"Schweinsteiger mengoper bola ke Toni Kroos..."
"Toni Kroos mengoper ke Mesut Özil, Özil melakukan umpan terobosan ke kanan di depan wilayah terlarang, Klose dengan cepat melepaskan diri dari Bonucci..."
"Klose menguasai bola di depan garis gawang, mengembalikan operan, bagus! Thomas Müller menerobos dari belakang, tendangan keras..."
"Aduh, Chiellini! Chiellini di depan pintu gawang berhasil menghalangi tembakan Thomas Müller!"
"Tapi kita bisa lihat Kapten Jerman Lahm sedang memprotes wasit, menganggap saat Chiellini melakukan clearance, bola sudah melewati garis gawang. Namun wasit jelas sangat mempercayai keputusan wasit garis gawang, mereka konsisten menilai bola belum melewati garis. Dari adegan slow-motion terlihat meski bola seolah-olah masuk, seharusnya memang belum sepenuhnya melintasi garis gawang!"
"Sungguh sangat disayangkan, tim Jerman sejak menit ke-22 mulai terus-menerus menciptakan peluang berbahaya. Hingga sekarang tepat 15 menit telah berlalu, dalam durasi ini mereka total melakukan 6 tembakan dan serangan yang sangat mengancam. Di antaranya adalah tembakan jarak jauh Lahm dari luar kotak penalti dan tendangan keras Thomas Müller ini, yang hampir saja menembus gawang Italia!"
Kamera siaran langsung TV menyorot Yang Chengzhuo di pinggir lapangan. Terlihat orang Tionghoa itu menggebrak dahinya sendiri dengan keras ketika menyaksikan tendangan keras Thomas Müller gagal masuk, merasa gol ini tidak tercetak benar-benar menyebalkan!
Kamera kemudian beralih ke Prandelli, yang terlihat sedang berteriak memberikan instruksi keras kepada para pemain, melakukan penyesuaian taktik.
"Kita bisa melihat, tim Jerman setelah pertandingan dimulai mulai dengan kokoh menerapkan strategi yang menggabungkan pertahanan solid sambil tetap menjaga serangan balik dan ofensif. Serangan mendadak Italia di awal pertandingan justru dimanfaatkan Yang Chengzhuo untuk menyiapkan strategi serangan balik, dan serangan baliknya ini sama sekali tidak bersifat tradisional, terus-menerus menciptakan ancaman."
"Sekarang belum tahu penyesuaian apa yang akan dilakukan Prandelli, atau dia akan mencari cara menghentikan kelemahan di babak pertama dengan menyusun taktik penargetan ulang saat istirahat tengah. Saya pribadi merasa, sebaiknya Cassano mundur untuk membantu lini tengah. Meski ini berarti menyerah menyerang, tapi saat ini lini tengah benar-benar ditekan, formasi dua striker di depan juga tak ada gunanya."
Tapi ini hanya pandangan komentator di TKP, tidak mewakili Prandelli.
Setidaknya setelah penyesuaian, Prandelli tetap tak berminat memperkuat lini tengah. Dia lebih fokus mencari celah memecahkan kontrol permainan Jerman. Tapi begitu momentum positif kontrol Jerman terbentuk, sulit untuk dihentikan.
……
……
"Rafa, percaya tidak? Kadang manusia benar-benar sangat aneh!"
Yang Chengzhuo berdiri di pinggir lapangan. Seiring situasi yang semakin dikendalikan tim Jerman, dia mulai punya waktu untuk mengobrol santai dengan Benitez.
Setelah melewati kekacauan di awal permainan, tim Jerman dengan cepat masuk ke dalam ritme pertandingan. Efek pelatihan rahasia selama beberapa hari terakhir termanifestasi jelas di lapangan, terutama dalam pertahanan spesifik melawan Italia yang dijalankan dengan presisi. Koordinasi serangan balik dan ofensif juga berhasil menciptakan ancaman besar.
Situasi seperti ini membuat Yang Chengzhuo sulit menemukan alasan untuk tidak puas.
"Maksudmu?" tanya Benitez sambil menangkupkan perut yang terlihat seperti hamil tujuh bulan.
Yang Cheng tersenyum tipis, "Kita biasanya terlalu mudah percaya pada intuisi pertama, atau malah mulai dilanda keraguan. Seringkali setelah melalui periode ragu yang panjang, atau bahkan setelah membuat kesalahan fatal dalam kurun waktu itu, baru kita menoleh ke belakang dan menyesali keputusan yang tidak mengikuti intuisi awal."
