Selama ini, kekhawatiran terbesar Yang Chengzhuo saat menghadapi Spanyol bukanlah tertindas permainan, melainkan kehilangan gol pertama!
Menghadapi tim sekelas Spanyol mirip dengan Real Madrid. Kehilangan gol awal adalah akhir yang mengerikan dan membuat pasif.
Karena, begitu kamu kehilangan bola pertama, jika ingin menyeimbangkan bahkan berbalik arah, kamu harus mengambil taktik ofensif yang lebih aktif. Bagi tim Jerman, pertahanan yang goyah akan terekspos saat menyerang. Ini sangat mungkin membuat Spanyol memanfaatkan kesempatan untuk mencetak lebih banyak gol.
Real Madrid meraih banyak kemenangan telak justru karena lawan yang nggak terima, ingin menyerang saat tertinggal!
Lalu, jika kamu tidak aktif menyerang, bagaimana caranya menaklukkan pertahanan Spanyol?
Tim Spanyol saat ini kekuatannya benar-benar sangat kuat, luar biasa kuat. Sejak awal, Yang Chengzhuo sudah sangat paham: begitu kehilangan bola pertama, pertandingan ini hampir bisa dikatakan sudah kalah separuh. Dia juga tidak menyangka, dalam situasi permulaan yang begitu baik, tiba-tiba terjadi kesalahan di menit-menit akhir babak pertama.
Dengan gerakan keras menepuk dahinya sendiri, bahkan di tengah riuh rendah Stadion Lviv, Yang Chengzhuo bisa mendengar suara krek yang jelas. Segala jerih payah selama 45 menit bersama para pemain akhirnya sia-sia belaka.
"Sekarang harus bagaimana?" Paulus Bayer juga kehabisan akal.
Tim Jerman yang memang secara kekuatan sudah kalah dari Spanyol, kini semakin terpuruk dengan status tertinggal. Usaha menyamakan skor apalagi membalikkan keadaan sungguh sangat sulit. Ditambah lagi penyerang utama Klose harus keluar karena cedera, ini jelas semakin memperburuk prospek tim.
Tanpa Klose, lini depan kehilangan titik tumpu yang dinamis. Meski Gomes cukup bagus, secara taktik fungsinya tak sejelas Klose. Sang penyerang senior semakin menunjukkan gaya bermain jenius yang membuat lawan tak bisa tidak mengakui kehebatannya. Dalam hal ini, Gomes masih jauh tertinggal dan perlu lebih banyak pengalaman serta kesadaran taktis.
"Pulihkan stabilitas dulu!" tegas Yang Chengzhuo dengan sikap tak kenal kompromi.
Dia bisa memprediksi, tim ofensif seperti Spanyol yang menerapkan taktik "ular dipukul malah melilit ke tongkat" ini pasti akan memanfaatkan momentum gol untuk mengerahkan tenaga dan maju ke depan, melancarkan gempur habis-habisan ke tim Jerman. Jika semangat pemain Jerman terpengaruh karena kebobolan, atau konsentrasi mereka buyar, maka yang hilang bukan cuma satu gol, tapi lebih banyak lagi.
Maka Yang Chengzhuo segera mengumpulkan kembali fokusnya, berjalan ke pinggir lapangan untuk mengingatkan para pemain agar waspada. Secara bersamaan, dia menyuruh Jérôme Boateng jangan terlalu ambil pusing dengan gol yang kebobolan, meminta Mertesacker juga melupakan insiden itu, serta memerintahkan Sebastian Kehl untuk lebih intens mengawasi kedua rekan setimnya.
Sekarang bukan waktunya menuntut pertanggungjawaban. Pertandingan masih berlangsung. Jika kita mulai saling menyalahkan sekarang, bukankah itu akan memicu konflik internal di tim Jerman? Kalau sudah begitu, laga ini akan bagaimana cara dimainkan?
Bukan sekarang, bahkan setelah pertandingan selesai pun Yang Chengzhuo tidak akan menuntut pertanggungjawaban. Sebaliknya, dia akan aktif mengambil semua tanggung jawab untuk menghindarkan pemain dari tekanan berlebihan. Kalau tidak, pertandingan tidak bisa dilanjutkan.
