Thomas Müller sudah mencetak 6 gol, 1 lebih banyak dari Piala Dunia sebelumnya. Total golnya di Piala Dunia kini mencapai 11, hanya selangkah lagi dari rekor 14 gol Klose.
Sejak dulu, bagi Thomas Müller, Klose selalu dianggap sebagai teman baik yang juga berperan sebagai mentor. Mulai dari awal di 1. FC Kaiserslautern, kemudian bersama bergabung ke Bayern Munich, hingga masuk ke timnas, Thomas Müller sangat mengagumi Klose. Keduanya memiliki keharmonisan tak terucap yang luar biasa, hubungan emosional mereka sangat erat bagai besi.
Ketika melihat Klose dan Mesut Özil saling memberikan kode mata, Thomas Müller langsung tahu apa yang harus dilakukan. Ia mulai mendekati Arbeloa, namun secara bersamaan juga sedang menyusup ke pertahanan Spanyol. Maka ketika Ramos maju bersiap merebut bola, Thomas Müller diam-diam bergerak tanpa suara.
Terkadang, di lapangan sepakbola segala sesuatu bisa berubah sekejap mata. Tidak ada yang punya energi cukup untuk memperhatikan pergerakan setiap pemain. Seperti Ramos, meski konsentrasinya sangat tinggi sebagai bek tengah terbaik dunia, saat Klose dan Özil merebut bola, fokusnya masih tertuju di depan wilayah terlarang tanpa menyadari pergerakan Thomas Müller.
Atau mungkin lebih tepat dikatakan, ketika dihadapkan pada dua pilihan, Ramos selalu terpaksa memilih area tepat di hadapannya.
Özil menggesek bola untuk umpan silang. Thomas Müller menerobos dari belakang, menyusup diagonal ke celah antara bek menuju kotak penalti. Di area agak kiri titik penalti, dia mengontrol bola lalu melakukan tendangan keras. Seluruh proses ini berlangsung mulus tanpa jeda, seolah mengikuti irama dan pola tertentu yang membuat Casillas salah menilai saat melakukan penyelamatan.
Bola menyelinap di bawah tubuh Casillas, meluncur deras menyentuh sudut bawah jaring gawang. Skor 1:0!
Seluruh fans Jerman di tribun bangkit melompat dari kursinya dengan semangat menggebu, mengacungkan tangan dan berseru penuh kegembiraan.
"Müller! Müller!! Müller!!!"
Ini adalah nama keluarga yang luar biasa, pernah memberikan kemuliaan-Mu bagi fans Jerman. Kini, nama keluarga yang sama kembali memberi harapan kebangkitan tim Jerman. Mereka tak bisa menahan perasaan mereka di saat seperti ini, tak mampu menggambarkan kegairahan yang menggelora dalam dada.
Ini hanyalah satu gol, tapi juga gol penentu yang mampu mengubah arah proses pertandingan!
"Menit ke-71, menit ke-71..." suara komentator di TKP bergetar terisak karena terlalu bersemangat, "Tim Jerman akhirnya berhasil menaklukkan gawang Spanyol lewat Thomas Müller di menit ke-71, 1:0!"
"Ini adalah kesalahan yang sangat-sangat buruk! Busquets justru kehilangan bola di depan wilayah terlarang sendiri, kemudian tim Jerman langsung memanfaatkan momentum untuk melancarkan serangan balik. Özil memberikan umpan terobosan melambung, Thomas Müller menerobos dengan cerdik menghindari jebakan offside dan mencetak gol! Seluruh proses terjadi sangat cepat, Spanyol bahkan belum sempat menyadari, bola sudah masuk jaring!"
Komentator pertandingan terengah-engah membawakan siaran. Emosi puluhan ribu fans di Stadion Mineirão yang terpendam selama lebih dari satu jam akhirnya meledak bak tsunami, menggema ke seluruh penjuru stadion dengan gemuruh yang memekakkan telinga.
Tak semua orang memberikan apresiasi atas gol Jerman. Sebagian besar fans Spanyol justru memprotes kesalahan tim mereka sendiri. Mereka sulit percaya bagaimana bisa pemain pilihan mereka melakukan blunder seperti ini di momen krusial.
“Dari tayangan ulang slow-motion yang diputar berulang, kita bisa melihat umpan Piqué ke Busquets memiliki kekuatan dinamis yang agak lemah dan kecepatan tidak cukup tinggi. Ini langsung menyebabkan Busquets harus menyesuaikan diri setelah menerima bola, dan akhirnya dibelit oleh Özil. Setelah itu, Klose yang mundur merebut bola lalu menyodok ke Özil, yang terakhir ini meminjam momentum untuk menggesek bola melakukan umpan silang!”
