Di Stadion Maracanã, Rio de Janeiro, pertunjukan penutupan Piala Konfederasi sedang berlangsung. Avril Lavigne, penyanyi paling populer dunia saat ini yang menyanyikan lagu tema turnamen, secara alamiah menjadi tokoh utama acara ini.
Tidak hanya itu, dia juga akan bertanggung jawab menyanyikan lagu tema Piala Dunia Brasil 2014. Ini membuatnya menciptakan legenda, menjadi penyanyi lagu tema Piala Dunia selama tiga edisi berturut-turut. Meski banyak yang bilang pencapaian ini diraih berkat pengaruh Yang Chengzhuo, tak ada yang bisa menyangkal bahwa Avril Lavigne adalah penyanyi paling populer di dunia saat ini.
Meski sebentar lagi genap 29 tahun, penampilannya tetap seperti gadis remaja penuh kevulgaran dan karakter unik. Terkadang bahkan berpenampilan sangat non-mainstream dan ceria, benar-benar menyerupai penyihir kecil yang gemar membuat onar. Tapi satu hal pasti: dia tak pernah terlibat isu miring dan sudah lama menghilang dari klub malam.
Dia tak pernah menyangkal obsesinya pada Yang Chengzhuo, bahkan secara khusus menulis lagu-lagu yang sangat mengharukan tentang hal ini. Hampir setiap kali menyaksikan pertandingan Yang Chengzhuo di TKP, dia selalu mengenakan baju miliknya untuk bersorak, bahkan di depan lensa wartawan pun tak menyamarkan hal ini.
Seperti pada upacara penutupan kali ini, dia mengenakan modifikasi unik dari jas latihan seri Kaisar Adidas. Huruf Inggris "KAISAR" di bagian dada sangat mencolok, konon sengaja dipertahankan. Dengan kostum latihan ini dia bernyanyi dan menari di panggung, menggunakan cara sendiri untuk menyemangati Yang Chengzhuo.
Menyaksikan adegan ini, Natalie Portman yang duduk di tribun utama tiba-tiba merasa dirinya sangat tak berdaya.
Bagi sepakbola, emosinya sangat kontradiktif. Dia tidak menyukai sepakbola, murni karena Yang Chengzhuo menyukai sepakbola. Sehingga dia baru memperhatikan sepakbola, dan selamanya hanya mengikuti tim dan pertandingan Yang Chengzhuo. Yang lain tidak banyak menarik minatnya.
Alfie adalah anak laki-laki yang sangat pendiam. Sepasang mata penuh kecemerlangan bersinar tajam. Dia mewarisi kecerdasan super tinggi ibunya, benar-benar seorang remaja berbakat. Tapi duduk di samping ibunya di dalam stadion yang sangat ramai sambil mencari jejak yang familiar, sangat disayangkan dia tetap tidak menemukan ayahnya sendiri.
Malah di kejauhan, di area sekitar dua tiga baris kursi, Charles dan Yang yang duduk bersama sedang melambaikan tangan ke arahnya. Tapi Alfie hanya mengangguk sedikit, sudut bibirnya menggambar lengkungan. Remaja tampan yang agak lemah ini tidak seaktif dua kakaknya.
"Mungkin, orang dengan kecerdasan sedikit lebih tinggi cenderung memiliki kedewasaan dini dan bersikap senior!"
Setelah Avril Lavigne menyelesaikan lagunya, pertunjukan seni juga memasuki akhir. Saat staf mulai meninggalkan tempat, mereka mulai menyiapkan stadion dengan menarik tirai yang menutupi lapangan rumput, memperlihatkan permukaan hijau lebat. Pertandingan akan segera dimulai!
……
……
"Kedua tim yang bertanding mulai berjalan berurutan memasuki lapangan!"
Ketika para pemain dari kedua tim secara bertahap keluar dari saluran pemain di bawah pimpinan wasit utama dan melangkah ke lapangan, 80.000 lebih fans di TKP serempak meledakkan sorak-sorai gegap gempita yang memekak telinga disertai tepuk tangan. Seluruh penonton telah lama menantikan final ini.
Pertunjukan seni tadi lebih bersifat menggoda nafsu makan. Perhatian sebenarnya semua orang tetap tertuju pada pertandingan ini.
"Dalam pertandingan ini, Vicente del Bosque melakukan penyesuaian pada daftar starter timnas Spanyol. Kipernya adalah Iker Casillas, lini pertahanan terdiri dari Jordi Alba, Gerard Piqué, Rubén de la Red, dan Álvaro Arbeloa. Di area tengah terdapat Andrés Iniesta, Xabi Alonso, dan Xavi Hernández. Trisula lini depan diisi oleh David Silva, David Villa, dan Juan Mata."
