Siapa bilang Yang Maha Kuasa buta?
Siapa bilang fans tidak bisa membedakan benar salah? Apakah fans pasti hanya memperhatikan bintang top?
Saat foto Klose sedang joging sendiri di lapangan rumput basis pelatihan Cotia muncul di situs resmi Asosiasi Sepak Bola Jerman, fans Jerman di seluruh dunia bersorak dan bersuka cita.
Jutaan fans berbondong-bondong mengirimkan posting dan pesan di internet, semuanya bersuka cita karena Klose bisa kembali memulai latihan. Mereka berharap Klose terus bersemangat, idealnya segera memperoleh kesempatan tampil di pertandingan, mencetak gol, dan memecahkan rekor gol Piala Dunia yang selalu menjadi impiannya.
Sebagai pesaing rekor gol, Ronaldo mengutip laporan ini di Weibo dan mengomentari gambar tersebut: "Sungguh pria yang layak dikagumi, kami menantimu kembali!!"
Sangat jelas terlihat, Ronaldo juga berharap Klose bisa segera kembali ke lapangan sepakbola. Bahkan jika rekor gol Piala Dunianya sendiri dipatahkan Klose, dia tetap tidak masalah. Karena pada dasarnya rekor memang harus dipecahkan orang - masak mau mempertahankan rekor itu selamanya tak berubah? Lalu bagaimana sepakbola bisa berkembang?
Manusia harus melihat ke depan. Setelah Ronaldo pensiun, dia memandang banyak hal di dunia sepakbola dengan sangat tenang, terutama soal rekor. Kini dia mulai memiliki keterbukaan hati yang luhur bak angin sepoi-sepoi dan awan cerah.
Klose kembali memulai latihan intensif. Waktu turun ke lapangan belum jelas, namun hal ini telah menjadi berita panas baru di arena Piala Dunia. Fans dan media seluruh dunia terus memantau perkembangan veteran Jerman ini, memperhatikan apakah dia bisa kembali ke lapangan hijau.
Bahkan sehari sebelum laga Jerman vs Jepang, Yang Chengzhuo menggelar konferensi pers sesuai tradisi. Banyak teman wartawan media bertanya tentang kabar terbaru Klose. Seorang jurnalis langsung menanyakan apakah Klose akan tampil dalam pertandingan ini.
Melihat para wartawan yang riuh rendah ini satu per satu menunjukkan ekspresi tak sabar, Yang Chengzhuo yang duduk di podium ketua tak bisa menahan senyum getir. Karena menurutnya, setidaknya suasana hati para wartawan saat ini sangat berharap, meski hanya demi bahan berita.
"Pertama, saya harus mengklarifikasi bahwa Klose masih dalam proses pemulihan dengan perkembangan berjalan sangat lancar. Namun kapan tepatnya bisa tampil di pertandingan, saya tidak bisa memastikan. Tapi yang pasti, sangat mungkin dia akan melakukan penampilan perdana di Piala Dunia edisi kali ini. Baik dirinya maupun tim pelatih kami sedang berusaha keras untuk itu."
Para wartawan di bawah dengan penuh keseriusan merekam setiap ucapan Yang Chengzhuo. Karena semua ini akan menjadi skandal besar di koran mereka besok, tidak boleh ada sedikit pun kesalahan dalam penulisan.
“Saya tahu Banyak orang berharap dia bisa segera tampil, tapi kita juga harus melihat, Klose sudah berusia, kami harus pertimbangkan kondisi rehabilitasinya, terburu-buru tidak akan memberi keuntungan baginya, jadi untuk sementara kami belum bisa menentukan waktu comeback Klose, satu-satunya yang bisa dilakukan adalah menunggu!”
“Tapi, saya sangat percaya, Klose pasti akan kembali!”
Ucapan Yang Chengzhuo membuat banyak yang hadir kembali berbisik-bisik, karena mereka sempat mengira setelah Klose mulai berlatih lagi, comeback-nya seharusnya sudah dekat, tapi sekarang tampaknya masih belum jelas, hanya bisa dikatakan relatif lebih baik dibanding sebelumnya saat masih menggunakan tongkat.
Konferensi pers yang awalnya fokus pada masalah Klose kemudian beralih ke pertandingan Jerman vs Jepang berikutnya.
“Saya bisa tegaskan, kami tidak akan menyerah di pertandingan besok, karena semangat dan kondisi pemain kami sudah disesuaikan dengan sangat baik, tidak mungkin saya menghentikan kondisi luar biasa tim hanya untuk satu pertandingan, kami akan terus mengerahkan sepenuhnya untuk meraih kemenangan!”
