lahir sebagai personifikasi kemenangan, melahirkan tim-tim tak terkalahkan yang mendominasi Eropa hingga global. Tujuan hidupnya adalah menaklukkan dan mengalahkan lawan."
"Karena itu meski tim Jerman di bawah Löw mencetak banyak gol, analisis mendalam akan menunjukkan bahwa taktik serangannya masih mengandalkan serangan balik cepat. Tim Löw hampir tak pernah aktif menerapkan taktik pressing secara proaktif."
"Namun Yang Chengzhuo berbeda. Begitu datang, dia langsung menuntut pemain bertarung habis-habisan. Dia menyatakan akan memenangkan Piala Dunia 2014, memposisikan diri dalam status petarung kuat dengan nuansa superioritas. Semua lawan dianggap lebih rendah darinya. Ini menunjukkan penentuan lokasi tim Jerman-nya lebih mengutamakan sikap aktif dan proaktif untuk mengalahkan lawan, meninggalkan mentalitas pihak yang lebih lemah di masa lalu."
"Hipotesis: Jika dulu tim Jerman bisa meraih kemenangan besar, itu dengan berpura-pura lemah untuk menciptakan ilusi lawan agar menyerang aktif, sehingga memunculkan celah. Tim Jerman kemudian memanfaatkan celah tersebut untuk serangan balik. Namun jika lawan terlalu kuat, tidak menunjukkan celah, atau bahkan tim Jerman gagal memanfaatkan celah yang ada, maka serangan tim Jerman akan menjadi tidak berarti sama sekali."
“Pada final Piala Eropa 2008 melawan Spanyol, tim Jerman hampir tidak memiliki kemampuan perlawanan. Ini sebenarnya karena Spanyol terlalu kuat, sekaligus menunjukkan mentalitas tim Jerman sejak awal telah menyebabkan pasivitas menyeluruh, sehingga ditekan habis-habisan oleh Spanyol yang kontrolnya mencengangkan hingga tak bisa bangkit. Situasi ini agak mirip dengan final Liga Champions musim lalu saat Real Madrid menekan Chelsea, benar-benar karya klasik!”
Dari nada bicara Klinsmann, tidak sulit mendengar pujian dan kekagumannya terhadap Yang Chengzhuo.
“Tapi Yang Cheng tidak berniat mengikuti jejak saya dan Löw. Dia menempatkan tim dan dirinya sendiri pada posisi petarung kuat, menerapkan serangan tekan aktif dengan mengerahkan pasukan secara ofensif. Tidak peduli lawan punya celah atau tidak, kami akan memainkan sepakbola sesuai keinginan kami. Jika ada celah, kami akan menyerang celah itu. Jika tidak ada, kami akan mati-matian menciptakan celah untukmu, lalu menyerangnya habis-habisan!”
"Mungkin secara visual tampak mirip, tetapi reformasi fundamental ini pada taktik tim Jerman sebenarnya berarti membangun kembali tim Jerman dari nol. Fakta membuktikan bahwa dengan bergabungnya Yang Chengzhuo, semakin banyak lawan yang mengambil sikap defensif dalam menghadapi Jerman. Oleh karena itu, taktik permainan ala Yang Chengzhuo ini patut diakui."
Wartawan itu tersenyum dalam hati. Tipikal pelatih sepakbola, ketika membicarakan bidang keahliannya langsung mengalir deras tak terbendung. Dari ucapan Klinsmann, jelas terasa pujian tinggi sang Bomber Emas terhadap performa kepelatihan Yang Chengzhuo saat ini, meski tetap terselip kekhawatiran dalam nada bicaranya.
"Menurut Anda, apakah tim Jerman punya kesempatan di Piala Eropa tahun depan?" Wartawan itu mengajukan pertanyaan penutup.
Klinsmann berpikir sejenak, lalu mengangguk, "Kesempatan pasti ada, tapi menurutku kandidat panas adalah Spanyol. Jika Tim Jerman menjuarai liga, itu akan jadi kejutan. Tapi yang ingin kusampaikan adalah, bahkan jika Tim Jerman tak jadi juara Piala Eropa kali ini, Yang Chengzhuo tidak pantas mendapat teguran apapun. Ini sama sekali bukan masalah darinya, melainkan masalah internal tim."
"Ini agak terdengar seperti berdalih untuk Yang Chengzhuo!" wartawan tersenyum.
Klinsmann menggelengkan kepala, "Aku tetap lebih berharap melihat Tim Jerman menciptakan kejutan!"
……
……
Wawancara eksklusif Klinsmann ini membuat fans Jerman, bahkan fans seantero alam semesta, melihat sosok Timnas Jerman pimpinan Yang Chengzhuo dengan cara baru. Sekilas tampak tak banyak kemajuan, namun sebenarnya telah mengalami perubahan luar biasa.
