Terkadang, peran pelatih kepala dalam suatu pertandingan sebenarnya sangat terbatas!
Seperti dalam pertandingan melawan Kroasia ini, Yang Chengzhuo tahu lawan menggunakan taktik agresif di awal untuk mengintimidasi tim Jerman. Dia juga melihat masalahnya dan memberikan penyesuaian, namun sangat disayangkan, sepanjang babak pertama tim Jerman tetap terlihat belum bisa membuka celah.
Bukan tim Jerman ingin bermain tradisional, tapi Kroasia memaksa mereka tidak punya pilihan lain!
Setelah memperlambat irama, keunggulan penguasaan bola tim Jerman semakin jelas terlihat. Seluruh babak pertama, rasio penguasaan bola tim Jerman mencapai 72%, membuat Kroasia hanya mendapatkan 1 kali tembakan dalam 45 menit babak pertama - tepatnya di menit ke-23 saat Šporar melakukan crossing akurat dari sayap kanan, disambut tendangan menyapu Mandžukić di luar wilayah terlarang yang melambung jauh melenceng. Setelah itu, Kroasia tidak lagi mengancam gawang Jerman.
Tapi ironisnya, tim Jerman juga tidak pernah berhasil mengancam gawang Kroasia.
Sepanjang babak pertama, Kroasia tetap mempertahankan setidaknya 8 pemain yang terlibat dalam pertahanan. Hanya Modrić dan Mandžukić yang ditempatkan di depan, bahkan Modrić pun sering mundur untuk membantu pertahanan lini tengah dan pressing depan. Ini menunjukkan betapa kokohnya sistem pertahanan Kroasia yang mengerahkan pasukan dalam jumlah besar.
Terkadang harus diakui, investasi dan hasil berbanding lurus, terutama bagi tim seperti Kroasia yang kemampuannya tidak buruk. Setelah menempatkan 8 pemain sebagai penjaga gawang, pertahanan di area 32 meter mereka sangat kokoh, bahkan tim Jerman pun sulit menemukan peluang spektakuler yang lebih baik.
Namun tim Jerman juga memiliki kelemahan, yaitu jumlah tembakan mereka hanya 5 kali dengan 2 tembakan tepat sasaran, tetapi sama sekali tidak menyebabkan ancaman. Sebaliknya, tingkat keberhasilan operan dan rasio penguasaan bola mereka sangat bagus dan baik, membuat tim Jerman menguasai inisiatif pertandingan dengan erat di babak pertama.
"Tim Yang Chengzhuo masih jelas kurang kemampuan untuk memecahkan situasi. Jika di pertandingan melawan Kolombia sebelumnya mereka masih memiliki Gomes sebagai ujung tombak yang bisa berada di posisi paling depan, maka di pertandingan ini kita bisa melihat garis depan tim Jerman jelas kekurangan pemain tolok ukur!"
"Thomas Müller dan Marco Reus lebih banyak menguasai bola di sayap. Di bawah taktik pengepungan bersama Kroasia, sangat sulit untuk memindahkan bola dari sayap ke tengah. Ini masalah yang sangat besar dan juga menyebabkan tim Jerman kehilangan kesempatan mengubah kontrol bola menjadi ancaman begitu memasuki area 32 meter lawan!"
"Kami tidak tahu mengapa Yang Chengzhuo enggan memainkan Gomes. Tapi kami punya alasan mutlak untuk percaya bahwa dalam situasi seperti ini, kehadiran striker bisa memberikan efek yang lebih baik. Setidaknya daya gempur dan kemampuan mencetak gol Gomes akan menjadi penggentar bagi Kroasia."
"Di TKP terlihat banyak fans yang memiliki pandangan sama dengan kami. Mereka meneriakkan nama Gomes, jelas-jelas menyadari lemahnya serangan tim. Mereka menyerukan agar Gomes yang mencetak dua gol di pertandingan sebelumnya bisa turun sebagai pengganti, terus memimpin Jerman membobol gawang Kroasia."
“Masih belum jelas apakah Yang Chengzhuo akan melakukan penyesuaian pada pasukan sekuat ini saat istirahat tengah, atau apakah dia akan memainkan Gomez sebagai pemain pengganti. Bagaimanapun juga, striker ini saat ini menduduki peringkat pertama di daftar pencetak gol Piala Dunia.”
Hingga saat ini di babak grup, striker dengan gol terbanyak adalah 2 gol, dengan total 4 pemain. Gomez termasuk salah satunya.
