"Menurutku, sangat perlu untuk memperkenalkan pada kalian semua tentang apa yang disebut 'kutukan'!"
Sebelum pertandingan semifinal melawan Italia, saat para pemain kembali dari latihan di lapangan, berganti pausian, dan menunggu dimulainya pertandingan, Yang Chengzhuo melakukan mobilisasi terakhir tim. Ia berharap semua anggota tim bisa memasuki Donetsk Donbass Arena dengan kondisi mental terbaik.
Setibanya di Donetsk, Ukraina, Yang Chengzhuo segera memulai program pengurangan tekanan untuk tim. Di dalam hotel, ia secara khusus mengatur pemutaran film kolektif dan menyiapkan berbagai kegiatan kelompok agar para pemain bisa merasa rileks serta terhindar dari ketegangan berlebihan.
Sekarang ini, semua upaya pengurangan tekanan sudah tidak diperlukan lagi. Ia menuntut para pemain untuk menunjukkan fokus mutlak sejak menit pertama pertandingan, disertai keyakinan absolut untuk mengalahkan Italia mulai dari detik awal.
"Dalam lebih dari seratus tahun sejarah sepakbola, kita dan Italia total telah melakukan 29 pertandingan! Kita kalah 14 kali, imbang 8 kali, dan menang hanya 7 kali!" Yang Chengzhuo menulis data ini di papan taktik, membuat banyak pemain timnas tertegun tak percaya.
Selama periode pelatihan intensif mereka dilarang menerima wawancara diam-diam, ditambah jadwal pertandingan yang padat, banyak dari mereka belum memahami fakta ini. Dalam kesan mereka, tim Jerman dan Italia sama-sama tim kuat dunia yang seharusnya saling mengalahkan. Tapi mengapa statistik menunjukkan dominasi besar Italia?
"Belum semuanya!" Yang Chengzhuo mengamati ekspresi para pemain sambil tersenyum, "Di arena Piala Dunia, kita telah 5 kali berhadapan dengan Italia - mereka menang 3 kali, imbang 2 kali. Kita bahkan belum pernah sekalipun meraih kemenangan! Pertemuan terbaru justru terjadi di Jerman sendiri, di depan mata kita, aib ini terus berlanjut!"
Banyak pemain yang mendengar ini, di hati mungkin merasa terkejut sekaligus malu, karena ternyata di arena Piala Dunia bahkan tidak pernah memenangkan satu pertandingan pun. Tapi pasti ada juga yang bertanya, setidaknya di Piala Eropa pernah menang kan?
"Dalam sejarah Piala Eropa, kita dua kali bertemu Italia. Tapi sangat disayangkan, kedua pertandingan berakhir seri - satu kali babak grup Piala Eropa di kandang sendiri dengan skor 1:1, dan satu lagi 0:0. Artinya, di Piala Eropa maupun Piala Dunia, rekam jejak kita melawan Italia adalah 0 menang, 4 seri, 3 kalah. Mereka bisa dibilang tak terkalahkan oleh kita!"
"Dari semua catatan kemenangan kita yang 7 kali itu, semuanya adalah pertandingan persahabatan. Tapi maaf, rekor pertandingan persahabatan kita adalah 7 menang, 4 seri, 11 kalah - ini juga kerugian besar. Bahkan saat pertama melihat data ini, aku menyangka ada kesalahan. Seharusnya ini statistik Italia melawan timnas peringkat 60-70-an, bukan mungkin tim Jerman?"
Semua pemain mendengar, langsung terdiam heran, karena mereka benar-benar tidak tahu harus memberikan ekspresi dan respons seperti apa. Dari data ini terlihat jelas, tim Jerman memang benar-benar menderita fobia terhadap Italia, bahkan sangat parah, fobia yang telah berlangsung lebih dari setengah abad. Mengatakannya saja sudah memalukan sampai ke tulang sumsum.
"Pertandingan hari ini adalah pertandingan ke-30 dalam sejarah sepakbola Jerman melawan Italia, sekaligus pertandingan ke-3 di Piala Eropa. Ini akan menentukan apakah fobia Jerman terhadap Italia akan terus berlanjut! Apakah kalian akan menjadi catatan aib terbaru dalam data memalukan ini? Atau menjadi pahlawan yang memecahkan hambatan sejarah sepakbola Jerman?"