Kadang terpikir, menjadi pelatih kepala itu benar-benar profesi yang sangat sengsara!
……
……
Saat istirahat tengah, Yang Chengzhuo menerima kabar baik dari Dr. Müller-Wohlfahrt bahwa luka Klose tidak parah. Dengan istirahat sebentar, seharusnya bisa sembuh sepenuhnya, tapi belum diketahui apakah bisa pertandingan melawan Portugal.
Di ruang ganti saat jeda babak, Yang Chengzhuo pertama-tama memuji performa tim. Menurutnya babak pertama telah mengeksekusi gaya taktis yang diinginkannya dengan baik, berhasil melemahkan operan dan ancaman Spanyol. Tapi dia juga mengungkap kekurangan tim, terutama dalam satu langkah terakhir yang banyak menyia-nyiakan peluang.
Sepanjang proses itu, dia sama sekali tidak menyentuh masalah kehilangan bola. Terus-menerus menekankan bahwa tim pasti punya kesempatan untuk kembali menguasai inisiatif.
Menariknya, dalam 15 menit istirahat tengah, kedua pelatih kepala tim tidak melakukan pergantian pemain maupun penyesuaian taktik. Keduanya tetap mempertahankan taktik permainan yang sama, namun situasi pertandingan tidak melanjutkan dinamika babak pertama. Jelas terlihat setelah proses istirahat tengah, semangat juang tim Jerman mulai bangkit. Para pemain juga kembali menumbuhkan keyakinan dan semangat bertarung dalam pertandingan.
Namun keunggulan Spanyol dalam penguasaan bola dan aspek teknis masih terlihat jelas. Secara situasi pertandingan, tim Jerman terlihat lebih pasif. Ditambah dengan tidak adanya permintaan dari Yang Chengzhuo untuk meningkatkan serangan, suasana pertandingan pun memasuki fase kebuntuan.
"Sepertinya kita harus menunggu sekarang!" ujar Yang Chengzhuo yang mengawasi Vicente del Bosque sang orang licik ini sama sekali tidak mengambil risiko, di dalam hatinya merasa kehabisan akal.
Sejujurnya, Vicente del Bosque adalah tipe pelatih kepala yang sangat berhati-hati. Hal ini terlihat dari banyak pertandingan dimana timnya hanya menang satu gol atas lawan. Dia termasuk dalam kategori yang melakukan tindakan preventif berlebihan. Jadi sekarang setelah berhasil meraih keunggulan, secara alamiah dia tidak mau dengan mudah memperlihatkan celah strateginya yang bisa dimanfaatkan oleh Yang Chengzhuo.
Dalam hal penciuman pertandingan, Bosque jelas kalah dibanding Yang. Yang bisa dilakukannya hanyalah berusaha meminimalisir celah pertahanan dan kesalahan operasional.
Benitez menghela nafas dalam-dalam. Saat ini satu-satunya yang bisa dilakukan Tim Jerman adalah menunggu secara pasif.
Tidak ada pilihan lain. Jika memaksakan duel sihir dengan Spanyol yang sudah memegang satu gol, itu sama saja dengan cari mati. Lawan justru ingin kita keluar dari formasi untuk masuk ke perangkap mereka. Karena itu Tim Jerman harus tetap bertahan dan menunggu momentum.
Pemain Spanyol didominasi oleh pemain Real Madrid. Para pemain Real Madrid dalam satu musim terakhir telah menjalani begitu banyak pertandingan, termasuk La Liga, Liga Champions, Piala Raja, dan Piala Dunia Antar Klub, ditambah pertandingan Piala Super Spanyol dan Piala Super Eropa di masa pra-musim. Meskipun sistem rotasi Yang Chengzhuo berhasil dengan baik, namun hingga kini kondisi fisik mereka sudah hampir terkuras habis.
