Sebelum Piala Konfederasi dimulai, tak ada yang menyangka tim Jerman akan menampilkan performa secemerlang ini. Serangan mereka begitu mumpuni, pertahanan begitu stabil. Grup yang semula dikira sebagai "Grup Maut" yang akan berakhir dengan perkelahian kacau, justru berubah menjadi kekalahan telak yang sepihak.
Jepang dan Meksiko telah kehilangan harapan lolos sejak dini. Brasil dan Jerman sudah mengantongi tiket kualifikasi. Satu-satunya misteri yang tersisa adalah siapa yang akan lolos sebagai juara grup.
Tidak diragukan lagi, Timnas Jerman telah menjadi tim paling mengejutkan di Piala Konfederasi. Kemenangan 5-0 atas Jepang dan 4-0 atas Meksiko menunjukkan kemampuan ofensif yang membuat terkejut. Meskipun ada gelombang gila Spanyol yang menang 7-0 atas tim kambing hitam Tahiti, tak ada yang membandingkan ketiga pertandingan ini karena levelnya berbeda jauh.
Dengan dua kemenangan beruntun yang sama, Timnas Jerman jelas telah menaklukkan bahkan fans paling pilih-pilih sekalipun. Mengandalkan kekuatan kasar, mereka mengalahkan lawan demi lawan, hampir menyamai tuan rumah Brasil.
Dalam pertandingan melawan Meksiko, Mesut Özil yang membuat empat umpan matang menunjukkan keterampilan sepakbola yang mengagumkan dunia. Gerakan taktis, penguasaan bola, dan operannya benar-benar menonjol, memukau semua yang menyaksikan.
Jutaan fans juga karena itu memenuhi harapan besar terhadap pertandingan antara Tim Jerman dan Brasil ini, semua berharap tim dengan serangan yang mengalir deras ini bisa bersama Legiun Samba, mendedikasikan sebuah pertandingan spektakuler untuk penggemar di seluruh alam semesta.
Tapi semua orang terperangah, mereka benar-benar kecewa!
……
……
Membosankan, lambat, kacau, acak, sangat buruk!
Yang Chengzhuo sama sekali tidak bisa membayangkan, timnya setelah meraih kemenangan besar atas Jepang dan Meksiko, ternyata menghadapi perlawanan sengit dari Tim Brasil. Yang lebih mengejutkannya, Brasil malah menerapkan taktik pertahanan spesifik yang ekstrem seperti ini.
Seperti yang pernah diucapkan Yang Chengzhuo sebelumnya, taktik sepakbola selalu relatif, bukan mutlak.
Jadi, bahkan taktik sepakbola pasif-tradisional sekalipun tidak perlu diragukan atau dikritik, karena pihak yang kekuatannya lebih lemah demi meraih kemenangan dalam pertandingan, memilih taktik defensif itu sendiri adalah pilihan yang bisa dimaklumi. Mereka memang tidak memiliki kemampuan untuk bentrok langsung dengan lawan yang lebih kuat.
Namun sekuat Brasil, mereka malah fokus menyusun pertahanan dengan menargetkan kelemahan dan celah tim Jerman. Bahkan demi menghadapi serangan Jerman, mereka menambah pasukan pertahanan dan mengorbankan serangan sendiri, hingga benar-benar menyeret pertandingan masuk ke dalam rawa.
Hal ini tentu membuat Yang Chengzhuo sangat terkejut!
Irama pertandingan terlihat sangat lambat, karena dipenuhi dengan banyak perlawanan fisik dan pelanggaran aturan. Ritme sedemikian lambatnya sangat jarang terlihat pada tim-tim Amerika Selatan. Bahkan, Yang Chengzhuo curiga, kali ini yang dihadapinya bukanlah Scolari dan Timnas Brasil, melainkan lebih mirip saat memimpin Real Madrid menghadapi Chelsea-nya Mourinho.
Tim Scolari menggunakan segala cara untuk menyabotase serangan Jerman dan mengacaukan ritme permainan mereka. Sejak peluit pertama, mereka sudah terang-terangan bermain kasar. Setiap pressing ganas, setiap perebutan bola, semuanya dilakukan dengan intensitas maksimal. Setiap detik mereka terus mencari cara untuk menantang dan memecahkan sistem permainan Die Mannschaft.