"Aku sangat ingin tahu apa sebenarnya yang ada di hati kalian. Siapa yang bisa menjawabku?"
Begitu ucapan Yang Chengzhuo selesai, Ballack langsung memandangi rekan-rekan se-timnya, lalu melompat berdiri. "Tentu saja kita harus mengalahkan Italia habis-habisan! Membersihkan aib ini! Apa yang tidak bisa dilakukan generasi sebelumnya, kitalah yang akan menyelesaikannya!"
"Perkataan Ballack langsung mendapat respons dari Schweinsteiger, 'Benar, kita harus mengalahkannya! Italia juga tidak ada yang luar biasa!'"
"'Kami yakin bisa mengalahkan Italia!' Lahm pun ikut berdiri."
"'Benar, kalahkan Italia, Ganyang mereka!'"
"'Membersihkan aib! Kutukan tak pernah menang selama ratusan tahun terhadap Italia? Sialan!'"
Para pemain saling bersahutan, atmosfer ruang ganti langsung meledak dengan intensitas sengit - terutama retorika yang digunakan para pemain.
Menyaksikan pemandangan ini, Yang Chengzhuo mengangguk lalu melambaikan tangan meminta keheningan, "Bagus, sangat bagus. Tapi kalian juga harus paham, hanya dengan teriakan dan gairah semata, mustahil mengalahkan Italia."
Sambil berkata demikian, pelatih segera memperlihatkan skema taktik lain. Meski konten konkret dan detail di dalamnya sudah dijelaskan sebelumnya, ia tetap memutuskan untuk mencungkil poin-poin penting dan menegaskannya kembali.
"Italia pasti akan berusaha mati-matian di pertandingan, menggunakan segala cara untuk mengepung area tengah kita. Tapi aku menuntut semua orang, terutama pemain area tengah termasuk Sven·Bender dan Schweinsteiger, ketika menguasai bola, passing dan pergerakan harus cepat. Jangan biarkan gelandang Italia bisa mengikuti irama dan langkah kalian."
"Hanya dengan begini kita bisa menghindari bentrok langsung dengan Italia. Dan hanya dengan cara ini kita bisa menunjukkan ciri khas dan keunggulan sistem kita. Begitu terjadi kesalahan dan kehilangan bola, semua orang harus segera meninggalkan urusan lain dan melakukan pressing lokal!"
Ekspresi khidmat Yang Chengzhuo saat memberikan instruksi taktis membuat seluruh pemain merasakan tekanan, sekaligus menyadari betapa pelatih kepala menghargai poin krusial ini.
Asalkan Yang Chengzhuo menganggap penting, siapa pun yang melanggar prinsip, melanggar aturan, atau kurang totalitas dalam pertandingan, jangan harap bisa tampil lagi di bawah komandonya meski cuma satu menit. Yang boleh mengizinkan Gomes, boleh memaklumi kesalahan Jérôme Boateng, itu karena mereka menunjukkan keseriusan dalam pertandingan. Tapi dia takkan mentolerir pemain yang malas berjuang, yang hanya sekadar hadir tanpa kontribusi nyata.
"Thomas Müller dan Mesut Özil, saat tidak menguasai bola, tanggung jawab kalian adalah menancapkan Andrea Pirlo untukku. Aku mau kalian harus memastikan dalam kondisi apapun, setidaknya satu orang bisa muncul di sampingnya saat Pirlo menerima bola, mendorongnya untuk segera mengoper bola keluar, membuatnya kehilangan waktu penyangga dan kemampuan berpikir jernih serta analisis secara tuntas."
Pirlo memang passer yang luar biasa. Tapi masalahnya, umpan jauh seperti ini butuh persiapan waktu yang cukup. Asalkan ada pemain yang bisa langsung menekan Pirlo saat menerima bola, memaksanya mengoper cepat, maka ancaman dan akurasi umpan pemain ini akan turun.
"Selain itu, perhatikan pembagian bola Pirlo ke kedua sisi, matikan dia! Saat menyerang, Thomas Müller harus aktif mencari celah ke depan. Özil bertugas menyambut umpan dari belakang dan mengoper. Aku ingin lini tengah kita setiap saat mempertahankan keunggulan 5 lawan 4, bahkan 6 lawan 4, untuk benar-benar menghancurkan lini tengah Italia!"
