Dalam arti tertentu, setelah tim Jerman mencetak gol, pertandingan ini sudah kehilangan sebagian besar suspense. Ketika Brasil terpaksa melakukan serangan balik ala 'menenggelamkan perahu', semua orang tahu ketegangan laga hampir sirna.
Setelah berlindung dalam cangkang pertahanan-balik begitu lama, tiba-tiba ingin beralih ke serangan, dibutuhkan penyangga dan penyesuaian. Setidaknya pemain perlu beradaptasi lagi dengan kontrol irama pertandingan, ditambah ada lawan yang mengintai untuk menyergap kembali.
Yang Chengzhuo bukan sekadar pelatih kepala yang hanya menguasai jalan yang benar dalam menyerang. Sebenarnya, dalam banyak situasi, timnya juga bisa bermain sangat licik—terutama ketika dia bertekad untuk menjalankan taktik mesum sampai akhir.
Tim Brasil menyerang, sementara Tim Jerman mulai merapatkan formasi, siaga penuh di wilayah pertahanan sendiri, lalu perlahan-lahan melancarkan serangan balik ke Brasil.
Situasi berubah dramatis. Tidak hanya para pemain Brasil yang sulit menerima kenyataan ini, bahkan banyak fans di stadion maupun penonton di depan TV juga merasa kesulitan mengikuti alur permainan.
Tim Jerman yang bermain mesum menunjukkan pertahanan yang sangat kokoh. Meski Brasil meningkatkan intensitas serangan, tim Scolari tetap sangat khawatir terhadap serangan balik Jerman, sehingga komitmen ofensif mereka tidak maksimal.
Karena perbedaan seperti ini, harapan komentator dan fans agar permainan menjadi lebih menarik setelah gol pertama pecah tidak terwujud. Alur pertandingan tetap terlihat membosankan dan tidak menarik seperti sebelumnya.
Terhadap hal ini, Yang Chengzhuo tidak berniat mengubah strategi. Dia sangat paham bahwa inisiatif pertandingan telah sepenuhnya berada di genggaman timnya setelah unggul skor.
Ya, skor 1:0 memang tidak terlalu aman, tapi ini bukan berarti tim Jerman harus main terbuka melawan Brasil yang sedang terdesak hanya karena risiko imbang. Itu bukan lagi tindakan impulsif, tapi kebodohan plus idiot! Maka dia memilih strategi orang cerdas: menunggu. Tunggu sampai waktu hampir habis, Brasil mulai panik, baru persoalan akan mudah diatasi!
Kadang-kadang, Scolari juga merasa tak berdaya. Jika bisa, dia ingin maju menghampiri Yang Chengzhuo dengan aura mengintimidasi, menarik kerah baju olahraga di dadanya, lalu meludahi wajahnya dengan cipratan ludah penuh amarah, "Tadi seranganmu bukannya bagus? Tadi bukannya menunggu kami menyerang? Sekarang Bapak sudah menyerang, kenapa malah seperti kura-kura yang menarik diri?!"
Tapi jelas terlihat, dia tidak bisa. Bukan hanya tidak bisa, malah harus tetap berpose dingin berdiri di situ.
Hulk jelas sudah tidak memiliki kebugaran fisik lagi. Robinho menggantikan striker kuat ini, bersama Neymar dan Kaká membentuk trisula. Bek sayap juga mulai memperkuat serangan, terutama Marcelo di sayap kiri yang mulai sengaja maju untuk meningkatkan tekanan ofensif.
Adapun Alves di sayap kanan, bek kanan ini selama dua tahun terakhir mengalami penurunan performa yang sangat drastis. Kini kemampuan mempertahankan serangan sayap kiri Jerman saja sudah bagus, Scolari pun tak berani berharap lebih darinya.
Tim Jerman memilih pendekatan stabil dengan bertahan di depan wilayah pertahanan sendiri sambil mempersiapkan serangan balik. Meskipun terlihat kurang intens dalam menyerang, serangan balik mereka dilakukan dengan sangat tegas dan efisien, sekali demi sekali membuat para pemain Brasil berkeringat dingin.
Waktu semakin menipis, para pemain timnas Brasil ini juga semakin menyadari bahwa waktu pertandingan sudah semakin mendesak. Ini membuktikan bahwa jarak mereka dengan kekalahan dalam pertandingan ini semakin dekat.