Benitez mendengarkan lalu segera melakukan asosiasi kreatif dengan situasi di lapangan saat ini. Dia sangat jelas Yang Chengzhuo sedang membicarakan Prandelli yang masih ragu-ragu. Setidaknya jika ada sedikit kewibawaan, seharusnya Yang terakhir melakukan penyesuaian besar. Tapi tetap saja dia hanya melakukan aktivitas skala kecil.
Dengan situasi Italia saat ini, pilihan yang tersedia hanya satu: kembali menjaga keseimbangan dengan tim Jerman di area tengah. Ini membutuhkan setidaknya penambahan satu pasukan ke lini tengah, baik dengan menarik dari garis depan maupun mengangkat dari pertahanan.
Jangkauan gerak lini depan tim Jerman signifikan. Thomas Müller dan Mesut Özil secara bergantian menciptakan ancaman di sayap. Mengeluarkan seorang pemain dari pertahanan jelas berisiko besar. Tapi jika harus menarik satu dari garis depan, Siapa yang harus ditarik?
Bermain solo ala Cassano tidak bisa diandalkan. Balotelli memang penuh keanggunan legendaris, tapi masalahnya pertahanan Jerman saat ini, terutama posisi dua bek tengah yang sengaja ditempatkan lebih mundur, bertujuan untuk mengantisipasi dan menantangi kecepatan Balotelli. Pertahanan Inggris yang lebih maju sebelumnya justru membuat kecepatan Balotelli termanifestasi dengan sempurna. Tentu Yang Chengzhuo tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Artinya, baik dengan menarik Cassano maupun Balotelli, serangan Italia pasti akan melemah secara signifikan. Prandelli masih sulit menerima realita ini, karena ia juga sangat paham: cukup satu gol saja sudah mampu mengubah total situasi saat ini. Karena itu, ia masih ingin bertahan sebentar, sambil terus melakukan penyesuaian taktik berbasis Andrea Pirlo.
Sebelumnya, Prandelli pernah ingin memanfaatkan gerakan menerobos dari belakang Lahm untuk membuat artikel, memanfaatkan serangan ke belakang Balotelli. Tapi Badstuber yang semakin masuk ke status permainan, di bawah arahan Kehl, berhasil menutup sisi kiri dengan kokoh dan membekukan ancaman Balotelli, membuat striker Italia itu tak pernah bisa menciptakan aura pembunuhan.
Ditambah lagi, Yang Chengzhuo sendiri sangat paham risiko bek sayap yang maju ke depan. Karena itu dia sengaja fokus menyerang sayap kiri. Di sisi kanan, Jérôme Boateng hanya akan maju ketika Lahm mundur, tapi biasanya hanya sampai area tengah untuk menunjukkan crossing akurat dan umpan terobosannya, jarang bergerak ke lini depan untuk terlibat langsung dalam serangan.
Dengan demikian, pertahanan Jerman setiap saat memastikan keunggulan jumlah satu pemain lebih banyak dibanding dua striker Italia.
Area tengah punya kelebihan satu pemain, belakang juga sama. Dengan cara ini, keunggulan tim Jerman menjadi jelas terlihat, pertahanan pun secara alami menjadi kokoh.
Tentu saja, yang dimaksud "kelebihan" bukan berarti Jerman bisa menurunkan lebih dari 11 pemain, melainkan hasil dari pergerakan yang ditempuh selama pertandingan.
Seperti Thomas·Müller dan Özil, posisi mereka sebagai gelandang serang yang berkeliaran di sekitar Pirlo, bisa dianggap sebagai lini tengah. Tapi begitu Jerman melancarkan serangan atau serangan balik, salah satu dari mereka bisa menerobos maju ke garis depan, berkoordinasi dengan Klose. Terutama saat Thomas·Müller maju, formasi langsung berubah menjadi dual striker.
Posisi pemain di lapangan tidak statis! Mereka terus bergerak dan berlarian. Siapa yang lebih ahli membaca situasi untuk menciptakan keunggulan jumlah di area lokal, dialah yang akan menguasai pertandingan!
"Kalau ucapanmu itu didengar Prandelli, dia pasti mati-matian melawanmu!" kata Benitez sambil terkekeh.
Yang Chengzhuo memegang botol air sambil meneguk, mengangguk-angguk setelah mendengar. Setelah susah payah menelan airnya, ia berkata: "Suruh saja datang! Selama kubekuk dari depan-belakang, aku takkan gentar!"