"Bek tengah inti Sergio Ramos mengalami cedera saat melawan Brasil. Meskipun media terus-menerus memberitakan bahwa lukanya tidak parah dan akan tampil di final, nyatanya Del Bosque tidak memasukkan Ramos dalam daftar skuat final, melainkan menempatkannya di bangku cadangan."
Adegan beralih menunjukkan Sergio Ramos dan Carles Puyol bersama pemain Spanyol lain yang tidak masuk skuat, duduk di tribun penonton. Jelas terlihat kondisinya belum pulih sepenuhnya, sehingga pelatih bahkan tidak memasukkannya sebagai cadangan.
"De la Red menggantikan posisi Ramos. Dalam konfigurasi lini tengah, Del Bosque memilih Xavi. Pemain senior Barcelona ini masih menunjukkan performa stabil yang bagus, sebagai inti lini tengah Barcelona saat ini. Pertanyaannya apakah dia bisa membantu Xabi Alonso dengan baik dalam mengendalikan lini tengah pada pertandingan ini."
Komentator di TKP tampaknya juga berpendapat bahwa perubahan konfigurasi lini tengah ini seharusnya akan menjadi penentu kemenangan/kekalahan dalam pertandingan ini.
"Lineup pembuka tim Jerman tidak mengalami penyesuaian besar. Kiper adalah Neuer. Lini pertahanan terdiri dari Lahm, Badstuber, Hummels, dan Jérôme Boateng. Gelandang bertahan ganda diisi Schweinsteiger dan Sven Bender. Gelandang serang adalah Thomas Müller, Özil, dan Podolski. Striker tunggal dipercayakan kepada Klose!"
"Sven Bender juga mengalami cedera setelah pertandingan melawan Brasil dan absen di semifinal melawan Uruguay. Kini kita melihatnya kembali bermain di posisi utama. Pelatih kepala Yang Chengzhuo menunjukkan kepercayaan besar pada bek ini. Kehadirannya pasti akan memperkuat pertahanan dan kekuatan dinamis intercepting di lini tengah Jerman."
"Di posisi sayap kanan, Yang Chengzhuo memilih Podolski. Marco Reus yang lebih ofensif ditempatkan di bangku cadangan. Jelas ini merupakan strategi efektif untuk meng-counter bek kiri Spanyol Jordi Alba yang terkenal dengan gerakan maju membantu serangan. Penempatan Podolski sebagai sayap kanan bertujuan membatasi pergerakan Alba."
Saat menganalisis bagian ini, komentator juga menyimpulkan bahwa pengaturan formasi kedua pelatih kepala sama-sama menunjukkan kesiapan taktis yang matang.
"Kedua tim ini bisa dikatakan sebagai tim paling hebat di bidang timnas selama beberapa tahun terakhir, dengan kekuatan menyeluruh yang sangat kuat. Kedua tim juga hampir selalu muncul di final semua kompetisi internasional masa lalu, dan saling mengalahkan. Kini, kita lihat bagaimana hasil pertarungan kembali mereka dalam pertandingan ini."
"Bagi Spanyol, setelah Ramos absen, apakah rekombinasi lini tengah bisa mempertahankan stabilitas kontrol tim menjadi kunci kemenangan. Karena jika kehilangan keunggulan di lini tengah, Spanyol akan sulit menciptakan ancaman terhadap pertahanan Jerman. Sementara bagi Jerman, ujian terbesar adalah apakah pertahanan mereka mampu menerima serangan Spanyol!"
"Singkatnya, duel kedua tim ini penuh dengan suspense, membuat fans sepakbola seantero alam semesta tak sabar menunggu pertandingan ini!"
Di saat inilah wasit akhirnya membunyikan peluit tanda dimulainya final Piala Konfederasi!
……
……
Yang Chengzhuo telah menduga Spanyol akan aktif menyerang di awal pertandingan, tapi sama sekali tidak menyangka serangan Spanyol bisa datang segalak, secepat, dan sekeras ini - bahkan dimulai tepat saat peluit berbunyi.
Tembakan pertama sepanjang pertandingan terjadi di detik ke-41. Setelah koordinasi passing satu sentuhan yang kontinu, pergerakan bola Spanyol mencapai depan wilayah terlarang Jerman. Iniesta mengoper ke Mata yang sedang memotong ke dalam tepat sebelum dikepung Sven Bender, kemudian pemain terakhir itu melepaskan tendangan keras bertenaga dengan kaki kirinya di depan area penalti.
