Julio Cesar, 34 tahun, sebentar lagi akan menginjak usia 35.
Sebagai mantan kiper timnas Brasil, Cesar enggan menyerahkan posisi kiper utama - yang masih tergolong masa jaya bagi penjaga gawang - kepada rivalnya Diego Alves. Oleh karena itu, dalam beberapa waktu terakhir dia berlatih dengan tekun luar biasa dan tampil profesional di setiap pertandingan.
Usaha tidak mengkhianati hasil. Performa gemilang Cesar di Liga Primer berhasil merebut kembali posisi kiper utama timnas yang menjadi haknya. Bahkan di Piala Dunia, dia menjadi pilihan utama yang memainkan seluruh laga dengan tingkat kepercayaan tertinggi.
Tapi tua memang sudah tua, Julio Cesar kini sulit memaksa raganya untuk terus melakukan gerakan penyelamatan seluas dulu sewaktu muda, memberikan respons secekatan masa lalu. Pergerakannya mulai melambat, jangkauan penyelamatan memendek, bahkan banyak bola yang sebenarnya ia rasa masih bisa ditepuk, tapi tubuhnya selalu kurang beberapa senti.
Waktu tidak mengampuni, tua memang sudah tua!
Saat Julio Cesar terjatuh keras di atas rumput, ia tak peduli lagi dengan helaian rumput yang menusuk wajahnya. Dengan mata terpejam, ia memukul-mukul keras lapangan di hadapannya sambil menggerutu, "Dasar sialan!!!"
Tapi teriakannya tenggelam oleh bunyi peluit wasit yang nyaris bersamaan menetapkan gol sah, dan sorak-sorai gegap gempita dari tribun penonton yang serempak melesat dari kursinya. Dengan pujian membahana, mereka menyanyikan lagu untuk Klose yang berhasil membukukan gol pertama bagi Tim Jerman!
Semua suara ini menenggelamkan umpatan penuh kegusaran dan kekecewaan Julio Cesar, namun tak mampu meredakan amarah yang berkobar di hatinya - marah pada rekan setim, tapi lebih lagi marah pada diri sendiri.
Andai aku lebih muda beberapa tahun, andai raga ini masih lentur, andai refleks dan pergerakanku lebih cepat dan cekatan, pasti bola itu bisa kuselamatkan. Tembakan striker Jerman sialan itu sebenarnya tidak terlalu presisi sudutnya. Di era keemasanku dulu, pasti sudah kutangkap!
Tapi tak ada yang menghiraukan kegalauan dalam hati Julio Cesar. Seluruh perhatian tertuju pada Klose yang baru saja mencetak gol!
Striker Jerman itu berlutut di wilayah terlarang, tangan menutup wajah dengan kepala tertunduk, namun posturnya kaku seperti patung marmer yang tegak.
Rekan satu tim di sekelilingnya berkerumun satu per satu, semua orang sedang merayakan dengan gegap gempita gol Klose. Ini adalah gol kedua sang striker di Piala Dunia edisi kali ini, tanpa memerlukan keahlian teknisi yang rumit karena saat itu posisinya benar-benar one-on-one dengan kiper. Lebih banyak mengandalkan kesadaran pergerakannya saat tidak menguasai bola.
"Ini adalah gol ke-16 Klose di Piala Dunia!" Komentator di TKP bergumam pelan.
Tanpa perlu dikomando, fans di tribun telah serentak mengangkat kartu kertas bertuliskan angka 16. Di salah satu tribun yang diisi fans Jerman, bahkan membentuk formasi pasukan fans yang mengacungkan kartu di tangan mereka tinggi-tinggi, membentuk angka 16 raksasa sebagai bentuk ucapan selamat atas 16 gol yang berhasil dicetak Klose di ajang Piala Dunia.
Gol ini bukan hanya mewakili jumlah gol Klose secara pribadi, tapi juga memecahkan rekor sejarah 15 gol Piala Dunia yang diciptakan Ronaldo. Hal ini jelas akan mengantarkan Klose ke peringkat pertama daftar pencetak gol putaran final Piala Dunia, menciptakan rekor sejarah baru!
Klose bangkit dari kotak penalti, memeluk erat dan mencium rekan satu tim di sampingnya satu per satu dengan penuh semangat. Kemudian ia berlari cepat ke pinggir lapangan, membentangkan kedua lengannya untuk memeluk erat pelatih kepala yang berdiri di sana. Di detik ini, ia tak lagi menahan air mata yang mengalir dari sudut matanya.