Sejak mencetak dua gol di pertandingan pertama babak grup, media dengan cepat membombastiskan Gomez sebagai harapan garis depan Jerman. Banyak yang menganggap bahwa setelah Klose absen atau langsung pensiun, Gomez telah memiliki kemampuan untuk menanggung harapan serangan garis depan tim Jerman. Oleh karena itu, dalam pertandingan kali ini beberapa fans menyerukan agar Yang Chengzhuo segera memasukkan Gomez.
Namun, sebagai pelatih kepala tim, Yang Chengzhuo juga harus punya pertimbangan sendiri. Jika memasukkan Gomes, cara serangan tim wajib disesuaikan - ini berpotensi membuat pemain di lapangan bingung. Apalagi begitu satu striker masuk, artinya area tengah akan kehilangan satu pemain. Perubahan berantai ini juga harus dia analisis.
Selain itu, Gomes memang bukan tipe striker yang ahli menghadapi pertahanan rapat. Terutama dalam situasi menghadapi formasi defensif ultra-kompak lawan seperti sekarang, performanya selalu di bawah ekspektasi. Jika dimainkan secara tidak tepat, momentum golnya malah bisa terpengaruh, bahkan kondisi psikologisnya terganggu.
Harus dipahami, Gomes termasuk pemain yang mudah terpengaruh tekanan. Setelah tampil gemilang di Pertempuran Pertama babak grup, Yang Chengzhuo sengaja mengajaknya berdiskusi. Pelatih kepala itu menjelaskan maksud menempatkannya di bangku cadangan untuk pertandingan kedua, sekaligus menghibur sang striker. Jika sekarang dipaksakan tampil dalam kondisi kurang ideal, sangat berisiko merusak kepercayaan diri pemain.
Ada kalanya, fans bersikap buta, tapi pelatih kepala harus tetap tenang dan rasional!
……
……
Di ruang ganti yang sunyi, semua orang duduk di tempat masing-masing. Sebagian menerima layanan tukang pijat, sebagian lagi duduk santai dengan gaya terus terang. Tak ada yang berbicara, ekspresi wajah mereka dipenuhi kebingungan.
Performa mereka di babak pertama memang tidak ideal, tapi juga tidak buruk - karena mereka berhasil mengendalikan situasi.
Jika kita mengabaikan area pertahanan Kroasia, permainan tim Jerman sebenarnya tidak kalah dari performa biasa. Masalahnya justru muncul di zona operan dan infiltrasi dekat wilayah terlarang. Tim Jerman kesulitan mengirim umpan maut ke area ancaman, sementara Kroasia telah memasang jebakan berlapis di depan kotak penalti. Begitu masuk ke zona ini, keunggulan khas Jerman sulit ditunjukkan.
"Para cucunya itu bermain sangat kasar, gerakan licik mereka banyak sekali, pressing-nya juga sangat agresif. Kadang-kadang benar-benar ingin menghajar mereka!" Mesut Özil mengatupkan gigi sambil mengepal tangan, wajahnya geram.
"Wasit utama terlalu toleran dalam memimpin pertandingan. Mereka jelas-jelas memanfaatkan hal ini, sehingga semakin meningkatkan semangat mereka!"
Beberapa aksi yang dianggap pelanggaran oleh sebagian wasit dan patut diberi kartu, di mata wasit lain justru dinilai sebagai kontak fisik normal yang wajar dalam perlawanan. Jadi mereka tidak memberikan kartu, bahkan terkadang tidak meniup peluit sekalipun.
Ini bukan berarti wasit memihak salah satu tim, melainkan perbedaan dalam menilai situasi saat memimpin pertandingan.
Contohnya, wasit yang biasa memimpin pertandingan Liga Primer dengan wasit La Liga pasti memiliki standar penilaian berbeda. Mengingat perlawanan fisik di Liga Primer jauh lebih intens, jika menerapkan standar La Liga, pertandingan mungkin akan sering terhenti - hal yang menjadi pantangan besar dalam sepakbola.
Tim Jerman ingin menguasai bola, dengan menempatkan pemain yang umumnya memiliki kemampuan perlawanan fisik lebih rendah. Hal ini membuat Kroasia, setelah menguji standar wasit, segera memutuskan untuk memperkuat perlawanan fisik terhadap Jerman sekaligus melakukan banyak gerakan licik, merapatkan lini belakang-tengah, dan memampatkan ruang operan serta pergerakan tim Jerman.