Walau banyak yang berpendapat gaya bermain Spanyol membuat pengeluaran energi mereka tidak terlalu parah, namun babak pertama pertandingan ini dimana Jerman memaksa mereka terlibat duel sihir yang sengit dan cepat, pasti menguras stamina tim Spanyol secara signifikan. Oleh karena itu Yang Chengzhuo harus menunggu sampai kondisi fisik mereka mulai kewalahan, baru kemudian memainkan strategi.
Dari segi kebugaran, tim Jerman telah melalui program persiapan fisik berintensitas tinggi. Meski performa optimal belum sepenuhnya tercapai, namun pasti lebih tahan lama dibanding Spanyol. Yang Chengzhuo yakin sepenuhnya, setidaknya bisa menggerogoti mereka lewat keunggulan stamina.
Satu-satunya suspense adalah, bisakah tim Jerman menunggu sampai kebugaran Spanyol kewalahan.
Maka ketika babak kedua dimulai dan serangan Spanyol sangat kuat sementara pertahanan Jerman agak terburu-buru, Yang Chengzhuo menggantikan Podolski dengan Khedira, menempatkan Özil sebagai sayap kanan sambil membentuk formasi tiga gelandang bertahan.
Tiga gelandang bertahan memperluas cakupan perlindungan garis pertahanan, terutama saat tim mengadopsi formasi kontraksi. Spanyol semakin sulit mengirimkan bola secara efektif ke wilayah terlarang Jerman. Meski menguasai inisiatif, mereka tetap gagal menemukan cara untuk menaklukkan pertahanan Jerman.
"Ini memang ditentukan oleh taktik Spanyol. David Silva, Mata, dan Iniesta adalah pemain bertipe kecil-gesit-lincah. Dengan memainkan mereka, Del Bosque sudah jelas harus mengandalkan koordinasi penetrasi lewat umpan pendek untuk menyerang. Soalnya kalau mengirim umpan lambung, mana ada yang bisa dijangkau? Masak mengandalkan tiga pemain setinggi sekitar 1,7 meter ini menyundul bola di atas kepala para pemain Jerman yang tingginya 1,8-1,9 meter?"
"Sementara jika memaksakan penetrasi lewat umpan pendek, hanya bisa lewat potongan ke dalam atau serangan lewat tengah. Makanya formasi kontraksi pertahanan Jerman sangat efektif membatasi ruang gerak. Ditambah tiga gelandang bertahan di depan, pertahanan langsung jadi kokoh."
"Tapi konsekuensinya, suasana pertandingan jadi tidak semenarik di awal tadi, tidak lagi mengalir deras."
……
……
"Bohong! Brengsek ini kan bilang meremehkan pertahanan? Ternyata dia juga mengalami hari seperti ini!"
Di tribun barat Stadion Lviv, Mourinho duduk tenang di salah satu kursi. Melihat Yang Chengzhuo juga menerapkan taktik tiga gelandang bertahan, wajahnya langsung menunjukkan ekspresi gembira. "Ini kan spesialisasiku!" pikirnya. "Yang Chengzhuo yang selalu menggembar-gemborkan diri sebagai perwakilan sepak bola ofensif seharusnya tidak menggunakan taktik permainan seperti ini."
"Kumohon, ucapanmu kok terasa asam sekali?" Ferguson menggelengkan kepala sambil tertawa getir. "Dia bilang di mana meremehkan pertahanan? Jangan pakai kata-kata hiperbola media di kepalanya. Kalau ini terdengar, orang lain pasti bilang kamu iri!"
"Aku iri sama dia?" Mourinho langsung tidak senang. "Bohong!"
Wenger yang melihat ekspresi Mourinho langsung menggelengkan kepala sambil tersenyum. Tampaknya titik lemah mematikan pelatih Portugal ini adalah Yang Chengzhuo.
"Pantas saja, selama mendominasi Eropa dan Inggris, siapa pun yang menghadapinya pasti pusing. Tapi anehnya, sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Yang Chengzhuo. Awalnya masih ada sedikit keinginan balas dendam, tapi kini dia sudah pindah ke timnas. Meski Mourinho bermain bagus di turnamen klub, semua orang hanya akan menyebutnya sebagai pecundang Yang Chengzhuo. Julukan itu sudah mengukuh padanya."