Tayangan slow-motion juga memperlihatkan adegan Thomas Müller yang baru saja merayakan gol dengan gegap gempita di kotak penalti, berpelukan erat bersama Klose dan Özil. Di pinggir lapangan, Yang Chengzhuo sibuk menepuk tangan satu per satu dengan para asisten di sampingnya. Banyak staf tim pelatih Jerman bahkan tak kuasa menahan emosi hingga melesat keluar dari bangku pelatih, meneriakkan sorak kemenangan dengan lantang.
“1:0, Jerman sementara unggul. Situasi sekarang semakin tidak menguntungkan bagi Spanyol karena waktu sudah mepet. Mereka harus segera menemukan cara untuk menembus pertahanan Jerman atau menyamakan skor secepatnya!”
Vicente del Bosque seolah-olah ingin mengikuti ucapan komentator langsung, atau lebih tepatnya, dia sama sekali tidak punya pilihan lain.
Kehilangan gol saat waktu tersisa 20 menit, apa yang bisa dia lakukan? Jika tidak memperkuat serangan, tidak mengobarkan pertarungan habis-habisan melawan tim Jerman, apa alternatif lain yang dimilikinya? Ataukah dia bisa menerapkan strategi pertahanan-balik?
Del Bosque menggantikan Busquets dengan Torres untuk menyatakan ketidakpuasannya terhadap gelandang bertahan ini. Mungkin tidak sepenuhnya bisa menyalahkan Busquets, namun pelatih telah berulang kali berpesan saat Klose masuk lapangan untuk berhati-hati dan jangan selalu memasuki area Klose. Sayangnya kebiasaan bermainnya sendiri yang menjadi bumerang.
Setelah mencetak gol, suasana hati Yang Cheng terlihat membaik total. Ia segera memerintahkan para pemain di lapangan untuk berhenti menyerang secara membabi buta, menarik formasi kembali, menjaga jarak ketat antara tiga garis pertahanan. Secara bersamaan, ia mengganti Podolski dengan Khedira, hanya menyisakan trio penyerang Klose, Özil, dan Thomas Müller di depan, sambil memperkuat pertahanan lini tengah.
Melihat penyesuaian taktik Yang Cheng, Vicente del Bosque nyaris menggigit bibir marah. Pelatih Spanyol itu mengumpat "Sialan!", karena taktik Jerman ini benar-benar seperti taktik preman.
Kami yang cetak gol, kami yang unggul, kami yang main serangan balik. Kamu mau gigit aku?
Jika menggunakan peribahasa negara untuk menggambarkan Spanyol di momen ini, "Ketinggalan akan dipukul!" adalah ungkapan yang sangat tepat.
……
……
Ketika Tim Jerman merapatkan tiga garis pertahanan dan mulai bermain bertahan-balik, sambil menempatkan trio Khedira, Sven Bender, dan Schweinsteiger - tiga pria perkasa berotot - di lini tengah, sulit dibayangkan betapa rumitnya Spanyol harus membobol pertahanan Jerman.
Vicente del Bosque tidak punya cara yang lebih baik, dia terpaksa terus-menerus memberikan dorongan pada pemain untuk menyerang, mencoba segala cara untuk membongkar tembok tembaga dan dinding besi tim Jerman. Tapi sangat disayangkan, yang mereka dapatkan justru serangan balik berulang kali.
Banyak orang mengatakan, kombinasi segitiga passing Spanyol dan pertahanan area adalah jaring besar yang terdiri dari lubang-lubang kecil. Jika penjelasan ini benar, maka pertahanan Jerman adalah baju zirah baja yang disusun dari lembaran-lembaran baja padat yang saling terhubung, lapisan demi lapisan, membentuk perisai yang tak tertembus.
Serangan Spanyol terus gagal menghadapi pertahanan Jerman. Seiring berjalannya waktu, semakin terburu-buru mereka ingin menyerang, semakin stabil pertahanan Jerman yang seperti gunung Tai. Kemudian dengan sabar memanfaatkan kesempatan untuk melakukan serangan balik.
Menit ke-86, Spanyol mengadakan serangan beruntun.