Bahkan saat mengetahui dirinya tak bisa ikut Piala Dunia pun Klose tidak menangis, namun di momen seperti ini air matanya tak terbendung.
"Terima kasih, Bos! Terima kasih, Bos!! Terima kasih, Bos!!!"
Klose dengan suara terisak terus mengulangi kalimat yang sama di telinga Yang Chengzhuo. Dia terlihat sudah benar-benar terbawa euforia dan sepenuhnya dikepung oleh kegembiraan yang dibawa gol tersebut.
Jika setiap manusia yang menghuni dunia ini memiliki tujuan tertentu, maka di momen ini Klose sungguh merasa tujuan bertahun-tahun hidupnya adalah untuk hari ini, untuk gol yang satu ini!
Kamera siaran langsung TV menjaring tribun penonton yang dipenuhi mantan murid bintang Yang Chengzhuo seperti Batistuta, Baggio, Ronaldo, Nedvěd. Satu per satu mereka berdiri dari kursi, bertepuk tangan lebih keras, memberi hormat pada gol Klose. Veteran ini layak menerima gol bersejarah ini!
"Mungkin, Yang Chengzhuo benar. Klose bukanlah bakat. Dia sama sekali tidak memiliki talenta sepakbola yang luar biasa. Dia tidak akan pernah bisa menunjukkan keahlian yang memukau di lapangan. Dia juga bukan tipe pemain yang tampak memesona. Tapi dia memiliki sifat asli yang luar biasa yang tak terlupakan!"
"Klose adalah pemain hebat sejati. Namun kebesarannya bukan berasal dari keahliannya, melainkan dari dirinya sendiri. Dari sifat aslinya, sikap rendah hati, ketangguhan, dan semangat pantang menyerah orang Jerman yang diwakilinya!"
“Sejak lama sebelum pertandingan, Ronaldo pernah mengatakan bahwa di final ia akan mendukung Brasil, tapi ia berharap melihat Klose mencetak gol karena menurutnya striker Jerman ini layak mendapatkan gol ini. Dan Klose tidak mengecewakan, meskipun dari segi tertentu, peran Mesut Özil yang memberi umpan dan Thomas Müller yang memberikan assist juga sangat besar, tapi ini benar-benar gol sejati milik Klose!”
“Yang Chengzhuo, sebulan yang lalu masih banyak dipertanyakan dan dikritik karena cedera anak buah kesayangannya. Banyak orang meragukan praktik nepotisme dalam seleksi pemainnya, bahkan ketika tahu Klose tidak bisa turun, tetap keras kepala membawanya ke daftar skuat Piala Dunia. Tapi sekarang, dengan satu gol ini, Klose menghancurkan semua keraguan dan kritikan terhadap Yang Chengzhuo. Ia mendedikasikan gol ini untuk pelatih kepalanya sebagai bentuk terima kasih dan penghargaan!”
"Pertandingan baru berjalan kurang dari setengah jam, Timnas Brasil masih memiliki kesempatan. Tapi bagi Scolari, gol Klose ini jelas akan memecahkan kebuntuan di lapangan dan membuat Brasil benar-benar terjebak dalam posisi pasif!"
Komentator di TKP berkata sama sekali tidak salah, Brasil memang masih punya peluang tapi situasinya sangat-sangat terjepit.
Karena dalam babak penyisihan satu putaran seperti ini, begitu ada gol yang tercipta, arah pertandingan akan berubah total. Tim yang kebobolan pasti akan sangat tertekan - apakah harus menyerang? Atau bertahan?
Jika memilih menyerang, itu sama saja jatuh ke dalam jebakan lawan. Tim unggul pasti akan bertahan menunggu seranganmu lalu dengan kokoh melancarkan serangan balik. Tapi jika memilih bertahan, situasinya juga tidak lebih baik. Tim unggul akan lebih sabar menemani permainanmu sambil mengulur waktu.
Apapun pilihan yang diambil, semuanya adalah pilihan dilema!
……
……
Scolari selalu tahu bahwa pertandingan ini akan sangat-sangat sulit dikalahkan, terutama setelah Kaká absen karena cedera, yang semakin memberi bayangan pada final ini. Jadi apapun yang terjadi di pertandingan, dia tidak akan merasa aneh, termasuk kehilangan gol.
Personel Brasil memang terbatas. Meski Hulk dan Neymar sudah maju, ancaman mereka tidak terlalu besar. Formasi tiga gelandang bertahan di area tengah memastikan tingkat akurasi posisi bertahan tim. Tapi bahkan dengan ini, tim Jerman tetap menemukan celah dan mengeksploitasi kelemahan. Scolari benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa.