Saat mengucapkan kata-kata ini, ekspresi Yang Chengzhuo sangat khidmat, terlihat sama sekali tidak ada ruang untuk negosiasi.
"Tapi kita sudah lolos dari babak grup, jadi kami pasti akan melakukan penyesuaian tertentu pada skuat pertandingan. Namun target kami dalam laga ini tetap hanya satu - meraih kemenangan dan tiga poin! Bersamaan dengan itu, kami juga akan berusaha sekuat tenaga untuk mencetak gol!"
Jawaban Yang Chengzhuo tidak mengejutkan semua wartawan yang hadir. Mereka yang benar-benar memahami dirinya sangat paham bahwa pelatih ini tak pernah menyerah dalam pertandingan apapun. Dia selamanya tidak akan meninggalkan hasrat dan perjuangan untuk kemenangan, setidaknya secara lisan dia takkan melakukan hal itu.
Tapi jika dipikir-pikir, performa tim Jerman saat ini memang menunjukkan konsistensi yang baik. Meskipun dua pertandingan grup sebelumnya tidak berjalan mulus, keduanya berhasil ditaklukkan dengan stabil. Jika tiba-tiba kalah dari Jepang di pertandingan ketiga, siapa yang berani menjamin tim tidak akan terpengaruh? Bagaimana jika momentum para pemain justru terputus?
Dalam turnamen besar dengan sistem turnamen yang padat jadwal pertandingannya, lomba berjalan sambung-menyambung. Adakah pelatih kepala yang mau mengambil risiko melakukan hal seperti ini, hanya untuk memberi kelonggaran pada tim Jepang? Atau sekadar memberi waktu istirahat lebih bagi pasukan inti?
Jangan polos! Di antara setiap pertandingan ada waktu istirahat 4 hari. Bagi pemain profesional, selama persiapan fisik di awal era dilakukan dengan cukup baik, mereka sepenuhnya mampu bertanding sampai tuntas semua laga. Fondasi utama tak seharusnya ada masalah seperti ini.
Pernyataan Yang Chengzhuo segera menyebar dari Santo Paulo. Pertandingan antara tim Jerman dan Jepang ini digelar di Stadion Morumbi, São Paulo, yang kebetulan lokasinya dekat dengan hotel. Jadi tim Jerman bisa dikatakan menunggu dengan santai sambil memulihkan stamina.
……
……
Berjuang mati-matian untuk menang? Penyesuaian formasi?
Ketika Zaccheroni mendengar pernyataan kontroversial dari Yang Chengzhuo, otaknya langsung bingung tak karuan. Ia sama sekali tidak bisa menebak apa maksud tersembunyi Yang Chengzhuo di balik semua ini. Namun dengan yakin ia tahu: pertandingan ini bagi Timnas Jepang adalah satu putaran sengit penentu hidup-mati.
Pertandingan Kolombia vs Kroasia kemungkinan besar akan ada pemenang jelas. Dalam situasi Jerman sudah mengamankan posisi puncak grup lebih dulu, satu-satunya jalan bagi Jepang untuk lolos ke babak 16 besar dengan aman adalah mengalahkan Jerman. Kalau tidak, sangat mungkin mereka akan tersalip kompetitor dan kehilangan posisi runner-up grup.
Tapi lawan kali ini adalah Jerman. Mungkinkah mereka bisa mengalahkan raksasa Eropa itu?
Sejujurnya, Zaccheroni tidak punya banyak keyakinan. Kekalahan telak di Piala Konfederasi telah membuka matanya: jurang kemampuan antara Jepang dan Jerman begitu dalam. Ia yakin, selama setahun terakhir Jerman semakin progresif sementara perkembangan Jepang stagnan.
Pertandingan dengan sistem turnamen memiliki ciri yang sangat umum, yaitu performa tim sulit muncul sejak permulaan. Jadi, banyak tim yang akhirnya juara liga biasanya mengalami fase pembukaan yang penuh liku-liku, atau bertemu lawan lemah sehingga bisa bermain dengan mudah.
Dua lawan tim Jerman di babak grup, Kolombia dan Kroasia, bisa dikategorikan sebagai tim kelas dua yang berbakat. Kolombia berada di peringkat 5 dunia FIFA, sementara Kroasia peringkat 10 dunia. Keduanya memiliki poin melebihi 1000 dan telah mempertahankan stabilitas yang baik selama lebih dari setengah tahun terakhir.