Navas mendapatkan bola di sayap kanan dan melakukan terobosan cepat, ingin menggunakan kecepatan untuk meninggalkan Lahm. Namun sang Kapten Jerman tidak mundur ke kotak penalti seperti di babak pertama, membiarkan Navas melakukan crossing dari sayap. Sebaliknya, ia tetap menempel ketat untuk melakukan pertahanan.
Karena kini Spanyol menurunkan Torres yang memiliki kemampuan heading, Yang Chengzhuo tidak berani lagi membiarkan crossing Spanyol seperti saat hanya ada Mata sebelumnya. Oleh karena itu, ia melakukan penyesuaian dengan meminta pemain sayap memperhatikan pengurangan umpan silang lawan atau interferensi saat mereka melakukan crossing.
Navas tetap berhasil mengoper bola keluar, namun kualitas crossing kali ini tidak tinggi. Badstuber dengan kokoh merebut bola udara pertama, lalu dengan mantap menggelengkan kepala untuk mengkepruk operan Navas keluar dari kotak penalti besar.
Schweinsteiger menguasai bola di luar kotak penalti, langsung menyodok umpan ke Lahm. Yang terakhir ini setelah mengganggu Navas, melihat bola sudah jatuh ke kaki rekan setim, segera menerjang maju memicu serangan balik. Setelah menguasai bola, ia cepat-cepat menggiring maju, dengan kecepatan tinggi menyusur sisi kiri membawa bola masuk ke area pertahanan Spanyol. Sementara itu garis belakang Spanyol sedang mundur cepat ke posisi.
Özil berlari diagonal ke sisi kiri, menerima umpan dari Lahm lalu berputar badan. Dengan presisi, ia mengirimkan umpan terobosan tajam ke kaki Klose yang telah menarik diri dari penjagaan.
Klose dengan kokoh menghentikan bola, lalu menggesernya ke samping. Thomas Müller terlihat telah melepaskan diri dari kawalan Arbeloa, dengan gesit menerobos masuk ke kotak penalti. Sepertinya ia akan segera melepas tembakan.
Tepat ketika semua orang mengira Thomas Müller akan menendang, wasit utama meniup peluit panjang nan nyaring.
Suara peluit ini membuat para fans yang semula bersemangat di seluruh stadion terkejut dan terdiam, karena mereka semua menyaksikan dengan jelas Thomas Müller terjatuh di dalam wilayah terlarang. Di sekelilingnya, Arbeloa mengangkat tangan tinggi-tinggi menunjukkan dirinya polos, sementara di sisi lain Piqué terlihat agak tak berdaya.
"Wasit memberikan kartu kuning kepada Piqué, menunjuk ada tarikan kasar yang jelas dari Piqué yang membuat Thomas Müller kehilangan keseimbangan hingga jatuh. Sekaligus memberikan titik penalti untuk tim Jerman. Bagi Spanyol, ini benar-benar sebuah kartu merah!"
Kartu kuning ditambah penalti, keputusan yang tak terbantahkan!
Para fans Spanyol yang semula masih memprotes di TKP, setelah melihat aksi tarikan Gerard Piqué terhadap Thomas Müller yang terus diputar ulang tanpa henti di layar "kaca" besar stadion, menjadi sangat jelas: ini memang pantas diberi titik penalti. Terlepas apakah Thomas Müller benar-benar terjatuh karenanya, yang jelas tarikannya sekuat itu sudah seharusnya dihukum penalti.
"Ini tampaknya juga tindakan darurat. Thomas Müller tadi berlari kencang, baik Gerard Piqué maupun Arbeloa jelas sudah tak sanggup menghentikannya. Dengan kemampuan Müller, sangat mungkin ia mencetak gol kedelapan di Piala Dunia edisi ini - yang akan menyamakan rekor 8 gol Ronaldo!"
Saat komentator terus menjelaskan, terlihat Thomas Müller merangkak bangkit dari tanah, membersihkan serpihan rumput di bajunya, lalu perlahan-lahan berjalan mendekat karena melihat Kapten Lahm sedang melambaikan tangan memanggilnya.
“Kamu yang mau eksekusi?” Lahm menggenggam bola penalti di tangannya, tendangan ini didapatkan oleh Thomas Müller.
Timnas Jerman setelah kepergian Ballack terus mengalami kekurangan eksekutor penalti yang stabil. Gomes sebelumnya lama tidak menjadi pemain inti, beberapa eksekutor penalti dalam tim juga memiliki status yang fluktuatif. Meski Yang Chengzhuo tidak terlalu mempermasalahkan kegagalan eksekusi penalti, hal ini memang cukup mempengaruhi semangat tim. Karena tidak adanya eksekutor penalti yang meyakinkan, akhirnya dia memilih sistem bergilir.