Di babak penyisihan, satu kesalahan sudah cukup berakibat fatal. Ini pelajaran berdarah!
Oleh karena itu, sebelum pertandingan, penekanan utama Scolari adalah menghindari kesalahan. Menurutnya, kunci di Piala Dunia bukan pada serangan yang lebih kuat atau pertahanan yang lebih baik, tapi pada tim yang melakukan kesalahan paling sedikit.
Pertandingan pertama Timnas Brasil melawan Amerika Serikat terjadi kesalahan, sehingga Amerika meraih kemenangan. Namun setelah itu, Scolari kembali ke strategi yang paling dikuasainya - memastikan kesalahan tim minimal, akhirnya berhasil menembus final.
Jika bicara kesalahan, tim Jerman jelas tim dengan kesalahan terendah di Piala Dunia kali ini. Makanya mereka penantang terkuat gelar juara!
Tapi nyatanya, prinsip yang terus ditekankan Scolari sebelum pertandingan tetap tidak bisa dihindari.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Parreira terlihat kecewa, wajahnya masam penuh kekesalan.
Serang? Scolari bertanya dalam hati. Bahkan dengan Kaká pun belum tentu bisa menembus pertahanan Jerman, apalagi sekarang tanpa Kaká. Hanya mengandalkan Hulk dan Neymar, seberapa besar efeknya dia sendiri paham betul.
Bertahan? Mungkin ini satu-satunya pilihan yang bisa dibuat Timnas Brasil!
Kekuatan menyeluruh tim Jerman terlalu kuat, jauh lebih unggul dibanding Brasil. Dalam situasi seperti ini, jika Scolari memilih ofensif habis-habisan, akhirnya hanya akan mengalami kekalahan lebih telak. Jadi terpaksa bertahan, menunggu kesalahan muncul dari tim Jerman sendiri!
Tapi... mungkinkah ini?
Scolari sendiri tidak punya gambaran jelas. Menurutnya, Yang Chengzhuo telah mempersiapkan seluruh detail pertandingan ini dengan sangat matang. Bisa jadi bahkan cara passing dan teknik shooting pemain pun sudah diatur rapi. Serangan yang menghasilkan gol tadi sama sekali tidak terlihat seperti performansi spontan.
Atau, mungkin tim Jerman memang tidak punya ruang improvisasi - serangan mereka barusan jelas mengikuti alur normal yang sudah ditetapkan!
"Ada pilihan lain?" Scolari menghela nafas, menatap Parreira dengan senyum pahit.
Kekuatan dan serangan kami berada di posisi lemah. Masih mau bertarung mencetak gol dengan lawan dalam kondisi seperti ini?
……
……
Babak pertama berakhir dengan keunggulan 1:0 untuk tim Jerman, namun di awal babak kedua, kedua pihak terlihat masih tidak ada perubahan yang lebih baik. Banyak fans Brasil mulai ramai-ramai menyalahkan Scolari, menganggap kepemimpinan lapangannya sangat buruk.
Tapi melihat formasi di bangku cadangan Brasil, harus diakui - jika tidak melanjutkan taktik ini, siapa yang bisa diganti?
Waktu berjalan detik demi detik. Pada menit ke-60, Yang Chengzhuo menggantikan Klose dengan Gomes. Bekas yang sudah jelas kelelahan fisik. Setelah masuknya Gomes, taktik tim Jerman juga menyesuaikan: tiga garis utama tidak lagi menekan ke depan, memilih merapatkan formasi lalu melakukan serangan balik.
Sikap Yang Chengzhuo sudah sangat gamblang: Aku tak mau mengambil risiko lagi! Kalau mau mencetak gol, silakan maju sendiri!
Scolari juga ingin bertaruh. Ia menggantikan Alves dengan Fred yang tampil bagus setelah kembali ke liga Brasil, ingin semakin memperkuat serangan. Bersamaan itu, Neymar dimundurkan posisinya untuk bertugas menyambut umpan dari lini tengah.
Namun transformasi seperti ini tidak membawa banyak efek. Segera Yang Chengzhuo mengganti Özil dengan Toni Kroos, memperkuat kontrol di lini tengah sekaligus memerintahkan Schweinsteiger meningkatkan tekanan pada Oscar dan Neymar. Sementara timnya dengan sabar menerapkan strategi pertahanan-balik.