Pemain-pemain seperti Mesut Özil dan Marco Reus jelas-jelas tidak nyaman menghadapi gerakan licik dan kontak fisik ala Brasil. Bahkan Holger Badstuber pun terlihat kesulitan saat harus berhadapan dengan Hulk yang berpostur raksasa.
4411，Tim Brasil menggunakan formasi 4 bek dan 4 gelandang dengan formasi sejajar, sementara posisi gelandang serang diserahkan kepada Kaká. Di garis depan, Hulk ditempatkan sebagai striker. Kemudian mereka mulai merapatkan tiga garis pertahanan, membentuk formasi kedap di depan gawang dengan kesiapan penuh, membiarkan Tim Jerman menyerang sambil mencari celah untuk serangan balik.
Begitu Tim Jerman memasuki area 32 meter Brasil, bola langsung hilang tanpa jejak. Ini terjadi karena pertahanan lini tengah Brasil berhasil mencekik sampai mati titik permainan Schweinsteiger, mencegah transfer bola efektif Jerman ke kaki Mesut Özil.
Dengan kata lain, lini tengah Brasil berhasil membangun tembok terkuat antara Özil dan Schweinsteiger. Tembok ini memblokir rute operan Jerman melalui area tersebut, sekaligus menantang serangan-serangan Tim Jerman.
Ya, tim Jerman bisa menciptakan peluang melalui gerakan dan perpindahan, tetapi tembok ini juga bergerak, dan tetap terjaga dengan sangat baik, tersusun teratur. Ini sama saja membuat para pemain Jerman, di mana pun mereka berpindah, harus menghadapi tembok ini, seolah-olah terus menendang tembok tembaga dan dinding besi yang tak tertembus.
Tidak diragukan lagi, dalam taktik yang ditargetkan ini, Scolari dan tim Brasil-nya meraih kemenangan. Mereka memperlambat irama permainan secara ekstrim, bahkan bisa dikatakan selambat siput merangkak. Bahkan saat menguasai bola, mereka tidak terburu-buru, dengan perlahan-lahan mengontrol bola sambil memastikan penguasaan bola sebagai prioritas utama.
Tujuan dari taktik ini sangat sederhana: tidak memberi kesempatan pada tim Jerman untuk melakukan serangan balik cepat setelah merebut bola!
Tanpa prediksi lintasan bola yang jelas, Hulk terus-menerus menekan Badstuber dan Hummels, membatasi gerakan maju mereka ke depan, mencegah lini belakang Jerman memasuki area tengah, sekaligus membatasi umpan jauh dari belakang tim Jerman.
Tentu saja, untuk mencapai tahap ini, Hulk juga membutuhkan lari tanpa kenal lelah yang menguras kebugarannya.
"Kenapa aku punya perasaan begini?" Yang Chengzhuo tersenyum pahit melihat Benitez, yang terakhir juga tak berdaya, "Seolah-olah Scolari brengsek tua ini mengendarai Bugatti Veyron tapi kecepatannya cuma 10 km/jam. Aku semakin lihat semakin merasa aneh, semakin lihat semakin merasa, dasar sialan tidak berguna!"
Benitez tidak tahan lagi terkekeh setelah mendengarnya. Dia pernah naik Bugatti Veyron milik Yang Chengzhuo. Jika mobil super itu dipacu 10 km/jam, pasti sopirnya menjadi gila!
"Scolari jelas-jelas sudah merancang strategi. Dia sangat paham kemampuan pemainnya, juga sangat mengerti cara menghadapi pertahananmu. Jadi di pertandingan ini dia sengaja tidak melakukan apa-apa, hanya fokus mengerahkan energi untuk SATU HAL: menutupi serangan kita!"
Yang Chengzhuo sangat setuju dengan analisis Benitez, karena memang begitulah gaya Scolari selama ini!
"Pemain tim Jerman memang masih muda, dan banyak yang cenderung ofensif. Begitu gagal mencetak gol meski terus menekan, sulit menjamin tidak akan muncul celah. Dengan kualitas pemain Brasil, cukup satu kesempatan saja untuk memberi pukulan mematikan!"
"Para wartawan sialan itu benar! Saat Scolari berkolaborasi dengan Parreira, dua monster tua ini bersatu, hasilnya cuma membuat Timnas Brasil semakin tak kenal batas!" Yang Chengzhuo menggelengkan kepala sambil tersenyum pahit.