Sistem ini mengikuti urutan yang telah ditata sebelumnya untuk bergantian mengeksekusi, bahkan kiper Neuer pun mendapat kesempatan. Jika eksekusi berhasil, penalti berikutnya tetap dieksekusi olehnya sampai gagal. Namun jika gagal dalam eksekusi, maka dengan malu harus berganti orang.
Kini giliran Lahm. Tapi Lahm juga sangat paham, Thomas Müller sudah mencetak 7 gol. Jika bisa menambah 1 gol lagi, dia akan menyusul Ronaldo. Maka dengan aktif dia bertanya, apakah Müller mau mengambil eksekusi penalti ini.
Thomas Müller berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepala, "Aku tidak akan mengeksekusi, tapi menurutku bisa diserahkan ke Miro!"
Lahm menatap Klose. Diingatkan oleh Thomas Müller, ia pun teringat bahwa Klose saat ini memang sangat membutuhkan satu gol. Meski performanya bagus dalam pertandingan ini dengan beberapa tembakan, efek kurang memuaskan. Kesenjangan dengan efisiensi sebelum operasi cedera masih terlihat sangat jelas.
Jika Klose bisa mencetak gol sekarang, memberikan stimulasi pada statusnya, mungkin Miro terbaik akan kembali.
Teringat hal ini, Lahm menepuk bahu Thomas Müller, terharu akan kesetiaan saudara seperjuangan muda ini. Ia berjalan menghampiri Klose dan menyerahkan bola ke tangan striker veteran itu, "Miro, kita semua sepakat penalty ini harus kau yang eksekusi!"
Klose melihat bola di tangannya, dia sangat paham maksud rekan setimnya, tapi dia menggelengkan kepala, "Aku tidak akan mengeksekusi tendangan penalti!" Setelah berkata demikian, dengan tersenyum dia menyodorkan bola kembali ke tangan Lahm, "Tapi aku akan memberimu tembakan tambahan!" Lalu berjalan menjauh.
Lahm dan Klose adalah teman lama, dia sangat mengerti bahwa sebenarnya Klose sangat jarang mengeksekusi tendangan penalti. Bahkan ada yang bilang dia sama sekali tidak pernah melakukannya, sebenarnya bukan tidak pernah tapi frekuensinya sangat minim, dan di timnas dia memang belum pernah mengeksekusi penalti.
Tapi jika mencari di database Sistem Pelatih Super timnas, akan ditemukan bahwa dalam kariernya Klose hanya pernah 12 kali menjadi eksekutor penalti - angka yang sangat-sangat kecil untuk seorang striker dan pencetak gol utama. Dari 12 tendangan itu, 7 gol berhasil dicetak saat masih bermain untuk 1. FC Kaiserslautern, sementara 5 sisanya... diberikan kepada Tuhan.
Rasio gol dari tendangan penalti ini memang agak menyebalkan, makanya Klose selalu menolak menjadi eksekutor penalti.
Di Peringkat penalti timnas, Klose memang tidak tercantum karena permintaan aktifnya sendiri untuk tidak mengeksekusi titik penalti, dan Yang Chengzhuo pun menerimanya.
Lahm menerima bola lalu berjalan menuju titik penalti. Sebagai eksekutor giliran tim Jerman saat ini, tendangan penalti merupakan tantangan cukup besar baginya mengingat posisinya sebagai bek - mungkin masih lebih cocok untuknya.
Meskipun tim Jerman tidak terlalu ahli dalam eksekusi penalti, mereka telah berlatih keras dalam hal.
Tentu saja, Lahm tidak mungkin sengaja gagal mengeksekusi penalti demi memungkinkan. Dengan penuh kewaspadaan, ia menaruh bola di titik penalti lalu perlahan mundur beberapa langkah, mengamati gerak-gerik Casillas yang telah bersiap di depan gawang. Sang kiper Spanyol ini memang sangat mahir dalam.
Keduanya saling memandang tajam - Casillas sedang memainkan perang psikologis melawan Lahm.
"Tendangan penalti Jerman akan dieksekusi oleh Kapten Lahm, ini merupakan hasil sistem eksekusi bergiliran mereka. Kini tinggal dilihat apakah Lahm bisa mencetak gol. Namun terlepas dari masuk atau tidaknya bola, situasi pertandingan mungkin sudah tidak bisa terpengaruh karena waktu tersisa kurang dari 5 menit. Bahkan jika gagal, Spanyol belum tentu punya kesempatan menyamakan skor!"