Sebelumnya banyak pemain timnas yang bilang skuad nasional sudah sama sekali berbeda dengan masa lalu, tapi masih banyak yang enggan percaya. Kini ketika pernyataan itu keluar dari mulut pihak terkait seperti Klinsmann, efeknya membuat orang tak bisa tidak percaya.
Setelah menyelesaikan pertandingan pemanasan melawan Timnas Amerika, Yang Chengzhuo kembali memimpin timnya terbang ke Belanda untuk menghadapi laga persahabatan melawan Belanda. Hasilnya, tim Jerman meraih kemenangan mutlak 3-0 atas striker Belanda, membawa pulang kemenangan spektakuler.
Dalam pertandingan ini, Yang Chengzhuo tidak sepenuhnya membatalkan perubahan dan penyesuaian taktis yang dilakukan pada laga pemanasan sebelumnya. Namun di sektor lini tengah, ia menurunkan formasi gabungan Toni Kroos, Sven Bender, dan Schweinsteiger. Ditambah peran Toni Kroos dan Mesut Özil, kekendalian lini tengah tim Jerman menjadi sangat kuat.
Yang patut dipuji adalah keputusan Yang Chengzhuo menempatkan Thomas Müller dan Özil di kedua sayap, sementara Toni Kroos berperan sebagai gelandang serang dengan posisi agak merapat ke belakang. Schweinsteiger dan Sven Bender membentuk duo gelandang bertahan. Kombinasi ini membuat operasi lini tengah Jerman berjalan lincah bak mesin yang diminyaki.
Kombinasi kreativitas Bayern München ini memiliki keharmonisan tak terucap yang sempurna, terutama Toni Kroos dan Schweinsteiger. Koordinasi kedua pemain di lini tengah menunjukkan keahlian dan keselarasan yang tinggi, kemungkinan besar hasil akumulasi pengalaman sehari-hari. Setidaknya menurut kabar yang didengar Yang Chengzhuo, baik di Bayern maupun Timnas Jerman, jika Schweinsteiger dan Toni Kroos berpartner main kartu, mereka benar-benar tak terkalahkan. Tak ada yang bisa mengalahkan duo ini, menunjukkan tingkat keharmonisan yang luar biasa.
Di lini pertahanan, kombinasi Lahm, Badstuber, Mertesacker, dan Jérôme Boateng juga menunjukkan kestabilan. Namun hal ini juga terkait dengan striker pembuka Belanda, Hunterlaar. Striker Belanda ini termasuk tipe penyerang tengah tradisional yang cocok dengan selera tim Jerman.
Ujian sebenarnya terhadap kokohnya pertahanan tim Jerman sebenarnya adalah ketika harus berhadapan dengan striker seperti Arjen Robben, David Villa, Sergio Agüero, Cristiano Ronaldo, dan Lionel Messi. Namun dalam pertandingan melawan Belanda ini, Robben dan van Persie tidak dimainkan, Van der Vaart juga disimpan, sehingga hanya bisa disebut Tim Dua Belanda yang tingkat persuasinya tidak terlalu meyakinkan.
Tapi rentetan gol Klose tetap menunjukkan sisi stabil striker Jerman. Seluruh media massa juga konsisten mengakui bahwa selama tidak cedera di Piala Eropa, Klose tetaplah pilihan utama Yang Chengzhuo.
Setelah menyelesaikan dua leg play-off, empat tim terakhir yang lolos ke putaran final Piala Eropa telah resmi ditentukan. Portugal berhasil melaju ke putaran final Piala Eropa dengan total skor 6-2 setelah mengandalkan hat-trick Cristiano Ronaldo untuk mengeliminasi Bosnia.
Tim Turki di bawah Hiddink kalah telak 0-3 di kandang sendiri melawan Kroasia, lalu bermain imbang 0-0 di tandang. Upaya mereka lolos ke putaran final gagal total. Akibatnya, Hiddink dipecat oleh asosiasi sepakbola Turki.
Irlandia lolos dengan agregat 5-1 atas Estonia, sementara Ceko mengalahkan Montenegro 3-0. Kedua tim ini sama-sama berhasil melaju ke putaran final.
Usai babak play-off, UEFA langsung menggelar ritual pengundian di Kyiv.
Sebagai pelatih kepala tim Jerman, Yang Chengzhuo hadir di Istana Ukraina didampingi Niersbach. Kedatangan Sang Kaisar membuat fans Ukraina gempar. Ribuan penggemar berkumpul di luar istana menanti Yang Chengzhuo. Begitu idola mereka muncul, sorak-sorai pecah membahana. Pemandangan ini memicu iri dan dengki di hati para pelatih kepala yang hadir.