Strategi seperti ini harus diakui efeknya sangat jelas. Penguasaan bola Jerman lebih banyak terjadi di lingkaran tengah dan wilayah sendiri. Begitu memasuki wilayah Kroasia, rasio penguasaan bola langsung menurun drastis. Bertarung melawan tim seperti ini menjadi tantangan dan kerugian besar bagi ketahanan mental dan kebugaran pemain.
Yang Chengzhuo mendorong pintu ruang ganti dan masuk. Seketika semua mata tertuju serempak pada pelatih kepala mereka. Mereka mengawasi Yang karena kinerja babak pertama yang jelas telah menyimpang dari rencana pengembangannya. Kini kunci utamanya adalah bagaimana Yang akan menyesuaikan dan mengubah strategi.
Bagi banyak orang di antara mereka, yang terpenting adalah memenangkan pertandingan! Siapa yang diganti atau dimasukkan tidak penting!
Jadi di saat seperti ini, ketika Yang Chengzhuo masuk ke ruang ganti dan melihat sepasang mata yang hampir bisa dikatakan mempercayai sepenuh hati ini, menyaksikan satu per satu pemain yang begitu mempercayainya, dia merasakan kebanggaan, merasakan keyakinan. Karena baginya, senjata terkuat dari tim manapun bukan berasal dari taktik teknik, melainkan dari para pemain.
Dan kekuatan pemain terkuat adalah persatuan dan pengabdian!
Hanya tim yang terdiri dari sekelompok pemain yang sangat bersatu dan bersedia mendedikasikan seluruh tenaga mereka untuk tim, barulah menjadi yang terkuat!
"Kami tidak bermain buruk di babak pertama!" Kata Yang Chengzhuo perlahan sambil masuk ke ruang ganti, berbicara dengan datar. Nada bicaranya tenang tanpa sedikit pun kepanikan, seolah dia sama sekali tidak terkejut dengan semua ini - meski semua orang tahu rencana pertandingannya jelas bukan seperti ini.
"Tapi ada dua hal yang tidak kita lakukan dengan baik, pertama adalah kedalaman serangan kita!"
Yang Chengzhuo menggunakan tablet komputer di tangannya, melalui layar "kaca", menunjukkan rute operan dan area penguasaan bola babak pertama kepada semua orang di ruang ganti. Dari dua peta ini, seluruh pemain bisa melihat bahwa penguasaan bola tim Jerman lebih banyak di lini belakang-tengah, sementara rute operan lebih didominasi umpan melintang dan pengembalian.
"Aku tahu kalian bermain sangat melelahkan di babak pertama, tapi kalian juga harus paham: lawan sama sekali tidak lebih ringan dari kita! Berapa banyak kebugaran yang kita habiskan, mereka juga menghabiskan sebanyak itu—bahkan lebih! Sebesar apa tekanan kita, mereka juga merasakan hal yang sama—bahkan lebih besar! Masalah yang kita hadapi sekarang, mereka juga sedang menghadapinya!"
"Imbang? Di putaran pertama kita sudah meraih 3 poin. Kalau imbang, kita akan punya 4 poin. Tapi mereka baru dapat 2 poin setelah imbang. Siapa yang lebih unggul? Di pertandingan berikutnya kita tinggal mengalahkan Jepang untuk tetap lolos. Tapi mereka masih harus mewaspadai pertandingan Kolombia vs Jepang—siapa pun yang menang, begitu hasilnya keluar, peringkat mereka akan langsung terjun bebas!"
“Jadi, kita punya lebih banyak alat untuk bertarung dengan lawan, kita juga harus lebih yakin menghantam rival, tanpa perlu gelisah antara takut gagal dan khawatir kehilangan, juga tak takut melakukan kesalahan. Ini permintaanku untuk kalian! Di babak kedua, kita harus meningkatkan uman dalam, terutama uman dalam ke kedua sayap!”
Seluruh pemain mendengar analisis Yang Chengzhuo, menerima poin pertama. Karena setelah menghadapi tekanan gila-gilaan lawan di awal pertandingan, mereka mulai enggan mengambil risiko mengoper bola ke area pertahanan lawan.
Ini Piala Dunia, tak ada yang mau kesalahan diri sendiri menyebabkan serangan lawan, apalagi sampai mencetak gol.
“Kelemahan kedua kalian menurutku adalah tembakan!”
