Bab 0987 Di Mana Golmu?

　　Biiip～～ 　　Dengan bunyi peluit wasit, Ibrahimovic yang sudah membawa bola menerjang area penalti langsung menoleh keras. Saat itu barulah ia melihat, pertahanan tim Jerman serentak bergerak maju tepat ketika ia hendak mulai berlari, menjebaknya dalam posisi offside. 　　Striker Swedia itu hanya bisa berjalan mundur dengan kecewa. Saat melewati Mertesacker dan Badstuber, ia melototi mereka dengan gerutu, memaksakan diri menahan amarah sembari kembali ke area pertahanannya. 　　Penguasaan bola yang baru saja direbut susah payah oleh tim Swedia, akhirnya terpaksa diserahkan ke Jerman karena pelanggaran offside ini. 　　Yang Chengzhuo, anggota menjengkelkan itu di pinggir lapangan bertepuk tangan ke arah para pemain, masih berteriak sesuatu dalam bahasa Jerman. Mungkin memberi tahu pemain untuk lebih waspada. Intinya, Ibrahimović yang mendengarnya merasa sangat tidak senang. Baginya, anggota ini benar-benar menjengkelkan. 　　Karena satu ucapan Ibrahimović sebelum pertandingan, laga kualifikasi Piala Dunia di Berlin ini jadi mencolok. Yang Cheng menggambarkan Ibrahimović sebagai binatang buas. Ucapan ini sebenarnya tidak bermasalah karena metafora itu lebih merujuk pada kekuatan fisik dan kemampuannya - semacam pujian. Tapi Yang Cheng juga menyebut telah memasang perangkap binatang. 　　Ibrahimović memang sombong. Dulu di Barcelona, dia pernah berseteru dengan Yang Cheng dan saling membenci. Kini dia ingin mengalahkan tim Jerman untuk membersihkan aib. Tapi tak disangka, sentuhan bola pertamanya langsung terkena jebakan offside lawan. Ini membuatnya geram. 　　Dalam pertandingan ini, Yang Chengzhuo kembali menyesuaikan formasi kemenangan besar saat melawan Irlandia. Kiper adalah Neuer, lini belakang terdiri dari Lahm, Badstuber, Mertesacker, dan Jérôme Boateng. Tiga pemain tengah adalah Schweinsteiger, Sven Bender, dan Khedira. Trisula lini depan adalah Thomas Müller, Klose, dan Götze. 　　Berbeda dengan rotasi yang dilakukan tim Jerman. Swedia mengerahkan pasukan inti. Bagi pemain Swedia, mengalahkan Jerman adalah satu-satunya kesempatan untuk memperebutkan peringkat pertama grup. Tim-tim lain sama sekali tidak mampu mengancam Jerman dan Swedia, sementara senjata paling ampuh di tangan Swedia tak lain adalah Ibrahimović. 　　Karena serangan Swedia seluruhnya berpusat pada Ibrahimović. Maka tak sulit baginya segera kembali mendapatkan kesempatan menguasai bola. 　　Tapi, begitu Ibrahimović menguasai bola, Khedira yang terdekat langsung menempelinya. Tubuh keduanya bertubrukan keras. Baru saat itulah Ibrahimović merasakan kekuatan tubuh atas Khedira. Ia buru-buru mempertahankan bola dengan teknik kakinya. Namun Mertesacker sudah mengerubungi dari belakang, bersama Khedira menyelesaikan taktik pertahanan penyergapan ganda terhadap Ibrahimović. 　　Meski fisik Ibrahimović sangat kuat, namun kombinasi Khedira dan Mertesacker yang diatur Yang Chengzhuo juga tak kalah tangguh dalam perlawanan fisik. Setelah menyelesaikan penyergapan, Ibrahimović terpaksa mengoper bola ke rekan saat disentuhnya beberapa kali. Sayangnya, operannya dicegat lebih dulu oleh Sven Bender yang mengendap di sekeliling. Tim Jerman langsung melancarkan serangan balik. 　　"Brengsek sialan!" geram Ibrahimović menyaksikan tim Jerman melancarkan serangan balik. Dari belakang, ia mengamuk bagaikan singa marah. 　　Baru saja Khedira dan Mertesacker bersama-sama menyelesaikan kepungan dan Interferensi terhadapnya, langsung mempengaruhi kekuatan dinamis operannya. Kalau tidak, tendangan ini pasti takkan berhasil direbut Sven Bender. 　　"Prediksi Bos memang tepat, berhasil merebut bola!" Mertesacker yang licik berpengalaman berkata datar, lalu bersama rekan setim dan pertahanan sepenuhnya maju menekan. Mengingat saat ini adalah momen serangan balik tim Jerman. 　　