"Permulaannya memang sangat memukau. Pertahanan-baliknya jauh lebih aktif dan agresif dibanding sistem pertahanan-balikmu! Menurutku dia sudah menemukan gaya khas tim Jerman!" ujar Ferguson dengan penuh kekaguman.
Pertahanan-balik yang cepat, aktif, dan agresif ini bisa melemahkan risiko dari kelemahan di lini pertahanan Jerman. Selain itu, bisa memaksimalkan keunggulan koordinasi serangan mereka. Ditambah dengan pressing depan yang selalu digembar-gemborkannya, jika proses penyesuaian tim sudah sempurna, kekuatan tim Jerman ini akan meningkat signifikan.
"Bukannya dulu kau pernah dirugikan oleh taktik seperti ini?" sindir Mourinho tidak ketinggalan.
Ferguson sudah mengalami taktik Real Madrid yang dibawa Vicente del Bosque pada tahun 2000. Saat itu formasi 5 bek Real Madrid sebenarnya menggunakan taktik pertahanan-balik aktif. Ketika itu MU berhasil imbang 0-0 di kandang Real Madrid, namun kemudian kalah 2-3 di Old Trafford yang langsung menyebabkan mereka tersingkir dari Liga Champions dan kehilangan kesempatan berlaga di kompetisi bergengsi itu.
Masalah ini selalu menjadi dendam tersimpan bagi Ferguson. Jika Mourinho tidak menyebutkannya, mungkin dia akan memendamnya. Tapi sekarang saat luka lama dibuka, Ferguson langsung meledak. Wajahnya memerah padam, terlihat jelas sedang marah sekali.
"Dasar sialan! Bukankah setiap kali kamu melawan Real Madrid era itu saat masih di Barcelona, selalu kalah oleh taktik mereka? Kamu sendiri juga pernah dirugikan olehnya!" Ferguson membalas. Banyak pihak mengakui bahwa taktik Real Madrid saat itu memang menjadi musuh alami dari gaya tradisional Barcelona.
"Oh, iya, aku baru ingat! Pantas saja, dulu kamu bukan bagian dari tim pelatih!"
Perkataan Ferguson ini membuat Mourinho tersinggung. Selama ini dia selalu mengklaim dirinya bagian dari tim pelatih Barcelona, padahal sebenarnya hanya bekerja sebagai penerjemah. Meski begitu, dia bersikukuh bahwa penerjemah termasuk dalam tim pelatih. Kini tuduhan Ferguson terang-terangan merupakan serangan personal. Benar-benar orang tua itu sudah hidup terlalu nyaman!
Melihat bola mata Mourinho yang melotot penuh amarah, Ferguson tetap tak mau mengalah. Akhirnya keduanya serempak mendengus keras, lalu menoleh ke arah berlawanan. Lebih baik tidak melihat si sialan itu daripada tambah kesal.
Wenger yang menyaksikan dua rival abadi ini berkelakuan seperti anak kecil pun tertawa terbahak-bahak.
"Menurutku, sepertinya dia masih mempersiapkan strategi pertahanan-balik. Dia pasti sedang menunggu!" Begitu visi seorang pelatih legendaris, Wenger langsung menangkap maksud Yang Chengzhuo. "Tapi apa lagi kartu as yang dia sembunyikan?"
Begitu menyentuh level sepakbola, Ferguson dan Mourinho langsung bersemangat kembali.
"Dia mustahil bermain seperti ini tanpa kartu as!" kata Mourinho dengan keyakinan penuh.
Setidaknya berdasarkan pemahamannya tentang Yang Chengzhuo, jika tak ada strategi cadangan, mungkin sekarang dia akan bertaruh nyawa dengan Del Bosque. Tapi di hatinya masih ragu, karena ini masih babak grup dan selisih gol sangat krusial. Jadi jika Yang sengaja kalah 0:1, itu masih mungkin terjadi.
"Dia masih punya satu slot pergantian, sedangkan Del Bosque pegang tiga slot. Situasinya sama-sama tidak menjanjikan!" Ferguson menggelengkan kepala.