Yang dimaksud dengan "depan" adalah pertahanan dan pembekuan Thomas Müller dan Mesut Özil terhadap Andrea Pirlo. Sedangkan "belakang" merujuk pada area yang dijaga oleh Sebastian Kehl. Mario Balotelli dan Cassano sangat ahli dalam memanfaatkan penguasaan bola, menarik keluar satu bek tengah, lalu membentuk strategi serangan satu lawan satu oleh Balotelli. Namun sekarang Yang Chengzhuo menggunakan Sebastian Kehl yang berpengalaman untuk menguasai area ini, dengan menempatkan Sven Bender di lini depan yang efeknya sangat terlihat.
Setelah menghabiskan air minumnya, Yang Chengzhuo mengamati pertandingan sambil tersenyum percaya diri: "Kita harus mencetak gol di babak pertama untuk mengukuhkan keunggulan mutlak, baru kemudian perlahan-lain menemani Prandelli bermain!"
Dalam babak penyisihan satu pertandingan penentuan seperti ini, mencetak gol pertama jelas akan mengambil lebih banyak inisiatif. Terutama dalam kondisi tim Jerman saat ini, jika berhasil unggul lebih dulu, itu sama saja memaksa Italia harus mengubah strategi menjadi menyerang terbuka.
……
……
Hampir semua yang mengikuti dan memperhatikan pertandingan tim Jerman akan memiliki kesan yang sangat baik terhadap performa Jérôme Boateng di Piala Eropa edisi ini. Dia seolah-olah menjadi saksi tumbuh kembang dan kemajuan pesat timnas Jerman, seakan mewakili perkembangan tim ini!
Bicara soal kemajuan Jérôme Boateng, banyak orang akan memuji pertahanannya yang brilian, ketangguhan satu lawan satu, serta kematangannya. Namun Yang Chengzhuo dan tim pelatih justru semakin puas bukan pada aspek tersebut, melainkan pada sense positioning-nya yang semakin tajam dan kemampuan bantu tanpa bola.
Keunggulan utama Boateng selalu terletak pada pertahanan - itu adalah keahlian andalannya. Tapi yang menjadi dasar dia kokoh sebagai bek kanan inti timnas Jerman justru kemampuan integrasi dengan sistem serangan dan permainan tanpa bola. Kemampuan inilah yang terus berkembang dalam setiap pertandingan.
Tidak ada satu tim pun yang bisa memastikan setiap penguasaan bola bisa dioper maju dengan lancar. Maka dalam taktik sepakbola modern, umpan melintang menjadi ilmu dan latihan yang sangat krusial. Dalam sistem taktik Timnas Jerman, distribusi bola melintang ke sayap juga merupakan faktor penentu. Untuk aspek ini, Lahm sudah mahir dan alami.
Tapi Jérôme Boateng masih terus berkembang dan beradaptasi dengan cepat. Hingga Piala Eropa ini, setiap kali tim perlu mengirim umpan ke ruang kosong di sayap, Boateng selalu muncul di posisi yang tepat. Kemampuannya membantu tim menyesuaikan sudut serangan terus menunjukkan peningkatan signifikan.
Seperti pada momen ini, Sven Bender terjepit tanpa opsi umpan. Rute operan ke Schweinsteiger dan Toni Kroos sama-sama terkunci, bahkan sisi Lahm pun terjepit. Jika tidak bisa mengalirkan bola ke sayap kanan, satu-satunya pilihan adalah operan mundur yang berarti harus reorganisasi formasi - memberi kesempatan pertahanan Italia untuk merapikan barisan.
Tapi tepat di situasi seperti ini, Jérôme Boateng mengangkat tangannya dan berlari ke depan, bola pun datang tepat ke hadapannya. Setelah menerima bola, dia langsung melanjutkan pergerakan menyusuri sayap kanan.
Saat bola mendekati sayap kanan, Mesut Özil segera berpindah ke area tersebut, mengalihkan perhatian Chiellini. Hal ini membuat seluruh formasi pertahanan Italia condong ke sisi kanan. Jelas-jelas tim Jerman sedang fokus menyerang sayap kanan - jika pertahanan Italia tidak mengikuti pergeseran ini, sangat mudah bagi Jerman untuk menghancurkan mereka.