Meski tim Jerman memiliki rekam gemilang di masa lalu, namun dalam hal poin kalah dari Belanda. Yang terakhir bersama Spanyol, Polandia, dan dua tuan rumah Ukraina masuk dalam tim tier pertama pengundian. Sementara Jerman berada di tier kedua bersama Italia, Inggris, dan Rusia. Kroasia, Yunani, Portugal, dan Swedia masuk tier ketiga. Denmark, Prancis, Ceko, dan Irlandia termasuk tier keempat.
Ini pertama kalinya Yang Chengzhuo menghadiri ritual pengundian Piala Eropa. Begitu melihat daftar pengelompokan tier di atas, hatinya langsung terkejut. Ia merasa sistem pengundian berdasarkan poin seperti ini akan mudah membentuk Grup Maut - cukup dengan mengambil satu tim dari setiap tier untuk membentuk satu grup.
Tentu saja, sebenarnya 16 besar Piala Eropa hampir bisa dikatakan semuanya adalah tim kuat yang ditakuti. Ini membuat bagaimanapun hasil undian, pasti akan muncul pertemuan tim-tim tangguh. Jadi Yang Chengzhuo sama sekali tidak heran. Tapi jika lawan yang terlalu kuat, pasti akan mempengaruhi rencananya.
Setidaknya, dia harus memastikan tim bisa segera mencapai status terbaik di fase awal piala. Kalau tidak, kebugaran fisik sehebat apapun akan percuma.
Yang menyedihkan, jelas kali ini Yang Chengzhuo tidak mendapat perhatian Sang Dewi Takdir. Sebagai tim tier kedua, probabilitas Jerman menghadapi Polandia/Ukraina sebenarnya setara dengan Belanda/Spanyol. Tapi tim sial Jerman malah ketemu Spanyol. Bukankah ini seperti mengirim Jerman ke kawah gunung berapi?
Tim tier ketiga yang terkuat tak diragukan lagi adalah Portugal, dan panitia penyelenggara Piala Eropa sepertinya sama sekali tidak takut dengan Grup Maut. Mereka mengundi Portugal ke Grup B yang ditempati Jerman, hal ini langsung memicu gempar di seluruh ruangan. Terutama setelah tim tier keempat diundi, semua orang hampir ingin berteriak - undian ini benar-benar mengandung "maut" yang luar biasa.
Spanyol, Jerman, Portugal, dan Prancis - keempat tim dalam satu grup ini benar-benar mencapai puncak kematian. Karena kekuatan keempat tim tersebut sangat menonjol, meskipun Prancis sebagai tim tier keempat, perlu diketahui mereka lolos kualifikasi sebagai juara grup dengan mengalahkan banyak tim termasuk Norwegia, Islandia, Swiss, dan layak disebut sebagai tim elite yang tidak boleh diremehkan.
"Apalagi sejujurnya, Spanyol adalah kandidat terpanas, tim Jerman adalah kandidat kedua, ini sama saja dengan final yang dipercepat. Portugal dan Prancis juga sama-sama tim panas penjuara Piala Eropa, sekarang dikelompokkan bersama, sungguh ironis bahkan mungkin terjadi skenario 'mati bersama'."
"Tim Prancis selalu sulit dilawan, kemampuan mereka sangat menonjol, dan sekarang mereka sangat haus akan penghargaan. Tim seperti ini pasti membuat semua lawan pusing! Apalagi Portugal yang juga punya kemampuan luar biasa, belum lagi Spanyol!"
"Setelah ritual pengundian selesai, Yang Chengzhuo menerima wawancara wartawan. Dengan keterusterangan ia mengakui hasil undian ini memang menciptakan masalah besar bagi Jerman, namun ia juga menegaskan keyakinan diri yang sangat kuat."
"Tapi bagi saya, hasil undian ini sangat ideal. Sebelumnya saya terus khawatir tim saya tidak akan bertemu Spanyol. Saya ingin menghapus aib kekalahan di Final Piala Dunia Afrika Selatan, membalas dendam! Jadi saya sangat berterima kasih pada hoki yang mempertemukan kami dengan Spanyol lebih awal."
"Kali ini, saya tidak akan membiarkan Spanyol menang di akhir. Hasil terbaik yang kami harapkan adalah lolos dari grup dengan menginjak mayat Spanyol! Bagi saya, itu akan sangat indah!" prediksi Yang Chengzhuo sambil bercanda.
Tapi apakah benar segalanya akan berjalan seperti dugaan dia?