Masalah terbesar tim Jerman dalam pertandingan ini adalah cedera Klose. Bukan hanya kehilangan penyerang utama dan membuang slot pergantian, tapi juga mengacaukan momentum yang telah dibangun sejak awal laga.
Andai Klose tidak cedera dan situasi tetap stabil, mungkin serangan Spanyol tadi tidak akan menghasilkan gol.
Tapi sekarang semua sudah terlambat, situasi kerajaan tertinggal, skor pun ketinggalan, posisi Yang Chengzhuo terlihat sangat buruk. Satu-satunya yang bisa mengubah dinamika pertandingan adalah pergantian anggota terakhir di tangannya. Jangan lupa, Vicente del Bosque masih punya tiga kali pergantian!
Trio di tribun penonton jelas-jelas merasa cemas dengan kondisi Yang. Sebab saat ini tim Jerman hampir tak punya keunggulan apa pun. Ingin membalikkan situasi? Tingkat kesulitannya bukanlah hal yang bisa dilakukan orang biasa. Kecuali Yang masih menyimpan kartu as!
Tapi sekalipun ada kartu as, harus segera dikeluarkan! Karena pertandingan sudah memasuki menit ke-65. Jika tidak segera digunakan, nanti benar-benar terlambat!
……
……
"Bukankah sudah waktunya bertindak?" Paulus Bayer juga merasa harus segera bergerak.
Pergantian pemain dalam sepakbola butuh waktu untuk bersinar. Berbeda dengan basket yang golnya mudah dicetak berkali-kali. Sepakbola seringkali sulit mencetak gol, jadi harus menyisihkan sedikit waktu cadangan.
Pergantian pemain yang katanya bisa langsung membalikkan situasi dan membantu tim mencetak gol begitu turun lapangan, sebagian besar alasannya adalah faktor hoki yang sangat besar.
"Tunggu dulu!" Ekspresi Yang Chengzhuo tetap tenang. Dalam hati, pemahamannya tentang timing pergantian pemain lebih tajam daripada siapa pun. Tapi saat ini belum waktunya, karena berdasarkan data dari Tim Hank dan pengamatannya langsung di lapangan, Spanyol masih punya tenaga cadangan. Ditambah pelatih Vicente del Bosque masih menyimpan tiga kuota pergantian pemain.
Detik terus berlalu. Di tribun penonton, para fans—khususnya pendukung Jerman—mulai tidak bisa duduk diam. Teriakan-teriakan memanggil nama pemain dan Yang Chengzhuo mulai bergema, berharap ada gebrakan taktis untuk mengubah alur pertandingan.
Tepat di menit ke-68, Spanyol melakukan substitusi pertama: Fernando Torres masuk menggantikan Juan Mata.
Sepanjang pertandingan, Mata terus-menerus mengganggu lini pertahanan Jerman. Tampak jelas stamina pemain asal Spanyol itu sudah terkuras—intensitas larinya menurun drastis dan kontribusinya makin minim. Kehadiran Torres jelas dimaksudkan untuk memperkuat serangan.
“Harus ada pergantian pemain lagi!” Yang Chengzhuo memutuskan untuk terus menunggu setelah melihat Torres turun ke lapangan.
Kehadiran pemain seperti Torres saat ini jelas bukan untuk bermain koordinasi permukaan tanah. Vicente del Bosque yang juga khawatir dengan kartu as Yang Chengzhuo, tampak ingin memperbesar skor dengan mengganti Torres. Namun konsekuensinya, dia harus memainkan strategi di sayap - entah David Silva maupun Andres Iniesta yang sudah jelas tak mampu lagi.
Tepat seperti prediksi Yang Chengzhuo, del Bosque mengganti Andres Iniesta dengan Navas 2 menit kemudian. Penyerang sayap Sevilla ini punya misi jelas: mengirim umpan silang dari sisi lapangan untuk meningkatkan tekanan ke pertahanan Jerman.
Jujur saja, substitusi del Bosque sangat hebat - tegas dan terarah. Sayangnya, Yang Chengzhuo justru menanti-nanti pergantian ini.