Benar, peringkat FIFA tidak berarti banyak dan tak bisa mewakili kekuatan sebenarnya. Tapi setidaknya ini bisa menjadi salah satu standar pengukuran, sekaligus membuktikan bahwa Kolombia dan Kroasia bukanlah tim lemah yang menjadi mangsa mudah.
Jepang pernah melawan kedua tim ini dan permainannya sangat melelahkan. Oleh karena itu, Zaccheroni tahu betul bahwa kekuatan kedua tim tersebut tidaklah lemah.
Tim Jerman cukup sulit melawan kedua tim ini, tidak menunjukkan serangan deras khas mereka. Tapi ini justru membuktikan status mereka masih dalam penyesuaian, namun tetap bisa mengalahkan lawan dengan stabil. Ini menunjukkan kekuatan kuat tim ini. Begitu letusan kreativitas terjadi, siapa yang tahu siapa berikutnya yang bernasib sial?
Bisa jadi, Jepanglah!
Kekuatan kalah dibanding lawan, keahlian andalan pun dianggap remeh oleh musuh. Ini membuat Zaccheroni merasa sangat dipersulit. Tapi dia tak punya pilihan lain - jika ingin menonjol dari grup, satu-satunya jalan adalah mengalahkan Jerman!
Untuk mengalahkan Jerman, harus memaksimalkan keunggulan sendiri, mengubah posisi pasif menjadi aktif.
"Bertahan gagal, menyerang pun tak bisa maju..." Zaccheroni menghela napas dalam-dalam.
Pertandingan Piala Konfederasi melawan Jerman sebelumnya, Zaccheroni juga melakukan serangan mendadak di awal pertandingan yang memberikan efek tertentu, namun tidak bertahan lama. Segera setelah Jerman berhasil menstabilkan situasi, mereka langsung melancarkan serangan balik. Setelah itu tim langsung kolaps, dipukuli habis-habisan oleh Jerman, bahkan akhirnya dibuang ke laut untuk diberi makan hiu.
Kini saat bertemu kembali, jika Zaccheroni masih berniat mengulangi trik yang sama, jelas otaknya sudah rusak.
……
……
Saat Yang Chengzhuo menerima daftar starter tim Jepang dari tangan Ballack, ia sudah sangat paham bahwa Jepang tidak akan melanjutkan taktik serangan mendadak di awal pertandingan seperti saat Piala Konfederasi.
"Sekali tertipu, jadi lebih bijak. Rupanya Zaccheroni bukan tipe orang yang keras kepala!" ujar Yang Cheng sambil menyapu pandangannya ke daftar, lalu menyodorkannya ke asisten Benitez. Daftar itu kemudian dengan cepat berpindah-pindah tangan di antara anggota tim pelatih.
"Mengikuti strategi Timnas Jepang, Zaccheroni kemungkinan besar masih ingin melanjutkan taktik mengontrol bola. Jika tidak menguasai bola di tangan mereka, mereka konsisten gagal menunjukkan kekuatan sebenarnya. Jadi sangat mungkin di awal pertandingan mereka akan memakai serangan balik, namun berjuang menguasai bola dan memperlambat irama, persis seperti saat melawan Kroasia!"
Keahlian utama Jepang adalah permainan passing yang mahir. Lewat operan ground ball yang bolak-balik ini, mereka perlahan maju menekan. Jika kamu memaksa mereka melancarkan serangan balik cepat, itu bukan taktik permainan yang mereka kuasai. Lagipula pemain mereka tidak memiliki tipe karakter seperti itu.
Irama lambat sangat menguntungkan untuk pertahanan, memberi keuntungan bagi Jepang yang lebih lemah. Tapi bagi Tim Jerman, ini justru berbahaya.
"Dia ingin memperebutkan irama dengan kita!" Yang Cheng tersenyum tipis, berjalan ke papan taktis. Setelah mengatur formasi pemain starter Jepang sesuai daftar, terlihat jelas Jepang menggunakan taktik 451 dengan tiga gelandang bertahan. Jika dua gelandang serang ditempatkan di sayap, akan terbentuk ruang kosong yang besar antara striker ujung tombak dan lini tengah di belakangnya.
"Mereka akan main 451, mengerahkan pasukan berat di tengah medan!" Yang Cheng menarik kembali dua gelandang serang ke bagian tengah.