"Dibandingkan dengan rasio penguasaan bola kita, jumlah tembakan kita terlalu sedikit. Aku tahu, pertandingan ini sangat menegangkan dan sulit, lawan menekan terlalu ketat, dan rute operan kita dihentikan oleh lawan. Ini membuat kalian semua merasakan tekanan yang sangat besar. Tapi aku ingin setiap dari kalian, begitu mendapat kesempatan, langsung melepas tembakan dengan Tindakan Tegas!"
"Baik itu tembakan jarak jauh, entah meleset, menyamping, atau melambung, tidak masalah. Asalkan ada kesempatan, langsung tembak! Thomas Müller, Marco Reus, semuanya adalah pembunuh terkenal di Bundesliga. Bastian Schweinsteiger, Toni Kroos, kemampuan tembakan jarak jauh mereka juga sangat bagus. Kenapa tidak berani menendang?"
"Kalian harus ingat: selama ada tendangan, akan menciptakan ancaman. Lawan akan takut, dan kita bisa mengintimidasi mereka!"
Seluruh pemain mengangguk serempak setelah mendengar penjelasan tersebut. Tanpa perlu penjelasan lebih lanjut dari Yang Chengzhuo, mereka semua tahu bagaimana melakukan perbaikan pada dua masalah ini.
"Sudah bertahun-tahun bermain di bawah komando Yang Chengzhuo, mereka juga sudah memahami maksud dan niat pelatih. Sekali dijelaskan langsung paham."
"Di babak kedua kita akan melakukan beberapa penyesuaian. Schweinsteiger harus lebih memperhatikan sayap kiri, posisi Lahm harus maju ke depan, Özil mundur sedikit untuk membantu mengorganisir lini tengah. Toni Kroos perlu memperhatikan dukungan dan koordinasi dengan Özil dan Schweinsteiger!"
"Thomas Müller, di babak kedua saat tidak menguasai bola, kamu harus lebih sering menerobos masuk ke kotak penalti dari sayap kiri. Tarik bek lawan dan ganggu formasi pertahanan mereka, sekaligus ciptakan ruang untuk gerakan menerobos dari belakang Lahm. Usahakan juga untuk membuka peluang bagi rekan tim yang menyusup dari belakang."
“Bek tengah Hilderfeld kemampuan defensif frontal bagus dan menonjol, tapi kecepatan dan putaran badan adalah titik lemah. Bek kanan Srna sudah 32 tahun. Manfaatkan kelemahan di area kedua pemain ini, habisi mereka!” Yang Chengzhuo menunjuk area agak ke kanan kotak penalti Kroasia di layar, memberi isyarat pada Thomas Müller untuk menerobos dari sini ke kotak penalti.
Srna adalah kapten Kroasia sekaligus kapten Shakhtar Donetsk, seorang pemain yang diremehkan secara serius. Namun selama ini hanya bermain di Liga Ukraina, pernah mendapat perhatian dari tim-tim Liga Primer seperti Ferguson dan Mourinho, tapi bek kanan Kroasia ini tetap dingin.
Alasan sebenarnya bukan karena kurang kemampuan, melainkan masalah finansial.
Ferguson pernah bermaksud merekrut Šeferović untuk menggantikan Gary Neville, dan bersedia membayar biaya transfernya. Namun dalam hal gaji, mereka tidak bisa memenuhi gaji setelah pajak setinggi yang diterima Šeferović di Shakhtar Donetsk. Mereka berharap Šeferović mau mengurangi gajinya untuk bergabung, seperti yang dilakukan Arshavin ketika bergabung dengan Arsenal dulu. Namun tawaran ini ditolak Šeferović.
Bukan karena Šeferović serakah, tapi karena saudara laki-lakinya menderita sindrom Down. Setiap gol yang dicetaknya dipersembahkan untuk saudaranya itu. Ia sendiri pernah mengatakan, selama bermain di Kroasia, penghasilannya tidak banyak. Keluarganya bekerja keras untuk menghidupi dan merawat saudaranya. Kini gilirannya bekerja keras menghasilkan uang untuk menghidupi keluarganya dan membiayai pengobatan saudaranya.
Seperti kata pepatah: "Anak orang miskin cepat mandiri". Ini adalah pemain yang sangat layak dihormati. Namun sayangnya, dalam pertandingan ini, dia adalah lawan Yang Cheng!