Yang Chengzhuo menggantikan Mesut Özil dengan Sami Khedira, dan menggantikan Sven Bender dengan adiknya Lars Bender. Lini tengah kini memainkan trio gelandang, jelas bertujuan untuk memperkuat taktik pertahanan-balik. Terutama karena ketiga gelandang ini hampir semuanya pria berpostur kokoh, tanpa kehadiran pemain kreatif seperti Özil.
Sikap tim Jerman terlihat sangat tegas dan sederhana: "Kami akan mempertahankan taktik kontra-serang sampai akhir. Mau menyerang atau tidak?"
Jawaban terakhir sudah bukan lagi hal yang bisa dikendalikan Scolari. Para pemain sendiri di lapangan terus melancarkan gelombang serangan bertubi-tubi ke pertahanan Jerman. Mereka semua ingin mencetak gol penyama kedudukan di menit-menit akhir, setidaknya menunjukkan harga diri dan kebanggaan Legiun Samba di hadapan para pendukung tanah air.
Tapi terkadang, ini harus dibayar dengan harga!
Menit ke-86, Tim Brasil mengirim bola ke kotak penalti Jerman. Hummels mempercepat pressing dan sukses mencegat, namun alih-alih mengoper, bek tengah itu justru membawa bola maju sambil menembakkan umpan silang ke sayap kanan pertahanan Jerman.
Marco Reus yang tak terjaga langsung memacu kecepatan maksimal di sisi kanan, menyambar bola sebelum siapa pun, lalu menerjang ke area pertahanan Brasil sambil terus menggiring bola di flank kanan.
David Luiz berhasil menghadang Reus di sisi kanan kotak penalti. Pemain Borussia Dortmund itu berpura-pura akan crossing dari garis bawah, tapi tiba-tiba melakukan pemberhentian mendadak mengecoh Luiz, lalu mengoper datar ke tengah kotak penalti.
Klose dari belakang menerobos masuk, menggunakan raga bertahan menghadapi Thiago Silva, namun tidak seperti dugaan bek tengah Brasil yang meneruskan dribel ke depan, melainkan menginjak bola karet lalu bertahan menghadapi Thiago Silva sambil membelakangi gawang, memindahkan bola dari sisi kiri ke kanan, mengoper melintang ke area kiri.
Thomas Müller juga mengejar dari belakang, menyambut umpan langsung dengan tembakan jarak menengah-jauh.
Bola berbelok dengan lintasan melengkung, menyasar sudut jauh gawang, 2-0!
Thomas Müller sang pencetak gol pertama menerjang Klose yang memberikan umpan silang, ditambah Marco Reus yang datang dari sayap kanan, tiga pemain berpelukan di kotak penalti Brasil, menerima perayaan rekan satu tim yang terbang menyongsong dari belakang.
Di tribun, fans Brasil satu per satu terlihat sudah putus asa total, karena yang tidak mereka sangka adalah, sebagai tuan rumah, mereka ternyata harus kalah di kandang sendiri dengan cara seperti ini dalam pertandingan seperti ini.
Awalnya, mereka penuh keyakinan pada prestasi kepelatihan Scolari setelah naik ke posisi pelatih. Tapi sekarang, mereka mulai menemukan dan menyadari masalah serius - Timnas Brasil yang dijuluki dipenuhi bakat, ternyata sudah cukup lama tidak menghasilkan bintang top yang mencerahkan.
Satu-satunya yang layak disebut super bintang di Timnas Brasil kini mungkin hanya Kaká dan Thiago Silva. Marcelo dari Real Madrid yang menunjukkan performa menonjol bisa dibilang satu lagi. Selain itu, benar-benar tidak ada lagi!
Kesenjangan generasi bakat dan celah dalam sistem akademi sepak bola, membuat tim Brasil saat ini terlihat kesulitan mengimbangi Jerman dan Spanyol yang dipenuhi bakat. Kekalahan dalam pertandingan ini hanyalah konsekuensi logis dari latar belakang besar tersebut.
……
……
Begitu wasit meniup peluit akhir pertandingan, Yang Chengzhuo tersenyum lebar sambil ber-tos tangan dengan para asisten di sekelilingnya dan pemain cadangan di bangku cadangan. Mengalahkan Brasil benar-benar membuatnya senang, ini membuktikan peningkatan kemampuan tim Jerman dalam menghadapi pertempuran sengit, terutama semangat pantang menyerah yang ditunjukkan para pemain.