Namun bagaimanapun taktik Jepang, bagi tim Jerman tidak ada perbedaan. Karena Yang Chengzhuo udah dari dulu menetapkan nada dasar untuk pertandingan ini: menyerang! Dia ingin menggebrak dengan serangan yang semakin terbuka!
Maka dalam daftar starter kali ini, dia secara khusus menonjolkan konfigurasi ofensif.
Kiper Neuer, pertahanan terdiri dari Lahm, Badstuber, Mertesacker, dan Jérôme Boateng. Gelandang bertahan ganda adalah Schweinsteiger dan Toni Kroos. Gelandang serang diisi Thomas Müller, Mesut Özil, dan Lukas Podolski. Striker tunggal adalah Mario Gomez. Ini pertama kalinya Yang Chengzhuo menerapkan formasi gelandang bertahan ganda Schweinsteiger-Kroos di arena Piala Dunia.
Kedua pemain ini telah bekerja sama selama bertahun-tahun di Bayern Munich dengan keharmonisan tak terucap yang sempurna. Komplementaritas keduanya sangat kuat, saling mengisi posisi depan-belakang. Mereka telah membentuk sinergi dan interaksi yang sangat baik. Ketika turun bersama, operasi gelandang tim Jerman selalu berjalan mulus, ditambah dengan peran Mesut Özil di lini depan.
Target Yang Chengzhuo adalah membuat lini tengah tim menyembur maksimal, lalu memicu trisula serangan depan terbang tinggi. Dari awal pertandingan langsung menyerang habis-habisan ke Timnas Jepang untuk mengakhiri pertandingan secepatnya.
……
……
Saat Yang Chengzhuo keluar dari saluran pemain diikuti para atlet, Stadion Morumbi São Paulo bergemuruh sorak-sorai yang tercampur siulan. Jelas terlihat di tribun arena Piala Dunia ini, fans Jerman jauh lebih dominan daripada fans Jepang. Dukungan untuk Yang Chengzhuo terutama sangat bergelora.
Banyak fans Jepang di lokasi langsung menyerang Yang Chengzhuo. Bahkan mereka memasang spanduk dan slogan penghinaan di tribun, seperti menyebutnya "babi pejantan cabul" atau "munafik licik", berharap memancing emosinya.
Bagi Yang Chengzhuo, penghinaan dan provokasi seperti ini tidak mendapat respons berlebihan. Ia sudah lama terbiasa dengan berbagai taktik lawan untuk mempermalukannya. Baginya ini termasuk ringan. Jika berada di markas musuh bebuyutan seperti Camp Nou atau Stamford Bridge, estimasi ulang mereka mungkin ingin mencabiknya menjadi fragmen-fragmen.
Karena tak memperhatikan, ia sama sekali tak memikirkannya. Dengan wajah masam penuh senyum, ia menghampiri Zaccheroni.
Sangat disayangkan sejak Piala Konfederasi, Sakura Masaya tak terlihat lagi. Konon anggota ini dipecat dari timnas lalu menghilang tanpa jejak. Entah apakah bersembunyi di rumah melakukan seppuku untuk memenuhi semangat bushido mereka.
"Alberto!" Yang Chengzhuo terkekeh sambil mendekat.
Zaccheroni segera berdiri dari kursinya menyambut, "Tuan Yang Cheng!"
"Sepertinya kali ini kalian tidak bermaksud membiarkanku meninggalkan stadion dengan berjalan kaki!" canda Yang Chengzhuo sambil tersenyum.
Zaccheroni tentu tahu maksudnya. Terkadang dia juga merasa heran, mengapa ada sekelompok fans fanatik Timnas Jepang yang begitu membenci Yang Chengzhuo? Apakah sepakbola ala Yang Chengzhuo sama sekali tidak bisa menaklukkan hati mereka?
"Mungkin Anda bisa memberi kami kelonggaran!" Zaccheroni juga tersenyum ramah.
Yang Chengzhuo tersenyum tipis, "Tapi aku tidak suka kalah, jadi ini sangat sulit!"
Hasil imbang juga bukan hal baik bagi Jepang, karena imbang tidak bisa memastikan mereka lolos sebagai peringkat kedua grup. Oleh karena itu, tim Zaccheroni harus berjuang mati-matian untuk menang.
Jika mengikuti kebiasaan, tim Yang Chengzhuo seharusnya bermain lebih santai penuh percaya diri, bermain lambat melawan Timnas Jepang. Tapi Yang Chengzhuo tidak berniat melakukannya, karena timnya saat ini sangat membutuhkan kemenangan yang membangkitkan semangat, sangat mendesak!