Ibrahimović mendengarkan lalu diam-diam kesal dalam hati, matanya melirik ke arah pelatih Yang Chengzhuo di pinggir lapangan. Tiba-tiba api kemarahan menyala-nyala di dadanya. 　　Tak lama, tim Swedia akhirnya kembali meraih kepemilikan bola. Dengan lancar mereka mengalirkan bola ke kaki Ibrahimović. Kali ini striker Swedia itu menguasai bola dengan posisi membopong, raganya membopong tekanan Mertesacker. Dalam kesan baiknya, tak banyak bek yang sanggup bertahan satu-lawan-satu melawan kekuatan fisiknya. Apalagi dirinya bukan cuma mengandalkan badan semata. 　　Raga Mertesacker memang kuat, tetapi saat berhadapan sendirian dengan Ibrahimović, dia tidak memiliki banyak keunggulan. Tertekan oleh tubuh Ibrahimović, dia masih bisa bertahan dengan susah payah, namun untuk melanjutkan pertahanan, itu jelas sudah tidak mungkin lagi. 　　Tubuh Ibrahimović melakukan kontak dengan Mertesacker, secara alami dia bisa merasakan respons bek Jerman itu. Dalam hati diam-diam tersenyum, tapi tepat saat hendak mengalahkannya, Khedira tiba-tiba muncul di hadapannya. 　　Seluruh proses terjadi dalam sekejap mata. Dari penerimaan bola oleh Ibrahimović hingga kemunculan Khedira, sama sekali tidak memberi ruang bernapas bagi striker Swedia itu. Ini membuat pemain Swedia yakin mutlak bahwa ini adalah penjadwalan yang disengaja oleh Yang Chengzhuo sebelum pertandingan: Begitu Ibrahimović menguasai bola, Khedira dan Mertesacker harus segera menyelesaikan kepungan terhadapnya. 　　Meski kali ini Ibrahimović lebih cepat merespons dan mengoper ke rekan setimnya, kesempatan serangan Swedia langsung hilang. Kepemilikan bola segera jatuh ke tangan tim Jerman. 　　Ibrahimović juga memperhatikan bahwa Sven Bender dan Badstuber sama-sama menjaga posisi di sekeliling. Bahkan jika berhasil mengalahkan Mertesacker, belum tentu ada kesempatan langsung menghadap gawang. 　　Pada akhirnya, serangan Swedia terlalu bergantung membabi buta pada Ibrahimović. Tim Jerman jelas-jelas menargetkan titik lemah ini dalam taktik mereka! 　　"Dua peluang berturut-turut Ibrahimović tak mampu menciptakan ancaman cukup. Rencana taktik penargetan tim Jerman terhadap Swedia benar-benar matang. Sudah 20 menit pertandingan berjalan, kita bisa lihat tim Jerman menguasai sebagian besar kepemilikan bola. Swedia sangat sulit merebut bola dari Jerman." 　　“Taktik jebakan offside tim Jerman, ditambah kegagalan menerima operan dari rekan di belakang, memaksa Ibrahimović terpaksa meninggalkan wilayah terlarang. Namun dengan begini, ancamannya pasti akan melemah, bahkan mungkin hilang sama sekali!” 　　Bukan hanya dalam mengantisipasi Ibrahimović, pertahanan Jerman juga melakukan penjadwalan yang ditargetkan terhadap serangan sayap Swedia. 　　Lahm dan Jérôme Boateng di dua sayap fokus pada marking ketat. Artinya, begitu lawan berhasil menerobos sayap masuk ke area 32 meter, tim Jerman tidak akan membiarkan mereka melakukan crossing akurat. Ini karena baik Ibrahimović maupun penyerang utama Swedia Elmandry yang tinggi dan kuat memiliki kemampuan bola lambung luar biasa. Begitu bola sampai ke tengah, kewaspadaan sempurna pun bisa luput. 　　Inilah alasan Yang Chengzhuo menempatkan Schweinsteiger, Sven Bender, dan Khedira - trio dengan stamina lari prima - di lini tengah: untuk memblokir setiap serangan lawan. 　　Pertahanan tim Jerman sangat kokoh. Tapi serangan balik mereka justru sangat cepat. Terutama serangan balik cepat setelah merebut bola, karena kelemahan intercept di area tengah Swedia, pertandingan ini tim Jerman lebih mengutamakan koordinasi untuk pergerakan maju. Bahkan tak segan memperlambat irama. 　　