Sebelum pertandingan, ia baru saja berbincang hangat dengan Scolari dan Parreira. Tapi saat itu ia belum tahu taktik licik kedua brengsek tua ini. Andai saja tahu sebelumnya, pasti gigi-nya sudah ngilu dibuatnya, bahkan mungkin langsung memutuskan untuk mengganyang mereka berdua.
Tentu saja, Yang Chengzhuo tidak bisa mengatakan apakah sistem taktik Timnas Brasil ini benar atau salah. Karena meskipun sekarang Brasil terlihat sangat pasif, sebenarnya strategi pertandingan mereka sangat tepat. Setidaknya hingga saat ini Tim Jerman belum berhasil menciptakan peluang berbahaya, dan mereka memang telah mengendalikan situasi pertandingan.
Mungkin, Scolari tidak menunjukkan contoh serangan lincah yang seharusnya dimiliki Legiun Samba dalam pertandingan ini. Tapi dia justru memperlihatkan bagaimana melalui posisi cerdas dan tekanan, untuk menahan serangan Tim Jerman.
Bukankah dalam kompetisi besar, pertahanan yang melahirkan juara?
"Apakah kita harus melakukan penyesuaian?" Asisten pelatih Paulus Bayer dan Ballack mendekat sambil mengernyitkan alis bertanya. Mereka sama sekali tidak menyangka Scolari akan menggunakan taktik keterlaluan seperti ini.
"Benar, efektivitas serangan kita sangat buruk. Pertandingan sudah berjalan setengah jam, kita baru 3 kali menembak, dan tidak ada yang membentuk ancaman. Jika tidak bisa mengubah situasi ini, kita mustahil menembus pertahanan Timnas Brasil!" Ballack terlihat agak terburu-buru.
Benitez justru tenang dan terkendali, "Kami terlalu bergantung pada umpan jauh. Tapi di pertandingan ini, Brasil sengaja memanfaatkan titik lemah ini. Presisi umpan jauh kita menurun drastis, sementara kita gagal menemukan cara efektif untuk mengirim bola ke zona bahaya lawan. Inilah alasan jumlah tembakan kita sangat sedikit."
"Tapi jika harus berubah, aku benar-benar tidak bisa memikirkan variasi taktik yang bagus!" Benitez menggelengkan kepala sambil tersenyum pahit.
Scolari dan Parreira adalah pelatih kepala kelas dunia. Taktik penargetan yang mereka rancang bersama memang bukan sesuatu yang bisa diatasi pemain biasa. Untuk sementara, mereka memang belum punya solusi efektif.
“Pertama, stabilkan tim, pertahankan momentum saat ini, baru perlahan cari solusi!” Yang Chengzhuo juga mengernyitkan dahi.
Jika tidak ada cara lain, terpaksa mengutamakan stabilitas sementara.
……
……
Waktu pertandingan terus berjalan, suasana lapangan terlihat sengit, namun sebenarnya tingkat kemampuan teknik dan taktis kedua tim sangat rendah.
“Serangan kedua tim sama-sama kacau balau, tanpa pola taktis yang jelas. Pertandingan ini terasa membosankan dan menekan. Irama permainan begitu lambat hingga membuat orang sesak napas. Ini pasti pertandingan terburuk sepanjang penyelenggaraan Piala Konfederasi edisi ini. Sulit dipercaya ini adalah hasil arahan dua tim elite dunia Brasil dan Jerman.”
Komentator di lokasi tampak pusing tujuh keliling. Dia yakin siapa pun yang menyaksikan pertandingan ini pasti memiliki pikiran yang sama.
"Jika berdiri di posisi seorang fans, ketika tim Jerman melawan Jepang atau Meksiko, itu adalah kenikmatan seindah Surga, maka pertandingan melawan Brasil ini pasti menyeretnya ke Neraka. Yang Chengzhuo harus segera menemukan cara memecahkan kebuntuan skor dan kesulitan saat ini. Kalau tidak, pertandingan ini sangat mungkin berubah menjadi 0:0 yang membosankan!"
Niat komentator mungkin juga mewakili kondisi mental sebagian besar fans di stadion. Setidaknya banyak fans yang sudah tidak bisa duduk diam, mulai berteriak menuntut serangan dan gol, karena mereka tidak tahan dengan permainan lambat dan penuh tekanan ini.