"Akhirnya bisa bernapas lega!" Benitez terkekeh sambil menghela napas panjang. Pertandingan ini sama sekali tidak mudah, kemenangan ini mengandung banyak faktor keberuntungan yang tidak terlihat dari skor 2-0 yang terkesan meyakinkan.
Paulus Bayer yang berada di samping, mendengar ucapan Si Gendut ini, terkekeh tanpa berkata apa-apa. Langsung ia memeluk erat pria itu. Tapi tubuh Si Gendut memang terlalu gemuk, pelukan beruang Paulus Bayer lebih mirip sedang merangkul lengannya. Seluruh suasana terlihat sangat kocak, membuat Yang Chengzhuo dan yang lain di sekitarnya tertawa terbahak-bahak.
Setelah mengalahkan Brasil, Tim Jerman meraih peringkat pertama grup dengan tiga kemenangan beruntun. Sementara Brasil hanya bisa berada di posisi kedua grup. Jika tidak ada insiden tak terduga, Spanyol akan menjadi juara Grup B. Nantinya Brasil akan berhadapan dengan Spanyol dalam perlawanan sengit, sementara Yang Chengzhuo akan bertemu runner-up Grup B - entah Uruguay atau Pantai Gading.
Siapa pun lawannya, dengan menghindari Spanyol dan mencegah pertemuan tim-tim tangguh, setidaknya Tim Jerman bisa lega sejenak!
Memikirkan hal ini, suasana hati Yang Chengzhuo dan kawan-kawan ikut riang gembira. Tapi si anggota mesum ini tiba-tiba ingin menemui Scolari dan Parreira. Tanpa pamit ke asistennya, dia langsung menuju bangku pelatih Tim Brasil.
"Hah, Felipe!" Suara tawa dan teriakan Yang Cheng sudah terdengar sebelum tubuhnya sampai.
Wajah bulat itu menoleh ke bangku pelatih. Scolari sengaja berhenti sejenak saat mendengar teriakan, lalu berbalik. Senyum tipis yang dipaksakan sudah terukir di wajahnya saat menyambut Yang Cheng: "Hah, Tuan Yang Cheng!"
Kedua tangan mereka berjabat di langit dengan semangat yang terlihat akrab. Sebenarnya, keduanya memiliki agenda tersembunyi - terutama Yang Cheng. Anak muda ini habis disiksa taktik Scolari selama pertandingan, hampir gila dibuatnya. Sekarang saatnya membalas dendam di medan gaya ini.
"Kalian tampil sangat bagus, sangat pantang menyerah, pertandingan ini kami mainkan dengan sangat melelahkan, luar biasa!" Yang Chengzhuo sepenuhnya menggunakan nada bicara tim kuat yang melihat pihak yang lebih lemah saat mengucapkan kata-kata ini.
"Kami kurang hoki!" Scolari berkata.
"Benar, hoki kami memang agak sial, kalau tidak, pertandingan tidak akan berjalan begitu kebuntuan, begitu melelahkan!" Yang Chengzhuo justru meminjam ucapannya untuk melanjutkan.
Scolari yang kalah pertandingan terlihat sangat tidak senang, sementara Parreira di sampingnya duduk di bangku pelatih, sepertinya tidak berniat keluar menyapa tamu atau menyelamatkan Scolari. Saat ini dia memilih untuk menjaga diri.
"Sungguh disayangkan, dengan begini kalian di semifinal nanti mungkin akan bertemu Spanyol!" Yang Chengzhuo sengaja menggunakan nada penuh penyesalan untuk Timnas Brasil, tapi pesan tersiratnya seolah berkata: Kalian ketemu Spanyol, mati sudah!
“Serang Spanyol saat ini lebih mumpuni daripada tim Jerman, kemampuan individu mereka juga lebih unggul. Jika kalian tetap berniat menggunakan taktik dan formasi seperti hari ini, kekalahan kalian mungkin akan lebih telak!” kata Yang Chengzhuo dengan sikap seolah sangat memedulikan kepentingan mereka.
Scolari sangat ingin memarahinya habis-habisan, lalu memberitahu bahwa si tua ini tak butut dikhawatirkan.