Seperti serangan di menit ke-23 ini, serangan balik cepat Jerman menemukan Klose, tapi tidak ada kesempatan. Klose mengoper kembali ke Thomas Müller, yang kemudian menggiring bola ke samping lalu menyodok ke garis dasar. Lahm yang menyusup dari belakang mengejar sampai garis dasar, setelah menguasai bola mengembalikan operan ke kotak penalti. 　　Klose yangberkubang di kotak penalti, kali ini tidak membuang-buang kesempatan. Tendangan sliding di depan gawang, langsung masuk! Membukukan gol pembuka untuk Jerman. 1:0! 　　Terlihat seluruh 11 pemain Jerman merayakan dengan penuh semangat, bahkan kiper Neuer melesat keluar dari Area gawang, seluruh tubuhnya menerjang Mertesacker dan Badstuber. Mereka merayakan gol tim dengan gegap gempita. Baru menit ke-23, tim Jerman sudah lebih dulu mencetak gol. Adakah yang lebih menggembirakan dari ini? 　　Kamera siaran langsung TV bahkan secara khusus menyorot ke tribun tempat Kanselir Jerman Angela Merkel yang sedang mengawasi pertandingan. Sang kanselir juga mengangkat kedua tangan penuh semangat menyaksikan gol timnas. 　　Namun gol Jerman justru membuat Ibrahimović terlihat tidak senang, karena timnya kini tertinggal. 　　…… 　　…… 　　Sebuah gol saja sudah cukup mengubah situasi pertandingan secara keseluruhan. 　　Meski berhasil memecahkan kebuntuan lebih dulu, tim Yang Chengzhuo sama sekali tidak bermain defensif. Mereka terus aktif menekan ke depan, dan segera menampilkan koordinasi cantik lagi. 　　Schweinsteiger menarik ke sayap kiri, melakukan koordinasi tembok satu-dua berturut-turut dengan Lahm dan Thomas Müller, memungkinkan Thomas Müller turun ke garis bawah dan memberikan umpan silang. Klose yang menyambar di tengah dengan santai menghadapi kiper dan menendang keras, kembali memasukkan bola ke gawang Swedia, 2-0! 　　Menghadapi kebobolan beruntun timnya, Ibrahimović terlihat terburu-buru. Justru semakin seperti ini, semakin mudah terekspos maksudnya, semakin mudah terjerat jebakan offside Jerman dan taktik kepungan mereka. Seluruh babak pertama Ibrahimović tidak bisa menunjukkan kemampuan sama sekali, memiliki tenaga fisik namun tak bisa digunakan, membuatnya kesal bukan main. 　　Pada menit ke-53 babak kedua, Jerman menambah gol. Klose menerima umpan silang Jérôme Boateng, mengayuh bola ke titik belakang. Thomas Müller di depan gawang menyelesaikan dengan instan, mencetak gol ketiga yang mengunci kemenangan untuk tim Jerman. 　　Gol ini hampir mengumumkan maut bagi tim Swedia, terutama ketika sampai di menit ke-66, Jerman yang memasukkan pemain pengganti Marco Reus berhasil menambah gol keempat dengan skor 4-0, membuat tim Jerman terlihat menghancurkan segala rintangan. 　　Taktik serangan Swedia tetap gagal menembus pertahanan kokoh Jerman untuk mengancam gawang, sementara pertahanan lemah mereka justru tak berguna menghadapi serangan balik tajam dan koordinasi serangan cepat Jerman. 　　Dengan perbandingan seperti ini, skor 4-0 yang diraih Jerman sama sekali tidak mengejutkan. 　　"Dalam pertandingan ini, taktik Yang Chengzhuo jelas-jelas menahan diri terhadap Swedia, terutama dalam mewaspadai bintang utama mereka Ibrahimovic yang dilakukan dengan sangat akurat, ditambah eksekusi taktis pemain yang solid yang menunjukkan peran besar!" 　　“Ibrahimović sejauh ini dalam pertandingan ini belum mendapatkan satu kali pun kesempatan mencetak gol yang berbahaya. Pertahanan tim Jerman difokuskan pada area-nya, tidak membiarkannya memperoleh terlalu banyak ruang gerak. Begitu dia menguasai bola, langsung dikepung pemain lawan, membuat Ibrahimović tidak bisa berbuat semaunya dalam bermain.” 　　"Tapi pertahanan Yang Chengzhuo tidak hanya membatasi kemampuan Ibrahimović secara taktis. Pencegahan di area tengah bertujuan melemahkan oper bola dari belakang ke depan. Pertahanan kedua sayap juga untuk mengurangi ancaman dua target man Swedia, ditambah jebakan offside. Hingga detik ini di pertandingan, Ibrahimović telah terjebak offside 4 kali dalam 66 menit yang telah berjalan, hanya melakukan satu tembakan. Data yang memilukan ini meninggalkan ketidakpercayaan!" 　　