Meski akhirnya tembakan itu meleset tipis dari tiang kanan, hal ini membuat semua orang di TKP terkejut bukan main.
Yang Chengzhuo sendiri juga kaget dibuatnya oleh tembakan mendadak ini, masih agak berdebar, tapi dia sudah bersiap mental. Sangat paham bahwa menghadapi tim seperti Spanyol, segala kemungkinan bisa terjadi - bahkan kebobolan.
"Philip!" Yang Chengzhuo mendatangi pinggir lapangan, berteriak memanggil Lahm sambil membuat gerakan menekan, memberi isyarat agar menjaga posisi saat menghadapi serangan Spanyol. Begitu pemain sayap menguasai bola, prioritas utama adalah menutup jalan potong ke dalam dan mencegah mereka menarik bola ke area tengah untuk menciptakan ancaman.
Prinsipnya tetap sama: untuk membatasi ancaman pemain kaki terbalik seperti Mata, kita harus memblokir gerakan potong ke dalamnya.
Tak lama, gempuran Spanyol kembali menyasar pertahanan Jerman. Masih dalam fase ketagihan, mereka kembali mengoper ke kaki Mata. Namun kali ini, Lahm telah berada di sisi dalam siap menghalangi potongannya. Baik kecepatan maupun perlawanan fisik, Mata sulit mengungguli bek Bayern ini. Kemampuan bertahan one-on-one Lahm yang mumpuni benar-benar membuat winger Spanyol ini berpikir dua kali.
Terpaksa, Mata memilih turun ke garis bawah, sementara Lahm menyusul ketat, melakukan kawalan di sekitar garis samping kotak penalti besar. Umpan datar rendah silang Mata akhirnya dihalau Lahm ke garis bawah, tendangan sudut.
Saat Xabi Alonso mendekat bersiap mengambil tendangan pojok, Neuer melirik ke arah Yang Chengzhuo di pinggir lapangan. Yang terakhir mengangguk ke arahnya, karena sebelum pertandingan mereka telah berjanji: bola lambung dan set-piece di kotak penalti akan diprioritaskan menjadi tanggung jawab Neuer. Poin krusial ini juga telah disampaikan Yang Chengzhuo kepada para pemain sebelum pertandingan.
Diraih oleh persetujuan Yang Chengzhuo, Neuer diam-diam menarik napas dalam-dalam di hatinya. Dia sangat paham, jika ingin melangkah maju selangkah ini, harus lebih aktif. Maka dengan kedua tangan yang lebih keras menepuk, berteriak lantang dalam bahasa Jerman, "Serahkan padaku!"
Kalimat ini sama saja memberitahu rekan satu timnya: Kali ini dia akan aktif memilih untuk maju menyongsong.
Kiper maju menyongsong, frasa ini ditulis, diucapkan, sangat sederhana, mudah sekali, hanya satu kata. Tapi untuk melakukannya, benar-benar sulit, sangat sulit. Mereka yang tidak pernah bermain sepak bola atau menjaga gawang, sulit memahami kesulitan di baliknya.
Kotak penalti besar panjangnya 40 meter, lebarnya 16.5 meter. Seberapa besar sebenarnya? Bisa dibayangkan sendiri. Saat lawan mengambil tendangan sudut, kotak penalti besar dipenuhi orang. Tim penyerang akan merancang penjadwalan personel untuk menghitung setiap inci ruang di ketiga rute (depan, tengah, belakang) kotak penalti ke dalam jarak serangan mereka. Hal ini jelas meningkatkan tingkat kesulitan pertahanan.
Untuk kiper yang maju menyongsong, biasanya pertimbangan utamanya adalah merebut titik jatuh pertama. Karena dengan menguasai titik ini, segala taktik serangan lawan akan teratasi. Tapi untuk menguasai titik ini, dibutuhkan kemampuan pra-penilaian lokasi jatuhnya bola yang sangat tinggi dari kiper.
Umumnya, dari saat tendangan sudut dilayangkan hingga bola masuk ke kotak penalti, waktunya sekitar 2 detik, bahkan mungkin lebih singkat. Mungkin ada yang heran: "2 detik tidak sebentar, apa tidak cukup bagi kiper untuk bereaksi?"