Karena perbedaan seperti ini, Lahm relatif tidak banyak mengalami tekanan.
Begitu peluit wasit berbunyi, Lahm langsung menyerbu ke depan dengan cepat. Dia ingin menggunakan kaki kanannya untuk mendorong bola ke sudut kanan bawah.
Orang polos tetap polos. Baru saja melihat Casillas agak menggeser fokus ke kiri, secara alamiah dia langsung menendang ke sudut kanan bawah. Si polos ini mana tahu itu adalah taktik klasik kiper - Casillas sudah tak terhitung kali menipu pria polos dengan gerakan ini.
Kapten Spanyol menerjang seperti ikan melompat, mengeluarkan satu telapak tangan dengan tubuh yang lentur sempurna, dengan kecepatan maksimal berhasil menyelamatkan tendangan dorongan Lahm ke luar gawang. Namun karena mengejar kecepatan penyelamatan, telapak tangan tunggalnya tak mampu menahan bola sepenuhnya, menyebabkan bola memantul dari tangannya keluar wilayah terlarang kecil.
Eksekusi tendangan penalti tim Jerman memang bukan keahlian utama, skuad mereka juga kekurangan eksekutor penalti yang stabil. Tapi justru karena ini, Yang Chengzhuo membuat beberapa artikel dalam hal tembakan tambahan. Ketika Klose dan Thomas Müller melihat Lahm melakukan tendangan, keduanya langsung menerjang formasi kiri-kanan. Hasilnya, Klose di sisi kanan berhasil merebut bola karet yang terlepas pertama kali.
Saat Casillas terjatuh dan berusaha bangkit segera untuk menyelamatkan bola, dia justru menyaksikan Klose telah selangkah lebih cepat, menyapu kaki untuk menusuk bola dengan tajam.
"Tembakan tambahan ini sangat-sangat sederhana, karena di hadapan Klose, gawang luas tanpa kiper maupun defender. Dia hampir seorang diri menghadapi gawang sebesar ini. Kecuali dia adalah Robinho yang gagal mencetak gol meski gawang kosong, kalau tidak, berpikir sampai kepala pecah pun tak terbayangkan bagaimana caranya dia bisa menyundul bola melenceng."
Bola dengan cepat menyelinap masuk ke gawang, 2-0!
“GOALLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL！！！！！”
"Meski penalti Lahm berhasil ditepis Casillas seketika, namun tembakan tambahan Klose kemudian berhasil menambah gol bagi Tim Jerman, 2-0!"
Komentator di TKP tak tahan lagi mengeluarkan rintihan tertekan, "Gol ini juga menjadi gol ke-15 Klose di Piala Dunia. Dengan gol ini, Tim Jerman tidak hanya meraih keunggulan 2-0, tapi Klose juga menyamai rekor 15 gol Ronaldo, bersaing ketat di puncak daftar pencetak gol Piala Dunia. Yang lebih langka, dari 15 gol Klose ini tidak satupun berasal dari titik penalti!"
Rekan satu tim yang melihat Klose mencetak gol juga turut terkagum-kagum, satu per satu berlari mendekati striker Jerman yang baru saja mencetak gol pertama di Piala Dunia edisi kali ini untuk memberi selamat. Sebab gol ini akan membuatnya menyamai rekor Ronaldo sekaligus memecahkan rekor gol Piala Dunia Gerd Müller, menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah sepak bola Jerman di ajang Piala Dunia!
Bagi penyerang seperti Klose yang tidak terlalu mengandalkan bakat alami, pencapaian ini jelas merupakan hal yang sangat langka sekaligus mengagumkan. Dari dirinya, semua orang menyaksikan semangat khas sepak bola Jerman dan keteguhan yang tak tergoyahkan.
Setelah Klose mencetak gol, seluruh pemain berhamburan mengelilinginya merayakan dengan gegap gempita. Sementara fans di tribun memberikan tepuk tangan paling meriah sebagai bentuk penghargaan untuk striker Jerman ini - sebuah imbalan yang pantas dari Yang Maha Kuasa atas usaha, kegigihan, dan pantang menyerahnya.
Malah Klose sendiri, senyumannya tidak begitu lepas, mungkin di hatinya, gol ini hanyalah kelanjutan, namun masih jauh dari titik akhir!