"Jika dua pertandingan babak grup sebelumnya adalah pertandingan yang menekan, bahkan para pemain timnas Jerman pun merasa tidak puas, maka sekarang mereka perlu meluapkan api, melepaskan kobaran api di hati, agar bisa memasuki babak penyisihan dengan kondisi yang lebih baik."
Dia yakin, ini dapat meningkatkan kemampuan bertarung dan semangat tim Jerman secara signifikan!
"Kalau begitu, kita hanya bisa bertarung di medan perang untuk membuktikan kebenaran mutlak!" Zaccheroni mengangguk sambil berkata.
Yang Cheng berjabat tangan dengannya, lalu berbalik menuju bangku pelatihnya. Sepanjang jalan, matanya menyapu tribun penonton. Di antara kerumunan kepala manusia yang sangat padat, dia menemukan Klose dan beberapa pemain lain yang tidak masuk daftar skuat duduk di barisan depan. Mereka saling bertukang anggukan penuh kesepahaman.
"Pertandingan terakhir Grup C Putaran Final Piala Dunia antara Jerman vs Jepang akan segera dimulai!"
"Komentator terus menyesuaikan dan memindahkan lensa kamera, saat akhirnya membekukan adegan pada Yang Chengzhuo, sekali lagi ia memperkenalkan pelatih super termasyhur ini kepada semua orang, 'Dialah pelatih kepala Tim Jerman, Sang Kaisar kita, Yang Chengzhuo!'"
"Situasi grup saat ini sudah cukup jelas, Tim Jerman meraih dua kemenangan beruntun di babak grup, dengan mulus merebut posisi pertama grup dan telah lolos dari fase grup. Kolombia dan Kroasia sama-sama memiliki satu hasil imbang dan satu kekalahan, saat ini disetarakan di peringkat ketiga grup. Sementara Timnas Jepang berhasil meraih posisi kedua grup dengan catatan dua hasil imbang beruntun."
"Kekuatan grup ini sangat seimbang, baik Kolombia, Kroasia, maupun Jepang semuanya termasuk tim kelas dua yang sangat tangguh. Hal ini membuat situasi grup tetap tidak pasti hingga akhir, namun kekuatan Tim Jerman memastikan mereka kokoh meraih tiket lolos sebagai juara grup."
“Pertandingan putaran terakhir akan menentukan siapa yang akhirnya bisa merebut peringkat kedua grup. Namun jika Jepang ingin lolos dari fase grup, mereka harus mengalahkan Tim Jerman dalam pertandingan ini untuk memastikan kemenangan. Jika tidak, mereka harus melihat hasil pertandingan grup lain antara Kolombia vs Kroasia baru bisa jelas.”
“Saat menerima wawancara sebelum pertandingan, Zaccheroni menyatakan dia tidak akan menyerahkan inisiatif kepada pihak lain. Dia berharap bisa mengendalikan takdir mereka dengan stabil. Oleh karena itu dalam pertandingan ini Timnas Jepang akan berjuang mati-matian untuk menang, meskipun harus menghadapi Tim Jerman yang kuat, mereka sama sekali tidak akan gentar!”
“Sebelum pertandingan sempat ada rumor bahwa Tim Jerman akan memberlakukan strategi 'memberi keringanan' mengingat mereka sudah pasti lolos dari grup. Namun berdasarkan laporan intelijen yang kami terima, Tim Jerman tidak akan sengaja mengalah. Yang Chengzhuo bahkan meneriakkan slogan 'harus merebut kemenangan besar' sebelum pertandingan, karena di Piala Konfederasi tahun lalu, Tim Jerman pernah mengalahkan Jepang dengan telak yang dianggap sebagai aib besar oleh Timnas Jepang.”
Dengan wasit yang berdiri di lingkaran tengah melihat jam tangannya, setelah waktu yang ditentukan tiba, ia membunyikan peluit tanda dimulainya pertandingan. Kompetisi yang menentukan slot kelulusan peringkat kedua grup pun resmi dibuka.
Tapi, sebelum pertandingan semua orang mengira tim Jerman yang mendominasi keunggulan seharusnya bermain lebih sabar dan terkontrol. Namun tak ada yang menyangka, sejak awal pertandingan tim Jerman langsung melancarkan serangan kilat bergaya run-and-gun, atau dalam terminologi basket disebut taktik run-and-gun!