Yang Chengzhuo dan Scolari adalah pelatih legendaris. Alasan mereka bisa menjadi pelatih legendaris—bukan sekadar duduk di tribun menyaksikan pertandingan—salah satu poin pentingnya terletak pada perbedaan mereka dengan fans. Oleh karena itu, Pilihan dan keputusan mereka sama sekali tidak mungkin sepenuhnya mengikuti maksud fans.
Pertandingan akhirnya tidak juga berubah meski ada seruan dari fans, dan memasuki istirahat tengah dengan skor 0:0 yang sangat membosankan!
"Babak pertama akhirnya selesai!" Komentator menghela nafas lega, bersumpah bahwa menonton pertandingan seperti ini adalah siksaan karena sama sekali tidak ada kesenangan atau gelombang diskusi yang dirasakan.
"Kita seharusnya berharap baik Tim Jerman maupun Brasil bisa menemukan solusi efektif selama istirahat untuk memecahkan kebuntuan situasi TKP. Kalau tidak, pasti banyak fans Brasil yang akan bergegas keluar arena untuk protes!"
……
……
Meski alur pertandingan terasa sangat membosankan, pengeluaran energi pemain justru sangat besar.
Di ruang ganti Tim Jerman, semua orang bisa dengan mudah mendengar desahan berat para pemain dan melihat ekspresi lelah mereka yang menunjukkan betapa besar usaha yang telah dikeluarkan dalam pertandingan ini - bahkan lebih banyak dibanding jumlah pertandingan sebelumnya.
Berusaha lebih keras, tapi tidak mendapatkan imbalan yang lebih melimpah, dalam hati para pemain tentu semakin tidak rela.
“Sekumpulan orang Brasil sialan itu sama sekali tidak ingin main bola yang benar, mereka selalu duel fisik dengan kami, selalu berdesakan dengan kami, aku curiga mereka sama sekali tidak berniat menyerang!” Özil terlihat sangat kesal, dia adalah pemain yang menjadi target utama bek Brasil di babak pertama, perlawanan mereka jelas-jelas difokuskan padanya.
Duel fisik selalu menjadi kelemahan Özil, meskipun baru-baru ini ada peningkatan signifikan, tapi saat bertarung habis-habisan dengan pemain hebat yang kemampuan fisiknya menonjol, kelemahan itu secara alami terlihat.
“Bos…” Schweinsteiger juga merasa kesal di hati, dia baru saja ingin menemui Yang Chengzhuo untuk menanyakan apa ada solusi, tapi begitu melihat ekspresi Yang yang berkerut dahi, menunduk dalam perenungan, langsung terdiam.
Schweinsteiger tidak melanjutkan ucapannya. Para pemain segera menyadari aksi Yang Chengzhuo.
Selama ini, Yang Chengzhuo selalu memberikan kesan sebagai pelatih kepala yang serba tahu dan serba bisa. Hampir tidak ada masalah yang bisa mempersulitnya. Bahkan saat performa buruk di babak pertama, saat istirahat tengah dia selalu bisa menunjukkan jalan terang untuk membalikkan situasi di babak kedua.
Bagi para pemain timnas Jerman ini, Yang Chengzhuo adalah personifikasi dari sosok yang serba bisa. Jika suatu hari Sang Kaisar ini sampai terhenti, itu membuktikan betapa sulitnya masalah yang dihadapi!
Hal ini membuat banyak pemain yang sebelumnya merasa lelah fisik dan frustasi, tiba-tiba muncul rasa malu dalam hati mereka.
Ya, mereka terlalu banyak bergantung pada pelatih kepala. Setiap menghadapi kesulitan, selalu mengandalkan bahwa pelatih kepala pasti bisa menemukan solusi. Tapi tak pernah terpikir bahwa pelatih kepala juga manusia biasa, yang bisa saja menghadapi masalah tak terselesaikan.
Ketergantungan mereka pada Yang Chengzhuo sudah keterlaluan. Saat menyaksikannya tenggelam dalam lautan pikiran yang rumit, rasa malu dan penyesalan secara spontan mengalir dari lubuk hati mereka.
"Menurutku, sistem intercept di area tengah mereka terutama bertujuan memutus hubungan antara lini depan dan tengah. Mesut, bisakah kau mundur sedikit untuk menjaga koneksi dengan gelandang bertahan?" Schweinsteiger mengemukakan analisisnya.