……
……
Seiring penyesuaian taktik tim Jerman, terutama permintaan Yang Chengzhuo agar tim lebih banyak melakukan umpan dalam, irama pertandingan pun tak terhindarkan semakin cepat. Begitu ritme meningkat, pergerakan pemain bertambah, celah dan ruang pun semakin banyak terbuka.
Bagi pemain seperti Thomas Müller dan Mesut Özil yang memiliki insting alami mencari celah dan ruang, percepatan ritme memungkinkan mereka menunjukkan kemampuan maksimal. Mereka mulai menciptakan peluang melalui pergerakan tanpa bola yang intens, terutama Özil yang mendapatkan kebebasan lebih setelah posisinya mundur.
Di awal pertandingan, lini tengah Jerman aktif menekan lini tengah Kroasia. Perhatian khusus diberikan pada pengawasan ketat Sven Bender terhadap Luka Modrić. Setiap kali Modrić menguasai bola, Bender langsung menerjang dengan marking ketat.
Dengan suksesnya netralisasi Modrić, ancaman serangan Kroasia berkurang lebih dari separuh!
“Rebutan bola, Sven Bender merebut pergerakan bola di kaki Modrić sekitar lingkaran tengah, sebuah perebutan yang cantik!!!”
Dengan teriakan komentator, semua orang menyadari kepemilikan bola berpindah dari Kroasia ke Jerman dalam sekejap. Sven Bender segera mengoper bola ke Toni Kroos.
Ini kewajibannya sebagai gelandang bertahan - jika tak punya kemampuan mengoper bola yang hebat, serahkan saja pada yang ahli.
Tekanan Kroasia sangat keras. Begitu Toni Kroos menguasai bola, Rakitic langsung menerjang dengan ganas seperti serigala dan harimau. Kroos menusuk bola ke depan, melihat Özil yang bergerak cepat dari tengah lapangan mundur ke area tengah.
Mesut Özil menguasai bola, berbalik, lalu menyerbu ke depan dengan cepat sambil membawa bola langsung menuju wilayah terlarang Kroasia. Kecepatannya sangat mengerikan, gelandang Kroasia mengikuti langkah demi langkah, namun belum tentu bisa menghentikan pemain ini. Hal ini langsung membuat Corluka menutup celah untuk mencegah Özil menerjang masuk ke kotak penalti.
Lahm setelah merebut bola langsung menyambar ke batas dengan cepat, mengalihkan perhatian bek kanan Srna. Sementara Thomas Müller berlari ke tengah medan, terlihat bersiap menyambut umpan silang dari Özil di depan wilayah terlarang, memaksa Silvestre harus keluar mengawasinya.
Area depan wilayah terlarang sangat berbahaya. Pencetak gol seperti Thomas Müller begitu menguasai bola di zona ini, pasti menjadi ancaman mematikan. Karena itu ia harus terus diawasi ketat oleh bek Jerman itu.
Saat semua orang mengira Özil akan secepat kilat menggiring bola masuk ke area penalti, tiba-tiba ia mengoper bola ke sisi kanan. Sementara dirinya sendiri malah menerjang ke depan. Gerakan ini langsung mengalihkan seluruh perhatian garis pertahanan Kroasia ke sisi kanan gawang. Jika diperhatikan lebih saksama, akan terlihat bek-bek Kroasia seluruhnya tertarik ke area kanan kotak penalti.
Ini juga respons refleks alami. Karena mereka harus menutup ruang antara Özil di dalam kotak penalti sisi kanan dengan Reus di tepi kanan area penalti, mencegah keduanya membentuk kombinasi. Sebab begitu bola masuk area penalti, bahaya akan mengintai.
Dinamika lapangan yang berubah sekejap mata tak memberi waktu untuk berpikir panjang. Tak ada yang menyadari, setelah Reus menguasai bola, Thomas Müller tiba-tiba melepaskan diri dari marking Škrtel di tepi kiri area penalti, lalu melesat ke depan seperti anak panah.
Di sisi kanan, Marco Reus menghentikan bola lalu melirik Thomas Müller. Saat itu semua pemain berada di sisi kanan kotak penalti, sementara di titik belakang hanya ada Šimunić yang sudah ditinggalkan jauh oleh Thomas Müller. Hampir bersamaan dengan start Thomas Müller, Reus juga memanfaatkan kecepatannya untuk meninggalkan Strinić, berhasil menciptakan jarak satu badan, lalu mengayunkan kaki kanannya melakukan crossing akurat.
Umpan silang ini meluncur tepat ke sisi kiri gawang!