Bukan hanya respons yang sederhana, saat Kamu melihat lintasan bola dan menilai titik jatuh bola, raga Kamu juga harus segera berpindah ke area ini. Hal ini menuntut respons kiper dan koordinasi pergerakan tubuh yang sangat tinggi. Terutama saat tendangan sudut, kotak penalti dipenuhi orang. Saat bergerak, sangat mungkin Kamu mendapat interferensi yang sengaja diatur lawan, bahkan bisa terjadi peristiwa gol bunuh diri akibat tubrukan antar anggota tim sendiri.
Oleh karena itu, aksi maju kiper tak hanya pra-penilaian titik jatuh atau perpindahan fisik semata, melainkan juga membutuhkan pertimbangan yang sangat mendalam terhadap segala perubahan di kotak penalti - terutama pergerakan personel setelah bola dikirim, dengan fokus khusus pada posisi dan mobilitas fokus menyerang lawan.
Ini adalah pertarungan antara serangan aktif yang telah direncanakan dan pertahanan pasif. Keunggulan terbesar kiper terletak pada kemampuan mereka menggunakan kedua tangan, sementara pemain lawan hanya boleh menggunakan bagian tubuh selain tangan. Oleh karena itu, wilayah kendali kiper lebih luas. Mereka hanya perlu memprediksi titik jatuh bola dalam jangkauan tangan mereka, lalu memastikan pergerakan mereka tidak terganggu lawan selama proses perpindahan posisi.
Alasan memberi kabar ke rekan satu tim sebelumnya adalah agar mereka memahami bahwa kiper akan maju menyongsong bola. Rekan tim harus melakukan koordinasi dan menghindari tabrakan dengan rekan sendiri yang bisa menyebabkan gol bunuh diri.
Singkatnya, tindakan maju menyongsong bola yang terlihat sederhana sebenarnya merupakan ujian menyeluruh bagi seorang kiper. Bahkan bisa dikatakan, kiper yang hanya bertahan di garis gawang bukanlah kiper yang lengkap. Hanya kiper yang ahli dan berani maju menyongsong bola-lah yang pantas disebut kiper seutuhnya.
Ketika Xabi Alonso melayangkan tendangan sudut, Neuer melihat itu adalah bola lambung dengan lengkungan tidak terlalu besar. Dia memiliki firasat bahwa bola akan jatuh di titik belakang. Saat membuat pra-penilaian ini, raganya sudah mulai mundur dengan cepat, gerakannya diselaraskan dengan lintasan melengkung bola yang meluncur.
Saat bola mulai terjatuh, Neuer telah tiba di wilayah kendali. Terlihat Piqué sedang bersiap menyelesaikan pukulan terakhir di posisi ini. Namun Neuer tiba-tiba melompat tinggi, menyambar bola tepat di atas kepala Piqué. Kedua tangannya mencengkeram erat, mendarat dengan mantap sementara bola masih terkontrol sempurna di genggamannya.
Pada detik ini, tiba-tiba dia merasakan sesuatu. Dengan jelas dia bisa melihat ekspresi frustrasi Piqué, wajah-wajah rekan setim yang dipenuhi kejutan, kegembiraan, dan semangat. Hatinya dipenuhi emosi yang disebut rasa pencapaian, seolah beban berat yang selama ini menindih hatinya akhirnya terangkat.
“Serangan balik!” Neuer yang sudah menguasai bola, dengan cepat bergerak menuju luar kotak penalti besar. Saat hampir keluar dari area, tangan besarnya melempar bola tepat ke kaki Lahm di sisi kiri. Pemain terakhir ini langsung melancarkan serangan balik lewat sayap kiri.
Berdiri di depan wilayah terlarang, menyaksikan kedua pihak bagai air pasang mengalir ke wilayah Spanyol, Neuer menegakkan posturnya. Dalam hatinya masih terasa semangat dan kegembiraan dari aksi penyelamatan tadi, seolah mendapat stimulasi.
Dia sangat jelas menyadari, akhirnya telah melangkahkan kaki pertama, langkah sulit nan penuh rintangan!
……
……
“Jérôme, Philip maju merebut! Kamu kembali ke posisi, masuk ke wilayah terlarang!”
Saat Spanyol kembali melancarkan serangan, Lahm maju melawan Mata. Neuer sambil memandang ke kiri, matanya tetap waspada pada situasi di hadapannya, mengingatkan Jérôme Boateng dengan suara.
Yang terakhir mendengar teriakan Neuer, posisinya semakin mendekat ke tengah medan. Begitu dia kembali, Mats Hummels langsung maju merebut, mengantisipasi umpan silang Spanyol di kotak penalti dengan menendang bola jauh keluar.