Tapi performa buruk Ibrahimović justru membuat fans Jerman di tribun merasa puas dan senang. Mereka satu per satu mengangkat spanduk-spanduk yang banyak menargetkan pernyataan Ibrahimović sebelum pertandingan yang mengaku akan mengalahkan tim Jerman. Kini para fans Jerman aktif melakukan serangan balik, menantang Ibrahimović, "Bukankah kamu yang mau mengalahkan kami? Sekarang bagaimana?" 　　Yang menarik, sekelompok fans ini tak hanya membuat spanduk yang bisa mereka pahami sendiri. Dengan sengaja mereka menulisnya dalam bahasa Inggris. Harapannya agar Ibrahimović juga bisa mengerti. Bahkan sekelompok fans lain di tribun kompak meneriakkan, "Ibra, Ibra, di mana golmu?" 　　Semakin tegang atmosfer pertandingan, striker Swedia itu pun mulai kehilangan kesabaran. Kelincahan kakinya mulai terlihat berlebihan. Setelah Jerman mencetak gol keempat, Ibrahimović menjatuhkan Badstuber dalam sebuah situasi bertahan dan dikenai kartu kuning oleh wasit. 　　…… 　　…… 　　Pernah banyak orang yang memberitahu Ibrahimović: "Kamu orang yang sangat emosional!" 　　Banyak pelatih kepala juga pernah mengatakan padanya, kamu harus membuat dirimu menjadi lebih matang sedikit, jangan terlalu emosional! 　　Tapi, dalam hati Ibrahimović, dia merasa sangat aneh. Apakah menjadi emosional itu buruk? 　　Menurutnya sifat asli seperti ini sama sekali tidak masalah, karena selama ini memang seperti inilah karakternya. Dari Swedia ke Ajax, Juventus, Inter Milan, Barcelona. Lalu ke AC Milan, hingga akhirnya sekarang di Paris Saint-Germain. Sepanjang perjalanan kariernya, bukankah sifat ini tetap konsisten? 　　Dia tidak mengerti, hidup dengan cara seperti ini, menjalani kehidupan seperti ini, ada apa yang salah? 　　Dia sama sekali bukan tipe orang yang mau mengubah diri demi orang lain atau siapapun, karena menurutnya jika berubah, itu bukanlah dirinya yang sebenarnya! 　　Untuk prinsip ini, dia rela mengorbankan masa keemasan yang seharusnya bisa diciptakannya di Barcelona - klub super elite. Tak terhitung cacian bahkan hinaan dari fans yang diterimanya, tapi dia tetap teguh pada pendirian. Inilah Ibrahimović! 　　Justru karena alasan ini, Ibrahimović tak pernah menyamarkan karakter pribadinya, dan juga tak sekalipun terpikir untuk menyembunyikan sifat aslinya. 　　Maka, ketika pertandingan memasuki menit ke-81, untuk kedelapan kalinya sepanjang laga ia terjebak dalam strategi offside tim Jerman. Ia menghentikan bola di wilayah terlarang lawan. Jarak antara dirinya dengan tujuan akhir - gawang Neuer yang dijaga ketat - begitu dekat. Namun peluit wasit utama menghentikan langkahnya. 　　Pada detik ini, api kemarahan yang terpendam sepanjang pertandingan akhirnya membara. Ia menoleh melihat wasit "sialan" itu - peluit masih tersangkut di mulutnya, sumber bunyi yang menghentikan momen emas. Tiba-tiba terlintas niat: "Kau meniup peluit? Bapak anggap tak mendengar!" 　　Terlihat jelas pemain Swedia itu langsung mengayunkan kaki kanannya, menghantam bola karet di bawah kakinya dengan tembakan jarak menengah-jauh yang penuh gaya. 　　Tendangan ini datang tiba-tiba, bahkan Neuer pun sempat terlambat bereaksi. Tanpa sempat mencegah, ia hanya melihat bola menggelinding masuk ke gawang. Tapi peluit wasit utama juga berbunyi bersamaan, untuk kedua kalinya. 　　Terlihat wasit yang tadi berada agak jauh kini mendekat. Ia tak hanya berlari ke arah Ibrahimović, tapi juga mengulurkan tangan ke kantong di dadanya. Dengan sengaja, ia mengeluarkan kartu kuning untuk Ibrahimović yang masih menyapu bola meski sudah mendengar peluit. 　　