Dengan gerakan tegas, Yang Chengzhuo melingkari seluruh area lini tengah Italia di papan taktik menggunakan spidol merah.
"Dalam menghadapi pertahanan terhadap Balotelli dan Cassano, jika serangan Italia menggunakan umpan jauh, sebagian besar akan mengarah ke Cassano di sayap kiri. Jérôme Boateng harus memperhatikan posisi bertahan. Baik Sebastian Kehl maupun Neuer harus terus mengingatkan posisi rekan setim, jangan biarkan serangan Italia menarik garis pertahanan kita hingga terbuka celah!"
Semua pemain di ruang ganti mendengarkan dengan khidmat, wajah mereka penuh keseriusan. Pertandingan ini akan menentukan apakah mereka akan menjadi penerus "fobia Jerman terhadap Italia" atau pahlawan yang memecahkan kutukan sejarah timnas Jerman di turnamen besar!
Setelah menjelaskan semua strategi, Yang Chengzhuo bertepuk tangan dengan penuh semangat. Tatapannya yang penuh keyakinan menyapu seluruh pemain di hadapannya.
"Kalian harus percaya! Kita sudah sampai di titik ini, mustahil dikalahkan dengan mudah. Dalam pertandingan ini, kita PASTI MENANG!" Sorot matanya seolah ingin menularkan keyakinan tak tergoyahkan itu ke seluruh anggota tim.
……
……
"Ini adalah semifinal Piala Eropa edisi ini, arena pertandingan antara tim Jerman melawan Italia di Donetsk Donbas Arena!"
"Dari layar TV kita bisa melihat seluruh stadion sudah penuh sesak. 50 ribu kursi terjual habis beberapa hari sebelumnya. Kini semua orang menanti duel seru yang dinantikan dunia ini!"
"Wartawan kami di lokasi telah mendapatkan daftar lineup pembuka kedua tim untuk pertandingan ini."
"Yang Chengzhuo terus melanjutkan strategi mistisnya dari beberapa pertandingan sebelumnya. Kali ini dia kembali melakukan serangkaian penyesuaian taktik yang membuat orang penasaran dengan strategi permainannya. Yang paling menarik perhatian adalah pemain muda Toni Kroos yang tampil menonjol sebagai pemain pengganti melawan Ceko di pertandingan lalu, kini masuk dalam daftar lineup pembuka."
"Skema formasi tim Jerman tetap menggunakan taktik 433. Kiper diisi oleh Neuer. Lini belakang terdiri dari Lahm, Sebastian Kehl, Badstuber, dan Jérôme Boateng. Tiga gelandang tengah adalah Schweinsteiger, Sven Bender, dan Toni Kroos. Sementara trisula lini depan diisi oleh Thomas Müller, Klose, dan Mesut Özil."
"Setelah menyelesaikan laga melawan Ceko, bek tengah utama Mats Hummels mendapat skorsing karena akumulasi kartu kuning. Namun dalam pertandingan ini, Yang Chengzhuo tidak memilih bek tengah utama Jerman sebelumnya Mertesacker sebagai starter, melainkan kembali mempromosikan pemain muda berperforman cukup baik, Badstuber, untuk menggantikan posisi Hummels."
“Ini adalah pilihan yang sangat mengejutkan, mengingat dari segi pengalaman pertandingan, kekuatan, maupun tingkat keharmonisan tak terucap dengan Sebastian Kehl, Mertesacker seharusnya layak starter. Tapi jelas terlihat Yang Chengzhuo sengaja mempromosikan Badstuber. Namun menggunakan Badstuber di semifinal Piala Eropa sepenting ini, bukankah terlalu mengambil risiko?”
“Demikian pula dengan pemain muda Toni Kroos. Benar, di beberapa pertandingan Piala Eropa edisi ini, penampilannya sebagai pengganti selalu bagus. Tapi kini menghadapi Italia yang ganas seperti serigala dan harimau, ini membuat orang merasa cemas!”
“Relatif terhadap penyesuaian dan transformasi tim Jerman, strategi Prandelli tidak banyak berubah. Kiper adalah Buffon, garis pertahanan terdiri dari Chiellini, Bonucci, Barzagli, dan Abate. Empat pemain tengah masing-masing Pirlo, De Rossi, Marchisio, dan Montolivo. Formasi dua striker diisi Cassano dan Balotelli.”