Setelah menggagalkan serangan Spanyol, Mats Hummels melirik Jérôme Boateng dan Neuer sambil berjalan mundur. Neuer yang tetap kalem mengangguk memberi hormat, sebelum berteriak mengingatkan rekan setimnya melihat Spanyol di kejauhan kembali menguasai bola dan melancarkan satu gelombang serangan.
Di awal pertandingan, serangan mendadak Spanyol sangat galak. Mereka menghujani pertahanan Jerman dengan serangan dahsyat, menciptakan banyak masalah yang membuat lini belakang Jerman terjepit. Begitu bola berhasil ditepis, Spanyol langsung menekan untuk merebut kembali kepemilikan, lalu melanjutkan gempuran.
Ini adalah taktik tipikal menggunakan serangan sebagai alternatif pertahanan, sementara tekanan intensitas tinggi seperti ini menyebabkan pengeluaran energi yang signifikan.
"Sven, mundur sedikit! Xavi maju!"
"Jérôme, awasi Jordi Alba di sayap kanan!"
Penglihatan Neuer lebih luas. Sebagai benteng terakhir tim, setiap pergerakan pemain di depannya berada dalam jangkauan penglihatannya. Saat bola masih di luar jarak serangan, ia lebih fokus memantau pergerakan bola sambil mengamati lari pemain lawan. Namun begitu bola memasuki jarak serangan, ia akan mengonsentrasikan seluruh energi pada pertahanan kiper.
Keberadaan kiper yang memimpin pertahanan dari belakang, dalam tingkat tertentu, memberikan bantuan yang signifikan untuk pertahanan. Setidaknya dalam 15 menit pertama, Spanyol melancarkan serangan galak namun gagal memasukkan bola secara efektif ke kotak penalti besar Jerman. Semua ini berkat organisasi pertahanan tim Jerman yang disiapkan dengan sempurna.
Tapi pertahanan sekokoh apa pun, pada akhirnya pasti akan ada saatnya direnggut oleh lawan.
Ketika pertandingan memasuki menit ke-17, Jordi Alba maju ke depan dan terlibat dalam serangan. David Silva dan Andres Iniesta memberikan dukungan di depan. Alba yang dijaga ketat oleh Lukas Podolski terpaksa mengoper bola ke David Silva.
Jérôme Boateng berdiri menghadang jalur David Silva yang mencoba memotong ke dalam. Begitu melihat tidak ada kesempatan untuk memotong, ia memilih memberikan operan silang ke Andres Iniesta. Pada saat itu, Sven Bender bersiap meninggalkan posisinya untuk mendekati Iniesta. Namun di luar dugaan, Iniesta tidak berlama-lama menguasai bola. Begitu bola menyentuh kakinya, seolah menghantam tembok, berbalik arah dengan dampak balik yang tajam.
David Silva langsung berlari cepat ke garis tengah setelah mengoper. Bola dari Iniesta tepat tiba di depannya, namun Jérôme Boateng juga melakukan kawalan. Setelah menguasai bola kembali, Silva mengembalikan operan ke Iniesta yang menerobos masuk ke kotak penalti dan menerima bola dengan kokoh.
Saat itu Mats Hummels segera membangun pertahanan kain dan mendekat. Namun Iniesta justru memanfaatkan langkah pergerakan Hummels dengan cerdik saat mengontrol bola. Memanfaatkan momentum Hummels yang belum seimbang, ia melakukan pemberhentian mendadak dan perubahan arah setelah menguasai bola, menyodorkan bola pelan dari sisi kiri Hummels sehingga bek Jerman itu gagal mengejar. Tubuhnya pun meliuk lincah bagai ikan belut lumpur yang menyelinap melewati sisi Hummels.
Andres Iniesta dan David Silva, dalam celah sempit ini, dengan kehalusan nyaris akrobatik, mempermainkan secara tuntas para pria bertubuh besar dan tinggi dari tim Jerman di telapak tangan mereka. Bahkan hingga detik terakhir, sentuhan dribbling Iniesta ini memiliki kekuatan dinamis yang sangat ringan, memastikan setelah melewati Mats Hummels, dia bisa secepat kilat merebut bola sebelum semua orang lain, membentuk situasi one-on-one dengan kiper!
Rentetan koordinasi teknik ini sepenuhnya melampaui batas taktik, murni adalah kilatan bakat individu jenius. Siapa pun tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi mereka.