Tapi bisakah dia melakukannya?
Jelas tidak bisa!
Secara lahiriah Yang Chengzhuo terlihat biasa, tapi dalam hati ia sangat gembira melihat ekspresi campur aduk Scolari dan Parreira yang kaku duduk di bangku pelatih bagai patung. Ini pasti hasil terbesar yang ia dapatkan dari pertandingan ini.
Setidaknya, di muka bumi ini, berapa orang yang pernah menyaksikan aksi dan mimik wajah dua pelatih legendaris seperti ini?
"Baiklah Felipe, cukup sampai sini. Aku pamit dulu, semoga sukses!" Yang Chengzhuo tahu kapan harus berhenti.
Scolari diam saja. Baru setelah mengantarnya pergi, ia menggelengkan kepala sambil bergumam, "Sialan, cuma menang satu pertandingan saja!"
"Estimasi ulang dia di pertandingan ini, terutama di babak pertama, juga sudah kaubergulat cukup kemampuan sebenarnya, sehingga baru kali ini tidak tahan lagi mendekat untuk membalas kekalahan!" Parreira justru terkekeh, toh Yang Chengzhuo yang dipersulit bukan dirinya.
Scolari melihat-lihat orang licik yang sama sekali tidak kesetiaan ini, tak sepatah kata pun, berbalik dan pergi.
Tapi ucapan Yang Chengzhuo memang benar, melawan Spanyol, ini memang hal yang sangat membuat pusing, tim ini sama sekali tidak sederhana, baik dari kemampuan tempur menyeluruh, maupun kemampuan individu pemain, Spanyol bisa dikatakan terbaik di dunia, yang lebih penting lagi, Scolari tidak seperti Yang Chengzhuo yang memiliki pemahaman tentang taktik Spanyol, ini jelas meningkatkan kesulitan bertarung dengan Spanyol.
……
……
"Ini adalah pertandingan yang sangat sulit, ujian yang sangat besar bagi tim dan pemain. Saya sangat lega karena kami akhirnya bertahan hingga akhir, kami menunjukkan semangat dan Kehendak tradisional serta semangat bertarung kami. Ini membuat kami sama sekali tidak inferior ketika menghadapi lawan yang kuat dan unggul!"
Dalam konferensi pers pasca-pertandingan, Yang Chengzhuo sama sekali tidak merendahkan Timnas Brasil. Dia memberikan muka yang layak untuk tim Brasil dan Scolari, memuji kemampuan dan kemampuan bertarung tim ini dengan sangat. Di akhir, dia merasa kemenangan timnya mengandung unsur keberuntungan.
"Skor 2-0 tidak mencerminkan kesenjangan kekuatan dan performa sebenarnya antara kedua tim yang bertanding. Jika saya yang berkomentar, menurut saya mungkin skor 1-0 lebih rasional. Kami menang tipis, tapi Tim Brasil juga menciptakan banyak peluang mengancam dan tembakan yang bagus. Bisa mengalahkan mereka dalam pertandingan ini sungguh sangat langka!"
"Yang paling membuat saya terkesan adalah pertahanan kokoh yang ditunjukkan Tim Brasil dalam pertandingan. Penguasaan mereka terhadap ruang dan formasi pertahanan menunjukkan kemajuan yang signifikan. Mereka berbeda dari Brasil dalam makna tradisional, mulai bermain lebih menyeluruh dan lebih mengutamakan kerja tim. Ini jelas lebih sesuai dengan tuntutan sepakbola modern."
"Yang lebih langka lagi, Tim Brasil saat ini memiliki segudang bakat ofensif seperti Kaká, Oscar, Robinho, Neymar, dan lainnya. Saya yakin, seiring waktu, tim Scolari pasti punya kesempatan merekonstruksi kecemerlangan!"
Yang Chengzhuo tersenyum saat menyampaikan kata-kata ini. Setidaknya menurutnya, Scolari memang berpeluang memimpin Brasil meraih prestasi di Piala Dunia tahun depan. Tapi untuk tahun ini jelas tidak mungkin, karena Jerman dan Spanyol akan menjadi rintangan terbesar Brasil dalam merebut Piala Konfederasi.