Özil mengangguk, tapi segera menggeleng, "Aku khawatir jika aku mundur, koneksi dengan lini depan akan terputus. Tapi jika Klose juga mundur, tak ada lagi penyerang di depan!"
"Yang dia katakan juga tidak sepenuhnya tidak masuk akal, karena antara pemain dan pemain harus menjaga jarak optimal, kalau tidak akan mudah terputus koneksinya. Jika dia dan Klose sama-sama mundur, maka sangat mudah terputus dengan Thomas Müller dan Marco Reus di depan, rute pergerakan serangan pun akan terputus oleh Pemutus!"
Semua yang mendengarkan juga menunjukkan ekspresi berpikir dan tertekan, karena ini memang merupakan masalah besar. Tapi segera, mereka kembali memfokuskan sorot mata pada Yang Chengzhuo. Setidaknya di dasar hati mereka, ada keyakinan buta yang mirip iman: meski mereka tidak bisa berbuat apa-apa, pastilah pelatih kepala mereka punya solusi!
Waktu terus berjalan detik demi detik, ruang ganti tetap sunyi senyap.
Hingga tersisa 5 menit terakhir, Yang Chengzhuo tiba-tiba menepuk kedua telapak tangannya dengan keras.
"Teman-teman, kita harus bertarung habis-habisan melawan mereka!"
Begitu mendengar gerakan Yang Chengzhuo, semua orang segera memandang pelatih kepala mereka dengan serempak. Mata yang sebelumnya kehilangan kesadaran kembali memancarkan kilau aneh, menemukan kembali harapan dan keyakinan.
"Lawan menggunakan taktik dua garis paralel untuk memastikan pembatasan efektif di area 32 meter kita. Di depan, mereka membiarkan Kaká dan Hulk - meski keduanya memiliki kontribusi defensif tertentu, tapi lebih banyak menginterferensi umpan jauh kita."
"Di awal babak kedua, Mesut Özil, perhatikan posisimu! Mundur lebih dalam, bergerak di belakang dua gelandang tengah depan lawan. Schweinsteiger, posisimu lebih ke tengah agak ke kiri dekat Ramires."
Begitu mendengar penjadwalan dan persiapan Yang Chengzhuo, semua pemain fokus sepenuhnya mendengarkan dengan penuh perhatian.
“Sven Bender, kamu harus memperhatikan pergerakan Kaká! Dalam situasi kita mengontrol bola, sering-seringlah pindah ke area tengah, ambil posisi strategis untuk menghindari serangan balik musuh setelah mereka merebut bola. Karena Schweinsteiger dan Mesut Özil akan berada di posisi yang kurang menguntungkan, tugas pertahananmu akan sangat berat! Begitu kamu terjebak, gawang kita langsung terekspos sorakan meriam musuh!”
Sven Bender menatap rekan setimnya, lalu memandang pelatih kepalanya. Dengan angkat kepala membusungkan dada sambil menarik napas dalam, ia berikrar: “Tenang saja, Bos! Aku akan berjuang mati-matian. Timnas Brasil takkan bisa melewati area pertahananku, bahkan satu kali pun!”
Yang Chengzhuo mengamati pemain muda itu. Ia bisa merasakan fondasi utama yang mendasari ikrar Sven Bender di saat genting ini. Dengan terharu dan mengangguk sambil tersenyum, pelatih itu mendekat dan menepuk bahu Sven: “Tenang! Ingat selalu: di tim Jerman, tak ada rekan yang bertarung sendirian! Setiap pejuang kita selalu punya sandungan tim di belakang layar!”
"Kita adalah satu kesatuan utuh, tim yang tak terbagi!"
"Benar, kata Bos tepat! Sven, tenang saja, aku dan Holger akan mengawasi dari belakang!" Hummels juga berucap dengan wajah penuh percaya diri.
Pemain lain pun satu per satu mengeluarkan jaminan!
Pada detik ini, Yang Chengzhuo melihat tanggung jawab yang ditanggung, keberanian memikul beban di wajah mereka.
"Teman-teman!" Yang Chengte menepuk tangan dengan kuat, memfokuskan kembali perhatian semua orang, "Mundurnya Özil, dorongan maju Schweinsteiger, ini hanya bagian dari penyesuaian konvensional kita. Titik penentu sebenarnya ada padamu!"
Yang menunjuk Klose dengan wajah khidmat.