Pada menit ke-3 setelah Navas turun ke lapangan, meski gelandang sayap Spanyol langsung mendapat kesempatan menembus pertahanan di sisi lapangan, namun Lahm dengan kokoh menguasai posisi dan berhasil menggagalkan umpan. Tim Jerman memanfaatkan momen bola mati ini untuk menggantikan Özil dengan Badstuber, memposisikan Lahm sebagai penyerang sayap kanan.
Langkah ini hampir seperti taktik spesifik untuk mengcounter pergantian pemain Spanyol. Sebenarnya Deisler sudah melakukan pemanasan, namun setelah melihat Bosque menarik Navas, Yang Cheng memilih Badstuber - jelas untuk mengantisipasi Navas sekaligus memperkuat stabilitas lini belakang. Lahm juga tetap bisa menciptakan ancaman di sisi lapangan, khususnya sayap kanan mengingat dia adalah pemain kaki kanan andal.
Kini stamina Spanyol sudah turun sangat banyak, koordinasi passing satu sentuhan jelas tidak selancar sebelumnya, kecepatan operasional juga tidak secepat dulu. Begitu Jerman melakukan pergantian pemain, mereka langsung melancarkan serangan balik terakhir tepat di menit ke-76.
Serangan balik Jerman sangat ganas. Dimulai dari Khedira yang merebut bola di lini tengah lalu mengoper ke Lahm.
Setelah menerima umpan di sayap kanan, Lahm langsung menggiring bola dengan kecepatan penuh menyusuri garis lapangan, melancarkan serangan balik yang berhasil mengalihkan perhatian pertahanan sebelum mengoper ke Gomes yang langsung melepaskan tendangan nyaris meleset.
Namun serangan ini berhasil membuat penonton berkeringat dingin.
Alih-alih bisa menekan di sayap kanan setelah pergantian pemain, Spanyol malah kesulitan karena Badstuber yang turun bermain selalu menjaga koordinasi dengan Kehl, ditambah tiga gelandang bertahan yang membentuk pertahanan kokoh. Navas tidak bisa mendapatkan kesempatan crossing yang baik di sisi ini, sementara peran Torres di tengah juga semakin melemah.
Bertahan di satu sisi, menyerang di sisi lain! Pertahanan kokoh, serangan juga tegas!
Setelah pergantian pemain oleh Yang Chengzhuo, hampir bisa dikatakan tim Jerman mengobarkan serangan habis-habisan. Jérôme Boateng dan Lahm di sayap kanan membentuk kombinasi serangan sayap kanan yang terus-menerus melancarkan serangan dahsyat ke sayap kiri Spanyol. Beberapa serangan balik mulai menciptakan ancaman.
Saat pertandingan memasuki menit ke-81, tim Jerman kembali membangun serangan di sayap kanan yang menindih sayap kiri Spanyol. Namun Lahm menghadapi Arbeloa gagal melakukan terobosan, terpaksa mengembalikan operan ke Jérôme Boateng.
Sang "penanggung dosa" yang menyebabkan kebobolan ini masih menyimpan amarah yang tertahan untuk membersihkan namanya. Begitu menguasai bola, ia langsung menyadari pertahanan Spanyol yang condong ke kiri sehingga mengekspos celah di kanan. Thomas Müller yang terus berkeliaran di area itu pun langsung mengeksekusi umpan lambung besar ke sisi kanan pertahanan Spanyol.
Thomas Müller menerima bola dan menahannya dengan stabil, lalu menggiring secara diagonal masuk ke kotak penalti. Miguel Torres dan Ramos langsung menerjang, sementara Casillas juga bergerak cepat ke kiri untuk menutup sudut tembakan Thomas Müller.
Namun Thomas Müller tampil sangat tenang. Begitu masuk kotak penalti, ia tiba-tiba melakukan pemberhentian mendadak, membuka ruang kosong, lalu menggeser bola ke samping untuk mengoper ke Mario Gómez yang telah lolos dari kawalan.
Saat ini, Gómez menghadapi gawang yang hampir sepenuhnya terbuka - nyaris seperti menghadapi gawang kosong!