Namun ketika fokus pertahanan menyeluruh Italia condong ke sisi kiri Chiellini, Boateng justru menyadari sayap kiri mereka yang kosong. Lahm sudah berada di zona tak terjaga yang seharusnya menjadi wilayah kendali Marchisio. Karena seluruh pertahanan Italia miring ke kanan, Marchisio pun gagal memperhatikan kehadiran Lahm di ruang kosong luas di sisi kiri.
Jérôme Boateng melakukan umpan silang yang langsung memindahkan bola dari sayap kanan ke sayap kiri.
Di tempat tendangan melengkung itu melintas, banyak pemain Italia menengadah melihat, lalu terkejut karena menyadari ternyata tak ada yang menjaga Lahm di sayap kiri.
Lahm mengontrol bola dengan dada ke depan dirinya, lalu berakselerasi mengejar sambil menendang kuat. Seluruh tubuhnya melancarkan serangan cepat dari sayap kiri, segera tiba di depan wilayah terlarang Italia.
Thomas Müller pindah cepat ke sayap kiri dengan Abate menempel seperti plester lintah. Tapi begitu melihat laju Lahm, Müller langsung berhenti dan berbalik menyusuri garis wilayah terlarang sementara Abate beralih mengejar Lahm.
Bahkan Balzali yang mengejar dari belakang pun dalam kesibukannya memperhatikan Lahm yang menguasai bola, tanpa menyadari bahwa Thomas Müller di depan wilayah terlarang juga tidak dijaga siapa pun. Semua ini terjadi dalam sekejap mata, karena setelah Lahm melakukan pemberhentian mendadak, ia mengembalikan operan ke Thomas Müller yang berada di depan area penalti.
Striker Bayern yang mendapatkan operan balik dari Lahm, langsung memanfaatkan momentum untuk memasuki wilayah terlarang. Arah penetrasinya tepat berada di belakang Abate dan Balzali, berhadapan langsung dengan gawang Buffon. Dengan tendangan rendah yang gemilang, bola menyusup masuk ke sisi kiri Buffon.
"...Bahaya Italia... Gol!!! Tim Jerman mencetak gol!!!!"
Terlihat komentator di tempat kejadian berteriak histeris sementara Thomas Müller mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi, melesat keluar dari wilayah terlarang dengan penuh semangat menuju tribun penonton di pinggir lapangan. Di dekat tiang bendera sudut, dia meluncur menggunakan lutut di rumput Stadion Donbass Donetsk, menengadahkan kepala dengan gembira merayakan gol.
"Menit ke-38, tim Jerman menunjukkan koordinasi apik antara Lahm dan Thomas Müller di sayap kiri. Thomas Müller menyusup ke wilayah terlarang dan mencetak gol pembuka yang memecahkan kebuntuan skor, memberikan keunggulan 1-0 bagi Jerman!"
"Kerjasama tim yang luar biasa indah! Mulai dari Jérôme Boateng yang melakukan transfer bola di sayap kanan, percepatan cepat Lahm di sisi kiri, permainan sayap Jerman yang sangat hidup. Sekali lagi pertahanan sisi Italia mengekspos kesalahan fatal."
Saat rekaman ulang televisi memutar adegan slow-motion seluruh proses gol tadi, semua orang bisa melihat bahwa ketika Jérôme Boateng mengalihkan bola ke sayap kiri ke Lahm, di area dengan radius sekitar 10 meter di sekitar Lahm, sama sekali tidak ada satu pun pemain yang terlibat dalam pertahanan. Marchisio yang terdekat pun berjarak minimal 10 meter dari Lahm.
Jarak yang begitu besar memungkinkan Lahm dengan tenang menggiring bola, dengan tenang bergerak maju, dengan tenang mengerahkan kecepatan penuhnya. Bahkan ketika Thomas Müller menarik diri ke sayap kiri untuk menyambut, pertahanan Italia gagal bereaksi segera dan melakukan penyesuaian cepat, yang langsung menyebabkan Abate dan Balzali memberikan respons berlebihan hingga mengabaikan ancaman Thomas Müller.
"Sangat disayangkan seharusnya ini tidak terjadi, gol ini benar-benar akibat kesalahan Italia sendiri, sangat disayangkan seharusnya tidak terjadi!" Kali ini komentator penuh dengan penyesalan, karena dia juga bisa melihat bahwa setelah kebobolan oleh Jerman, Italia sudah tidak bisa tidak melakukan Pertahanan di Sungai Mati, bahkan sama sekali tidak punya jalan mundur lagi untuk dipilih.