“Tuan Yang Cheng!” Seorang wartawan berdiri, “Dalam dua pertandingan sebelumnya, tim Jerman berhasil mencetak 5 gol. Tapi menghadapi Brasil di pertandingan ini, tim Jerman sempat kesulitan menemukan cara serangan efektif. Apakah ini berarti serangan tim Jerman masih memiliki banyak masalah?”
Dengan senyum datar namun penuh keterusterangan, Yang Cheng mengangguk, “Ya, serangan kami memang memiliki banyak masalah. Setidaknya kami belum sekuat Spanyol yang mampu menghancurkan lawan dengan serangan. Satu-satunya andalan kami adalah permainan menyeluruh!”
“Saya selalu menegaskan dan teguh mempertahankan prinsip ini: Jika suatu hari tim Jerman meraih sukses, warisan terpenting yang kami berikan pada dunia sepakbola bukanlah kumpulan bakat super atau bintang top kelas dunia, melainkan sebuah prinsip mendasar – permainan menyeluruhlah yang menjadi Sumber kemampuan bertarung terkuat sebuah tim!”
Jawaban Yang Cheng juga mendapat persetujuan dari banyak wartawan. Setidaknya, jika dipilih satu per satu, di dalam skuad tim Jerman saat ini benar-benar tidak banyak yang memenuhi syarat. Bahkan bek kiri Brasil Marcelo dan bek kanan Alves saja sudah cukup untuk mengalahkan banyak pemain Jerman, apalagi pemain hebat berkemampuan individu seperti Kaká dan Neymar.
Tapi tim Jerman justru bisa mengalahkan Brasil di pertandingan, ini membuktikan kekuatan permainan menyeluruh.
"Tuan Yang Cheng, setelah mengalahkan Brasil, tim Jerman lolos dari fase grup dengan status peringkat pertama Grup A, tiga kemenangan beruntun, 11 gol dan 0 kebobolan. Apakah tim Jerman punya pertimbangan khusus untuk pertandingan selanjutnya? Apakah pernah mempertimbangkan untuk menjuarai liga?" tanya seorang wartawan yang berdiri lagi.
"Ini afirmatif!" Yang Cheng mengangguk sambil tersenyum, "Saya membawa tim dari Jerman ke Brasil. Jika saya bilang sama kalian bahwa saya sama sekali tidak tertarik pada piala, itu pasti bohong. Semua akan menyoraki saya. Tapi saya tetap menjaga kewarasan dan rasionalitas. Kami memang datang untuk merebut piala, namun pertandingan harus dimainkan satu per satu!"
"Jika tidak ada insiden tak terduga, peringkat kedua Grup B akan jatuh ke Uruguay atau Pantai Gading. Siapa pun yang menang, mereka akan menjadi lawan tangguh kami. Kami harus berhati-hati menghadapi setiap musuh, karena mereka semua punya kemampuan untuk mengalahkan kami!"
Begitu kata Yang Cheng terlontar, seorang wartawan langsung berdiri sambil tersenyum, "Tapi Tuan Yang Cheng, banyak wartawan dan media berpendapat bahwa tim Jerman kini adalah kandidat terpanas di Piala Konfederasi, bahkan melebihi Spanyol!"
"Siapa yang bilang? Suruh dia maju! Biar dia yang latih tim Jerman, saya jadi asistennya! Asalkan dia bisa menjamin merebut Piala Konfederasi!" Yang Cheng tertawa lebar mengeluarkan lelucon.
Langsung terdengar gelak tawa di konferensi pers. Semua orang bisa melihat, setelah mengalahkan Brasil, suasana hati Yang Chengzhuo terlihat jauh lebih santai. Meskipun ia enggan mengakuinya, semua tahu perbedaan antara peringkat pertama dan kedua grup lebih banyak berasal dari tekanan mental.
Kini tim Jerman mengungguli Brasil untuk merebut peringkat pertama grup. Selanjutnya mereka bisa menghadapi Uruguay atau Pantai Gading dengan sikap lebih santai, sementara Brasil harus siaga penuh seperti menghadapi musuh terbesar melawan Spanyol. Inilah perbedaan paling mencolok.
Tentu saja, untuk sementara Yang Chengzhuo tidak bisa memprediksi apakah Spanyol pimpinan Del Bosque akan menonjol dan lolos ke final, atau tim Brasil Scolari akan kembali mengganas. Satu-satunya yang bisa ia katakan: segala sesuatu mungkin terjadi!