Ini sudah menjadi kartu kuning kedua yang diterima pemain Swedia sepanjang pertandingan! 　　Benar saja, wasit utama seolah melakukan trik sulap - mengubah kartu kuning menjadi merah, langsung mengeluarkan pemain Swedia itu dari lapangan! 　　Seluruh fans Jerman di tribun Stadion Olimpiade Berlin bersorak gegap gempita. Mereka membalas tindakan wasit dengan tepuk tangan riuh, sebab menurut mereka Swedia yang kehilangan Ibrahimović sama saja dengan kehilangan ancaman terbesarnya! 　　Ibrahimović melihat kartu merah. Ia tidak menyesali tindakannya barusan. Ia berbalik dan langsung keluar lapangan tanpa menoleh. Di tengah tepuk tangan dan sorak-sorai fans Jerman di seluruh stadion, ia menyusup masuk ke saluran pemain dan pergi meninggalkan arena. 　　Tim Swedia yang bertarung dengan kekurangan satu pemain akhirnya takluk dari Jerman! 　　Sepanjang pertandingan, baik dari taktik penargetan, eksekusi taktik, maupun performa spontan pemain, tim tuan rumah Jerman tampil lebih menonjol. Mereka mengalahkan Swedia 4-0 di Berlin, meraih empat kemenangan beruntun di kualifikasi Piala Dunia Zona Eropa, dan merupakan pemuncak tak tertandingi di Grup C! 　　…… 　　…… 　　Saat wasit meniup peluit akhir pertandingan, Yang Cheng tak kuasa menahan lega. Setelah berpelukan dengan setiap asistennya, ia berbalik dan menepuk tangan serta berjabat tangan dengan para pemain cadangan di bangku cadangan. 　　Kemenangan dalam pertandingan ini membuat tim Jerman di Grup C dengan empat kemenangan beruntun erat mendominasi posisi peringkat pertama grup, sekaligus menutup semua pertandingan resmi tahun 2012 dengan kemenangan mutlak. 　　Menurut jadwal pertandingan, kualifikasi berikutnya tim Jerman seharusnya pada bulan Maret 2013, melawan Kazakhstan. Tim Jerman akan menghadapi Kazakhstan dalam 4 hari berturut-turut di kandang lawan dan kandang sendiri. Jika berhasil mengalahkan kedua pertandingan ini, tim Jerman akan memiliki keunggulan besar dalam kelulusan grup. 　　Dengan merebut Piala Eropa dan menutup tahun 2012 dengan rekor gemilang 4 pertandingan menang beruntun, 18 gol masuk dan 0 kebobolan, performa tim Jerman sungguh luar biasa. Yang Chengzhuo juga sangat puas dengan dinamika positif yang ditunjukkan tim. 　　Selanjutnya adalah pertandingan pemanasan di bulan November, yang juga akan menjadi pertarungan terakhir tim Jerman di tahun 2012. Lawannya adalah Belanda yang merupakan tim figur kompeten, permintaan ini diajukan sendiri oleh Yang Chengzhuo. 　　Kini tim Jerman sedang dalam tahap penyesuaian taktik dan observasi pemain. Banyak bertanding melawan tim-tim tangguh memberikan keuntungan besar bagi tim. Selain itu, Yang Chengzhuo juga bisa memanfaatkan pertemuan tim-tim tangguh ini untuk mengevaluasi pemain, memperbaiki masalah yang terungkap selama pertandingan, sehingga tim bisa semakin berkembang. 　　Hasilnya, dalam pertandingan pemanasan ini, tim Jerman mengandalkan gol Marco Reus yang sedang menonjol akhir-akhir ini untuk mengalahkan Belanda 1-0 di kandang lawan. Meski skor tipis, secara situasi pertandingan Jerman mendominasi keunggulan besar. Terutama pertahanan Jerman yang hebat berhasil menghalangi serangan Belanda. Arjen Robben bahkan mengalami nasib sama seperti Zlatan Ibrahimović - terbeku sepanjang pertandingan oleh pertahanan Jerman. 　　Ini membuat Yang Chengzhuo merasa puas dengan performa tim! 　　Setelah menyelesaikan pertandingan melawan Belanda, jadwal pertandingan tim Jerman di tahun 2012 pun resmi berakhir. Namun dalam agenda perjalanan dan rencana Yang Chengzhuo masih ada satu tujuan terakhir: menghadiri ritual pengundian Piala Konfederasi di Brasil, sekaligus melakukan observasi terhadap beberapa lokasi markas latihan yang sedang dicarikan oleh Asosiasi Sepak Bola Jerman di Brasil.