"Tentu saja, kita juga bisa mengatakan bahwa ini adalah hasil dari serangan terus-menerus Jerman yang akhirnya menemukan celah dalam kewaspadaan pertahanan Italia yang sempurna. Tapi kita juga seharusnya melihat bahwa formasi belah ketupat Prandelli telah memiliki masalah serius sejak awal, terutama dalam pertahanan kedua sayap - masalah-masalah ini benar-benar berakibat fatal."
"Saya masih ingat, di masa lalu Yang Chengzhuo saat di Inter Milan juga sangat mengagumi formasi belah ketupat di lini tengah. Tapi formasi belah ketupat Inter Milan saat itu jelas memiliki wilayah kendali yang lebih luas, koordinasi gerakan antar-pemain yang lebih intensif, dan kontrol yang lebih kuat. Saat itu ada pejuang tangguh seperti Nedvěd yang mahir menyerang sekaligus bertahan, ditambah pemain-pemain dengan kemampuan kontrol luar biasa seperti Deco, Andrea Pirlo, dan Emerson. Kombinasi ini memungkinkan Inter Milan saat itu memegang kendali pertandingan dan inisiatif permainan dengan kokoh, yang akhirnya menciptakan era kecemerlangan Inter Milan."
“Tapi kontrol Italia saat ini jelas lebih sedikit dibanding Inter Milan saat itu. Untuk menebus kekurangan kontrol, Prandelli memampatkan formasi belah ketupatnya menjadi lebih sempit. Tapi dengan begini, meski serangan jadi terlihat lebih keren - baik koordinasi tinggi gelandang serang Montolivo di posisi depan maupun penjadwalan dan umpan lambung panjang gelandang bertahan Pirlo di posisi belakang yang terkoordinasi sangat baik, membuat serangan Italia tampak spektakuler dan menarik, tapi bagaimana dengan pertahanannya?”
“Dalam pertandingan ini, tim Jerman secara tanggap menemukan masalah Italia. Pertama-tama memanfaatkan keunggulan jumlah personil untuk membatasi lini tengah Italia, terutama performa Montolivo dan Pirlo. Kehilangan kedua pemain ini langsung melemahkan daya gedor Italia lebih dari separuh. Kemudian mereka gencar menciptakan serangan dan serangan balik lewat sayap, sehingga menghancurkan berantakan seluruh sistem taktik Italia.”
Analisis sampai di sini, ketika kamera menyorot Yang Cheng yang sedang ber-tos tangan merayakan dengan Paulus Bayer dan Benitez, komentator menghela napas penuh penyesalan.
"Banyak orang bilang, Yang Chengzhuo dan Sang Kaisar adalah milik turnamen klub. Begitu sampai di pertandingan timnas, terutama yang sistem turnamen, Yang sulit berprestasi. Tapi dari beberapa laga terakhir, taktiknya tetap tak tertebak seperti hantu dan dewa. Strategi di Balik Layar-nya masih meninggalkan rasa takut yang membuat lawan gentar."
"Di pembukaan, kita semua bingung dengan lineup pembuka tim Jerman. Tapi begitu pertandingan berjalan, kita kaget menemukan bahwa setiap pengaturan formasi pemain Jerman ternyata mengandung makna mendalam."
“Italia kini sudah tidak punya jalan mundur, tim Jerman mulai mengejar kemenangan. Prandelli mulai memberi isyarat agar timnya bertahan kokoh, berharap bisa mempertahankan skor 0:1 hingga babak pertama berakhir. Mungkin dia masih menyimpan strategi cadangan untuk digunakan di babak kedua.”
Sementara komentator terus menjelaskan, Italia yang memulai tendangan kembali cepat kehilangan bola ke tim Jerman. Yang terakhir langsung memanfaatkan momentum untuk melancarkan satu gelombang serangan, sepenuhnya mendominasi Italia. Sementara Italia mulai bertahan mati-matian di depan gawang, berusaha mempertahankan skor.
Dalam pertandingan seperti ini, ketinggalan 1 gol hanya membuat posisi pasif. Tapi jika tertinggal 2 gol, itu hampir sama artinya dengan keputusasaan!
Prandelli bukan bodoh. Masih ada babak kedua. Dengan tim yang bermain tanpa taktik jelas saat ini, dia tentu tak ingin memberi kesempatan lagi ke Jerman. Jadi langkah pertamanya adalah memulihkan stabilitas situasi, baru kemudian mencari cara untuk menyesuaikan strategi!