Saat menjelaskan sampai di sini, komentator di TKP tak bisa menahan diri terkekeh, "Relatif terhadap penyesuaian dan transformasi Yang Chengzhuo, strategi Prandelli tidak memiliki perubahan besar. Mungkin ada sedikit variasi dalam detail, namun dalam hal posisi spesifik dan tugas pemain, tetap mempertahankan formasi sebagai strategi menghadapi segala perubahan. Bagaimanapun, tim Italia sejauh ini telah melalui proses penyesuaian yang sangat baik."
Sementara komentator melanjutkan penjelasannya, terlihat para pemain kedua tim telah perlahan keluar dari saluran pemain dipimpin wasit utama. 50.000 fans di lokasi langsung menyambut dengan sorak-sorai gegap gempita yang menyelimuti langit dan bumi, membuat seluruh stadion seolah riuh rendah.
Yang Chengzhuo dan Prandelli sama-sama keluar mengikuti di belakang para pemain. Kedua pelatih kepala ini merupakan figur paling mengesankan di Piala Eropa edisi ini, terutama dengan hasil kerja memimpin tim mereka. Hal ini membuat duel antara keduanya penuh perhatian.
“Saat masih melatih tim-tim Serie A dulu, Prandelli pernah mengatakan bahwa ia sangat mengagumi taktik permainan bebas dan terbuka Yang Chengzhuo. Entah bagaimana perasaannya sekarang ketika bertemu langsung dengan Yang Chengzhuo sebagai lawan di sini?” komentator sengaja melontarkan candaan saat menyaksikan kedua pelatih bersalaman.
Setelah pengibaran lagu kebangsaan dan undian tepi lapangan, Italia akhirnya mendapatkan hak tendangan pertama.
Ketika waktu pertandingan memasuki pukul 21:45, wasit utama membunyikan peluit tanda dimulainya laga.
……
……
Fokus orang Italia pada taktisitas sudah menjadi rahasia umum!
Sebagai pelatih kepala berkebangsaan Italia, meskipun banyak orang menyebut Prandelli sangat unik, ia tetap mempertahankan ciri khas kebanyakan pelatih Italia. Timnas Italia yang dilatihnya ini terutama sangat memperhatikan pemilihan rute serangan serta penyusunan strategi penanggulangan selama pertandingan.
Meskipun menggunakan prinsip "mempertahankan formasi", ini tidak berarti Prandelli akan menjadi pihak yang hanya pasif menerima serangan. Dia sangat paham betapa pentingnya inisiatif dalam pertandingan ini. Oleh karena itu, meski sebelumnya berbasa-basi dengan Yang Chengzhuo, begitu pertandingan dimulai, dia langsung menunjukkan keinginan mencetak gol yang sangat intens sejak menit pertama.
Berbeda dengan pertandingan sebelumnya, kali ini Italia langsung menampilkan ofensif yang jauh lebih kuat dan agresif sejak awal. Hal ini membuat mereka tiba-tiba melancarkan serangan membabi buta di awal laga, membuat tim Jerman linglung dan tidak siap.
Chiellini yang menguasai bola di sisi kiri kemudian membawanya maju beberapa langkah. Saat Thomas Müller berhasil melepaskan diri dari kawalan Andrea Pirlo dan mendekat, dia memilih untuk mengoper melintang ke kaki Andrea Pirlo.
Andrea Pirlo dijuluki sebagai dalang boneka tim Italia ini. Istilah 'dalang boneka' sebenarnya merujuk pada pengendali, menggambarkan fungsi kontrolnya terhadap tim nasional saat ini. Jika dalang di dunia nyata menggunakan benang tipis untuk menggerakkan boneka kayu, maka cara Pirlo 'mengendalikan' Italia adalah melalui operan-operannya.
Begitu menerima umpan dari Chiellini, Pirlo langsung menegakkan kepala mengamati lapangan. Dengan raganya menghalangi Mesut Özil yang menerjang, ia mengayunkan kaki kanan untuk melepaskan tendangan melengkung jauh. Bola membentuk parabola indah sebelum mendarat di area depan sudut kiri kotak penalti Jerman.