Saat umpan jauh kontra dari Badstuber menemukan Gomes yang menerobos dari belakang, tendangan kerasnya di depan kotak penalti nyaris membobol gawang sebelum ditepis Cesar ke mistar. Semua penonton berkeringat dingin menyaksikan serangan balik maut Jerman ini.
Tekad ofensif pemain Brasil juga melemah signifikan pasca gelombang serangan ini. Kini setiap kali menyerang, mereka harus mempertimbangkan ulang apakah pertahanan mereka sanggup menahan serangan balik Jerman.
Dengan penguasaan bola dan kendali penuh atas alur pertandingan, Die Mannschaft sepenuhnya menguasai situasi permainan.
Sementara Brasil yang mulai kehilangan keyakinan terus mengulur-ulur waktu.
Mungkin, sejak awal, tim Jerman telah menguasai keunggulan besar, sehingga sebelum pertandingan, semua orang lebih memilih Jerman sebagai kandidat panas alih-alih tuan rumah Brasil, meskipun ini adalah Brasil. Namun Ketua FIFA saat itu adalah Beckenbauer, yang meski tidak memihak Jerman, tetap bisa memastikan lingkungan kompetisi yang adil bagi Jerman.
Inilah mengapa banyak yang bilang, baik Jerman maupun Spanyol, siapa yang masuk final akan menjadi juara, karena kekuatan kedua tim ini relatif jauh lebih unggul dibanding tim lain!
……
……
Saat jarum waktu dengan stabil melonjak dari 92 menit ke 93 menit, lalu berjalan 13 detik lagi, barulah wasit meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan.
Begitu peluit berbunyi, staf area pelatih Jerman yang telah bersiap sejak lama - pelatih, personel, dan pemain - seperti menjadi gila menerjang masuk ke lapangan, menerobos Sorotan Publik Stadion Maracanã.
Menunggu selama 24 tahun, akhirnya orang Jerman meraih kembali Piala Dunia milik mereka!
"Selamat untuk Jerman, selamat untuk Klose, selamat untuk Yang Chengzhuo! Ini adalah Piala Dunia milik Jerman, milik Klose, milik Yang Chengzhuo! Percayalah bahkan setelah bertahun-tahun nanti, kita pasti masih akan mengingat dengan jelas kegembiraan sepakbola yang dibawa tim Jerman di arena Piala Dunia ini!!"
"Meski di final ini tim Jerman hanya meraih kemenangan 1:0, tapi kita bisa melihat dengan jelas bahwa tim Jerman menyeluruh unggul dari tim Brasil. Gelar juara ini benar-benar pantas diraih karena tim Brasil sulit mengancam pertahanan Jerman, bahkan serangan mereka pun jarang bisa masuk ke kotak penalti besar Jerman!"
"Relatif, tim Jerman tidak hanya memiliki pertahanan paling hebat di Piala Dunia edisi kali ini, sekaligus juga memiliki kemampuan serang dan kontra-serang yang menonjol. Hal ini membuat tim Jerman menjadi kesebelasan dengan performa terbaik, paling stabil, sekaligus paling seimbang di arena Piala Dunia kali ini. Piala juara yang mereka raih adalah penghargaan yang benar-benar dimenangkan melalui kekuatan nyata!"
Di tribun penonton, jutaan fans telah mulai merayakan. Namun yang sangat mencolok, para pendukung Jerman kembali mengangkat tinggi-tinggi kartu kertas di tangan mereka melebihi atap kepala. Saat disatukan, ternyata membentuk lukisan potongan terakhir wajah Yang Chengzhuo.
Di bawah lukisan potongan tersebut tertulis kalimat tegas: "Kami selamanya mencintaimu, Sang Kaisar!"
"Kami selamanya mencintaimu, Sang Kaisar!" Komentator langsung membacakan harapan tersembunyi yang ditampilkan fans Jerman di tribun, "Pemandangan yang sangat mengharukan! Bagi fans Jerman, kemenangan merebut kembali Piala Dunia ini sekaligus menjadi hari dimana pelatih kepala paling mereka hormati, Yang Chengzhuo, mengumumkan pensiun!"
"Kami telah memastikan dari pernyataan Ketua Asosiasi Sepak Bola Jerman Niersbach bahwa Yang Chengzhuo akan secara resmi mengumumkan pensiun setelah meraih Piala Dunia. Mulai saat ini, kita tak akan lagi menyaksikan siluet Sang Kaisar di bangku pelatih Piala Dunia maupun pertandingan sepakbola mana pun. Malam ini adalah terakhir kalinya ia berdiri di depan bangku pelatih lapangan - mari kita saksikan dengan seksama!"