Cassano yang biasanya bermain di tengah menarik diri ke sisi kiri untuk menerima bola. Ini merupakan kombinasi taktik khas Italia - memanfaatkan teknik dan kreativitas Cassano di sayap untuk menciptakan peluang bagi Balotelli yang menerobos dari tengah. Pada momen ini, koordinasi mereka terlihat begitu mahir dan terencana sempurna.
Terlihat Cassano menarik ke sisi kiri dan menghentikan bola dengan stabil, namun Jérôme Boateng langsung menerjang, menghalangi rute masuknya ke kotak penalti. Di tengah pertahanan Jerman, Sebastian Kehl bersiap membantu di belakang Boateng, sementara Badstuber mengawasi Balotelli. Sven Bender dan Lahm juga sudah kembali ke sisi pertahanan untuk membantu.
Ketidaksukaan Cassano terhadap Yang Chengzhuo sudah menjadi rahasia umum. Sejak masih di Bari dulu, dia sudah tidak menyukai Yang. Setelah pindah ke Roma, konflik semakin memanas. Media pun membesar-besarkan berbagai insiden sepele di masa lalu mereka sebelum pertandingan.
Sebelum pertandingan ini, Cassano sendiri menyatakan pasti akan merayakan gol di hadapan Yang Chengzhuo, sekaligus membantu Italia mengalahkan Jerman untuk mempermalukan Sang Kaisar ini.
Yang Chengzhuo terlihat sangat cemas setelah Pirlo melakukan umpan jauh, terutama saat melihat Cassano menguasai bola di sayap kiri, ia langsung memberi isyarat kepada Badstuber di tengah untuk mengawasi Balotelli dengan ketat agar tidak kehilangan jejak.
Ketika Thomas Müller sebelumnya kabur ke sana untuk mengawal Chiellini, Özil seharusnya langsung mengikuti Pirlo. Namun sangat jelas terlihat keduanya tidak memiliki keharmonisan tak terucap yang cukup, menyebabkan Özil baru sampai di posisi setelah Pirlo menguasai bola. Posisi bertahan yang tidak optimal ini memaksa mereka hanya bisa menonton Pirlo mengontrol bola lalu melancarkan umpan jauh.
Pirlo melakukan umpan jauh mencari Cassano, yang terakhir berhasil menembus di sayap kiri lalu mengumpan ke tengah untuk Balotelli. Alur normal yang terlihat sederhana ini telah menjatuhkan tak terhitung tim elite Eropa, sehingga Yang Cheng sama sekali tidak berani lengah, terus-menerus berteriak memanggil Badstuber di pinggir lapangan agar waspada.
Terlihat Cassano menggunakan tubuhnya untuk menghalangi Jérôme Boateng di sisi lapangan, lalu dengan pandangan sampingnya ia menyapu pandangan ke Sebastian Kehl. Dia sangat paham bahwa dribel cantik memotong ke dalam sudah tidak mungkin, apalagi Sven Bender juga sudah kembali bertahan di wilayah terlarang. Satu-satunya yang bisa dilakukannya adalah melakukan putaran melepaskan diri lalu melakukan crossing akurat.
Harus diakui, Cassano memang punya sifat asli yang sedikit aneh, tapi kekuatannya sama sekali tidak perlu diragukan. Terutama saat menguasai bola, anak muda ini bermain dengan sangat cerdik. Pertama-tama ia menggunakan tubuhnya untuk menghalangi Jérôme·Boateng, namun dengan lincah dan gesit berhasil melepaskan diri melalui dribel indah. Seluruh raganya seolah menjadi ikan belut lumpur yang licin, berhasil menyelinap dari pengawasan Jérôme·Boateng.
Seiring bertambahnya usia, permainan Cassano semakin matang. Ia sangat paham bahwa melewati Boateng sudah mencapai batas kemampuannya. Setelah berhasil melepaskan diri, tanpa ragu ia langsung mengayunkan kaki kiri dan menyodorkan crossing akurat dengan efek melengkung, mengirim bola ke tengah medan kotak penalti.
Mario Balotelli telah lama bersembunyi di tengah kotak penalti, ia bersembunyi di belakang Badstuber. Dengan cara ini ia bisa lebih jelas melihat respons Badstuber dan melakukan gerakan yang ditargetkan. Begitu melihat bola datang, ia langsung menyerbu ke depan, melompat tinggi menyambut bola.