Kamera berputar perlahan mengelilingi Yang Chengzhuo, seolah ingin membiarkan semua orang memandangi sosoknya dengan khidmat - mengabadikan wajahnya dalam ingatan, mengenang segala perubahan yang dibawanya bagi dunia sepakbola.
Dialah yang mengubah sepakbola, menciptakan legenda!
Di tribun penonton, Baggio dan yang lain juga berdiri. Mereka berada di belakang bangku pelatih Yang Chengzhuo, serempak bertepuk tangan memberikan tepuk tangan meriah untuk pelatih kepala yang paling mereka hormati. Gemuruh tepuk tangan ini semakin keras, semakin bergelora, akhirnya menggema ke seluruh Stadion Maracanã, bergulung-gulung tak kunjung mereda.
Yang Chengzhuo keluar dari Area pelatih. Ia menyambut Scolari dengan pelukan erat, menerima ucapan selamat darinya. Kemudian menyambut Parreira, disusul Thiago Silva. Yang terakhir memilih tetap di lapangan untuk mendukung pelatih yang paling dihormatinya. Marcelo juga bertahan, bersama Kaká yang masuk ke lapangan dengan menggunakan tongkat.
Baggio dan yang lain juga turun dari tribun masuk ke lapangan. Mereka bergantian memberi selamat pada Yang Chengzhuo, memeluknya. Sementara Yang Chengzhuo tetap menjaga raut wajah khidmat, memeluk dan mengucapkan terima kasih pada setiap orang.
Dia tidak membutuhkan laga perpisahan yang unik, juga tak perlu mengorganisir ritual perpisahan megah. Bagi Yang Chengzhuo, karirnya dimulai di lapangan sepakbola, maka harus berakhir di sana pula. Karena itulah dia memilih Piala Dunia, memilih babak final!
Baginya, tidak ada yang lebih membahagiakan dan menggembirakan daripada mengakhiri karir kepelatihan di Stadion Maracanã dengan status sebagai pemenang. Tidak ada laga perpisahan yang lebih bermakna dari ini!
Setelah berpamitan dengan para mantan muridnya, Yang Chengzhuo berjalan menghampiri para pemain timnas Jerman. Satu per satu dia memeluk erat mereka untuk berpamitan. Bahkan kepada setiap staf pendamping tim, termasuk yang paling tak mencolok sekalipun, dia mendatangi dan memeluk mereka untuk mengucapkan selamat tinggal.
Kanselir Jerman Angela Merkel、Ketua Asosiasi Sepak Bola Jerman Niersbach、Ketua FIFA Beckenbauer、Ketua UEFA Olsen、Presiden Inter Milan Moratti、Presiden Real Madrid Florentino Pérez……semua memasuki lapangan, memeluk Yang Chengzhuo, mengucapkan selamat, dan berpamitan. Seluruh proses ini direkam oleh kamera siaran langsung dan disiarkan ke seluruh alam semesta.
Adakah upacara perpisahan yang lebih megah dari ini untuk menyaksikan kepergiannya di hadapan seluruh dunia?
Podium penganugerahan penghargaan di pinggir lapangan telah siap. Beckenbauer memanggil semua orang untuk menerima piala.
Pertama tim runner-up Piala Dunia Brasil, kemudian giliran juara Piala Dunia Jerman.
Namun ketika semua orang telah menerima medali dan akan diberikan Piala Dunia, Kapten Lahm justru tidak maju. Sementara hampir semua fans di tribun serempak meneriakkan nama Yang Chengzhuo.
"Sang Kaisar! Sang Kaisar!! Sang Kaisar!!!"
Seluruh anggota di atas dan bawah podium penganugerahan penghargaan bertepuk tangan, mereka semua berharap pada saat ini, Yang Chengzhuo bisa naik ke podium untuk mewakili tim Jerman menerima piala juara ini, menggunakannya sebagai perpisahan terakhir Yang Chengzhuo!
Saat Piala Dunia yang membebani ini dijunjung tinggi oleh Yang Chengzhuo, saat semua pemain Jerman berkumpul di sekelilingnya, saat seluruh tribun penonton, stadion, hingga setiap sudut Bumi bersorak-sorai gegap gempita untuknya, kertas warna-warni beterbangan bagai serpihan salju menyelimuti tribun.
Sedangkan adegan Yang Chengzhuo mengangkat Piala Dunia dikelilingi ribuan orang ini, pasti akan menjadi sampul halaman depan seluruh koran di dunia keesokan harinya!
Waktu, pada detik ini, seolah membekukan adegan selamanya...
